NovelToon NovelToon

HALLO, OM ...!

DIBUAT GILA

"Bella ...?"

Pada awalnya Eros masih belum begitu yakin, jika gadis cantik berperawakan tinggi semampai disertai lekuk tubuhnya yang aduhai menggoda iman itu adalah Bella.

Tapi ternyata benar dugaannya, gadis itu benar-benar Bella. Nama lengkapnya Bella Erlangga, yang tak lain dan tak bukan merupakan putri semata wayang Biyan Erlangga ... sahabat sejati Eros.

"Bella ...!"

Merasa panggilannya yang cukup keras namun tetap tak diacuhkan, membuat Eros nekad menarik lengan gadis yang sedang tenggelam dalam irama musik Rhythm and Blues atau lebih dikenal dengan nama musik RnB, yang merupakan salah satu genre musik paling populer yang sering dibawakan oleh band-band ibukota seperti yang sedang menghibur para pengunjung yang memadati club miliknya pada malam ini.

Eros bahkan harus berupaya ekstra keras memaksa agar Bella bisa menyadari kehadirannya, dan benar saja, karena pada akhirnya dalam sekejap gadis itu pun sangat terkesiap menyadari siapa sosok jangkung bertubuh tinggi tegap yang menjulang tegak dihadapannya.

"Om Eros ...?" sepasang pupil mata indah milik Bella terlihat melebar, menyadari kehadiran Eros yang sedang menghunuskan tatapan mata elangnya yang setajam belati.

Awalnya Bella terlihat sangat terkejut setengah mati, namun detik berikutnya wajah cantik itu mulai berubah semringah, kemudian memekik dengan kenesnya.

"Om Eroooossss ...!!"

Bugghh ...!

Tubuh kekar Eros sedikit terhuyung ke belakang, tak siap menerima pelukan Bella yang langsung menghambur begitu saja kearahnya tanpa canggung.

Aroma alkohol yang tertangkap samar oleh indera penciuman Eros, menandakan bahwa gadis yang kini sedang mengalungkan kedua lengan di lehernya itu sedang berada dalam pengaruh alkohol ... entah seberapa banyak.

"Bell, Bella mabuk yah ...?" pungkas Eros seraya meraih kedua bahu Bella yang polos, mencoba menjauhkan tubuh mungil yang menempel ketat ketubuhnya.

Bukan apa-apa ... melainkan karena Eros tidak bisa membohongi dirinya bahwa pelukan Bella yang begitu lekat cukup membuatnya risih, apalagi saat menyadari beberapa bagian tubuh indah gadis itu yang ikut menekan beberapa bagian tubuhnya sendiri, dan semua itu rasanya begitu penuh dan nyata.

Luar biasa ...

Sepertinya waktu ternyata sangat cepat berlalu.

Eros bahkan tidak tahu entah sejak kapan gadis cilik yang dulunya sering ia gendong acap kali bertemu Biyan, bahkan Eros pernah beberapa kali menyaksikan saat Biyan memandikan Bella kecil, dan kini gadis kecil itu telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang begitu lincah, menawan dan ... sangat menggoda jiwa.

Eros sadar betul, bahwa meskipun kemanjaan Bella tak sedikit pun berkurang, malah bahkan semakin bertambah ... namun Bella yang sekarang bukan lagi seorang gadis cilik berkepang dua, yang kemana-mana selalu memeluk boneka.

Bella yang sekarang telah menjelma menjadi seorang remaja yang cantik bertubuh padat berisi.

Selama ini sosok Bella sudah selayaknya anak sendiri bagi Eros. Sehingga acap kali terbersit sedikit saja hasrat setiap kali Bella bermanja kepadanya ... diam-diam Eros merasa sangat malu, merasa bersalah, bahkan merasa berdosa!

Eros seolah menjelma menjadi lelaki brengsek dalam sekejap, karena hasrat alamiah seorang pria yang kerap menggoda keimanan Eros.

"Ishh, Om Eros tau gak? Udah dari tadi Bella tuh kelimpungan nyariin Om Eros kemana-mana tauk ..." ujar Bella yang masih gelendotan manja di leher Eros.

"Nyariin Om Eros? Emangnya ada apa, Bell?"

