Fatimeh, atau yang memiliki nama lengkap Fatya Imelda Hediana. Usianya sekitar 17 tahun dan ia saat ini sedang duduk di bangku SMA kelas tiga.
Sejak kecil, tepatnya sewaktu masih berusia 10 tahun, Fatimeh sudah harus kehilangan kedua orangtuanya karena kecelakaan.
Akibatnya, saat ini Fatimeh harus tinggal bersama paman dan bibinya karena ia tak memiliki keluarga selain mereka.
Sangat beruntung bagi Fatimeh, itulah yang dipikirkan oleh orang-orang.
Namun, mereka tidak tahu jika pamannya yang bernama Gani itu seringkali bertingkah kurang ajar kepada Fatimeh. Bahkan, sewaktu Fatimeh masih SMP pamannya itu sudah berani meraba-raba bagian tubuhnya.
Fatimeh memang merasa tidak nyaman dengan perlakuan pamannya, tapi dia tak berani melawan atau melaporkannya kepada bibinya karena ia khawatir akan dimarahi oleh pamannya.
Akhirnya Fatimeh pun pasrah menerima semua perlakuan yang dilakukan pamannya, hingga kini Gani masih terus melakukan itu kepadanya disaat istrinya sedang pergi keluar.
•
TOK TOK TOK...
"Assalamualaikum,"
Fatimeh yang baru pulang sekolah, kini telah tiba di rumah pamannya.
Ia mengetuk pintu, mengucap salam dan berharap ada seseorang yang membuka pintu dari dalam.
Ceklek...
"Waalaikumsallam, eh ternyata kamu sudah pulang Imeh?" ucap seorang pria yang tak lain ialah Gani, alias paman dari Fatimeh.
"Iya paman, aku tadi ada kegiatan ekskul dulu di sekolah. Bibik ada di rumah gak paman?" ucap Fatimeh agak takut-takut.
"Emangnya kenapa? Kamu takut paman akan apa-apain kamu kalau kita cuma berdua disini?" tanya Gani sengaja memancing Fatimeh.
"Tidak, aku hanya bertanya." jawab Fatimeh.
"Bibik kamu lagi di luar, tapi kamu gak perlu khawatir karena saya juga sebentar lagi pengen pergi. Baguslah kamu sudah pulang, jadinya saya bisa pergi dengan tenang." ucap Gani.
"Iya paman, emangnya paman mau pergi kemana?" tanya Fatimeh.
"Biasalah, saya mau cari kerjaan di luar. Kamu jaga rumah ya Imeh!" jawab Gani sembari mengusap puncak kepala keponakannya itu.
Fatimeh mengangguk pelan, ada rasa takut dan cemas saat tangan pamannya itu menyentuh bagian tubuhnya walau hanya kepala.
Setelahnya, Gani pun pergi meninggalkan Fatimeh seorang diri di depan rumahnya.
Fatimeh menghela nafas pelan, ia merasa lega lantaran kali ini pamannya itu tidak melakukan apa yang biasanya dia lakukan.
•
Fatimeh pergi ke dapur, mencari sesuatu untuk dapat mengisi perutnya yang sedang kelaparan.
Ia menemukan sepiring mie goreng serta sebakul nasi dan air putih di atas meja makan.
Namun, saat ia hendak makan tanpa sengaja ia mendapati secarik kertas berisi tulisan di sebelah piring tersebut.
"Ini apa ya?" gumamnya.
Fatimeh pun membukanya, membaca isi tulisan tersebut dengan teliti.
Fatimeh, ini bibik. Maaf ya sayang! Bibik gak bisa pulang ke rumah malam ini, karena bibik harus pulang kampung sebentar buat jenguk orang tua bibik yang lagi sakit. Untuk sementara ini, kamu tinggal dulu ya sama paman kamu. Oh ya, bibik juga udah siapin makan siang buat kamu di meja. Jangan lupa dimakan ya!
Begitulah isi tulisannya, Fatimeh langsung merasa tidak nyaman setelah membacanya.
Pasalnya, malam ini dan seterusnya Fatimeh harus hanya tinggal berdua bersama pamannya.
Tentu ia khawatir jika ini dijadikan kesempatan oleh pamannya untuk semakin menodainya.
"Duh, ini gimana ya? Aku jadi gak nyaman buat tinggal disini selagi bibik gak ada di rumah, tapi kalau gak tinggal disini aku harus tinggal dimana coba?" batin Fatimeh.
