NovelToon NovelToon

Rebellious Aphrodite

[RA] 01 : Elleandra Caroline

Di sebuah taman dalam sekolah, terlihat tiga orang gadis dengan pakaian kasual sedang berbincang sambil duduk di sebuah meja yang penuh makanan serta minuman kaleng.

"Lama banget si cupu dateng!" Lara, seorang gadis berambut coklat terlihat menggerutu sebal.

"Lo yakin Naila bakal dateng ke sini, Elle?" Sera bertanya sembari menatap pada sosok gadis cantik yang duduk dengan anggun dan tenang sambil meminum sebuah minuman berkarbonasi.

Gadis itu, Elleandra Caroline, memberikan anggukan singkat pada Sera. Elleandra meletakkan minuman kalengnya di meja lalu melirik jam tangan mewah berwarna perak yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam itu menunjukkan pukul 11.10 malam.

"Telat 10 menit." Elleandra menyugar rambut ikalnya yang hitam panjang dan terlihat halus berkilau itu ke belakang. Menunggu adalah satu hal yang paling dia benci. "Kalau sampai ketua OSIS itu nggak datang malam ini, dia bakal habis di tangan gue besok."

Lara dan Sera mengangguk puas.

Kemudian, iris hitam Elleandra melihat seseorang tengah berjalan dengan lambat ke arah tempat mereka duduk. Dia mengkode dengan dagunya agar Lara dan Sera menengok ke arah orang itu.

Lara yang pertama kali menyadari jika orang itu adalah Naila. Dia berdiri dari duduknya sembari menyeringai.

"Itu Naila, Elle," kata Lara pada Elleandra.

Sera mengangguk membenarkan. "Berani juga dia datang sendirian malam-malam begini."

Elleandra hanya memperhatikan Naila yang semakin mendekat ke arahnya. Hingga akhirnya, Naila berdiri tepat di depan Elleandra, Lara dan Sela.

Naila, gadis berambut hitam pendek itu terlihat memegang erat tali tas jinjing berwarna putih yang terdapat di bahu kanannya. Terkihat sekali bahwa gadis itu tengah menyembunyikan ketakutannya.

"Naila Abigail. Ketua OSIS panutan kita semua." Elleandra berdiri sambil menatap Naila dengan angkuh. Bahkan dia tak segan mengatakan sarkasme pada Naila.

"K-Kak, Elle. M-Maafin Naila," ucap Naila terbata-bata.

"Bagus. Itu artinya lo tahu diri, Nai." Elleandra menyeringai puas. "Lo masih kelas sebelas, Nai. Gue nggak suka lihat adik kelas banyak tingkah kayak lo."

Sera menatap Elleandra dengan heran. "Tapi, Elle. Kan, kita juga banyak tingkah."

Lara mencubit pipi Sera dengan gemas. "Ra, lemot lo kumat di saat yang nggak tepat!"

Elleandra tertawa keras kemudian dia menatap Sera dengan penuh senyum "Indeed! You know us so well, Sera. Gue bangga sama lo."

[Emang! Lo tau dengan baik gimana kita, Sera. Gue bangga sama lo.]

Elleandra kembali tertawa. Meski Elleandra terlihat semakin cantik ketika tertawa, namun auranya terasa semakin gelap dan mengintimidasi. Bahkan Lara dan Sera masih saja bergidik walau mereka sudah terbiasa berada di sekitar Elleandra.

Benar-benar gila.

"J-Jadi, K-Kak Elle mau maafin Naila?" Naila menatap Elleandra dengan sedikit binar.

Elleandra terlihat berfikir sambil bergumam. "Mmm, gue mau, kok, maafin lo, Nai. Tapi dengan satu syarat."

Naila bertanya dengan was-was. "Syarat apa, Kak?"

Elleandra, Lara dan Sera saling menatap penuh arti. Naila yang memperhatikan ekspresi ketiga gadis yang sangat populer di sekolahnya itu, entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak.

Elleandra menatap tepat pada manik Naila. "Lo harus ikut gue malam ini."

