NovelToon NovelToon

Istri Pembelenggu Hati Tuan Vatler

01 : IPHTV

Pagi itu adalah awal dari mereka berdua untuk pergi ke sekolah. Dua anak muda dengan kesibukan mereka yang cukup berbeda menjadi awal keributan yang sering terjadi diantara mereka berdua.

“Risya! Ini sudah jam 06:30 apa kau benar-benar ingin membuatku terus menunggu?!“ Suara keras dari anak laki-laki yang sudah tidak mempunyai kesabaran untuk menunggu orang yang bernama Risya tadi, segera memecah keheningan di rumah mewah itu.

“Iya! Sebentar!“ Lalu pemilik dari nama yang dipanggil Risya tadi langsung menjawab dengan sama lantangnya. 

“....................” Laki-laki ini hanya terdiam.

Tidak lama kemudian suara dari derap langkah kaki yang cepat yang berasal dari lantai dua akhirnya datang. 

Sepasang kaki ramping dengan kulit putih yang terbungkus oleh kaos kaki hitam yang ditarik sampai setinggi lutut, berpadukan dengan sepatu boots heels berwarna hitam, akhirnya memperlihatkan sosoknya yang terlihat lebih tinggi. Ditambah karena keberadaan dari gadis muda ini tengah memakai seragam sekolah yang mempunyai style blazer dengan warna kelabu dan juga rok pendek rempel berwarna hitam, maka dia terlihat seperti seorang gadis rajin dan rapi.

Sedangkan laki-laki yang seumuran dengan gadis ini hanya diam sambil memperhatikan perempuan yang menjadi tersangka untuk membuatnya menunggu lama, kini sedang turun dengan tergesa-gesa.

“Ayo berangkat.“ Ajak gadis ini kepada pemuda yang sekarang ada di sebelahnya. 

“Hh? Harusnya aku yang mengatakan itu kepadamu.“ Celetuk laki-laki ini, tidak suka dengan kalimatnya yang sudah dicuri oleh Risya.

“.............? Apa bedanya?“ Tanya Risya dengan salah satu alisnya terangkat. Dia tidak mengerti isi pikiran dari orang di sebelahnya, padahal pada akhirnya tujuannya juga sama.

“Tentu saja berbeda. Karena kau orang yang membuatku menunggu, jadi harusnya aku yang mengatakan itu untuk memberitahumu, bukan kau yang memerintahku.“

“Ah...iya iya.“ Jawab Risya dengan selamba. Dia benar-benar menghiraukan ucapannya yang terdengar hanya berisi omong kosong saja.

Kemudian mereka berdua pun berjalan keluar rumah, dimana tepat di depan rumah, mereka berdua sudah disambut oleh sebuah mobil hitam mewah. Itu adalah kendaraan yang akan digunakan untuk mengantar mereka berdua ke sekolah.

Tidak hanya mobil, seorang supir pribadi juga sudah bersiap di tempatnya untuk menunggu kedatangan kedua majikan muda itu. 

“Selamat pagi tuan dan nona muda.“ Sapa sang sopir kepada mereka berdua. 

“Pagi.“ Jawab lelaki ini kepada pria paruh baya itu. 

“Ya, pagi paman Ard.“ Risya juga sama-sama membalas sapaan dari sopirnya.

Namun kedua orang ini hanya menyampaikan balasan sapaannya saja tanpa melihat orang yang menyapanya, karena setelah keluar dari pintu rumah, Risya dan laki-laki yang tidak lain adalah saudara kembarannya itu, sudah berada di kesibukan masing-masing. 

Risya sudah serius dengan ponselnya sendiri, sedangkan saudaranya sudah berkutat dengan membaca buku, yang dari sampulnya saja sudah terlihat bahwa isinya cukup rumit. 

Paman Ard hanya diam tanpa berkomentar apapun soal sopan santun dari kedua majikannya itu yang sebenarnya tidak sopan. Tapi itulah dunia orang kaya, dia tidak mempunyai hak untuk mencampuri yang sudah menjadi urusan pribadi mereka. 

Paman Ard kemudian membuka pintu belakang mobil, agar kedua anak yang masih menginjak bangku SMP itu bisa langsung masuk ke dalam mobil dengan nyaman. 

Tapi sebelum pintu mobilnya tertutup, seorang wanita paruh baya langsung berteriak memberitahu.

