Gadis cantik berambut coklat dengan mata hitam pekat nya sedang berjalan menuju ke sekolah nya dengan di antar oleh sang Ayah. Gadis cantik itu bernama Adibah Afsheen Myesha, dia baru berusia 15 tahun dua hari lalu. Adibah sangat baik kepada semua teman di kelas nya, dia tidak pernah pilih pilih seorang teman, makanya sekian orang menyukai sikap rendah hati Adibah.
-Arroyyan Dylan Alfa rizki. Cowok ganteng yang irit bicara pada semua teman cewek nya di sekolah nya, namun sikap Dylan berbanding berbalik saat bersama dengan 5 sahabat nya, sikap irit itu berubah menjadi sikap yang penuh kehangatan, entah kenapa sikap Dylan begitu dingin pada setiap gadis yang ingin mendekati nya.
- Ammar Fateh, laki-laki gagah yang begitu sayang pada sang adik, dia adalah kakak dari Adibah, Ammar begitu menyayangi sang adik? sehingga apapun yang di minta sang adik akan dia turuti, sampai sampai masalah seorang gadis pun Ammar selalu menuruti saran sang adik.
**********
Langit biru terhampar sangat luas di atas sana, tak ada awan hitam sama sekali, kecuali sinar matahari yang sudah berada di ufuk barat, karena sebentar lagi akan menenggelamkan dirinya ke peraduan nya.
Adibah di ajak untuk menemui sang kekasih yang bernama Fadhilah, wajah Fadhilah emang cantik sehingga banyak laki-laki yang mengincar nya, termasuk Ammar kakak Adibah.
Di perjalanan menuju ke rumah Fadhilah, Adibah sudah begitu kesal pada kakak nya, Adibah bukan nya nggak suka sama Fadhilah, tapi Fadhilah ada laki-laki lain di belakang kakak nya, Adibah sendiri pernah memergoki Fadhilah yang berciuman dengan laki-laki lain, sejak saat itu Adibah ilfil dengan kekasih kakak nya.
''Assalamu'alaikum,'' Ucap Bang Ammar seraya mengetuk pintu rumah Fadhilah.
''Waalaikum salam,'' jawab gadis tersebut sembari membuka pintu rumah nya, mungkin kedua nya sudah janjian kali, sehingga gadis pujaan Abang Ammar dengan gesit membuka pintu rumah nya.
''Ayo masuk,'' Ujar Fadhilah dengan nada di buat semanis mungkin, tapi aku sudah muak melihat wajah yang pura-pura polos itu.
Aku melihat dia masuk ke dalam setelah menyuruh ku untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu, pikir ku.
Tak butuh waktu lama gadis itu membawa nampan yang berisi dua gelas minuman hangat, ya walaupun cuma teh hangat saja sich. Tapi aku bisa memaklumi nya, karena setau ku orang tua gadis ini ada di Negeri seberang, yakni Malaysia.
Fadhilah tinggal bersama nenek nya yang tak mungkin menjaga dia 24 jam kan, mana kuat dia ngejaga cucu yang beranjak dewasa, yang suka kabur kaburan dari sekolah nya juga.
Kini usia Fadhilah 18 tahun, hampir beranjak ke 19 tahun, namun dia masih duduk di kursi kelas 12 (3) SMA. Semua guru sudah mengeluhkan kenakalan Fadhilah pada sang nenek, tapi Fadhilah selalu saja bisa ngeles saat di tanyakan sang nenek.
''Ini siapa yankk?'' tanya Fadhilah pada abang ku.
''Dia adik ku? kenalin dia Adibah,'' jawab bang Ammar menunjuk ke arah ku. Fadhilah sendiri tidak mengetahui kalau aku adalah adik dari bang Ammar, karena cuma hari ini saja bang Ammar mengajak ku ke rumah Fadhilah.
''Sekolah di mana dek?'' tanya Fadhilah dengan gaya polos nya.