Lalu setelah itu Elleandra pergi begitu saja, meninggalkan Lara, Sera serta Naila yang terlihat kebingungan.

Lara dan Sera begitu tanggap dan menganggap Elleandra sudah memberi sebuah perintah mutlak yang tidak bisa dibantah. Untuk itu, Lara dan Sera segera memegangi kedua tangan Naila dan menarik gadis itu untuk ikut dengan mereka malam ini

"Kak, lepasin. Tolong biarin Naila pergi. Naila minta maaf!" Naila terus merengek dan memberontak ketika kedua tangannya dipegang erat dan diseret paksa oleh Lara dan Sera.

"Duh, jangan berisik bisa, nggak, sih?!" Lara membentak dengan emosi, membuat Naila semakin ketakutan.

"M-Maaf," cicit Naila dengan kepala menunduk.

Sedangkan Elleandra, dia memainkan kunci mobilnya dengan santai sambil terus berjalan menuju sebuah mobil yang sudah dia siapkan di depan gerbang sekolah. Elleandra benar-benar tidak memedulikan suara rengekan Naila yang begitu menganggunya.

Ketika sampai, Elleandra membuka pintu belakang mobilnya dengan tenang, membuat Naila semakin panik dan berteriak ketakutan.

"Naila mau dibawa kemana? Lepasin Naila, tolong, kali ini aja, Kak." Naila terus-menerus memohon.

"Gue pikir lo cukup nyali setelah tadi lo nyamperin kita bertiga ke sekolah sendirian. Padahal udah jam sebelas malam, loh, Nai. Kok sekarang jadi takut?" Sera tertawa mengejek.

"Lagian, ini semua salah lo karena udah nggap remeh ancaman Elle. Berani juga, ya, lo ngadu ke Kepala Sekolah kalau kita sering ikut drag race!" Lara mencengkram erat rahang Naila sambil menatap tajam gadis berambut sebahu itu.

"Soalnya itu bahaya, Kak! Itu juga ilegal dan udah jadi tugas Naila sebagai ketua OSIS bu-"

BRAK!

Elleandra menghempaskan tasnya ke tubuh Naila, membuat Naila hampir jatuh jika saja gadis itu tidak sigap.

"Berisik! Lo tinggal nurut apa susahnya, sih?!" Elleandra menatap tajam Naila yang kini tengah menangis. Naila masih saja merasa terkejut ketika mendapat perlakuan kasar seperti tadi padahal dia sering kali mengalami hal serupa, tentu saja dengan pelaku yang sama.

Naila dengan berani mengangkat kepala dan memandang Elleandra dengan mata memerah. Namun hanya beberapa detik kemudian dia menundukkan kepalanya lagi.

Memang siapa yang berani melawan seorang Elleandra Caroline? Gadis yang dijuluki sebagai Rebellious Aphrodite oleh murid seantero sekolah.

Rebellious Aphrodite, gadis yang mempunyai paras cantik menawan namun memiliki sifat yang liar dan susah dikendalikan. Julukan itu benar-benar cocok untuk gadis seperti Elleandra.

Elleandra memang mempunyai paras yang cantik serta bentuk proporsi tubuh yang menjadi idaman para perempuan. Hal itu membuat Elleandra terlihat bak feromon berjalan yang mampu membuat lelaki manapun takhluk padanya.

Elleandra juga terlahir dari keluarga konglomerat terpandang.

Lihat saja gaya berpakaian gadis itu. Apa yang Elleandra pakai selalu dari merk teratas! Pakaian yang begitu elegan, mewah, namun tidak berlebihan. Membuat tampilan gadis itu semakin memikat!

Elleandra benar-benar mendekati sempurna jika saja dia tidak memiliki kelakuan buruk layaknya Medusa yang membuatnya begitu dibenci oleh hampir seluruh murid perempuan di sekolah mereka.

Namun, belum ada yang pernah berani melawan atau bahkan mengusik Elleandra karena gadis itu mempunyai aura intimidasi yang begitu kuat.

