NovelToon NovelToon

Menua Bersama

1. Prolog

ANTONI

Antoni adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua saudaranya laki-laki semua yang bernama Gani dan Roy. Jarak usia mereka tidak terlalu jauh sekitar kurang lebih tiga tahun saja selisihnya. Mereka hanya berselisih dengan mereka berdua hanya sekitar kurang lebih tiga tahunan saja. Dulu ketika mereka masih kecil mereka sering sekali berantem sampai menangis dan selalu mengadu ke papah atau mamah agar selalu di bela. Masa kecil mereka sama sekali tak bisa di rubah oleh siapapun dan tak bisa kembali seperti semula. Namun waktu sudah berubah menjadi cepat seakan terlewati semuanya. Berjalannya waktu dan umur yang bertambah membuat mereka sedikit lebih akur dan perkelahian mulai berkurang. Mereka sudah beranjak dewasa dan mulai bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Antoni adalah anak yang sangat penurut sekali, bahkan ia baru berpacaran saja hanya satu kali sampai sekarang. Ia sudah berpacaran dari awal SMA sampai sekarang. Namanya Elsa gadis sederhana yang mampu memikat hatinya hingga tak mau beralih ke perempuan lain. Ia kalau sudah nyaman dengan satu perempuan maka akan tetap menetap di sana. Sampai detik ini masih banyak godaan dari perempuan lain.

Banyak yang ingin mendekati Antoni namun ia sama sekali tak perduli dan tak tergoda oleh siapapun. Terkadang sifatnya dingin dan karismatik kepada kaum hawa yang ingin mendekatnya bahkan sempat ia cuek dengan tamu mama perempuan yang ingin berkenalan dengan dirinya. Ia tau kalau misalnya selama ini tak baik bersikap seperti itu tapi demi menjaga hubungan dirinya dan Elsa. Elsa adalah perempuan pertama yang mampu memikatnya. Ketika ia sudah merasa nyaman dengan seseorang maka ia akan terus dengan orang tersebut.

ELSA

Perempuan sederhana yang mampu menarik perhatian Antoni. Hanya Elsa yang mampu menarik perhatiannya Antoni di antara perempuan yang menaruh ke hati laki-laki itu. Antoni sama sekali tak berpaling ke perempuan lain. Perempuan lain banyak yang lebih, lebih cantik, lebih putih dan lebih dari segalanya namun di pikiran Antoni hanya Elsa seorang. Tak semudah itu untuk mendapatkan Elsa butuh pembuktian dan butuh waktu juga untuk meluluhkan perasaannya. Jadi apa yang di miliki oleh Antoni tidak menjadi hasutan Elsa. Banyak hal yang di miliki Elsa ternyata membuat Antoni bertahan. Elsa tak pernah cemburu mempunyai laki-laki yang memiliki segalanya tapi malah rasa bersyukur karena Antoni dapat menerimanya dengan apa adanya.

Hubungan mereka sudah berjalan hampir beberapa tahun tanpa konflik yang berat dan membingungkan.

Tapi...

Akhir-akhir ini mama ingin menjodohkan Antoni dengan perempuan pilihannya. Perempuan yang selaras dengan Antoni menurutnya dia adalah Mawar anak dari teman arisannya yang ia temui sebulan yang lalu. Cantik, tinggi, putih dan anak orang kaya pastinya. Ia ingin anak pertamanya mempunyai seorang perempuan yang sepadan dan urusan cinta belakangan menurutnya. Bukan itu egois bukan? Ya tapi tak berlaku untuknya. Nanti malam ia sudah berniat untuk mempertemukan antara Antoni dan malam di rumahnya. Ia sudah menyiapkan skanario yang mulus yang di jamin tidak ketahuan oleh Antoni karena Antoni ini anaknya berpikir kritis sekali jadi harus cari peluang untuk membuat Antoni bisa menerimanya.

Waktu itu ia sempat menampakkan foto ke Mawar, kebetulan Mawar ikut arisan dengan mamanya dan pertemuan lah dengan mamanya Antoni. Raut wajah Mawar tidak menolak ia hanya tersenyum dan mulai tertarik dengan Antoni. Siapapun yang melihat Antoni pasti langsung tertarik karena perawakan yang di miliki Antoni sangat menunjang mata yang melihatnya. Ia sibuk memainkan ponselnya, ia menjauh sebentar lalu langsung saja ke dapur. Gani dan Roy bingung dengan hari ini tidak seperti biasanya mama dengan sibuk dan bingung sendiri.

