"Selamat Nyonya Amanda, Anda hamil bayi kembar. Jaga kesehatan, dan sampaikan salam saya untuk Tuan Saga."
Amanda tersenyum bahagia, melihat hasil USG yang ada diatas buku ruang pemeriksaan sebuah rumah sakit langganan Keluarga.
"Terimakasih Dokter, saya permisi."
Amanda tersenyum, membalikkan badannya meninggalkan ruangan Dokter dengan perasaan bahagia. Bibirnya menebar senyum bahagia, karena kehamilan inilah yang selalu dia nanti setelah dua tahun pernikahannya dengan Saga sang suami tercinta.
Mengetahui dirinya hamil dan mengandung anak kembar, Amanda sangat senang. Dia langsung menghubungi suami, untuk membagikan kabar bahagia itu.
'Ini pasti menjadi kado pernikahan kita sayang ...'
Dia mencari nomor telepon Saga, menggeser lambang hijau pada layar handphone, dengan rona bahagia.
["Ya sayang ..."]
["Kamu masih sibuk? Coba tebak aku dimana?"]
["Oke ... Kamu bilang tadi pagi mau ke rumah sakit, sayang. Please kamu baik-baik saja, kan? Bagaimana menurut dokter dengan lelahnya kamu beberapa hari ini, sampai sulit sekali melayani aku?"]
["Aku hamil sayang ... Kita berhasil, aku bahagia telah mengandung anak kamu. Aku ingin memeluk mu, sayang."]
["Really? ... Iya-iya-iya ... Kamu pulang dulu, hati-hati, nanti aku bawakan makanan kesukaan mu. Aku masih di kantor, kita ketemu dirumah, ya. Jangan banyak pikiran, cukup pikirkan aku saja. I love you, istriku."]
["I love you too, sayang ..."]
Amanda Lakarsa, wanita muda berusia 22 tahun yang telah dinikahi Saga dua tahun lalu.
Hasrat yang tak terbendung membuat mereka memutuskan segera meresmikan pernikahan, karena selalu menghabiskan waktu bersama. Tentu setelah mendapatkan perdebatan dari keluarga Datuk Lakarsa.
Wajah cantik alami, sangat memikat hati Saga selaku pengusaha muda yang sukses di usia 28 tahun.
Amanda bergegas menuju mobil pribadi, melihat sopir yang menunggu sejak dia turun dari sana. Setelah menutup pintu mobil, dia mengabadikan foto hasil USG untuk segera dia kirim ke Saga melalui pesan singkat whatsApp.
'Kita akan menjadi pasangan yang sempurna, sayang ...,'
Mobil berhenti dikediaman mewah nan megah. Nuansa klasik modern memberikan kenyamanan di gerbang masuk menuju pintu utama kediaman keluarganya.
Datuk Lakarsa, menyambut sang putri kesayangan dengan pelukan hangat, setelah mendapatkan telpon dari Amanda sepanjang perjalanan.
Kaki jenjangnya menuruni mobil mewah pemberian Saga, mengejar Datuk yang telah menanti didepan pintu bersama Meican.
"Roooaaaar ...!" auman Meican menyambut putri kesayangan Datuk Lakarsa.
Amanda berlari kecil menaiki anak tangga dengan suara teriakan bahagia yang tak terkira.
"Ayah!"
"Hati-hati ..."
Datuk Lakarsa membuka tangannya lebar, menyambut Amanda yang sudah mendekat padanya.
"Bagaimana hasilnya, sayang?" tanya Datuk saat memeluk tubuh ramping putri kesayangannya.
Amanda mengeluarkan buku dan foto hasil USG rumah sakit, memperlihatkan pada sang Ayah bahwa didalam rahimnya kini ada dua nyawa yang akan tumbuh.
"Akhirnya kami berhasil Ayah. Saga akan pulang sebentar lagi. Aku mau Nyi Lingga Ni membuatkan kami makanan sepesial untuk aku dan Saga. Terimakasih Ayah," peluk Amanda di tubuh tegap Datuk yang tampak tenang walau sedikit khawatir dengan kehamilan putrinya.