Melihat Elleandra murka adalah salah satu hal yang paling dihindari oleh murid satu sekolah.

"Gue udah bilang kalo gue akan nerima permintaan maaf lo asalkan lo mau ikut gue sekarang. Ngerti?" Elleandra memerintah sembari membalas tatapan Naila dengan dingin.

Naila kembali menunduk karena takut dengan Elleandra yang lagi-lagi berhasil membuatnya terintimidasi dan terlihat seperti seorang pengecut.

Elleandra mengkode Lara dan Sera agar memasukkan Naila ke dalam mobil. Lara dan Sera menuruti perintah Elleandra. Akhirnya, Naila yang tidak mampu melawan hanya bisa pasrah dan menurut.

Setidaknya untuk saat ini.

Setelah Lara, Sera dan Naila masuk, Elleandra duduk di kursi kemudi dan mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata. Dia bisa saja mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, namun, dia harus menyimpan tenaganya untuk pertunjukan malam ini.

Tidak sampai sepuluh menit, mobil yang dikemudikan Elleandra sampai di sebuah jalan sepi yang sering dijadikan arena balap liar. Terlihat ada banyak orang yang berkumpul hanya untuk menonton balapan ilegal ini.

Elleandra turun dari mobil terlebih dahulu, diikuti Lara, Sera dan Naila di belakang. Mereka membuntuti Elleandra yang berjalan menuju sekumpulan remaja seusia mereka yang tengah bersiap untuk mengikuti event drag race ilegal yang diadakan malam ini.

"Wow, Ella! Akhirnya lo datang juga." Raka menyapa terlebih dulu saat melihat Ella yang berjalan begitu anggun ke arahhnya.

Beberapa orang juga ikut menoleh ke arah Elleandra dan terkesima melihat betapa anggun dan cantiknya gadis itu ketika berjalan.

Aura memikat yang menguar dari dalam diri Elleandra berhasil membuat mereka terpana. Banyak gadis yang menggerutu menahan rasa iri yang bergejolak dalam diri mereka ketika melihat kecantikan Elleandra yang begitu memikat.

"Giamana, semua aman, kan?" Elleandra memicingkan mata ke arah Raka yang masih tersenyum lebar ke arahnya.

"Lo santai aja, Elle. Gue jamin, semua aman terkendali," kata Raka penuh keyakinan, membuat Elleandra mengukir senyum puas.

"Bagus! Thanks, Ka."

Raka mengangguk. Namun, seketika Raka mengerutkan kening ketika dia melihat seseorang yang terasa asing berdiri di belakang Elleandra. Tepatnya, lelaki itu menatap ke arah Naila yang berdiri di antara Lara dan Sera.

Naila yang merasa ditatap begitu intens hanya bisa memegang erat tasnya sambil menunduk.

"Dia siapa?" Raka bertanya sambil menunjuk ke arah Naila.

"Oh, dia?" Elleandra mengukir seringaian tipis. "She's our special guest!"

Raka mengernyitkan alis.

Special guest?

[RA] 01 : Elleandra Caroline [2]

Special guest?

"Ah, orang yang lo maksud kemarin?" Tanya Raka memastikan.

"Yap!" Elleandra mengangguk membenarkan.

"But, that girl kinda looks scared, Elle." Raka nyaris terbahak keras melihat wajah Naila yang semakin memucat ketakutan.

[Tapi, cewek itu keliatan takut, Elle.]

"Masa? Perasaan lo aja mungkin. Dia orangnya pemberani, kok. Iya, kan, Naila?" Elleandra menoleh ke arah Naila dengan seringaian tajam.

"Ehm, kalau gitu 10 menit lagi, ya, Elle," kata Raka.

Setelah mendapat anggukan dari Elleandra, Raka berlalu pergi untuk menyiapkan semua hal yang telah Elleandra minta.

Naila belum paham mengapa dia dibawa ke sini oleh Elleandra. Terlihat sekali gadis itu terlihat bingung dan tidak nyaman berada di tempat balap liar ini.