''Di SMP Negeri 2 mbak,'' jawab ku datar, tanpa mengalihkan perhatian ku pada ponsel yang aku pegang sedari tadi. Aku sibuk chatingan dengan teman sekelas ku, sampai akhirnya aku di tegur bang Ammar.
''Adek? kalau di tanya nyahut dong, taruh dulu pinsel nya,'' bisik bang Ammar padaku, tapi tak aku gubris. Sudah males dengar kata kata manis yang keluar dari mulut Fadhilah.
''Sudah gue jawab, awas ach gue keluar dulu gerah di sini,'' Ucap ku beranjak dari sofa dan berjalan menuju teras rumah Fadhilah, emang Fadhilah lebih tua ketimbang aku yang baru berusia 15 tahun, namun aku sendiri males harus bertele-tele sama orang yang aku tak suka, lebih tepat nya kelakuan dia yang bikin aku muak dan ilfil.
Aku membiarkan mereka berdua mengobrol di dalam sampai puas, sampai akhirnya aku merasa bosan dan capek juga duduk di kursi di teras rumah Fadhilah.
''Bang! ayo pulang,'' panggil ku dari luar pintu, tak sopan sich. Tapi aku males harus melihat wajah Fadhilah, setelah memanggil bang Ammar aku segera melangkah kan kaki menuju motor yang di parkir di halaman rumah Fadhilah, kini aku sudah berada di atas motor. bang Ammar yang melihat aku sudah ada di atas motor segera memanggil ku.
''Dek, sini dulu, pamit dulu sama Fadhilah?'' seru bang Ammar padaku.
''Tadi kan udah salaman sama dia, lagian bukan lebaran juga kan!'' jawab ku datar.
Bang Ammar pun terdiam setelah aku bersuara padanya. Bodo amat dech? mau dia marah kek, mau gampar gue kek, terserah gue nggak peduli. Karena gue lebih suka nggak melihat wajah gadis yang sekarang sedang menyandang status pacar bang Ammar.
Aku mulai kesal dengan bang Ammar, karena sebelum dia mengajak ku pergi? 'Dia bilang hanya sebentar, namun apa? aku menunggu mereka ngobrol sampai lumutan gini,' Gumam ku menahan rasa kesal ku pada bang Ammar.
Bang Ammar men stater motor gede nya, setelah itu dia masih tersenyum ke arah Fadhilah yang sedang berdiri di tersebut rumah nya. Aku menepuk punggung bang Ammar dengan cukup kuat, agar dia segera menjalankan motor nya, kalau nggak gue akan jalan kaki. Lagian kalaupun jalan kaki kaki aku nggak bakalan copot juga kan, pikir ku.
Bang Ammar menoleh ke belakang menatap sekilas wajah ku yang sedang merengut, dan menampakkan aurat permusuhan sama bang Ammar. ''Apa? mau marah!'' tanya ku ketus ketika bang Ammar menatap ku begitu.
''Nggak kok? abang cuma mau menatap kamu saja, nggak boleh,'' bang Ammar bukan nya menjawab pertanya'an ku malah dia berbalik nanya padaku, yang membuat aku semakin geram dengan bang Ammar.
Sampai di pertengahan jalan, motor gede bang Ammar malah mogok! bertambah sudah kekesalan ku pada bang Ammar, di saat aku buru buru pengen merebahkan kepala ku di kasur empuk di rumah, ech malah ada saja kejadian yang tak terduga, ban motor bang Ammar malah bocor dan mengharuskan aku untuk mendorong seraya mencari bengkel yang bisa menahan ban motor nya.
''Gini nich! akibat bohongin adek nya, jadi kualat kan?'' gerutu ku di sepanjang perjalanan.
Butuh 20 menit aku mendorong motor gede bang Ammar, betapa berat nya coba, keluh ku mengusap peluh di dahiku.