“Nona! Ini bekal makanan pesanan anda.” Ucap wanita awal empat puluh tahunan ini kepada nona mudanya.

Sesampainya di samping pintu mobil, dia memberikan sebuah kotak makanan yang sudah dibungkus rapi dengan kain hitam berhiaskan bunga sakura berwarna putih yang mekar itu kepada nona muda, yaitu Risya.

Risya langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku blazer nya, dan menerima kotak makanan itu sambil berkata. “Terima kasih bi.“ 

“Sama-sama nona.“ Setelah melihat kedua majikannya menutup pintu mobil, wanita ini kembali berkata. “Tuan, nona, hati-hati di jalan.“ 

Setelah itu mereka berdua hanya memberikan anggukan kecil, kemudian jendela mobil langsung ditutup secara otomatis dan meninggalkan kediaman dengan penuh ketenangan. 

‘Hah…! Meskipun tuan muda dan nona muda adalah anak kembar, kenapa sifat mereka jauh berbeda? Tuan muda terlihat seperti tuan besar, hanya saja nona muda wajahnya lebih condong mendiang dari nyonya. Aku harap mereka berdua untuk mengurangi pertengkaran mereka. Karena tidak ada yang tahu masa depan akan seperti apa.’ Pikir wanita ini sambil melihat kepergian mobil yang kini sudah menghilang setelah benar-benar keluar dari pintu gerbanng.

___________

Di dalam mobil, Risya meletakkan bekal makanannya di atas pangkuannya, hanya saja di satu isi seseorang tengah menjelingnya dengan terang-terangan.

“Arshel, kenapa kau menatapku seperti itu?“ Tanya RIsya kepada laki-laki di sebelahnya, dia adalah Arshel saudara kandungnya yang tidak lain adalah sang kakak. 

Arshel dan Risya lahir di hari yang sama dan di jam yang sama, namun perbedaan rentan waktu mereka lahir adalah lima menit. Jadi dengan demikian, Risya adalah adiknya Arshel. 

Namun disini, meskipun mereka berdua dianggap sebagai saudara kembar, hanya saja secara fisik dari wajah mereka, Arshel lebih dominan mirip ke ayahnya, sedangkan Risya mirip dengan ibunya. 

Mungkin dari situlah sifat mereka berdua juga berbeda. 

“Sebenarnya aku dari tadi penasaran. Apa-apaan dengan penampilanmu yang norak itu?“ Sudut mata Arshel terus melirik perempuan di sampingnya itu dari atas kepala sampai ke bawah. 

Meskipun tidak ada perubahan dari segi penampilan seperti gaya pakaiannya, tapi ada yang satu yang berbeda. 

“Apa? Memangnya salah jika aku seperti ini?“ Tanya Risya.

Perdebatan di dalam mobil akhirnya dimulai. Sang kakak yaitu Arshel dan sang adik sang nona muda Risya, adu mulut yang tidak terhindarkan terjadi lagi.

Arshel langsung menjawab dengan jelas. “Bagiku kau benar-benar bermasalah. Penampilanmu itu terlalu berlebihan, tidak sesuai umurmu. Baru kelas dua, tapi kau sudah pakai make up, apa kau mau jadi model?“ Ucap Arshel kepada Risya dengan nada mengejek.

Arshel benar-benar menatap adiknya yang pakai make up dengan tatapan jijik, dan benar-benar tidak suka dengan penampilannya yang di matanya begitu norak. 

“Ini wajah-wajahku, jadi terserah aku.“ Kata Risya, membalas tatapan kakaknya dengan tatapan sama-sama tidak suka. 

“Aku sudah memperingatkanmu, ya.“ Ucap Arshel di detik berikutnya.

Karena ucapan dari kakaknya terlebih lebih banyak tidak mengerti untuknya, Risya pun jadi terpaksa bertanya. “Mengingatkan soal apa?“

Arshel kembali membaca bukunya lagi, namun dia akan tetap menjawab pertanyaan adiknya yang baginya itu bodoh. “Akan aku ingatkan padamu apa yang aku maksud, karena aku akan  jadi orang yang pertama mengingatkanmu sebelum kau benar-benar masuk ke wilayah sekolah. Dengar Risya, walaupun kau berdandan sekalipun, jika jelek ya tetap jelek.“

DEG!