Datuk Lakarsa mengusap lembut punggung Amanda, "Ayo ... Kita masuk. Saga akan kembali jam berapa, nak? Lingga Ni, Lingga Ni," panggilnya dengan suara yang menggema di seluruh ruangan.
Lingga Ni muncul dengan rona bahagia menyambut sahabat sekaligus putri tirinya.
"Aaaagh! Kamu berhasil sayang. Tidak sia-sia kamu minum ramuan ku, kan? Akhirnya setelah dua tahun lamanya menanti kalian berhasil. Aku senang beib ..." Pelukan hangat Lingga Ni sangat menyejukkan hati Amanda.
Entah kenapa air mata bahagia mengalir begitu saja membasahi sudut indah mata Amanda.
"Oooogh ... Kamu menangis sayang? Cup cup cup ... Sebentar lagi Saga pulang, kita makan besar bersama Meican dan Mesi. Sekarang kamu bersih-bersih dulu, pakai baju yang seksi untuk menyambut suami ...!" bisik Lingga Ni.
Amanda mengangguk, sedikit berbisik pada Lingga Ni tentang perasaannya kali ini, "Aku merasakan sesuatu, sejak tadi ... Apakah itu akan berdampak pada janinku?" tanyanya penasaran.
Lingga Ni hanya mengusap lembut bahu Amanda menoleh kearah Datuk yang tersenyum namun merasakan kegelisahan yang sama dengan putrinya.
Amanda menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Nuansa etnik Eropa yang menjadi kesukaan Saga dan dirinya.
Sebagai seorang istri yang manja, Amanda wanita yang paling beruntung. Memiliki suami mapan dan orang tua yang sempurna walau Ibu kandungnya telah lama meninggalkan dunia.
Amanda membuka pintu kamar, menghitung udara segar yang masuk dari arah jendela yang terbuka lebar. Balkon tempat dia menikmati malam bersama suami tercinta yang sangat mengasikkan sebagai sepasang suami-istri.
Amanda melihat foto pernikahan yang terpajang didekat sofa kamar, foto yang tampak seperti lukisan seorang pangeran membayangi harimau putih sambil memeluk tubuh ramping Amanda bak putri raja yang terlihat sangat sensual.
Mata keduanya saling menatap penuh cinta, dan hanya menyentuh punggung halus Amanda dengan satu tangan kekar Saga.
Amanda melenggangkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi, yang tertutup oleh waiting room dengan lemari dinding yang tinggi menjulang.
Tangan halus itu menyalakan air hangat didalam bathtub, dan membubuhkan wangian mawar serta menyalakan lilin terapi agar tubuhnya segar kembali.
Amanda memandangi perut tipis disebuah cermin, mengusap lembut kulit halus yang tidak menggunakan sehelai benang pun.
"Sayang ... Ini baby kita, baby kembar kita yang akan menjadi kebahagiaan kita ..." gumamnya mengusap lembut bagian bawah pusar dengan rona bahagia tak terkira.
"Aku tidak sabar ingin memeluk mu sayang ... Kamu suami terbaik ku, yang telah memanjakan aku selama ini ..." tambah Amanda.
Kaki jenjangnya memasuki bathub, perlahan menenggelamkan tubuhnya, menikmati kehangatan air yang mampu memberikan kenyamanan dalam jiwa Amanda, sehingga membuat dia terlelap walau sesaat.
.
Amanda memutarkan tubuhnya didepan cermin, melihat gaun seksi bercorak bunga mawar, yang mempertontonkan bahu putih dan mulusnya.
Seketika saat dia tengah memuji diri sendiri, Amanda kembali menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal.
Dia mengangkat satu alisnya bergumam sendiri, "Supri, kenapa dia ...?"
["Ya halo ..."]
["Nyonya Amanda ... Tuan Saga ... Tuan Saga, Nyonya?"]