Aku memijit kaki ku yang lumayan pegal, karena cukup jauh juga jalan kaki sambil dorong motor gede. Ya nggak gede gede amat sich? Maksud nya motor Ninja, kata kata yang ada di musik itu memang benar ya, kalau nggak Ninja nggak cinta, itulah yang terjadi sama abang ku sekarang, giliran sudah punyabmotor Ninja, semua cewek kayaknya makin banyak yang naksir, padahal kan? yang mau di nikahin itu orang nya, bukan motor nya, bener kan.
-Itu pendapat author sich.
Sudah lama ia duduk di bangku yang ada di bengkel tersebut, tapi belum juga di benerin thu motor satu, para pekerja di bengkel yang aku datangi bersama bang Ammar malah sibuk benerin motor lain yang lebih dulu tiba.
Hampir satu jam aku menemani bang Ammar menunggu motor yang baru juga akan di tambal. Aku mendesah kesal menatap ke arah bang Ammar dan kepada pekerja di bengkel tersebut. Aku beranjak pergi dari tempat duduk ku, aku yang lelah bercampur kesal meninggalkan bang Ammar sendirian di bengkel! ''Bodo amat dia di bawa wewe gombel sekalian, gue ikhlas kok!'' kesal ku terus melangkah kan kaki ku menuju rumah.
''Adek? dek... mau ke mana, tungguin Abang,'' panggil bang Ammar, aku terus saja melangkah pergi.
Bang Ammar mengikuti ku dari belakang, dia memegang lengan ku seraya berkata, ''Maafin abang lah dek? tunggu sebentar lagi selesai kok,'' aku menepis tangan ku, layak nya sedang bertengkar dengan pacar ku, dan akupun melanjutkan langkah kaki ku yang sempat terhenti akibat cekalan bang Ammar di tangan ku.
Bang Ammar kembali ke bengkel untuk menunggu motor nya yang di tambal.
Tak lama kemudian aku di kejutkan oleh segerombolan laki-laki yang sedang mengendarai motor nya, ada beberapa orang yang memainkan gas motor nya membuat aku menutup telinga karena bunyi bising yang di timbulkan dari knalpot motor itu. Ada juga yang menyapa ku, tapi aku tak menggubris pertanya'an nya. Aku terus melangkah kan kaki untuk menjauh dari mereka, namun mereka mengikuti ku? ya bukan mengikuti sich, tapi lebih tepat nya kita memang berjalan se arah githu.
''Lho ayu ayu kok mlaku dewe'an bengi bengi (lho cantik cantik kok jalan sendirian malam malam), ayo naik aku antar,'' Ucap salah satu dari mereka, yang menawarkan tumpangan. Aku hanya mengerlingkan mata ku malas.
''Yah? di tanya malah diam,'' sambung yang lainnya.
Alfa yang penasaran pun juga ikut bertanya padaku, ''Adek, kenapa jalan sendirian malam malam gini, saya antar ya, bagaimana mau nggak?''
Laki-laki itu juga bela bela'in untuk turun dari motor nya, dan mendorong motor bebek nya hanya demi mengikuti langkah ku, Alfa terus mengikuti ku sambil menunggu jawaban ku.
''Nggak usah,'' balas ku ketus dan menyetop taksi yang kebetulan lewat di depan ku.
''Manis sekali, tapi galak juga.'' Gumam Alfa setelah aku masuk ke dalam taksi yang aku stop. Dan tanpa aku sadari Alfa membuntuti taksi yang aku naiki sampai rumah, sebenarnya aku tau ada orang yang membuntuti ku dari belakang, namun aku tak menghiraukan nya, aku masih pura-pura nggak tau kalau aku di buntuti dari belakang.
''Gila thu cowok, ngapain juga harus ngikutin gue sich, gue kan cuma mau pulang,'' Gumam Adibah kesal.