"Kak, tolong biarin Naila pulang." Naila terus memohon dengan wajah pucat, berharap ada rasa kasihan dari diri Elleandra untuknya.

"Pulang? Emm, sayangnya, sebelum acara ini berakhir, lo nggak akan bisa pulang, Nai," sahut Elleandra santai.

"M-Maksud Kak Elle?" Perasaan Naila menjadi tidak enak.

"Lo akan jadi partnernya Elle malam ini, Nai," kata Lara dengan lugas.

"P-Partner?" Naila tergugu. Dia tidak mengerti apa maksud perkataan Lara.

"Iya. Partner balap Elle. Lo cukup duduk di samping kursi kemudi dan Elle yang bakal ambil kendali penuh atas mobil yang kalian pakai," jelas Sera.

"M-Mobil? B-bukannya ini drag race m-motor, Kak?" Naila menjadi tambah panik.

Elleandra, Lara dan Sera tertawa pelan sambil saling menatap satu sama lain.

"Motor?" Sera berdecak dan menatap gemas ke arah Naila.

Naila dengan takut menganggukan kepala.

"Eum, sayangnya, karena ada special guest yaitu Naila Abigail ..." Elleandra menghentikan perkataannya lalu bergerak mencengkram dagu Naila agar kepala gadis itu mengadah ke arahnya, setelah itu Elleandra kembali berucap, "jadi, khusus malam ini kita akan drag race pakai mobil, bukan motor. Gimana? Pasti seru banget, kan, Nai?"

Naila menggeleng kuat, membuat cengkraman di bahunya lepas.

"Naila nggak mau! Naila takut, Kak! Naila nggak mau dalam bahaya! Tolong biarin Naila pulang!" Naila menyatukan kedua tangan dan memohon agar bisa pergi dari tempat ini. Naila benar-benar merasakan keringat dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Banyak-banyakin doa, deh, Nai." Lara menepuk bahu Naila, berlagak menyemangati.

Naila benar-benar merasa ingin pingsan ketika Elleandra menyeret dan membawanya untuk bersiap, kemudian masuk ke dalam mobil yang sudah dipersiapkan khusus untuk acara malam ini.

Tanpa Naila tahu, diam-diam Elleandra mengukir senyum penuh kemenangan.

...----------------...

BRUM! BRUM!

Dua mobil mewah yang berada di jalur balap sukses menyita perhatian penonton di sekitar.

Elleandra yang berada di dalam mobil mewahnya terlihat begitu tenang. Sama hal nya dengan Laras karena mereka berdua sudah beberapa kali mengikuti balap liar di tempat ini, baik menggunakan motor atau pun mobil.

Berbeda lagi dengan Naila yang memucat ketakutan di samping kursi kemudi Elleandra.

"Kak Elle. Tolong keluarin Naila dari sini." Air mata sudah membanjiri pipi tembam Naila.

Elleandra menggeleng santai.

"Perasaan Naila nggak enak, Kak. Ayo kita pulang," rengek Naila.

"Berisik banget, sih, lo!" Elleandra memicingkan mata dengan sinis. "Bisa diam, nggak? Bentar lagi mulai!"

Tubuh Naila menegang, dia mencengkram seat belt-nya dengan erat.

Di sisi lain, Raka bergerak maju ke tengah jalur yang dijadikan arena balap lalu membunyikan peluit agar penonton memberikan seluruh atensi padanya.

Ya. Lelaki itu yang akan menjadi pemandu untuk event ilegal malam ini.

"Oke! Malam ini kita balik lagi buat event drag race car yang sudah kita tunggu-tunggu!" Raka berucap dengan semangat.

Semua penonton berteriak riuh penuh antusias.

"Langsung aja, di jalur pertama ada our beautiful girl, Elleandra Caroline dan tamu spesial kita yang akan jadi partner balap Elle malam ini, Naila Abigail!"

"WOO!"

"Selanjutnya, ada Larasati Herdiawan di jalur kedua!"

Penonton bersorak lagi.

"So, without any further do, let's get started!"