Bella terlihat menggelengkan kepalanya. "Gak pa-pa kok, Om. Bella cuma pengen ketemu Om Eros doang. Lagian ... Kenapa sih sekarang Om Eros jarang ke rumah? Bella kan jadi kangen ..."

'Kangen ...?'

'Betapa mudahnya gadis belia ini ngucapin kata kangen ...'

Eros menelan ludahnya, pening mendengar kalimat Bella yang terucap manja seperti biasanya, ringan tanpa beban, merayu telinga semanis gula.

"Ayo pulang ..." desis Eros kemudian, rada gak nyambung.

Eros berusaha mengacuhkan Bella sambil mengurai pelukan yang melilit tubuhnya begitu ketat, membuat berdebar. Namun yang ada Bella malah menolak memberi jarak seraya menggeleng tegas.

"Gak mau, Om ..."

"Pulang, Bell ..." ucap Eros lagi, semakin ngotot.

"Gak mau ..." rengekan Bella terdengar semakin manja, lagi-lagi mengelak sambil menunjukkan sifat aslinya yang keras kepala, khas Bella.

"Bell ..."

"Mmmhh ..."

Dikarenakan wajah Bella yang saat ini sudah menyelusup diantara ceruk leher Eros, maka dari itu de sah napasnya yang beraroma alkohol yang samar pun ikut menyapu leher Eros, membuat tengkuk Eros meremang seketika.

"Ya udah, kalo Bella tetap keras kepala kayak gini, Om bakal telepon Papanya Bella biar datang kesini buat jemput Bella ..."

"Aaaaakhh, Om Eros, ihh ... gak asik banget deh ...!"

"Ya lagian ..."

"Kenapa harus bawa-bawa Papa segala sih, Om ...?"

Bella menarik wajahnya cepat, hingga sepasang matanya yang bulat namun bersinar sayu menatap Eros lekat dengan aura protes yang kentara.

"Mau gimana lagi, Bella-nya bandel begini ..." sungut Eros menanggapi kalimat merajuk Bella.

"Om Erooosss ... Jangan bilang Papa Biyan kalo Bella ada di sini dong Om, pliiisss ..."

Eros diam sejenak, menatap Bella dalam-dalam yang juga sedang menatapnya penuh permohonan.

Tubuh Bella masih melekat tanpa jarak dengan tubuh Eros, kedua lengannya pun masih terkalung di leher. Yang berubah hanya wajahnya yang tak lagi bersandar manja ... karena sekarang sedang menatap Eros penuh harap ... sedikit mendongak.

Entah setan apa yang sedang merasuki otak Eros, sehingga tiba-tiba beringsut mundur setelah terlebih dahulu meraih pinggang Bella untuk merapat ke tubuhnya, membawa tubuh Bella bersamanya yang terus mundur hingga beberapa langkah ke sudut ruangan yang temaram.

Eros merasa dirinya seperti terhipnotis, pada sepasang mata yang sayu seolah menyesatkan ...

Hidung yang mancung melenakan ...

Belahan bibir yang penuh dan sedikit terbuka ...

Kepala Eros tertunduk mendapati semua pemandangan indah tersebut, diantara temaramnya lampu club, ditengah kebisingan musik RnB yang menghentak ...

Semakin lama semakin dekat ...

Terus mendekat ... dan ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Meskipun sedikit mabuk, bukan berarti Bella tidak menyadari pergerakan Eros.

Alhasil sepasang mata sayu milik Bella yang awalnya sedang mengawasi Eros dengan lekat, seolah membeku.

'Demi apa ... Omaigottt Belllaaaa ... Jangan bilang kalo sekarang Om Eros sedang berniat buat nyium ...! Aduuhh gimana nih ... Grogiiii ...'

Usai memikirkan hal-hal gila tersebut dalam benaknya, pada akhirnya Bella nekad menutup kedua matanya rapat-rapat.

Menanti dengan dada yang berdebar ... harap-harap cemas ... tak lupa memberanikan diri untuk membuka sedikit celah dari dua belahan bibir yang padat berisi, seolah sengaja mengundang khilaf bagi siapa pun mata yang memandangnya.