*************
''Ich, bt... bt... bt. Kenapa aku harus bertemu dengan Fadhilah coba? tau gitu aku nggak bakalan ikut dech, di tambah lagi bertemu dengan orang orang nggak penting kayak tadi, iiiich... sebel banget!!'' teriak ku, aku pun menjatuhkan tubuh ku di kasur king size ku.
Sedangkan di sisi lain bang Ammar sedang kebingungan mencari keberada'an ku sekarang, karena motor nya baru saja selesai di benerin orang bengkel.
''Ech lho Di?'' sapa bang Ammar pada teman main nya.
Bang Ammar mematikan mesin motor nya, namun tidak turun dari atas motor nya.
''Ech kalian lihat gadis lewat di sini nggak?'' tanya bang Ammar pada teman nya tersebut.
''Nggak tuh? lho lagi marahan sama pacar lho ya,'' tanya Dodi balik.
''Bukan pacar gue, tapi dia adik gue. Dia lagi marah sama gue Di, gue takut terjadi sesuatu sama dia,'' Ujar bang Ammar yang mulai khawatir.
''Ech cuy! kalian lihat adik nya Ammar nggak!'' teriak Dodi pada teman teman nya.
''Aku nggak tau cuyy? lagian kita kita kan nggak tau sama adik nya Abang ini,'' jawab Tono balik teriak, karena ada beberapa motor yang mesin nya masih belum di matikan.
''Ya sudah kalau gitu Di? gue cari adik gue dulu. Terima kasih ya,'' tutur bang Ammar, lalu menyalakan motor nya untuk menyusuri jalanan yang mulai sepi.
''Ech tunggu dulu lah cuyy? gue kan nggak pernah tau wajah adik lho tuh selama ini lho nggak pernah bawa adik lho main kan,'' cegah Dodi ketika bang Ammar ingin menjalankan motor nya.
Bang Ammar mengeluarkan ponsel nya dan membuka galeri di ponsel nya. Disana ada banyak fotoku hasil jepretan ku sendiri, Bang Ammar memperlihatkan salah satu foto tersebut pada Dodi. Dodi terkejut melihat wajah gadis yang ada di galeri ponsel bang Ammar.
''Ini... ini? gadis ini baru saja lewat sini, gue nggak tau kalau dia adek lho cuyy, tapi kelihatan nya dia galak ya, temen temen yang lain menyapa nya, dia tak menggubris pertanya'an dari mereka, dia cuek banget jadi cewek?'' seru Dodi mengingat tadi pertanya'an nya di abaikan begitu saja.
''Dia memang gitu orang nya, cuek, judes tapi dia sebenarnya baik,'' jelas bang Ammar.
''Ech kamu tau nggak gadis tadi pergi ke mana?'' tanya Dodi.
''Nggak tau bang? tapi kayak nya Alfa tau dech, soalnya tadi dia yang ngikutin dia dari belakang,'' jelas teman yang di tanya.
''Noch? Alfa nongol,'' ucap nya lagi menunjuk dengan dagu nya.
''Ech Alfa, lho tau nggak gadis tadi tu pergi ke mana,'' tanya Dodi penuh selidik.
''Eits... santai bang? emang nya kenapa,'' tanya balik Alfa.
''Noch! abang nya lagi nyari'in dia,'' tunjuk Dodi pakai dagunya juga.
''Kalau abang nya nyari'in, terus tadi dia masuk ke rumah siapa dong?'' pikir Alfa.
''Haaa...,'' kata Dodi terkejut. ''Lho ngikutin dia sampai ke rumah nya?'' tanya Dodi masih dengan keterkejutan nya.
''Iya, tapi gue nggak tau dia masuk rumah nya siapa,'' jawab Alfa malas.
'Gadis itu sangat misterius, dia juga cantik, tinggi dan body nya aduhai sekali,' Gumam Alfa pelan, sehingga tak ada yang mendengar nya, cuma dia dan Tuhan yang tau.