["Ya ... Siapa ini?"]
Amanda melihat handphone beberapa kali, berusaha tenang untuk meyakinkan benar itu suara Supri sopir pribadi suaminya.
["Saya Supri Nyonya, sopir Tuan. Mobil kami terbalik di ruas jalan tol, dan kendaraan meledak hangus terbakar. Saya terpelanting keluar mobil, Nyonya ..."]
Amanda yang mendengar ucapan dari sopir pribadinya diseberang sana, merasa tidak percaya. Bagaimana mungkin suaminya terbakar, sementara Supri sopir pribadinya berhasil lolos keluar dari mobil.
["Ka-ka-kamu bercanda, Supri!!"]
Amanda membentak keras sopir pribadinya, karena telah memberi kabar yang tidak masuk akal.
["Benar Nyonya. Saat ini saya ada di Km 89 ruas jalan tol Jagorawa menuju kediaman Datuk. Tapi Tuan tidak berhasil diselamatkan."]
Handphone terlepas dari genggaman Amanda, tubuhnya melemah seketika, tangannya bergetar, kaki yang menopang ambruk setelah mendengar kabar duka tersebut.
"Saga! Saga!!!" teriaknya kencang didalam kamar yang menggema sehingga mengguncang seisi rumah.
"Saga!!! Jangan tinggalkan aku, sayang! Kita akan punya baby ... Ini harapan kita!!!"
Amanda menangis sejadi-jadinya, tubuhnya tergoncang, dua berita hari itu seketika membuat dia shock bahkan tak mampu untuk berdiri tegak.
"Sagaaaaa!!!"
Suara jeritan Amanda malam itu terdengar di seisi rumah mewah dan megah. Auman saling bersahutan membuat bulu kuduk para pelayan yang ada didalam rumah besar kembali meremang untuk kedua kalinya.
"Suara apa itu!?" tanya Datuk saat mendengar auman keras dan lantang dari arah lantai dua.
Pelayan saling bertatapan.
Tanpa menunggu lama, Datuk Lakarsa berlari kencang menaiki anak tangga untuk mencari keberadaan putri kesayangannya, Amanda.
Terlihat Amanda telah terbaring lemah tak berdaya dilantai kamarnya, dengan darah mengalir deras dari pangkal paha hingga ke kaki jenjangnya.
Dengan sigap Datuk menghampiri Amanda yang masih menyerukan nama 'Saga' ...
"Amanda!"
Datuk terlihat sangat panik, karena melihat darah segar yang terus menerus mengalir, membuat dia kembali berteriak memanggil istrinya.
"Lingga Ni! Lingga Ni!!"
Suara bariton Datuk menggema membuat para pelayan dan istri mudanya datang menghampiri ke kamar Amanda.
Betapa terkejutnya Lingga Ni melihat Amanda yang terus menerus menyebut nama Saga dengan mata tertutup namun mengeluarkan air mata dari sudut matanya, bergelimang darah segar di kakinya.
"Apa yang terjadi, Bang!?" pekik Lingga Ni melihat kondisi putri tirinya.
"Entahlah, cepat telepon kan ambulans, aku akan segera menghubungi Saga!" perintah Datuk.
Akan tetapi, handphone Amanda kembali berdering. Tentu Datuk dengan sigap menjawab panggilan yang tertulis nama sopir pribadi menantunya tersebut.
["Ya halo!"]
["Datuk ... Tuan Saga, Tu-Tu-Tuan Saga telah hangus terbakar ..."]
Terdengar isak tangis Supri dari seberang sana.
["Apa!? Dimana kalian!?"]
["Sa-sa-saya masih di kilometer 89, Datuk. Tol Jagorawa tepat di akan keluar pintu tol ..."]
Sambungan telepon terputus, membuat Datuk Lakarsa bergerak dengan cepat.
Semua tampak panik seketika, mendengar kabar duka yang begitu mendadak dan sangat tragis.