Ia ke dapur membuka kulkas dan memeriksa satu persatu makanan atau minuman apa saja yang masih tersisa. Ia bertanya kepada mba yang ada di dapur apakah masih ada atau tidak? "Nanti malam kamu siapkan makanan dan minuman yah. Terus buah jangan lupa di kupas tapi harus bersih terlebih dahulu ya. Oh iya sebelum magrib semua harus beres ya. Jangan katakan hal ini dengan siapapun."

"Emang ada acara apa bu?"

"Intinya kamu siapkan saja ada tamu datang ke sini. Kalau gitu lanjutkan pekerjaan kamu. Saya permisi dulu." Ucapnya yang langsung meninggalkan mba di dapur.

Ia duduk kembali ke sofa timbullah pertanyaan di pikiran Antoni. "Mama kenapa? Kok kayak sibuk gitu? Emang ada apa sih mah? Perasaan gak kayak biasanya banget?" Antoni mulai curiga dengan tingkah laku mama.

Mama hanya tersenyum lalu melanjutkan memainkan ponselnya. Kedua mata Antoni membulat ketika melihat mamanya tersenyum begitu. Ia hanya mengangguk, mungkin urusan arisan atau asik chatting dengan teman seumurannya. Pikirnya seperti itu.

Antoni membuka beberapa foto yang ingin ia kirim ke Elsa. Kebiasaan mereka berdua adalah selalu kirim foto satu sama lain setiap harinya, entah foto yang paling rapi atau foto yang paling konyol sekalipun. Itu yang membuat mereka erat sampai sekarang. "Sumpah gue gak ngerti ya sama mama sama lo ton. Kalian benar-benar aneh banget hari ini haha." Ucap Gani yang menggeleng-geleng kepala. Ia berada di tengah-tengah mama dan Antoni sibuk masing-masing memainkan ponsel. Dua orang yang berbeda generasi dengan asik memainkan ponselnya.

"Udah deh gan ngapain lo bengong aja di antara kak Toni sama mamah? Lo mau stress tiba-tiba? Atau lo mau ikutan nimbrung?" Senyum Roy akhirnya juga ikut-ikutan geleng-geleng kepala.

"Bu ini berapa banyak ya bu----"

Mendengar hal itu ia langsung berdiri dan menuju ke dapur. Ponsel ia letakkan di atas sofa lupa ia bawa ke dapur. Layar masih menyala, Antoni pun mengalihkan pandangannya ke arah ponsel mamanya. Ia melihat sekilas chattingan mama dengan seseorang. Mungkin tak baik melihat atau penasaran dengan hal pribadi mamanya karena walau anak dan orang tua tetap saja masih ada yang namanya sesuatu yang pribadi. Tapi penasaran sekali hari ini. Ia pun mengangkat lalu membacanya.

Tapi ketika dua menit berjalan mama pun datang dan mengambil langsung ponsel miliknya dari tangan Antoni. Ia mematikan layarnya langsung dan tersenyum saja. "Siapa mah yang chat? Kok muka mama panik gitu?"

"Eng--- enggak kok. Cuma teman arisan mama aja ngajakin jalan. Ya udah gitu aja. Kamu baca apa tadi?" Ia mengalihkan pembicaraan sejenak agar Antoni teralih.

"Baca....."

"Baca apa?" Ia takut Antoni tau dan semua persiapan akan berantakan dan akan rusak gitu aja.

"Belum sempat sekilas doang mama langsung ambil hpnya dari tangan aku. Emang siapa sih mah? Siapa sih? Asik banget deh kayaknya?"

"Udah deh gak usah kepo!" Sahut Gani yang akhirnya pro ke mama begitupun Roy yang juga ikut-ikutan. Antoni pun mengangguk dan tak menanyakan kembali lagi. Mungkin benar tak perlu menanyakan lagi.

"Isinya apaan sih mah?"

"Lo mau ikutan arisan sama mamah? Ya udah mah tolong masukkan nama Antoni di dalam nama arisan mama. Biar asik kan mah, kalau ada nama cowok."

"Gak lucu tau gak!" Bengis Antoni yang tak suka dengan bercandaan Gani.

"Apaan sih kalian, jangan kayak gitu dong. Udah-udah. Kalian main aja sana."

"Hahahaha rasain lo!" Roy ikut nimbrung.

"Diem anak kecil!" Sontak mereka berdua langsung menghentikan suara itu, bukan kalau bukan si bungsu.

2. Perjodohan

Mawar.