Tak lama setelah aku berteriak, pintu kamar ku di ketuk dari luar, dan suara panggilan yang memanggil manggil namaku, tapi tak aku hiraukan, sebodo lah pikir ku. Dan aku melanjutkan tidur ku sampai keesokan pagi nya, aku kaget bukan main, ketika jam di dinding kamar ku menunjukkan pukul 6:45 menit, aku buru buru bangun dari tidur ku, dan tak lupa menarik handuk dan juga baju seragam sekolah ku, untuk di bawa ke kamar mandi.
Kamar mandi di rumah ku memang di peruntukkan semua orang, jadi tak ada di dalam kamar aku ya? Lagian mana bisa di bikin kamar mandi di dalam kamar ku yang cuma 2x2 saja.
-Pakek ember dan tirai author,' kata readers.
Aku berpapasan dengan abangku, dia sedang membuat jus Jeruk nipis yang biasa ia minum ketika sedang bekerja di pabrik, namun aku abaikan saja.
''Biar tau rasa dia? lagian suruh siapa juga dia bikin aku marah, di tambah lagi harus jalan kaki membuat kaki ku terasa pegal,'' gerutu ku masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi aku masuk ke dalam kamar untuk menyisir rambut sebahu ku, karena terburu-buru juga aku langsung berangkat ke sekolah, setelah memasukkan semua buku pelajaran ku ke dalam tas punggung yang biasa aku pakek sekolah, hari ini aku membawa sepeda ontel ke sekolah, karena ayah juga sudah berangkat kerja sebelum aku bangun dari mimpi indahku, hanya di dalam mimpi saja aku bisa tersenyum lepas dan bercanda tawa bersama teman-teman halusi nasiku.
Aku bersikap cuek dan nggak bisa bergabung dengan teman teman yang lainnya, aku terlalu marah sama bang Ammar, otakku buntu harus memikirkan kosakata ketika bersama mereka, hari ini aku di katakan sombong? karena tak mau bicara sama teman yang lain nya.
Lagian apa sich yang harus di omongin?tiap hari pasti yang di omongin itu itu saja dan berulang ulang, sampai bosen denger nya, pikir ku.
Dengan nafas ngos ngosan aku masuk ke dalam kelas yang belum ada guru di dalam kelas.
Aku berjalan menuju tempat duduk ku yang berada di pojokan, karena aku lebih suka menyendiri. Aku menaruh kepalaku di atas bangku dan memejamkan mata untuk mengurai rasa lelah yang aku rasakan saat ini.
''Adibah, kamu telat?'' tanya Lisa teman satu bangku nya Adibah.
Aku mengangkat kepala ku dan hanya mengangguk saja. Maaf? hari ini aku sangat malas untuk ngobrol?'' terang ku pada Lisa.
''Kenapa Dibah? kamu lagi sakit, sampai-sampai tak mau berbicara lagi sama kita kita,'' tanya Nemo yang pengen di panggil Ferguso.
''Ech Nemo, diem lhu. Nama kayak ikan saja belagak mau di panggil Ferguso, mimpi lhu ketinggian,'' Ujar Tiara yang membuat seisi ruangan tertawa.
''Gini gini gue ganteng lah, nama bisa kita rubah kapan saja, tapi hati dan sayang ku tak kan pernah aku rubah, masih tetap untuk ayang Dibah?'' jawab nya tak malu.
''Kok ada ya, laki laki item kayak Nemo bilang ganteng?'' yang lain menimpali.
''Iya ganteng? tapi di lihat dari belakang,'' timpal Lusi terkekeh.
''Bener thu Lusi, dari belakang sich bodynya aduhai, tapi dari depan och astaga?'' ledek nya seraya tertawa riang.
Aku tak menanggapi ocehan ocehan dari teman kelasku, karena aku benar-benar sedang marah saat ini. Aku menaruh kepala ku lagi di atas meja seraya memejamkan mataku barang sejenak, karena kelas hari ini tak ada guru nya, jadi aku memutuskan untuk tidur, dari pada mendengarkan ocehan ocehan yang nggak guna, pikir ku.