"Lingga Ni, kamu urus Amanda! Aku akan mengurus Saga. Bawa dia kerumah sakit, cepaaat!!!" teriak Datuk memberi perintah pada istrinya dan seluruh pelayan.
Perasaan was-was dan tidak menyangka akan terjadi seperti ini, membuatnya semakin tak kuasa menahan air mata.
Dengan cepat tubuh Amanda dibawa ke rumah sakit, dengan bantuan perawat rumah sakit yang tiba dengan cepat.
.
Keterkejutan Datuk Lakarsa melihat kejadian itu, saat tiba di lokasi kejadian hanya bisa pasrah. Melihat tubuh yang tak berbentuk dimasukkan dalam plastik jenazah
Suasana duka menyelimuti perasaan keluarga saat melihat tubuh yang tidak sempurna dibawa kerumah sakit menggunakan pembungkus mayat berwarna orange.
Petugas kebakaran dan pihak kepolisian, bertindak cepat untuk mengevakuasi korban yang ada didalam mobil di jalan tol.
"Ada lagi yang tertinggal, Tuan?" tanya pihak kepolisian pada Datuk saat memeriksa kondisi mobil yang hanya tinggal rongsokan besi tak berbentuk.
Datuk Lakarsa menggelengkan kepalanya, dia hanya berharap kandungan Amanda tetap berhasil di selamatkan. Karena hanya itu yang menjadi harapan untuk mengobati hati seorang istri yang ditinggal mati suaminya.
Semua pihak yang membantu mengevakuasi jenazah Saga tiba dirumah sakit dimana Amanda berada.
Situasi kembali semakin tak karuan saat dokter spesialis kandungan mengatakan, bahwa baby kembar Amanda dan Saga tak mampu bertahan untuk diselamatkan.
Akan tetapi, Lingga Ni yang berada disana menolak tidak percaya, karena hal itu biasa dialami wanita yang tengah mengandung dua bulan.
"Tidak bisa Ibu, Nyonya Amanda pendarahan. Saat ini yang kita lakukan hanya fokus menyelamatkan nyawa Nyonya Amanda. Karena dia banyak mengeluarkan darah. Saya harap, keluarga bisa menerima takdir," jelas dokter spesialis kandungan pada Lingga Ni yang masih berharap.
Lingga Ni hanya mengangguk pasrah, wajah pucatnya menoleh kearah Amanda, yang masih menggunakan selang oksigen dan masih dilakukan tindakan transfusi darah.
'Bertahan sayang ... Semua akan baik-baik saja ...' tangis Lingga Ni melihat kondisi Amanda.
Lingga Ni mencari keberadaan suaminya, dan meninggalkan Amanda dalam pengawasan dokter dan perawat.
Tubuh Amanda yang masih belum sadarkan diri, hanya dapat memberikan interaksi melalui detak jantung dan pergerakan mata yang seakan-akan terbuka sedikit tanpa disadari perawat yang berada di dalam sana.
Semua team medis hanya fokus pada keselamatannya, dan mengeluarkan janin yang ada dalam kandungan.
Amanda seperti tengah berada di dalam hutan yang rindang, menanti secercah harapan dan sinar surya cahaya malam.
Wajah cantiknya melihat sesosok harimau putih yang mengendus lembut pada kulit terhalus nya.
"Saga ..."
"Aku akan menunggu mu disini bersama anak kita sayang ... Berlari bersama dengan mereka, bermain di alam surga yang indah, hingga kita bahagia kekal abadi selamanya."
Hanya kalimat itu yang dapat di dengar oleh Amanda tepat di telinganya, dari bisikan seekor harimau putih yang menjelma bak pangeran bermata merah.
Tubuh Amanda menegang, meremas kuat selimut yang iya kenakan, terasa seperti akan mati, namun sinar cahaya merah menyala merasuki ubun-ubun kepalanya saat akan menarik nafas panjang.
"Aku mencintaimu, Amanda ..."