“...........! Apa?!“ Risya seketika jengkel dengan ucapan yang keluar dari mulut kakaknya yang sudah menghinanya. “Terserah! Aku tidak peduli dengan pendapatmu!“ Tapi Risya justru memilih untuk menahannya, dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain ketimbang menatap wajah kakaknya yang berekspresi datar itu.

Namun lain hal dengan Arshel. Setelah mendengar Risya berkata demikian, dia langsung menutup bukunya lalu menoleh ke arah tempat dimana Risya duduk itu, dengan memberikan wajah seriusnya.

“Jika tidak peduli dengan pendapatku, berarti apakah kau akan peduli dengan pendapat orang lain? Ah! Atau jangan-jangan kau sebenarnya sedang mencoba menarik perhatian laki-laki sekelasmu nanti? Biasanya perempuan sepertimu apalagi di umur-umur seperti ini, sedang gencar-gencarnya mencari pacar.“ Jelas Arshel, yang mana ucapannya sukses untuk menarik perhatian Risya lagi untuk menatapnya.

“Pacar?!“ Risya bertanya dengan nada tinggi. “Siapa juga yang mau pacaran. Aku tidak mempunyai waktu untuk soal percintaan. Lalu memangnya salah jika aku dandan?! Apakah hal seperti itu butuh alasan? Apa kau juga akan berkomentar pada perempuan lain yang kau temui yang juga dandan sepertiku? Tidak kan?! Jadi diam dan jangan bicara soal itu lagi denganku!“ Racau Risya dengan nada tingginya kepada kakaknya.

Mana ada yang tidak kesal, jika mendapatkan komentar sedalam itu dari laki-laki, apalagi Arshel yang notabene nya adalah kakaknya. Dia tidak ingin diatur olehnya.

Tapi semua ucapannya langsung berdampak kepadanya saat itu juga. Yatu Arshel langsung merubah ekspresi wajahnya dengan ekspresi yang lebih dingin. “Apa kau baru saja memerintahku untuk diam?“ Tanya Arshel. 

Dia tidak terima mendapat ceramah dari adiknya yang bodoh itu, karena berani berteriak kepadanya hanya karena soal dandan.

Sontak Risya terdiam sejenak karena merasa terintimidasi dengan tatapan dari kakaknya yang begitu dingin.

Meskipun dari ucapannya hanya kalimat yang mengutarakan pertanyaan, tapi tatapannya yang dingin seperti itu justru terlihat lebih mengerikan untuk Risya, karena seolah itu adalah sebuah peringatan keras untuknya agar tidak memberikan kata-kata memerintah kepadanya. 

Sekaligus tatapannya juga mengisyaratkan sesuatu yang lain.

‘Aku sebagai kakakmu, apa kau punya hak untuk memberikan perintah seperti itu kepadaku?‘

“A-aku hanya memintamu diam.“ Risya menjawab dengan nada ragu, dan dia juga sudah tidak berani menatap wajahnya.

“Itu sama saja dengan memerintah, bodoh.“ 

DEG!

2 : IPHTV

DEG! 

Seketika itu pula suasana di dalam mobil semakin tegang. Apalagi setelah mendengar kakaknya menyebutnya ‘bodoh’ secara langsung di depannya, itu membuat hati Risya sebenarnya berdenyut dengan nuansa sakit yang tidak bisa Risya pegang untuk dielus.

Oleh karena itu Risya hanya bisa diam dan tidak bisa berkomentar apapun soal apa yang Arshel katakan tadi kepadanya dengan nada dingin dan terasa nagkuh penuh dengan hinaan.

Ya.

Meskipun hanya satu kalimat, tapi bagi Risya, itu adalah kalimat yang terdengar memiliki banyak makna sampai tidak bisa dihitung dengan jari lagi.

Yang dikatain seperti itu tentu saja merasakan amarah, tapi juga terasa tidak bisa disangkal.

Benar.

Risya sebenarnya sudah merasakan perasaan yang sangat marah karena apa ucapan Arshel yang tidak bisa Risya sangkal saat itu juga.

Karena itu dia benar-benar ingin berteriak, memarahi kakaknya dengan suara sekeras-kerasnya karena menghinanya. Tapi yang jadi satu masalah, dia akan mengucapkan apa kepadanya dengan nada berteriak itu?

Dia selalu kehilangan hal untuk dikatakan agar kalimatnya bisa diucapkan dengan cukup lantang.

Itulah kelemahannya. 