Akhirnya gadis itu melupakan sejenak masalahnya, ia menarik kursi dan duduk disana lalu mulai menikmati makanan buatan bibinya.
•
•
"Bagaimana Gani? Kapan kamu akan serahkan gadis itu padaku? Ini sudah hampir satu Minggu loh, tapi kamu selalu saja mengelak setiap kali saya menanyakan ini." ucap seseorang yang tengah bersama Gani.
"Maaf bos Ajun! Sebenarnya sih saya pengen secepatnya kasih Imeh ke si bos, tapi saya kan gak bisa gitu aja bawa dia kemari. Kan bos tau sendiri, istri saya itu pasti gak akan izinin saya jual Imeh sama bos." ucap Gani.
Pria berpakaian mewah itu menghisap rokoknya sembari menenggak alkohol yang ia pesan.
"Baiklah, lalu kapan kiranya kamu bisa serahkan dia padaku? Jujur saja, aku butuh tambahan personil di tempatku saat ini." ucap bos Ajun.
"Kalau tidak ada halangan, saya akan bawa dia kesini besok. Bos gak perlu khawatir, asalkan uang bayarannya ready pasti saya bakal tepati janji saya!" ucap Gani sambil tersenyum.
"Semua uangnya sudah saya siapkan, tapi saya hanya akan berikan itu jika Fatimeh ada di hadapan saya." ucap bos Ajun.
"Siap bos!" ucap Gani mengangguk kecil.
"Yasudah, kamu minum saja dulu sampai habis! Kita nikmati malam ini dengan bersenang-senang!" ucap bos Ajun.
"Iya bos," ucap Gani menurut.
Gani mengambil gelasnya, lalu minum sesuai perintah bos Ajun.
"Hahaha, tentu saja saya harus merasakan dulu tubuh Fatimeh sebelum saya menyerahkan dia pada kamu bos Ajun. Dan malam ini, saya akan memulainya." batin Gani.
•
•
Fatimeh merasakan pusing yang amat sangat di kepalanya begitu ia selesai mencuci piring.
"Awhh akh!" rintihnya sembari memegangi keningnya.
"Aku kenapa ya? Kok tiba-tiba kerasa pusing banget kayak gini?" ujar Fatimeh.
Lambat laun, pandangannya juga mulai kabur. Ia bahkan tak bisa lagi menyeimbangkan tubuhnya akibat rasa pusing yang semakin meningkat.
Fatimeh pun berusaha berpegangan pada tembok dan meja di dapur untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Awwsss.." Fatimeh terus meringis.
Ia mengerjipkan matanya, melihat sosok lelaki tengah berdiri di hadapannya dan memandang ke arahnya sambil tersenyum.
"Pa-paman...??" ucapnya lesu.
Setelahnya, Fatimeh langsung terjatuh pingsan di atas lantai.
Gani dengan sigap menghampirinya, memastikan bahwa gadis itu telah benar-benar pingsan.
"Ternyata efek obat itu sudah bekerja, baguslah jadi saya bisa lakukan semuanya sekarang!" gumam Gani.
Gani pun menggendong tubuh Fatimeh dengan perlahan, membawanya ke dalam kamar dan menidurkannya di atas ranjang.
Ia pandangi wajah Fatimeh secara intens, lalu menyingkirkan rambut gadis itu agar ia dapat menatapnya dengan leluasa.
"Perfect!" ucapnya.
Pria itu kembali berdiri, mengunci pintu dengan rapat dan membuka baju serta celananya.
Setelah seluruh pakaiannya terbuka, kini Gani naik ke atas kasur dan menindih tubuh Fatimeh.
"Kamu milikku malam ini, sayang!" ucapnya.
•
•
Sementara itu, Rimar selaku bibik dari Fatimeh saat ini masih berada di dalam bus menuju kampungnya untuk menemui orangtuanya.
Ia tampak sangat cemas dan terus menatap jalanan, berharap agar ia dapat lebih cepat sampai di kampungnya.
"Ya Tuhan, sembuhkan lah orang tua hamba! Angkatlah segala macam penyakit darinya!" batin Rimar yang terus mendoakan ibunya.
"Bu, ibu lagi cemas ya?"
Rimar terkejut saat seorang wanita di sampingnya tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Eh iya Bu, kebetulan saya pengen jenguk ibu saya yang lagi sakit. Saya khawatir sama ibu saya!" jawab Rimar.
"Yang sabar ya Bu! Saya bantu doa semoga ibunya ibu bisa cepat sembuh!"