Pikiran Eros terasa kacau-balau, berlarian kesana-kemari, namun pemandangan wajah pasrah menanti milik Bella seolah tak bisa membuat Eros kembali.

Eros merasa dirinya benar-benar telah dibuat gila.

'Oh, sh it, Erosss ...'

'Ini gak boleh ...'

Sisi bathin Eros berusaha membangunkan kesadarannya yang mulai menguap, namun akal sehatnya tetap enggan menerima. Menolak disadarkan, memilih jalan setan yang kini sedang menuntun bibirnya agar bisa menjangkau bibir yang merekah indah dibawah sana.

Tinggal beberapa inchi lagi ...

dan ...

"Hey, kamu ... cepat lepasin Bella ...!"

Tiba-tiba saja lewat kehadiran sosok lelaki tak dikenal yang hadir diantara adegan slow motion tersebut, sukses menggagalkan semuanya.

Lelaki tak dikenal itu kini berusaha memisahkan paksa tubuh Bella dan Eros yang awalnya semakin berhimpit satu sama lain ...

Bersambung ...

SALAH ALAMAT

Visual Cast :

Biyan Erlangga (Brant Dougherty)

Eros Rahadian (Boran Kozum)

Bella Erlangga (Dasha Taraan)

Ayushita Melani (Nancy "Momoland")

...

Eros merasa sedikit terhuyung, manakala tubuhnya telah di dorong kasar oleh pria yang sama, yang telah memisahkan tubuh Bella yang semula menempel ketat dalam pelukannya.

"Dasar om-om me sum, berani-beraninya tangan kotor kamu mau nyentuh pacar aku ... Mau mati ya?! Ha-ah?!"

Belum juga sepenuhnya sadar dengan apa yang sedang terjadi, manakala kerah kemeja yang dikenakan Eros telah dicekal kuat oleh sebuah tangan lelaki.

Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Eros untuk berkelit membebaskan dirinya, dengan cara balik menghempaskan cekalan tersebut, dan di detik berikutnya keadaan telah berbalik seratus delapan puluh derajat ... kini gantian Eros yang mendorong kasar tubuh tak dikenal itu.

"Aduhh ...!"

Lelaki itu terhuyung kebelakang, hingga menabrak tiang beton yang lumayan kokoh, hingga dia mengaduh keras.

"Aaaww, punggung aku ... Sshh ..."

Beruntung posisi mereka saat ini telah berada di sudut club yang agak temaram, sehingga insiden tersebut tidak sampai mengundang perhatian orang-orang, yang semuanya seolah terfokus di panggung mini, dimana sebuah band ibukota ternama sedang menyuguhkan penampilan mereka yang ciamik.

Seujung kuku pun Eros tidak peduli dengan wajah meringis itu, karena sepasang mata elangnya nanar menatap Bella yang kelihatannya masih nge-lag dengan semua hal yang terjadi secara tiba-tiba di depan hidungnya.

"Steve ...?" bibir Bella nampak mengeja sebuah nama, begitu ia mengenali siapa gerangan sosok lelaki yang baru saja merusak moment berharganya bersama Eros.

Lelaki yang masih saja meringis kesakitan itu rupanya bernama Steve, teman se-kelas Bella yang merupakan salah satu dari sekian banyak circle pertemanan gadis itu di lingkungan kampus.

Sejenak Eros menguliti sosok Steve dari atas sampai ke bawah, bawah sampai ke atas.

Sekalipun suasana club malam ini begitu temaram seperti biasanya, namun Eros bisa menilainya. Bahwa dari wajah dan postur tubuh yang bak seorang remaja pada umumnya, sangat terlihat bahwa usia Steve pastilah masih sangat muda, mungkin seumuran Bella.

Untuk sejenak tangan Eros terlihat bergerak merapikan kerah kemejanya yang kusut akibat cengkeraman Steve barusan.

Eros tidak mengenal Steve, Eros juga tidak pernah melihat lelaki muda itu sebelumnya. Hanya menduga-duga siapa gerangan, namun tetap saja menolak percaya jika dia benar-benar kekasih Bella.

Masih dengan wajahnya yang kesakitan, Steve bergegas bangkit mendekati Bella. Kedua tangannya langsung bertengger pada bahu Bella di kiri dan di kanan, seolah ingin memastikan bahwa keadaan gadis itu baik-baik saja.