Dengan begitu, tangannya benar-benar ingin melempar sesuatu, atau ingin meninju sesuatu yang lebih keras ketimbang semua yang ada di dalam mobil itu. Dia ingin melampiaskannya dengan meninju dinding.

Dan satu hal lagi, kemarahannya tidak bisa dilampiaskan kepada orangnya langsung, karena Risya benar-benar tidak punya nyali yang kuat untuk melawan sosoknya yang terasa mengintimidasi nya. 

 

Akhirnya di dalam mobil hanya ada keheningan diantara mereka bertiga. 

Paman Ard yang awalnya ingin bicara untuk melerai perdebatan mereka berdua hanya bisa mengatupkan mulutnya, karena adu mulut dari kedua majikannya benar-benar berhenti di saat itu juga. 

‘Apa tuan muda tidak memikirkan perasaan nona? Pasti sekarang nona sangat sakit hati.’ Benak hati paman ini, melihat kedua majikannya sekarang seperti sedang melakukan perang dingin. 

Nona Risya dan tuan muda Arshel adalah dua anak kembar yang memiliki sifat keras kepala tapi juga memiliki sisi yang saling bertolak belakang.

Jika Arshel adalah anak laki-laki berwajah dingin, maka lain hal dengan Risya yang lebih memperlihatkan reaksi wajahnya. Bahkan semua perasaan dari Risya sudah benar terlukis di ekspresi wajahnya sendiri.

Semua pertengkaran kecil sampai besar, Arshel dan Risya tidak pernah absen satu hari pun.

Itulah kenapa paman Ard merasa frustasi sendiri ketika mengingat sebenarnya kedua orang tua mereka dulu juga seperti itu.

'Hah, tuan dan nona muda benar-benar persis seperti kedua orang tua mereka. Tapi-' kembali ke fakta nyata, bahwa ibu dari Arshel dan Risya sudah lama meninggal.

Mereka berdua tumbuh tanpa mendapatkan apa itu kasih sayang dari seorang ibu. Bahkan untuk seorang ayah, yaitu Vatler saja tidak pernah tahu dan seperti apa caranya memberikan kasih sayang yang benar selain dengan harta.

'Nyonya, seandainya saja anda masih hidup, anda pasti bisa melerai mereka berdua dengan lebih baik.' batin paman Ard penuh dengan harapan.

Sesekali sudut mata paman Ard mencari-cari apa yang sedang terjadi saat ini di belakangnya.

‘Aku kesal sekali dengan ucapannya.’ pikir Risya, sambil memandang pemandangan yang ada di samping jendela mobil sebelah kanannya. ‘Ucapannya selalu menyakitkan, tapi aku benar-benar tidak bisa berteriak dengan kata-kata ke arahnya langsung. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku memang tidak bisa melakukannya. Yang hanya ingin aku lakukan adalah memukul sesuatu.’

Meski awalnya matanya menatap pemandangan di luar mobilnya, tapi semakin lama dia menatap, tatapan nya sekarang adalah menatap wajahnya sendiri yang terpantul dari jendela mobil di sebelahnya itu. 

‘Jelek? Aku memang tidak pernah mengakui diriku jelek ataupun cantik, tapi tetap saja-’ kini tatapannya terus berubah kearah kaca mobil itu. Dia sekarang ingin sekali memukul kaca mobil ini sampai pecah. 

Di pikirannya benar-benar terlintas, bagaimanakah jika tangannya memukul keras kaca mobil ini?

Apakah tangannya babak belur, atau kacanya berhasil pecah dengan sempurna?

Sayangnya dia tidak mau menerima konsekuensi seperti diinterogasi oleh seseorang yaitu ayahnya. 

Baik dirinya maupun kakaknya, mereka berdua sebenarnya tidak begitu dekat dengan dengan ayahnya karena sebagian besar kegiatannya dilakukan di luar. Dengan kata lain, sering pergi bekerja.

Hal itulah yang membuat mereka berdua hidup sendiri dalam asuhan orang lain. 

Sedangkan untuk Risya sendiri, itu akan menjadi beban berat ketika bertemu dengan ayahnya, karena tidak tahu bagaimana melakukan pembicaraan yang benar. Itu terus saja terjadi, dan membuatnya hidup seperti sosoknya adalah orang asing.

Tapi di tengah perjalan yang bertabur ketegangan karena keheningan diantara mereka semua, Risya secara tidak sengaja melihat sesuatu yang baru pertama kali dia lihat. 