"Aamiin, terimakasih ya Bu!" ucap Rimar sambil tersenyum.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Fatimeh terbangun dari tidurnya, ia merasakan sakit yang amat sangat pada bagian bawahnya saat hendak bergerak.
"Awhh sshh!!" rintihnya menahan sakit.
"Aku kenapa sakit begini?" ucap Fatimeh.
Ia berusaha bangkit, bersandar pada ranjang sembari menyibakkan selimutnya.
Namun, matanya langsung terbelalak saat menyadari tubuhnya dalam keadaan bugil.
"Hah??" ujarnya terkejut.
Fatimeh pun reflek menutupi kembali tubuhnya dengan selimut itu, ia sangat terheran-heran karena tubuhnya bisa terbuka seperti itu.
"Siapa yang udah lakuin ini semua?" ucapnya.
Ceklek...
Pintu kamarnya terbuka, Gani masuk ke dalam sana membawakan makanan serta minuman untuk Fatimeh.
"Eh kamu udah bangun, Imeh? Selamat pagi ya cantik! Ini paman udah siapin sarapan buat kamu, yuk dimakan dulu supaya tubuh kamu makin sehat dan segar!" ucap Gani.
"Paman, apa paman yang udah lakuin ini semua ke aku?" tanya Fatimeh menahan air matanya.
"Maksud kamu apa? Lakuin apa?" ucap Gani pura-pura tidak tahu.
"Paman gausah sok polos gitu deh! Aku tahu paman pasti ada dibalik semuanya, karena cuma paman yang ada disini." ucap Fatimeh.
"Kamu ini bicara apa sih, Imeh?" ujar Gani.
Gani menghampiri Fatimeh, duduk di sebelahnya dan hendak menyentuh wajahnya.
"Ih jangan sentuh aku!" bentak Fatimeh sembari menepis tangan pamannya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Gani dengan lembut.
"Aku benar-benar gak nyangka paman tega lakuin ini semua sama aku! Apa maksud paman sebenarnya? Kenapa paman giniin aku?!" bentak Fatimeh penuh emosi.
Gani terdiam menundukkan kepalanya, inilah yang selalu membuat Gani merasa tidak tega kepada keponakannya itu.
"Paman, kenapa paman diam aja? Jawab pertanyaan aku paman!" tegas Fatimeh.
"Ayo paman bilang sama aku, apa alasan paman ambil kesucian aku?!" sambungnya.
"Sangat simpel Imeh, paman lakuin itu karena paman sayang sama kamu." ucap Gani sambil tersenyum.
"Paman ini gak mau kamu disentuh orang lain, makanya paman lebih dulu sentuh kamu daripada nantinya paman kecolongan." sambung Gani seraya mengusap rambut Fatimeh.
Fatimeh hanya bisa menggeleng pelan, air mata perlahan-lahan lolos membasahi pipinya. Tangis sudah tak mampu ditahan lagi olehnya.
"Hey, jangan nangis Imeh! Tenang aja, kamu gak akan hamil kok! Paman juga tahu diri sayang, jadi kamu jangan sedih ya!" ucap Gani.
"Sekarang paman keluar dari kamar aku, aku gak mau lihat paman untuk sekarang ini!" pinta Fatimeh.
"Okay, paman akan turuti kemauan kamu. Tapi, kamu jangan lupa makan makanan ini ya!" ucap Gani sembari menyeka air mata di wajah Fatimeh.
"CEPETAN KELUAR!" teriak Fatimeh.
"Ya ya ya, paman keluar sekarang." ucap Gani menurut.
Gani pun beranjak dari ranjang dan langsung melangkah pergi.
Namun, ia justru menghentikan langkahnya dan kembali menatap ke belakang.
"Kenapa paman berhenti?" tanya Fatimeh.
"Paman ada kelupaan satu hal yang harus paman sampaikan ke kamu, makanya paman berhenti." jawab Gani.
"Nanti malam kamu ikut sama paman ya, paman juga sudah siapkan pakaian untuk kamu di lemari. Kamu pakai pakaian itu nanti, dan kita akan berangkat pukul delapan malam!" jelas Gani.
"Paman mau bawa aku kemana?" tanya Fatimeh penasaran.
"Nanti juga kamu tahu. Sudah ya, paman keluar dulu." ucap Gani.
Fatimeh memalingkan wajahnya, Gani pun tersenyum tipis lalu melangkah keluar dari kamar itu dan menutup pintunya.