Perlahan suara Saga terdengar dengan hembusan nafas panjang, hanya mampu mengusap dengan satu kecupan, sehingga bibir hanya mampu berucap, "Jangan tinggalkan aku sendiri, Saga!" teriaknya di tengah hutan di sambut auman keras saling berlomba menyambut sang leluhur tiba.
.
Sudah lebih dari tiga minggu tubuh Amanda terbaring lemah di kasur rumah sakit, ditemani beberapa rekan kantor Saga yang datang silih berganti termasuk secretaris suaminya, Alamsah.
Pria bertubuh tegap, berperawakan blesteran itu kini hanya bisa melihat wanita cantik itu masih menutup matanya.
Alamsah sengaja hadir di sana setelah keluarga Datuk Lakarsa tidak berada di sana. Hanya mampu melihat sosok Amanda dari balik tirai dengan perawatan intensif di temani suster yang datang silih berganti menemaninya.
"Aku turut prihatin dengan kondisi mu saat ini Amanda ... Namun, aku hanya bisa berharap semoga setelah kamu siuman, dapat menerima kenyataan yang sebenarnya ..." gumam Alamsah di balik tirai.
Alamsah melihat tangan lembut Amanda bergerak perlahan, tangan halus itu kembali menegang, menunjukkan bahwa sesuatu terjadi di alam bawah sadar seorang yang tengah di ambang kematian.
"Suster ... Apakah Nyonya Amanda baik-baik saja?" bisik Alamsah melihat kondisi Amanda.
Suster mengalihkan pandangannya, melihat pergerakan Amanda yang mendekati siuman.
"Tentu Tuan. Kami telah melakukan yang terbaik untuk Nyonya Amanda. Walaupun dia harus kehilangan kedua-nya yang dicintai saat ini. Saya yakin, Nyonya akan siuman dan dapat menerima takdir.
Alamsah mengangguk mengerti, dia menghela nafas panjang, memilih pergi meninggalkan ruang perawatan, agar tidak diketahui oleh Keluarga Datuk Lakarsa.
Namun, saat akan membuka pintu kamar ruangan, telinga Alamsah mendengar suara rintihan Amanda yang sangat halus dan lembut. Suara auman kecil, dari bibir wanita yang masih sangat terpukul mesti kehilangan dua nyawa dalam waktu bersamaan ...
"Saga ..."
Suara itu terdengar sangat jelas, namun tak dapat di dengarkan oleh suster yang berada di sana.
Alamsah kembali mendekati Amanda, dia melihat wanita itu terus memanggil ... "Saga ..."
Sudah hampir satu bulan lebih Amanda masih terbaring lemah dalam situasi kamar yang berbeda. Situasi kamar yang indah, layaknya sebuah kamar peraduannya saat bersama Saga Nyoman sang suami yang telah pergi meninggalkannya.
Ya ... Kondisi saat ini adalah, Amanda tengah terbaring tenang di dalam kamar pribadinya, atas anjuran dokter karena dia terus memanggil nama Saga.
Dengan berbagai pertimbangan yang matang, Datuk Lakarsa menyetujui semua anjuran rumah sakit, tentu dalam pengawasan perawat atas permintaan Keluarga Datuk.
Nyi Lingga Ni tengah duduk disamping sahabat sekaligus anak tirinya, mengusap lembut lengan yang tampak cerah setelah menerima transfusi darah delapan kantong, setelah mengalami keguguran bayi kembarnya.
Amanda mengerang, sesekali merintih dan mengaum kecil layaknya seekor harimau kecil yang baru belajar mengaum.
Lingga Ni tersentak, wajahnya memerah saat mendengar auman kecil dari bibir Amanda yang mungil. Dia hanya bisa terdiam, tanpa mau membicarakan hal ini pada suaminya, Datuk Lakarsa.
Urat darah yang membiru kembali terlihat jelas dari wajah cantik Amanda, menandakan bahwa wanita itu mengalami perubahan yang sangat besar dalam tubuhnya.