Kemudian Raka berdiri di depan, di antara mobil Elleandra dan Lara. Pertunjukan akan segera dimulai. Teriakan antusias penonton semakin menggema membuat suasana makin meriah.

Raka mulai memasang postur untuk memberi aba-aba. Dia mengangkat kedua tangannya sedikit menjulur ke depan.

"Ready?" Raka menurunkan tangan sembari berucap lantang. "Go!"

Di saat itulah kedua mobil itu melaju dengan cepat.

Elleandra terlihat menikmati pertandingan ini. Dia berseru senang di dalam mobil. Dia melihat ke depan, tepat ke arah mobil Lara yang jaraknya tidak jauh dari mobilnya.

"Kak Elle! Berhenti!" Naila tidak menyangka jika Elleandra akan melajukan mobilnya sekencang ini.

Elleandra semakin menambah kecepatan mobilnya. Tidak menghiraukan teriakan Naila yang sangat mengganggu konsentrasinya. Tak berselang lama, Elleandra berhasil menyalip mobil Lara. Gadis itu lagi-lagi memekik kegirangan.

"Gimana, Nai? Seru, kan?!" Elleandra sedikit berteriak.

Naila menggelengkan kepalanya.

"Berhenti, Kak! Naila nggak kuat!" Naila berseru sambil memejamkan matanya. Bibirnya berubah pucat. Kepalanya terasa begitu berat dan sesuatu dalam lambungnya seperti dipompa keluar.

Naila benar-benar ingin keluar dari mobil ini. Dia harus mencari cara agar Elleandra mau menghentikan mobilnya. Jika tidak, dia benar-benar akan pingsan di sini.

Naila meraih bahu Elleandra dan menggoncangkannya pelan. "Kak Elle, tolong berhenti!"

Elleandra berdecak kesal. "Apa, sih, Nai! Jangan ganggu konsentrasi gue!"

Naila menggelengkan kepala, dia tidak bermaksud seperti itu. "Naila nggak kuat, turunin Naila sekarang!"

"How dare you, Nai, lo bukan siapa-siapa sampai bisa kasih perintah buat gue!" Elleandra menatap tajam ke arah Naila. Dia semakin melajukan kecepatan ketika melihat mobil Lara hampir menyalipnya.

Cukup!

Naila benar-benar tidak tahan!

Naila berkali-kali mengulurkan tangan sembari membujuk Elleandra agar menurunkan kecepatan mobilnya. Namun, berkali-kali pula Elleandra menepis tangan Naila yang terus menerus menyentuh bahunya.

"Diam, Nai! Yang ada lo malah bikin kita dalam bahaya!" Elleandra berteriak kencang.

Naila tidak mendengarkan ucapan Elleandra. Satu-satunya yang dia inginkan sekarang hanyalah keluar dari mobil ini. Naila menyentuh kaki Elleandra yang menginjak pedal gas dan berusaha untuk membuat kaki Elleandra tidak lagi menginjak pedal tersebut.

"STUPID, NAILA! STOP!"

[Naila, bodoh! Berhenti!]

Elleandra memaki Naila dengan keras. Tangannya kirinya berusaha menepis badan Naila agar gadis itu berhenti melakukan hal bodoh yang bisa mengancam nyawa mereka.

Tindakan keduanya justru membuat mobil yang mereka kendarai oleng dan hilang kendali.

Elleandra tidak menyadari jika mobil yang mereka kendarai sudah melenceng dari jalur dan oleng ke arah kiri. Di saat bersamaan mobil yang di kendarai Lara juga melaju dengan kencang. Lara juga terlalu lambat menyadari jika mobil Elleandra oleng menuju jalurnya.

Lalu,

BRAKKK!

Hal yang ditakutkan pun terjadi! Tabrakan tidak bisa di hindari.

Mobil Elleandra yang ditabrak kencang mobil Lara terlihat memutar tanpa arah, hilang kendali sampai akhirnya mobil itu menabrak pembatas jalan lalu terguling. Sedangkan mobil Lara juga tak kalah ringsek.