"Aku masih gak nyangka semua ini bakal terjadi sama hidupku!" ucap Fatimeh.
•
•
Rimar tiba di rumah orangtuanya, ia langsung bergegas mengetuk pintu dan berteriak memanggil orang-orang di dalam sana.
TOK TOK TOK...
"Assalamualaikum, Marwa buka pintunya Mar! Ini mbak Rimar, cepat buka pintunya!" teriak Rimar.
"Iya mbak sebentar!" balasan dari dalam.
Ceklek...
Marwa sang adik dari Rimar pun membuka pintu, ia keluar menemui kakaknya disana sambil tersenyum heran.
"Eh mbak, waalaikumsallam. Mbak kok pulang kampung gak bilang dulu sama aku atau ibu bapak?" ucap Marwa sambil mencium tangan kakaknya.
"Maksud kamu apa Marwa? Kan kamu yang suruh mbak pulang kampung kemarin," ujar Rimar.
"Hah? Aku??" Marwa terlihat bingung dengan apa yang dikatakan Rimar barusan.
"Udah deh, kamu minggir sekarang! Mbak mau lihat kondisi ibu sama bapak, kamu tolong bawain koper mbak ke dalam ya!" ucap Rimar.
"Ta-tapi mbak.." ucapan Marwa terpotong lantaran Rimar langsung menerobos masuk ke dalam.
"Ish, itu si mbak Rimar kenapa sih? Orang ibu sama bapak baik-baik aja, ngapain harus dilihat kondisinya coba?" gumam Marwa.
Marwa pun menyusul ke dalam sembari membawakan tas milik kakaknya itu.
•
"IBU, BAPAK!" Rimar berteriak cemas sembari menyusuri seluruh area rumah itu mencari keberadaan ibu bapaknya.
Tak lama kemudian, seorang wanita tua keluar dari kamar dan menemui Rimar disana.
"Loh Rimar, kamu pulang nak? Kenapa gak kasih kabar dulu ke ibu?" tanya wanita.
"Ibu?" Rimar langsung menatap dan berlari ke arah ibunya. "Ibu udah siuman? Kok ibu malah keluar kamar kayak gini sih? Harusnya ibu istirahat aja biar gak tambah sakit!" sambungnya seraya memeluk ibunya.
"Kamu ini kenapa bicara begitu? Emangnya kamu mau kalau ibu sakit beneran, ha?" tanya sang ibu.
"Bu-bukan gitu Bu, tapi kemarin aku dapat SMS dari Marwa dan dia bilang kalau ibu lagi sakit. Makanya aku buru-buru datang kesini buat cek kondisi ibu, tapi aku heran kok ibu baik-baik aja?" jelas Rimar.
"Ya aku bersyukur karena ibu gak kenapa-napa, tapi aku bingung aja kenapa Marwa bilang kalau ibu sakit parah ke aku?" sambungnya.
"Aku gak pernah SMS mbak kok, apalagi bilang kalau ibu sakit." ucap Marwa yang baru muncul dari depan.
Sontak Rimar dan ibunya menoleh bersamaan ke arah Marwa.
"Kamu gausah bohong deh Marwa! Mbak ada buktinya kok, kamu sendiri yang SMS ke nomor mbak kemarin. Nih mbak tunjukin deh ke kamu biar kamu percaya," ucap Rimar.
Rimar pun mengambil ponselnya dan menunjukkan bukti pesan yang terdapat di hp nya itu kepada Marwa.
"Tuh kamu lihat sendiri!" ucap Rimar.
"Ini mah bukan nomor aku mbak, masa mbak gak bisa bedain sih?" ucap Marwa.
"Apa??" Rimar terkejut mendengarnya.
"Iya mbak, lagian aku juga gak pernah ganti nomor hp kok. Ini tuh SMS bohong, mbak harusnya kroscek dulu jangan main percaya gitu aja!" ucap Marwa.
"Iya Rimar, kamu harusnya cari tau dulu kebenarannya sebelum kamu datang kesini!" sahut ibunya.
"Kalau begitu berarti aku yang salah ya? Yaudah deh, mbak minta maaf ya Marwa! Tapi, syukurlah karena ternyata SMS ini cuma penipuan! Aku senang banget kalau ibu gak kenapa-napa!" ucap Rimar sambil memeluk ibunya.
"Iya Rimar, Alhamdulillah ibu dan bapak baik-baik aja! Kita gak ada yang sakit kok," ucap ibunya.