Amanda menoleh ke kiri dan ke kanan, tangannya lagi-lagi menggenggam keras, membuat sprei tebal berwarna biru muda itu robek seketika kukunya merobek bak harimau.
Perlahan Lingga Ni mundur ke belakang agar tidak menjadi amukan baru bagi harimau wanita yang akan bangkit dari tidur panjangnya.
"Uhuug-uhuug-uhuug ..."
Amanda duduk seketika, seperti baru terjaga, dengan wajah tampak semakin muda, baru terjaga dalam tidur semalam nya. Dia terbatuk-batuk hingga mengeluarkan air mata, membuat Ibu tirinya cepat memberikan air putih untuk tubuh yang semakin terlihat segar.
"Kok dada ku sesak yah, Bu?" tanya Amanda belum menyadari masa komanya yang hampir satu bulan.
Lingga Ni hanya mengusap lembut pundak belakang Amanda, memberikan air putih untuk putri tirinya.
Wanita yang memiliki ilmu supranatural itu kembali bertanya pada Amanda, "Kamu terlihat segar. Bagaimana? Sudah mendingan?"
Amanda mengusap wajahnya lembut, mengangguk seperti tengah mengingat sesuatu.
"Nyi, apa yang aku alami? Apakah aku kehilangan segalanya?" tanya Amanda masih merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.
Lingga Ni hanya bisa tersenyum tipis, masih berusaha mencari waktu yang tepat, untuk menyampaikan semua yang terjadi selama Amanda koma tidak sadarkan diri.
"Tenanglah, semoga kamu segera pulih. Apa yang kamu rasakan saat ini hanya karena lamanya kamu tertidur," jelas Lingga Ni pada Amanda.
Amanda menaikkan kedua alisnya, wajah cantiknya terlihat semakin kebingungan, dalam mencerna pembicaraan dari Ibu sambungnya.
"Aku lapar Nyi, bisakah kamu memberikan aku makanan yang lezat? Aku seperti habis berjalan jauh, dan terasa sangat kelelahan," ucap Amanda membuat Lingga Ni bergegas memberi perintah pada pelayan.
Datuk Lakarsa yang mendengar putrinya siuman, berlari kencang menuju kamar putrinya, melihat Amanda dari pintu yang terbuka lebar.
"Oooogh, sayang ... Ternyata benar kata dokter bahwa kamu akan pulih jika di bawa kembali ke rumah," ucap Datuk mendekati Amanda yang masih duduk diranjang peraduannya bersama Saga.
Amanda menyambut tubuh kekar sang Ayah. Mendekap pria yang sangat mencintai nya sejak dulu.
"Ayah ... Aku lapar," rengek Amanda layaknya anak kecil.
Meican dan Mesi yang sengaja di lepas dikediaman Keluarga Datuk Lakarsa, memilih masuk kedalam kamar Amanda.
"Roooaaaar ...!" auman kerasnya bersahutan menyambut sang leluhur yang terjaga dalam tidur panjangnya tanpa di sadari oleh Amanda dan semua keluarga.
Meican harimau kuning keemasan itu memilih tidur diranjang kokoh Amanda, sementara Mesi meringkuk di lantai kamar, yang memiliki karpet tebal Timur Tengah layaknya kamar seorang putri raja.
Pelayan membawakan makanan, sesuai permintaan Amanda, menu spesial yang menggugah selera wanita cantik yang terlihat lebih muda dan sangat menawan dari usia sesungguhnya.
Lingga Ni, menyuapkan makanan ke dalam mulut Amanda agar, wanita yang telah menjadi janda tersebut kembali bertenaga dan mereka dapat menceritakan kondisi Saga yang telah tiada.
Amanda benar-benar melahap semua makanan yang terhidang, bahkan dia seperti orang kelaparan, meminta tambah hingga piring ke lima.
Lingga Ni menahan Datuk yang ingin mencegah putrinya, agar tidak mengikuti hawa nafsunya, karena akan berdampak pada kesehatan Amanda yang senantiasa menjaga asupan makanannya selama menjadi Saga masih ada kala itu.