Kemudian, dari kejauhan terdengar suara sirine polisi. Benar saja, tak berselang lama, beberapa mobil polisi berhenti di dekat tempat kejadian.

Ketika mereka melihat dua buah mobil yang sudah ringsek parah, mereka segera memeriksa kedua mobil tersebut dan mengevakuasi korban.

"Cepat hubungi ambulans!"

Disaat semua sibuk mengevakuasi korban, seorang pria paruh baya yang juga mengenakan seragam Polisi di tubuhnya justru hanya berdiam diri sembari melihat kejadian itu dengan pandangan yang sulit di artikan.

Pria yang memiliki manik indah sebiru lautan itu terus menatap ke arah mobil mewah milik Elleandra yang saat ini dalam posisi terbalik.

"Elleandra Caroline. Gadis itu terlalu sering menghabiskan sisa hidupnya untuk melakukan hal yang tidak berguna," lirih pria paruh baya itu.

Lalu, kejadian aneh terjadi.

Muncul sebuah cahaya putih yang berpendar di dalam mobil Elleandra. Hanya sepersekian detik sebelum cahaya itu semakin meredup lalu perlahan menghilang.

Pria paruh baya tadi berbalik pergi. Dia kembali membaur dengan Polisi lain, bersikap seolah dia tidak menyaksikan kejadian aneh yang baru saja terjadi.

Bahkan, tidak ada yang menyadari jika pria itu tengah mengukir seringaian tajam di bibirnya.

[RA] 02 : Masuk ke Dunia Novel

Sinar matahari yang berwarna jingga keemasan sedikit memasuki celah jendela salah satu suite room di sebuah rumah sakit terbesar yang terletak di jantung kota. Ruangan itu tampak sepi, hanya suara bedside monitor yang terdengar berbunyi secara konstan.

Mesin itu terhubung pada tubuh seorang gadis dengan kulit seputih porselen. Kelopak mata yang memiliki bulu lentik itu terpejam dengan tenang seperti tidak ada kehidupan atau seperti orang yang telah tertidur dalam jangka waktu lama.

Namun, tiba-tiba, kening gadis itu tiba-tiba terlihat berkerut dengan halus. Kemudian kepalanya menoleh lemah ke kanan dan kiri dengan mata yang tetap terpejam erat. Juga, bulir keringat mulai membasahi pelipis gadis itu.

Gadis itu seolah-olah tengah mendapat mimpi buruk dalam tidurnya.

TAK!

Mata milik gadis yang terpejam erat itu tiba-tiba terbuka, memperlihatkan manik berwarna hazel yang begitu cantik.

"Sshhh." Gadis itu melenguh pelan lalu mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Dia mengerutkan kening, merasa asing dengan ruangan yang dia tempati sekarang. "Gue di mana?"

"Tunggu dulu ... g-gue selamat?" Gadis itu bertanya pada dirinya sendiri. Dia memeriksa kondisi seluruh tubuhnya. Mulai dari kepala, dada, tulang rusuk, perut hingga kaki.

Gadis itu melongo.

"Nggak mungkin!" Gadis itu berkata dengan raut tidak percaya.

"Elleandra, lo nggak mungkin punya sembilan nyawa, kan?"

Ya, gadis itu, Elleandra Caroline. Gadis itu sekali lagi menyingkap selimutnya dan mengamati tubuhnya mulai dari bawah hingga dada.

Bagaimana mungkin tidak ada patah tulang sama sekali. Bahkan, di dadanya hanya menempel alat yang terhubung dengan monitor pasien dan sebuah tiang infus yang terhubung ke tangan kirinya.

Hanya itu.

"Is it possible? I didn't even break any of my bones!"

[Apa itu mungkin? kecelakaan itu bahkan gak membuat tulang-tulang gue patah!]

Elleandra menganga. Ingatan mengenai kecelakaan itu bahkan masih terpatri dengan jelas di ingatannya. Suara benturan yang keras, mobilnya yang terguling, bahkan dia juga masih mengingat rasa sakit yang mematikan seluruh indera di tubuhnya pada saat itu.