"Mbak, terus gimana dong? Mbak mau tetap disini?" tanya Marwa.
"Eee..." Rimar terlihat kebingungan mencari jawaban.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Malam harinya, Fatimeh sudah bersiap memakai gaun yang diberikan oleh pamannya tadi.
Meski begitu, Fatimeh masih bingung dan tidak tahu akan dibawa kemana oleh pamannya.
Kini Fatimeh tengah terduduk di depan cermin, menatap tubuh seksinya yang terpampang dengan jelas disana.
"Apa lagi yang mau paman Gani lakuin ke aku ya? Setelah peristiwa semalam, rasanya hidup aku benar-benar hancur banget. Aku gak nyangka paman Gani bisa sampai setega itu sama aku," ucap Fatimeh.
Wanita itu menangis tersedu-sedu, air mata terus membasahi pipinya meratapi nasib buruk yang mendatanginya.
"Kesucian yang aku jaga selama ini, dan seharusnya diperuntukkan untuk suamiku nanti, justru telah hilang diambil pamanku sendiri." ucap Fatimeh sambil terisak-isak.
"Mengapa paman Gani tega banget sama aku? Dia benar-benar bikin aku hancur!"
TOK TOK TOK...
Tiba-tiba suara ketukan terdengar dari luar, Fatimeh bergegas menghapus air matanya dan menatap ke pintu.
"I-i-iya, siapa?" tanya Fatimeh gugup.
"Siapa lagi menurut kamu sayang? Di rumah ini kan sekarang cuma ada kita berdua," jawab Gani dari luar.
"Paman mau apa?" tanya Fatimeh.
"Buka pintunya sayang, paman mau masuk ke dalam sekarang!" ucap Gani.
"Iya paman, sebentar!" teriak Fatimeh.
Fatimeh menghela nafasnya sejenak, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya sesuai perintah sang paman.
Ceklek...
Gani langsung terkejut melihat penampilan Fatimeh yang begitu memukau, ia tersenyum lebar mendekati wanita itu dan menyentuh wajah Fatimeh dengan lembut.
"Kamu cantik sekali, paman gak salah nyuruh kamu pakai gaun ini." ucap Gani.
"Makasih paman!" ucap Fatimeh singkat.
Gani terus tersenyum sembari mengitari tubuh molek Fatimeh, ia terkesima melihatnya karena Fatimeh memang tampak lebih cantik dan seksi saat mengenakan gaun pemberiannya itu.
"Pasti bos Ajun bakalan suka banget sama dia, dan gue bakal dapat banyak uang dari bos Ajun!" batin Gani.
Fatimeh merasakan aura aneh dari gerak-gerik pamannya itu, ia semakin dibuat cemas dan bingung.
Fatimeh pun beralih menatap Gani, menahan tubuh pamannya itu untuk berhenti bergerak agar bisa bicara dengan serius.
"Paman ini mau bawa aku kemana sebenarnya?" tanya Fatimeh.
"Nanti juga kamu tau sayang, untuk saat ini kamu cukup diam dan ikuti saja kata-kata paman. Selama di tempat nanti, kamu jangan bicara apa-apa ya cantik kalau gak ditanya!" jawab Gani.
"Maksudnya apa sih paman? Apa yang paman rencanakan buat aku lagi?" tanya Fatimeh.
"Apa gak cukup dengan semalam yang udah paman lakuin ke aku? Paman udah renggut kesucian aku, apa paman belum puas sakitin aku?!" sambungnya penuh kekesalan.
"Kamu gak perlu cemas sayang! Paman gak ada rencana apa-apa kok, paman cuma mau bawa kamu bersenang-senang malam ini. Jadi, kamu jangan takut ya cantik!" ucap Gani.
Gani membelai rambut Fatimeh dengan lembut, menyelipkannya ke balik telinga sembari mengulum senyum.
"Yuk kita pergi!" ucap Gani.
Gani berusaha menggandeng tangan Fatimeh, namun langsung ditepis oleh Fatimeh dengan cepat.
"Jangan pake sentuh-sentuh aku segala! Aku bisa jalan sendiri kok, aku masih punya kaki!" ucap Fatimeh.
"Emang rasa sakit setelah kejadian semalam itu sudah hilang sayang?" goda Gani.
"Sebuah pertanyaan yang gak perlu dijawab," ucap Fatimeh ketus.