Risya buru-buru meletakkan bekal makanannya di tempat duduknya, dan dia sendiri langsung beranjak dari tempat duduknya dan menyodorkan tubuhnya ke sisi lain pintu di sebelah kirinya.

Arshel yang terkejut karena tiba-tiba tubuh Risya tiba-tiba ada di depannya persis, membuatnya langsung kembali angkat suara. “Apa yang kau lakukan?!“ tanya Arshel dengan tegas. 

Tapi Risya yang seperti kehilangan indera pendengarannya, tidak menjawab pertanyaannya. 

Arshel melihat wajah Risya yang sekarang benar-benar tepat di depan kaca mobil.

Arshel seketika tahu, Risya sedang menatap sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya sampai seperti itu. 

Yaitu?

“Ayah.“ gumam Risya dengan nada lirih.

Arshel yang mendengar jelas gumaman dari Risya itu hanya menjeling ke samping kirinya. Tidak lama kemudian, dia melihatnya lewat spion mobil. 

Terlihat laki-laki berambut hitam dengan jaket kulit hitam yang sedang berhenti di tepi jalan dengan motor sport, sedang bercengkrama dengan seorang wanita seksi yang cukup cantik. 

Setelah tidak terlihat lagi oleh jangkauan matanya, Arshel langsung memanggil sebuah nama. “Ris-“

“Kira-kira siapa wanita itu?“ Risya tidak mendengarkan namanya yang dipanggil oleh Arshel, dan hanya kembali bergumam dengan kalimat tanya penuh dengan rasa penasaran. “Jangan-jangan dia calon ibu kita.” gumamnya lagi dengan pikiran yang langsung berubah menjadi suara penasaran.

“Risya.“ panggil Arshel sekali lagi.

“Wanita itu memang cantik. Tapi aku tidak suka jika dia dekat dengan ayah. “ Risya bergumam lagi dengan sendirinya. “Aku memang ingin punya ibu, tapi jika wanita itu, aku tidak mau. Seperti novel yang sering aku baca, wanita cantik seperti itu tanda-tanda akan jadi kejam jika sudah jadi ibu tiriku.” ucap Risya lagi.

“.....................” Arshel yang sudah kehilangan kesabaran karena terusik dengan keberadaan tubuh Risya yang ada di depan matanya, apalagi dengan nuansa tidak nyaman baik di mata dan hidungnya, membuat tubuhnya langsung bertindak dengan cepat. 

Arshel langsung mendorong tubuh Risya ke samping kanan dengan cukup keras.

“.....................!” Risya langsung bereaksi terkejut, hingga suara benturan yang cukup keras terjadi.

BRUKKK…!

Suara keras itu langsung membuat paman Ard membelalakkan matanya. 

“Tuan muda!” 

3 : IPHTV

BRUKK…..

Warna mata yang sama dari kedua pasang mata yang saling pandang satu sama lain membuat mereka seperti sedang bercermin.

Tidak terlihat seperti mata miliki Risya yang bersih dan cerah, mata milik Arshel terlihat lebih gelap.

Dia terlihat seperti seseorang yang ingin melakukan sesuatu yang buruk. 

Risya langsung melengos ke arah kanan. Dia tidak bisa melihat sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan dingin.

"A-apa yang mau kau lakukan?!" Tanya Risya dengan wajah gugupnya. Kini tangan dan kakinya benar-benar terkunci setelah Arshel yaitu kakaknya tiba-tiba saja mendorongnya jatuh ke belakang.

Tangannya di tekan dengan kuat, dan kakinya tidak bisa bergerak karena salah satu kaki Arshel benar-benar berada di antara kedua kaki Risya.

‘I-ini memalukan.’ Pikir Risya dengan wajahnya yang sudah memerah menahan sipu malunya sendiri saat melihat lutut Arshel ada di tengah pahanya.

“T-tuan muda! Apa yang anda lakukan?!“ Tanya paman Ard yang panik dengan tindakan yang dilakukan oleh majikan mudanya itu.

“Paman tidak usah berisik.“ Kata Arshel memperingatkan kepada sopirnya yang terlihat mau ikut campur. Dia memberikan peringatannya dengan jelingan matanya yang tajam itu. 

Lantas membuat paman Ard tidak bisa melakukan apapun, karena sekarang sedang menyetir di jalan raya. Lalu mobil tidak bisa berhenti sesuka hati mereka jika tidak mau ditilang.