"Lara sama Naila! Iya, gue harus cari tau keadaan mereka. Ini terlalu aneh dan nggak masuk akal," kata Elleandra sambil menyingkap selimut di tubuhnya.

Elleandra melepas alat yang menempel di dadanya. Membuat monitor di samping tempat tidurnya tidak lagi mendeteksi apa pun.

Ketika dia ingin turun dari brangkar dan meraih tiang infus, sebuah suara seperti alarm tanda bahaya berbunyi nyaring. Lalu, lampu yang menerangi ruangan yang dia tempati berkedip-kedip.

Elleandra mematung di tempatnya. Gadis itu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sampai, suara beberapa langkah kaki terdengar diikuti pintu ruangan yang terbuka keras membuat Elleandra menoleh.

Tatapan Elleandra beradu pandang dengan beberapa dokter dan suster yang berdiri berjejer di depan pintu masuk ruangan. Terlihat jelas jika mereka tengah menatap Elleandra dengan raut panik.

Namun, begitu mereka melihat Elleandra yang tengah duduk di brangkar dan tidak dalam kondisi membahayakan seperti yang mereka duga sebelumnya, alih-alih memasang raut lega, mereka justru memasang raut terkejut.

Ada apa?

Kenapa mereka begitu terkejut?

Dokter bernama Angkasa menghampiri Elleandra terburu-buru, kemudian dengan cepat dia memeriksa kondisi vital Elleandra. Setelah selesai mengecek Elleandra, Dr. Angkasa terlihat begitu lega.

"Syukurlah, sekarang kondisi kamu baik-baik aja. Tapi, kami masih perlu memeriksa kondisi vital kamu lebih lanjut," kata Dr. Angkasa.

'Ini cuma perasaan gue aja atau … gaya bicara dia emang sesantai ini sama pasiennya?' Batin Elleandra sembari mengerutkan dahi samar.

Elleandra menatap Dr. Angkasa dengan senyum canggung. Dia merasa aneh dengan gaya bicara Dr. Angkasa yang terkesan begitu santai, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sebelumnya.

"Apa kamu sendiri yang melepas alat ini?" Dr. Angkasa menatap Elleandra sambil menatap selang yang terhubung dengan alat monitor pasien

Elleandra mengangguk tanpa ragu.

"Seharusnya alat ini tidak boleh kamu lepas begitu saja, Lea." Dr. Angkasa terlihat mengela nafasnya.

Lea?

Elleandra mengernyitkan alisnya. Belum ada yang memanggil namanya dengan sebutan Lea sebelumnya.

'Tunggu dulu, gue bisa tanya soal apa yang terjadi sama gue ke dia, kan?' Batin Elleandra sambil menatap Dr. Angkasa.

"Em, Dok. Saya boleh tanya sesuatu sama Dokter, nggak?" Elleandra mengamati Dr. Angkasa yang saat ini tengah menatapnya dengan raut yang teihat aneh.

"Jujur, saya terkejut melihat kamu bisa berbicara dengan santai seperti ini, Lea. Tapi itu kemajuan yang bagus. Kamu boleh bertanya apa saja dengan saya," kata Dr. Angkasa.

"Pertama-tama, bisa nggak kalau Dokter panggil saya Elle aja dan jangan Lea karena jujur, saya nggak terbiasa dengan panggilan itu.

Kedua, kenapa badan saya nggak ada luka sama sekali padahal saya masih ingat betul kalau kecelakaan mobil itu besar kemungkinan membuat nyawa saya..., ehm, menghilang?" Tanya Elleandra panjang lebar.

Namun, alih-alih memberikan jawaban, Dr. Angkasa justru terdiam sambil menatap Elleandra dengan raut bingung.

"Maksud perkataan kamu apa, Lea?"

"Kecelakaan mobil yang menimpa saya kemarin, Dokter. Saya masih ingat jelas, kok!" Elleandra berkata sambil memasang raut kesal.