Karena emosi, Fatimeh pun melangkah keluar dari kamarnya lebih dulu dan meninggalkan Gani yang masih berdiam diri disana.
"Hahaha, sebentar lagi kamu akan jadi lumbung uang buat paman, sayang.." ucap Gani.
•
•
Fatimeh dan Gani kini telah tiba di sebuah bar mewah yang sangat ramai, mereka pun turun dari taksi yang mereka naiki untuk segera memasuki bar tersebut.
"Paman, buat apa kita kesini?" tanya Fatimeh.
"Tadi kan paman sudah bilang, paman hanya ingin bersenang-senang dengan kamu. Sudahlah, tidak usah panik ya cantik!" jawab Gani.
Fatimeh hanya bisa menghela nafasnya, jujur suasana hatinya saat ini masih belum bisa tenang walau pamannya selalu berkata semua akan baik-baik saja.
"Yaudah, yuk kita masuk kesana! Ada seseorang yang sudah menunggu kamu," ujar Gani.
"Seseorang? Siapa paman?" tanya Fatimeh.
"Kamu gak perlu tau, cukup diam dan lakukan saja perintah paman!" pinta Gani.
Fatimeh mengangguk pelan, ia memang tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Melawan hanyalah membuat ia semakin terperosok ke dalam jurang bahaya yang tentunya tak ingin ia dapatkan.
Akhirnya Gani menggandeng paksa lengan Fatimeh, dan membawa wanita itu masuk ke dalam bar untuk menemui bos Ajun yang sudah menunggu disana.
"Semoga aja paman Gani emang gak punya rencana apa-apa buat aku disini!" batin Fatimeh.
Begitu masuk ke dalam bar itu, perasaan Fatimeh semakin bertambah cemas. Ia melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya disana.
"Paman, kita sebenarnya mau apa kesini? Paman gak mau minta aku buat ikut nari atau minum alkohol seperti mereka kan?" tanya Fatimeh.
"Tentu tidak, kita kesini kan ada janji sama seseorang." jawab Gani.
"Mana orangnya?" tanya Fatimeh penasaran.
Gani pun celingak-celinguk melihat sekeliling area tersebut, sampai ia menemukan sosok yang sedang ia cari.
"Nah, itu dia disana.." ucap Gani menunjuk ke tempat bos Ajun dan para bodyguardnya berada.
Fatimeh langsung mengarahkan pandangan sesuai dengan yang ditunjuk oleh pamannya, ia terkejut melihat seorang pria berjas yang tengah merokok dikelilingi oleh banyak sekali wanita.
"Dia orang yang paman mau temuin sama aku?" tanya Fatimeh.
"Yeah, udah yuk kita temuin dia sekarang! Gak enak kalau kita bikin dia nunggu lama," ucap Gani.
"Ta-tapi paman, dia itu siapa?" tanya Fatimeh.
"Nanti kamu kenalan aja sama dia langsung, paman yakin kamu pasti bakalan senang banget kenal sama dia!" jawab Gani sambil tersenyum.
"Maksud paman apa sih?" batin Fatimeh.
Mereka kembali melangkah mendekati bos Ajun di depan sana.
"Halo bos, selamat malam!" ucap Gani.
"Eh Gani? Akhirnya kamu datang juga, saya sudah menunggu kamu lumayan lama." ucap bos Ajun.
"Ah iya bos, saya minta maaf ya! Abisnya ini, dia agak susah buat diajak pergi kesini." ucap Gani menunjukkan Fatimeh kepada bos Ajun.
Sontak bos Ajun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Fatimeh, ia beranjak dari sofa menyingkirkan tangan wanita-wanita yang menggerayangi tubuhnya tadi agar ia bisa fokus bersama Fatimeh.
"Ohh, jadi ini perempuan yang kamu maksud?" tanya bos Ajun pada Gani.
"Betul bos, dia Fatimeh. Ayo Meh, kamu kenalin diri kamu sama bos Ajun!" ucap Gani.
"Hah??" Fatimeh terkejut dan menganga lebar.
"Halo Fatimeh! Saya Ajun, kamu bisa panggil saya bos Ajun. Berapa usia kamu cantik?" ucap Ajun sambil menyodorkan tangan ke arah Fatimeh.
Fatimeh hanya diam memandangi telapak tangan Ajun, itu membuat Ajun merasa gemas dan tersenyum renyah.
"Dia benar-benar luar biasa, pantas saja Gani memasang tarif yang sangat mahal kepada wanita bawaannya kali ini." batin Ajun.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!