“Lepaskan!“ Pinta Risya. “Arshel!  membuatku takut! Lepaskan aku!“ 

“Ketakutanmu adalah karena kesalahanmu sendiri.“ Kata Arshel, kemudian dia mencengkram wajah Risya dengan tangan kanannya, agar Risya tidak memalingkan wajahnya darinya. “Tapi soal melepaskanmu, aku tidak akan melakukannya sebelum melakukan ini kepadamu.“

“Mela-kukan apa?“ Risya benar-benar takut dengan apa yang akan dilakukan oleh saudaranya yang mengerikan itu. Karena suka melakukan hal diluar perkiraannya. 

Risya kemudian menelan salivanya sendiri, saat melihat tangan kiri Arshel terlihat sedang mengambil sesuatu yang ada di dalam saku blazer bagian dalam. 

“Menyingkirkan noda.“ 

Tepat setelah berkata seperti itu, Arshel langsung mengeluarkan benda yang langsung membuat RIsya berteriak keras.

“TIDAK MAU!“

BRUMMMM………..

Suara teriakan tersebut benar-benar lebih mengisi keramaian di jalan raya yang sedang padat dengan kendaraan.

“Hm? Tadi aku seperti merasa ada yang berteriak keras.“ Wanita yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone pun menyadari teriakan sesaat tadi. Tapi karena melihat di sekelilingnya tidak terlihat apapun kecuali kendaraan yang berlalu lalang, wanita ini kembali memasang earphone ke telinganya.

___________

“Hahaha…!“ Sebuah tawa keluar dari mulut wanita ini.

“Apa yang kau tertawakan?“ Tanya pria berambut hitam, yang kini masih duduk di atas motornya sambil berbincang dengan wanita di depannya itu.

“Apalagi kalau bukan karena ada sesuatu yang lucu.“ Wanita ini mencoba menata hatinya agar tidak tertawa lagi. Tapi sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan dalam sekali coba, karena sekarang ini dia masih tersenyum-senyum sendiri dengan apa yang baru saja dilihatnya. “Tadi aku baru saja melihat sesuatu yang langka sedang melihat kearah kita. Tebak, siapa coba?“ 

Dia mencoba menarik rasa penasaran dari pria dingin di depannya. Tapi apa responnya?

“Memangnya siapa?“ Tanya balik pria ini. Meski berkata demikian, tapi tidak dengan ekspresi wajahnya yang tidak menyiratkan orang yang sedang penasaran. 

“Vatler, apa kau benar-benar tidak bisa bertanya dengan ekspresi selayaknya orang yang sedang penasaran?“ Wanita ini mengeluh kepada pria ini. Laki-laki yang dari luar terlihat dingin, yaitu Vatler. 

“Apa aku harus melakukan hal konyol seperti itu?“

Gemas dengan respon yang didapatkan dari laki-laki ini, wanita ini langsung mencubit kedua pipi Vatler yang selalu berekspresi datar seperti dinding. “Ayolah! Kau harus bersikap seperti itu agar kau terlihat normal.“ Sedikit menarik pipi Vatler agar terlihat seperti sedang tersenyum.

Tapi usahanya justru membuat wajah milik pria ini terlihat konyol. 

Karena itu tidak bagus di matanya, wanita ini pun menyerah. Dia menghela nafas sambil memberitahu soal apa yang baru saja dilihatnya tadi. 

“Kelihatannya anak perempuanmu tadi melihat kita berdua. Apa kau benar-benar tidak akan pulang dan melihat mereka? Mereka pasti merindukanmu. “ Jelas wanita ini dengan wajah prihatin. 

“Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Dengar Angie, mereka berdua saja terlihat enggan denganku saat aku pulang dan berpapasan dengan mereka.“ Jawab Vatler. Dia kembali memakai sarung tangan hitamnya lagi, dan menautkan sisi jaketnya kembali.

“Ishh!” Wanita bernama Angie ini langsung menepuk keras bahu Vatler dan berkata. “Mereka enggan dekat denganmu karena ulahmu sendiri yang jarang sekali pulang. Singkirkan egomu dan sesekali berikan perhatian kepada mereka. Yah, sekalipun mereka tidak terlihat seperti kekurangan sesuatu, tapi bukannya dari awal mereka sudah kehilangan itu?“

“................” Seketika Vatler menjeling Angie dengan tajam karena berani mengungkit satu hal yang sudah tidak ada didunia ini.