"Elleanor, apa kepala kamu terasa sakit? Sepertinya saya harus melakukan prosedur Computerized Tomography Scan terhadap kamu. Saya khawatir telah melewatkan sesuatu yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini, Elleanor." Dr. Angkasa berucap khawatir.

"..."

Elleandra terdiam membeku.

Tunggu dulu! Elleandra tidak salah dengar, kan?

"Dokter tadi panggil saya siapa? E-Elleanor?" Tanya Elleandra dengan raut bingung.

Dr. Angkasa mengangguk kaku. Dia merasakan ada yang aneh dengan gadis yang duduk di hadapannya ini.

"Dok, nama saya Elleandra, bukan Elleanor. Dokter gimana, sih! Aneh banget," ketus Elleandra. "Udah, ah, minggir. Saya mau cari teman saya dulu."

Elleandra beranjak dari duduknya namun segera dihalangi oleh Dr. Angkasa.

"Teman? Siapa teman yang kamu maksud, Lea?"

"Lara sama Naila, Dok!. Mereka juga jadi korban kecelakaan kemarin! Saya yakin beritanya udah nyebar ke seluruh kota!" Elleandra memutar bola matanya jengkel.

Dr. Angkasa menatap prihatin ke arah Elleandra.

"Elleanor, tolong tenang dulu." Dr. Angkasa menatap Dokter dan Suster yang tadi datang bersamanya. Dia mengkode mereka agar keluar dari ruangan. Mereka hanya bisa menurut tanpa mengucap sepatah kata, namun, raut khawatir masih tergambar jelas di wajah mereka.

Sekarang di ruangan ini hanya tersisa Elleandra dan Dr. Angkasa.

"Elleanor, dengarkan saya baik-baik." Dr. Angkasa menatap serius ke arah Elleandra yang kini terdiam.

"Nama kamu adalah Elleanor Sezadly. Usia kamu 17 tahun dan kamu adalah anak bungsu dari Thomas Sezadly dan Roseia Sezadly. Kamu punya satu kakak laki-laki bernama Kavin dan adik bernama Louisa. Apa kamu ingat?"

Elleandra tercenung ditempatnya. Dia menatap raut wajah Dr. Angkasa dengan teliti. Lalu, sedetik setelahnya dia memegang tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin.

Kini, gantian Elleandra yang merasa aneh.

Sungguh, Elleandra seperti tidak merasakan adanya kebohongan dari segala hal yang diucapkan oleh Dokter tampan itu.

'Nama-nama itu kenapa agak familiar di ingatan gue, ya? Atau cuma perasaan gue aja?' Batin Elleandra cemas.

Namun, Elleandra lagi-lagi menepis semua hal aneh yang dia rasakan semenjak dia terbangun tadi.

"Elleanor Sezadly? Dokter mau nipu saya, ya? Nama saya itu Elleandra Caroline, bukan Elleanor seperti yang dokter bilang barusan. Nama orangtua saya Danubrata dan Kirana, saya emang punya kakak laki-laki, tapi saya gak punya adik! Dokter pikir saya lupa sama identitas saya sendiri?" Elleandra menjelaskan dengan panjang lebar.

"Identitas mana yang kamu maksud? Kenapa sejak tadi kamu terus berbicara aneh? Jujur, Ini seperti bukan kamu, Lea." Dr. Angkasa menghela nafas pelan.

Akhirnya, Dr. Angkasa meraih ponsel di sakunya dan mengotak-atik ponsel itu sebentar, setelah selesai dengan apa yang dia lakukan, dia menunjukkan sesuatu yang terdapat pada hamparan layar ponselnya pada Elleandra.

Apa yang ditunjukkan oleh Dr. Angkasa membuat Elleandra membuka mulutnya lebar, menggambarkan raut terkejut yang terlihat jelas.

'Apa!' Elleandra menjerit dalam hati.

Elleandra menajamkan pengelihatannya. Dia merebut ponsel milik Dr. Angkasa untuk memastikan tentang apa yang baru saja dia lihat.

"N-Nggak mungkin," lirih Elleandra. 

Wajah gadis itu berubah pucat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!