"Bell, astagaaa ... Syukur aku datang tepat waktu. Lagian siapa sih lelaki itu ...? Berani-beraninya ngedeketin Bella, sampe mepet-mepet gitu ..."

"Heh, Bocah, aku yang seharusnya nanya, siapa kamu? Malam udah selarut ini, beraninya kamu bawa Bella ketempat seperti ini ...? Kamu tuh benar-benar mau cari mati yah ...?!" ujar Eros menyela ucapan Steve dengan intonasi suaranya yang dingin menusuk.

Kemudian tanpa menunggu waktu lama dengan gerakan yang gesit dan bertenaga Eros kembali menarik tubuh Bella hingga terlepas dari kekuasaan lelaki muda yang tak dikenalnya itu, membawa Bella kembali ke sisi tubuhnya.

Steve menatap Eros dengan tatapan kaget, namun tatapan tajam Eros balik menusuk tepat di manik mata, mau tak mau membuat nyali Steve langsung menciut.

'Jangan bilang bahwa om-om ganteng ini tuh Biyan Erlangga, yang gak lain adalah Papanya Bella. Tapi kalo emang demikian ... maka matilah kamu, Steve ...!'

Steve menjadi parno sendiri, saat tersadar kalau selama ini dia memang sering mendengar bahwa Papanya Bella termasuk dalam kategori sugar daddy, alias masih sangat tampan di usianya yang matang ... apalagi dengan statusnya yang seorang hot duda.

'Lagian kenapa aku bego banget sih, pake acara salah alamat segala ...?'

'Ya ampun, nasib ... nasib ...'

'Tapi kalo benar pria ini Papanya Bella, trus kenapa adegan barusan ... Kayak ... Kayak orang yang mau ...'

'Akkkkhh Steveeee, seharusnya sejak awal kamu tuh gak usah ikut campur ...!'

Buru-buru Steve menghalau berbagai pemikiran aneh yang nyantol diotaknya, kemudian menggantinya dengan sejumlah penyesalan yang mencuat silih berganti, sehingga membuat otak Steve rasanya semakin kacau.

Pada akhirnya Steve hanya bisa berdiri salah tingkah bak dihadapkan pada pilihan yang maha sulit dari buah simalakama.

Rasanya Steve ingin kabur saat itu juga, kalau perlu hingga ke lubang semut, namun sisi hatinya yang lain juga menolak jika dirinya harus menjadi lelaki pengecut karena berniat melarikan diri usai membuat ulah.

"Maaf, Om, dia Steve ... salah satu sahabat Bella di kampus ..." Bella berucap lirih.

"Sudah aku duga ..." sungut Eros masih minim ekspresi.

"Maafin Steve yah, Om, Steve kayak gitu karena belum gak kenal Om Eros aja ..." Bella menatap Eros penuh permohonan juga sesal yang nyata, sementara Steve nyaris mendapat serangan jantung mendengar ucapan permohonan Bella.

'Om Eros? Bella baru aja menyebut pria itu dengan panggilan Om Eros ...?'

Benak Steve menjadi semakin kacau, mengetahui kenyataan tersebut.

'Oh my ... Itu artinya pria itu emang bukan Biyan Erlangga, Papanya Bella. Tapi ... Oh em ji ... Kalo lelaki ini adalah Eros, maka gak salah lagi ... dia pasti Eros Rahadian. Sahabat Papanya Bella, yang juga merupakan pengusaha sukses sekaligus pemilik club tempat dirinya, Bella, dan beberapa teman lainnya hang out malam ini ...!'

Menyadari hal itu rasanya Steve ingin menangis.

'Mati aku! Kenapa pula nasib aku apes begini sih ...?'

Lagi-lagi Steve membathin masygul, terpekur tanpa daya ... pasrah!

Steve seolah sadar betul, bahwa kali ini dirinya benar-benar sedang berada dalam masalah besar.

"Lagian Steve juga ngomong apa, sih? Emangnya sejak kapan Bella jadi pacar Steve ...?"

Kali ini tatapan Bella beralih ke arah Steve.

Bella telah berucap dengan kalimat protes yang kental, lengkap dengan wajahnya yang dipenuhi aura kekesalan.