Di jeling oleh pria dingin ini dengan cukup tajam, Angie langsung mengangkat tangannya dari bahu pria ini. 

Setelah Vatler sudah memakai helm, dia tiba-tiba angkat bicara kepada Angie sebelum pergi. “Beritahu aku jika kau sudah siap.“ 

“Ok.“ Seolah tidak ada yang terjadi apapun dengan pembicaraan tadi, Angie menjawab ucapan pria ini dengan senyuman cantiknya. 

“............? Apa matamu kelilipan?“ Tanya Vatler, melihat Angie menutup satu matanya ke arahnya. 

Tapi Angie hanya menggeleng sambil mempertahan ekspresinya. 

“Aku pergi dulu.“ Ujar Vatler, lalu menurunkan kaca helm yang akhirnya menutupi wajah rupawannya. 

“Dadah!“ Angie melambaikan tangannya saat melihat pria itu kini akhirnya berlalu pergi dengan motornya dengan cepat.

Selepas melihat pria itu sudah tidak ada di dalam jangkauan matanya, Angie langsung memperbaiki ekspresi wajahnya. Dan berganti ekspresi dengan sebuah tatapan sayu sambil mengulum senyum simpul.

Itu adalah tatapan penuh simpati. ‘Jika kau bersikap seperti itu terus, kau akan mendapatkan penyesalan untuk kedua kalinya, Vatler.' Pikir Angie.  

TIN...TIN!

Suara klakson yang datang itu seketika  membuat Angie langsung menarik segala pikirannya tadi. Dia menoleh ke arah kiri, sebuah mobil sedan hitam yang sudah dihias dengan cantik oleh pita besar juga bunga putih berpadukan pink, menjadi sorotan utama untuk Angie yang langsung membuat senyuman mencibir.

Setelah mobil itu berhenti tepat di depannya, pintu depan mobil langsung terbuka dan mengeluarkan seorang laki-laki yang kini sudah berpakaian setelan jas berwarna serba putih. 

“Aneh? Kenapa kau yang menjemputku dengan mobil ini?“ Tanya Angie penasaran.

“Karena mobil pengantin yang sudah siap di bawa ke tempat acara tiba-tiba saja terjadi masalah dengan remnya, mau tidak mau aku meminjamkan mobil baruku ini kepada mereka. Jadi karena ini mobilku, jadi bukannya sekalian saja menjemput pasangan bridesmaid ku tempat acaranya?“ Jelas pria ini sambil memperhatikan tubuh Angie dengan teliti.

“....................? Kenapa kau melihatku seperti itu?” Tanya Angie lagi, melihat pasangan bridesmaid di depannya itu menatapnya begitu seriusnya, meski hanya untuk beberapa detik saja. 

“Karena kau tidak ada waktu untuk mengukur baju, jadi aku terpaksa membandingkan baju baru yang sudah aku bawa. Tapi aku pikir karena tubuhmu cukup ideal, ukuran baju yang aku pilih secara acak pasti pas.“

“Jika kau berniat menggodaku, itu tidak akan mempan.“ Celetuk Angie, lalu berjalan turun dari trotoar dan membuka pintu mobil bagian penumpang. “Oh! Desain juga warnanya ternyata berubah.“ Gumam Angie setelah melihat satu stel gaun berwarna biru berpadukan putih sudah tergeletak rapi di kursi mobil. Dia kemudian langsung masuk ke dalam mobil, dan menghiraukan uluran tangan dari pria yang masih berdiri di trotoar itu. 

“ ………….. “ Pria ini hanya tersenyum tawar saat uluran tangannya benar-benar diabaikan. Padahal ingin menyambutnya dengan sangat hormat, tapi yang mau dihormati justru diabaikan begitu saja.

“Hoi! Apa aku mau berdiri disitu terus? Kalau iya, maka aku sendiri yang akan membawa mobil ini ke tempat tujuan.“ Peringat Angie pada laki-laki itu. 

Lalu laki-laki berjas putih ini langsung berbalik dan berjalan masuk ke dalam mobil. 

“Kita berangkat.“ Masih memperlihatkan senyuman paksa, pria ini pun langsung menginjak pedal gas, dan membawa mobil yang mereka berdua naiki melaju membelah jalanan kota metropolitan yang padat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!