'Kalau kayak gini, aku benar-benar bisa gila, bagaimana aku menghindari abang ku, yang setiap hari nya bakalan bertemu di rumah, kalau aku meminta sekolah di Pesantren? boleh nggak ya,' batin ku, aku terus memutar otak ku, agar tak bertemu terus dengan bang Ammar.
''Tuhan....??'' lirih ku yang membuat Lisa menoleh ke arah ku.
''Ada apa sich Dibah, cerita dong sama aku, kalau ada masalah? siapa tau kita bisa menemukan solusi buat masalah mu itu,'' Ucap Lisa memegang tangan ku.
Apa aku harus bercerita pada Lisa, teman sebangku ku. Mungkin aku egois yang menginginkan bang Ammar putus dari pacar nya.
''Lisa, apa aku egois kalau aku menginginkan bang Ammar menyudahi hubungan nya dengan pacar nya?'' tanya ku memulai obrolan dengan Lisa.
''Memang nya? apa alasan kamu sehingga minta abang kamu untuk putus dari pacar nya, kalau kamu nggak punya alasan yang kuat untuk abang kamu, ya kamu egois lah? mau memisahkan orang yang saling cinta dan menyayangi nya juga,'' jawab Lisa panjang lebar.
''Aku punya alasan itu Lisa, dia nggak baik buat abang ku, dia sudah memainkan perasa'an bang Ammar selama ini,'' lanjut ku.
''Maksud kamu bagaimana sich Dibah?'' tanya Lisa lagi.
''Dia tidak setia sama bang Ammar? dua kali aku bertemu dengan dia, dia sedang bermesra'an dengan beda beda orang, dan yang terakhir aku juga melihat dia sedang mencium laki laki itu, dan itu bukan bang Ammar Lisa? jadi kalau aku meminta Bang Ammar untuk memutuskan hubungan dia, aku bukan orang egois kan?'' jelas ku pada teman sebangku ku.
''Jadi intinya dia nggak setia dong? sama bang Ammar, sudah kalau githu kamu segera ngomong sama bang Ammar, suruh putusin cewek begajulan kayak gitu, aku denger nya saja sudah geram, apalagi kamu melihat nya sendiri,'' balas Lisa membuat ku menegakkan kepala ku, menatap ke arah Lisa. Sekarang aku mulai tenang, karena aku punya pendukung yang membuat aku sedikit lega.
********
Di pabrik bang Ammar sedang bergelut dengan pekerja'an nya, di tambah sekarang dia sedang tidak dalam baik baik saja, karena sang adik nyuekin dia.
''Kenapa lho Mar?'' tanya teman kerja nya.
''Iya, dari tadi lesu amat nich Ammar,'' sambung teman satunya.
''Aku lagi nggak semangat untuk kerja Mo,'' jawab nya lesu.
''Biasanya lho semangat banget kerja nya, makanya gaji lho lebih banyak ketimbang kita kita,'' celetuk yang lain
''Aku lagi marahan sama adik ku Mo,'' sahut nya lagi.
''Biasanya lho akur akur saja dengan Adibah, kenapa sekarang malah nggak akur githu,'' tanya teman nya penasaran.
''Kemarin aku mengajak dia ke rumah cewek gue, entah kenapa dia nggak suka banget sama pacar ku yang sekarang, padahal dia tak pernah bertemu sebelum nya.'' jelas Mas Ammar pada teman nya.
''Mungkin dia nggak suka sama pacar kamu, kan aku sudah bilang sebelumnya. Agar kamu tidak berhubungan lagi sama dia,'' sahut nya. Membuat bang Ammar menatap teman nya dengan penuh tanda tanya.
Semua teman kerja bang Ammar tidak suka kalau bang Ammar berhubungan dengan dia, mungkin mereka sudah mengetahui sifat pacar dari bang Ammar sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!