Gadis berusia sembilan belas tahun itu bahkan sudah berdiri berkacak pinggang, menatap Steve yang sukses menggagalkan moment epic yang telah sekian lama diimpikan Bella siang dan malam.

'Dasar Steve bego! Lagian untuk apa sih Steve pake acara muncul dan mengacaukan semuanya?'

'Mana pake acara ngaku-ngaku pacar Bella segala ...'

'Dia gak tau apa, untuk bikin Om Eros nyaris khilaf kayak tadi itu adalah pekerjaan yang teramat sangat sulit ...?!'

'Mana sejak tadi udah sengaja susah payah sok-sok akting kayak orang mabok, endingnya malah begini ...'

Bella ngedumel panjang-pendek dalam hati, menyadari bayangan indah pertautan manis antara bibirnya dan bibir Eros yang sexy nyaris menjadi kenyataan, kalau saja Steve tidak datang seperti perompak dan merusaknya.

Steve terlihat beringsut perlahan, sedikit demi sedikit tubuhnya mendekat kearah Bella, seolah mencari perlindungan. Kali ini ia tidak bisa lagi menyembunyikan kegugupannya menerima tatapan tajam Eros yang terus terhunus kearahnya meskipun tanpa bicara.

"Maaf deh Bell, aku pikir tadi itu ada om-om iseng yang lagi godain Bella ..." Steve berbisik dibelakang telinga Bella.

Bella melotot kesal mendengar kalimat Steve yang terucap sambil cengengesan itu.

"Habisnya, kalian udah kelihatan kayak sepasang insan yang mau ..."

"Mau apa?!" pungkas Eros sewot, langsung memotong kalimat bisik-bisik Steve dengan suaranya yang keras, seolah ingin mengalahkan irama musik RnB yang menghentak. "Berani bicara yang aneh-aneh lagi, aku hajar beneran mulut kamu yah."

"Maaf deh Om ... Maaf ... Iya deh ... Kayaknya emang aku yang salah lihat ..."

Steve menghiba dengan sepenuh hati, mulai tidak yakin dengan penglihatannya sendiri.

'Iya, bener, pasti aku yang salah lihat, aku juga yang salah alamat ...!!'

'Gak mungkin juga-lah kalo Om Eros berniat mau nyium Bella ...?!'

'Gak ... Gak mungkin. Bagi Bella pria itu bahkan udah gak ada bedanya dengan Papanya sendiri. Udah jelas, pasti mataku nih yang bermasalah ...!'

Tak terhitung lagi sudah seberapa banyak Steve membathin penuh penyesalan.

"Om Eros, maafin aku yah. Aku yang salah karena terlanjur menuduh Om Eros yang enggak-enggak. Sekali lagi maafin aku yah, Om ..." dengan sigap Eros menghaturkan permintaan maafnya yang penuh ketulusan juga penyesalan yang mendalam.

"Ya udah, balik sana." jawab Eros singkat kearah Steve.

"T-tapi Om ..."

"Kan aku udah maafin kamu." pungkas Eros lagi.

"B-baik, Om ... T-tapi Bella ..."

"Gak usah mikirin Bella, karena aku sendiri yang akan nganterin Bella pulang ke rumah ..."

...

Bersambung ...

JANGAN MEMBANTAH

"Bella gak mau pulang sekarang, Om, teman-teman Bella masih ada di dalam semua ... Bella aja belum pamitan ..."

Eros yang berjalan di depan sedikitpun tidak mengacuhkan segala usaha Bella yang hendak berkelit dari dirinya.

"Penting banget yah pamitan sama teman-temannya Bella?" ujar Eros tanpa menghentikan langkahnya, apalagi mengendurkan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Bella yang sedari tadi tak henti berontak.

"Pentinglah. Bella kesini kan bareng mereka ..."

"Hallaaahh ... Bella kesini aja gak pamitan sama Papa Biyan, giliran cuma sama teman-teman aja pake acara repot pengen pamitan."

Bella melotot kesal menerima sindiran pedas Eros. Kali ini Eros benar-benar berhasil membawa Bella ke parkiran depan, tepat dimana mobil tipe SUV miliknya, terparkir manis di parkiran khusus, karena Eros sendiri merupakan owner alias pemilik dari club dengan nama Miracle itu.