"Bagaimana? Apa kamu masih lapar?" tanya Lingga Ni pada Amanda.
Amanda mengusap perutnya yang terasa kenyang, namun tidak merasa sesak sama sekali.
"Aku cukup kenyang, Nyi. Mungkin sebentar lagi aku akan mandi melakukan ritual ku seperti biasa. Karena tubuh ku terasa sehat kembali, bahkan seperti wanita yang kuat. Tapi aku merasakan panas di bagian kuduk belakang ku, Nyi," jelas Amanda pada Lingga Ni.
Lingga Ni, memijat pelan bagian kuduk Amanda, agar wanita cantik itu kembali nyaman.
Beberapa pelayan di beri perintah oleh Datuk agar mempersiapkan air hangat dari aroma terapi yang biasa dilakukan Amanda.
Tanpa menunggu lama, Amanda mengikuti perintah Lingga Ni, tentu dalam pengawasannya. Namun, lagi-lagi istri muda Datuk Lakarsa itu melihat satu tanda bahwa Amanda telah mendapatkan sesuatu dari leluhur yang akan merubah seluruh hidupnya.
'Aaagh ... Ini kutukan yang dari Saga untuk Amanda? Benarkah?' gumam Lingga Ni saat membantu Amanda mengusap lembut punggung halus putri kesayangan Datuk Lakarsa.
Amanda di bantu beberapa pelayan, setelah Lingga Ni memberi beberapa wejangan pada janda muda yang berparas indah tersebut agar berziarah ke kuburan sang suami Saga Nyoman.
Amanda kini tengah duduk di depan meja rias, menatap wajahnya sendiri yang menggunakan selendang hitam untuk mengunjungi makam Saga dan buah hati mereka yang di kuburkan dalam satu liang lahat.
Amanda berjalan sendiri dengan sangat anggun, layaknya seorang gadis belia yang muncul dihadapan Datuk Lakarsa juga para pelayan, yang di hadiri oleh seorang pemuda tampan, Alamsah.
Amanda menoleh kearah Alamsah, karena tidak pernah melihat wajah pria itu sebelumnya.
"Nyi ... Siapa pria asing itu? Apakah dia akan ikut dengan kita?" tanya Amanda berbisik ketelinga Lingga Ni.
Lingga Ni mengangguk, kemudian menjelaskan secara singkat siapa Alamsah.
"Pemuda itu merupakan orang kepercayaan Saga, yang akan menemani kamu untuk melanjutkan perusahaan yang di wariskan padamu oleh Saga. Nyi, harap kamu bisa melanjutkan bisnis yang di tinggalkan Almarhum suami mu. Kamu mengerti?" tegas Lingga Ni.
Amanda mengangguk mengerti, 'Bagaimana mungkin aku harus melanjutkan perusahaan Saga? Sementara aku tidak bisa sama sekali melakukannya. Aaaagh ... Sayang! Kamu sengaja meninggalkan beban berat padaku. Kenapa tidak kamu biarkan pria itu yang melanjutkan perusahaan tanpa aku,' geramnya menggerutu dalam hati ...
Mereka mendatangi area pemakaman, untuk membawa Amanda pertama kali mengunjungi makam suaminya setelah satu bulan lebih dia tidak sadarkan diri.
Air mata kesedihan kembali mengalir, saat Amanda melihat batu nisan bertuliskan nama Saga Nyoman di sana.
"Selamat jalan sayang, semoga kamu tenang disana ... Aku akan melanjutkan perusahaan, demi kita, demi kebahagiaan kita. Aku yakin, aku pasti bisa, walau saat ini sejujurnya aku belum mampu menerima kenyataan kehilangan mu Saga," isak Amanda di makam Saga.
'Tuhan, kuat kan aku ..." tangis Amanda semakin keras sehingga tubuhnya bergetar dan mengeluarkan kilauan cahaya kuning keemasan yang sangat menyilaukan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!