Bunyi lock otomatis mobil Eros terdengar. Pria itu terlihat membuka pintu mobilnya dan mengambil sesuatu dari sana.

"Minum dulu, biar maboknya ilang ..." ujar Eros sambil menyodorkan sekaleng Bear Brand yang telah terlebih dahulu ia buka kemasannya.

Bella pun menerima pemberian Eros tersebut dengan setengah hati, kemudian mulai meneguk produk minuman susu steril dengan kemasan berwarna putih, bergambar seekor Beruang yang memegang segelas susu.

"Siapa juga yang mabok ..." kilah Bella lirih namun toh ia tetap patuh dan kembali meneguk minuman pemberian Eros hingga tandas.

"Sini kalengnya." pinta Eros sambil mengambil alih kaleng kosong tersebut dari tangan Bella, dan membuangnya kedalam tong sampah yang tak seberapa jauh letaknya dari mobil.

Bella terus menatap tindak-tanduk Eros, sampai pada saat dimana Eros kembali ke hadapannya dan menyadari bahwa Bella masih keukeuh berdiri di tempatnya.

"Malah bengong ... Tunggu apalagi? Naik ke mobil cepetan ..." ujar Eros sambil membuka pintu di samping Bella.

Bella menghentakkan kaki dengan kesal mendengar titah tegas itu. "Om Eros nyebelin deh ..." protes Bella.

"Biarin."

"Ish ... Om Eros ...!!"

"Jangan membantah." kali ini pergelangan tangan Bella telah Eros raih, guna memaksa Bella yang keras kepala agar segera masuk ke mobil.

"Nanti kalo teman-teman Bella pusing nyariin Bella gimana dong, Om ..."

"Bodo."

"Om Eros ihh ...!"

Eros melotot. "Udah dibilangin jangan membantah ..."

"Iya, Bella bukannya membantah ..."

"Kalau bukan membantah lalu apa namanya, Bell?"

"Bella cuma mau bilang kalo teman-teman Bella di dalam sana pasti bakal nyariin ..."

"Eros ...?"

Kepala Eros dan Bella sama-sama menoleh ke arah yang sama, begitu mendengar sebuah suara lembut yang berhasil menjeda perselisihan diantara mereka.

"Egh, Vira ...? Kok ada di sini ...?" alis Eros bertaut nyata.

Wanita cantik yang di sapa 'Vira' itu tersenyum manis saat mengetahui bahwa Eros begitu cepat mengenalinya.

"Baru kelar meeting sama klien, lalu bos ngajak hangout kesini ..."

"Lah ... Trus kenapa malah sendirian aja? Katanya sama Bos ...?" kepala Eros sontak celingak-celinguk saat menyadari bahwa kenyataannya Vira hanya sendirian, sedang tidak bersama siapa-siapa.

"Mereka semua udah di dalam, tadi aku sengaja keluar sebentar untuk ambil ponsel yang ketinggalan di mobil ..."

Vira memperlihatkan sebuah ponsel yang ada di tangan kanannya kearah Eros, yang manggut-manggut mendengar penjelasan Vira tersebut lewat tutur katanya yang lembut.

Sesaat kemudian tatapan Vira telah menyapu sosok gadis belia yang membisu diantara dirinya dan Eros, sementara jelas terlihat jika pergelangan tangan sang gadis tengah berada dalam kekuasaan lelaki itu, seolah takut jika genggamannya terlepas, maka gadis itu akan melarikan diri.

"Ros, siapa nih ...?" tanya Vira kepo, saking tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya atas keberadaan gadis belia, yang pastinya memiliki sebuah hubungan dengan Eros, lelaki yang diam-diam telah menjadi crush-nya sejak ia mengenal Eros untuk yang pertama kali.

"Oh, dia ... Dia keponakan aku, Vir. Namanya Bella."

'Ternyata cuma keponakan ... Syukur deh ...'

Tak bisa disangkal jika mendengar jawaban tersebut, Vira bukan main leganya.

"Kenapa, Vir?" tanya Eros keheranan, mendapati Vira yang senyam-senyum sendiri.

Vira terlihat menggeleng, masih dengan senyum yang manis terukir.

"Gak pa-pa kok, Ros. Barusan aku cuman sempat mikir jangan-jangan dia pacar baru kamu lagi ..."

Mendengar itu Eros malah tergelak, sementara Bella terlihat mendengus.

"Gak lah. Ngaco kamu, Vir, masih a be ge ini ..." ucap Eros sembari mengacak sejenak ubun-ubun kepala Bella yang terlihat sedang mengacuhkan kehadiran Vira secara terang-terangan.

Helaan napas lega Vira terdengar jelas diantara tawa renyah Eros, sementara Bella justru membuang muka, lagi-lagi mencibir tanpa kata, melihat adegan ramah-tamah yang sedang terjadi di depan hidungnya yang bangir.

'Keponakan lagi ... Keponakan lagi ..."

'Bisa gak sih sekali-kali dikenalin sebagai bidadari surga?'

'Haihh, entah kapan bisa merasakan di kenalin sebagai kekasih, Bell ... Bell ...'

Bella membathin gemes.

'Oke, baiklah Om Eros yang sok ganteng ... Liat aja ntar Bella buat bucin sampai klepek-klepek baru nyaho ...'

Lanjut bathin Bella yang isinya halu semua, kembali riuh.

"Bell, kenalan dulu deh sama Vira ..." pungkas Eros sambil menoleh ke arah Bella yang sejak tadi betah mengunci mulut.

Vira terlihat menyodorkan tangannya ke arah Bella dengan ramah serta penuh senyuman. "Halo Bella ... Kenalin, aku Vira ..."

Mau tak mau Bella pun menyambut uluran tangan itu sambil lalu. "Bella." berucap singkat, dengan wajah yang sedatar papan tulis.

Melihat sikap acuh dan sedikit judes dari Bella, sontak Eros melotot kecil, namun Bella tetap cuek bebek.

"Maaf, Vir, dia emang lagi ngambek. Maklumin aja yah ..." ucap Eros yang tak enak hati atas sikap Bella yang jutek.

"Loh kok bisa ngambek sih? Kenapa emangnya, Ros?"

'Dih, kepo nih betina ...'

Bella membathin dongkol.

"Biasalah, ketahuan party sama teman-temannya di dalam. Egh, diajak pulang malah gak mau ..."

"Oh ..."

'Apa'an pake oh segala, Munaroooohhh?'

Bella membathin dongkol, kali ini sambil terang-terangan monyongin bibir dua centi.

"Maaf ya, Vir ..."

"Gak apa-apa, santai aja, Ros." pungkas Vira. "Egh, by the way, jadi kalian udah mau pergi, nih?"

"Iya, Vir, kita mau cabut duluan, mau nganterin Bella pulang ..."

"Padahal aku baru aja mau ngajak gabung kamu loh ..." Vira berucap lagi dengan tatapan tak rela.

Sejujurnya, hangout ke Club Miracle malam ini pun adalah gagasan cemerlang Vira untuk sang bos dan kliennya.

Dengan kata lain, Vira sengaja melakukan semua itu semata-mata agar dia bisa berjumpa Eros di tempat ini. Mana tahu kalau Eros malah berniat pergi demi mengurusi keponakan cantik yang kelihatan banget judesnya.

Sungguh tidak beruntung.

"Wah, sayang sekali malam ini gak bisa. Lain waktu aja deh."

Mau tak mau pada akhirnya Vira pun hanya bisa mengangguk lesu.

"Janji yah, Ros, lain waktu ..."

Lagi-lagi Vira mengulas senyum ramah di bibir, dan lagi-lagi juga Bella mencibir menyaksikan setiap gerak-gerik Vira yang gemulai mempesona.

'Cih, iya deh yang berasa paling cantik ...! Dari tadi senyum mulu, gak capek apa tuh mulut ...'

Bella terus saja ngedumel dalam hati, sambil membuang pandangannya jauh.

Sejak tadi ia bahkan susah payah menulikan telinga agar tidak semakin gondok, setiap kali mendengar suara Vira yang selalu terdengar merdu ... Bak bulu perindu ...

Bersambung ...

Like, Comment, Vote, Favoritekan, yuk support novel ini biar author tambah semangat ... 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!