Mawar perempuan yang sudah berencana untuk di jodohkan dengan Antoni. Dia cantik, kaya, tajir dan putih kriteria yang di sukai oleh calon mertua bukan? Nah di sini dia adalah salah satu anak dari pewaris aset terkaya dari beberapa bisnis dari orang tua Antoni. Hal yang paling mengagetkan adalah ketika mamanya Antoni tau kalau misalnya Mawar menyukai Antoni sejak lama namun ia belum memberi tahu keduanya kalau mereka sudah saling mengenal tapi sebagai rekan kerja di rumah. Ia diam-diam menaruh hati kepada laki-laki misterius itu. Mereka sudah mengenal satu sama lain tapi hanya sebatas pekerjaan saja tak lebih dari itu bertemu pun tak ads obrolan di luar hal itu. Mamanya Antoni baru tau kalau misalnya Mawar sudah mengenal Antoni sejak lama, ia tak perlu susah-susah untuk mengenalkan mereka berdua.

Di malam ini, ia akan mengundang seseorang yang akan di jodohkan langsung dengan Antoni. Antoni heran dengan persiapan makanan yang melebihi dari malam-malam sebelumnya. Ia buka tudung saji yang ada di atas meja banyak sekali. Gani dan Roy pun juga bingung dengan makanan yang begitu banyak biasanya biasa-biasa saja tapi kali ini tidak. Mama pun datang dengan pakaian yang rapi dan dengan rias wajah yang begitu cantik sekali biasa juga memakai daster saja. Pertanyaan pun timbul di pikiran Gani anak kedua. "Mah ada apa sih sebenarnya? Kok biasanya gak kayak begini? Ada apa?"

"Ada tamu nanti yang bakalan kesini. Yang pasti tamu spesial dari kakak kamu." Tunjuknya dengan gemas. Mereka berdua melirik ke arah Antoni dengan mengejek dan ikut-ikutan bertanya.

"Cie ada siapa tuh? Pacarnya ya mau datang?" Godanya yang membuat Antoni tidak tergoda dengan kecengan tersebut.

Antoni hanya menggeleng, ia mengambil ponselnya dan langsung membuat chat ke Elsa pacarnya. Ia lebih memilih untuk duduk di luar, suasana di luar lebih adem karena udara menjadi penyejuk di malam ini. Ia duduk di ayunan gantung di teras, ia senderkan dengan rebahan ringan.

Berbeda sekali ketika bertemu dengan orang lain Antoni seakan lebih banyak omong bahkan bisa di katakan cowok setia dengan tampang yang ia milikinya.

"Apa sih gak jelas banget." Sahut Antoni yang menepis begitu saja.

***

"Nah itu rumahnya pak." Ucap Mawar yang menunjuk rumah putih yang berpagar tinggi itu. Satpam pun membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan untuk masuk setelah mengatakan kalau Mawar adalah tamu dari orang yang ada di dalam. "Nanti kalau saya pulang saya telfon bapak lagi yah. Makasih pak hati-hati pulangnya."

"Iya non saya pamit pulang dulu." Sahutnya dengan cepat.

Suara mobil terdengar dari luar mama pun langsung saja keluar dan menyambut dengan hangat. Lalu ketika seseorang itu keluar, mobil itu kembali keluar dari rumahnya. Ada seorang perempuan yang tersenyum ketika seorang ibu menyambutnya hangat. Mereka cipika-cipiki satu sama lain. Mama menggandeng masuk ke dalam rumah. Antoni langsung terbelalak ketika melihat seorang yang tak asing. "Hai Anton!" Lambai Mawar. Antoni hanya membalas dengan melambaikan tangan dan tersenyum saja. Gani dan Roy pun melirik ke arah Antoni yang tampak tidak begitu antusias.

"Ini tamu spesial kita malam ini. Makasih loh Mawar sudah datang ke sini."

"Iya tante. Hallo semuanya! Makasih udah di undang kesini." Lambainya yang berbasa-basi sopan.

"Pah ini loh Mawar teman sekantor Antoni."

"Hallo om, aku Mawar!" Senyumnya setelah ia salim terlebih dahulu.

"Hallo juga. Anton ini teman kamu di kantor?"

"Iya pah." Sahutnya.

"Sambut dong kasihan dia jauh-jauh datang kesini. Jangan main hp terus." Suruh papah karna Antoni terlihat tidak terlihat sopan sekali.

Mawar pun di persilahkan duduk oleh mama. Antoni terkejut sekali ketika melihat sosok yang tak asing di lihatnya begitupun dengan Mawar, berbeda dengan Gani dan Roy yang tak sama sekali beraut seperti Antoni. Mereka berdua malah terpesona dengan wajah Mawar yang cantik yang mampu memikat perhatian mereka sebagai laki-laki normal. "Makasih banyak loh tante udah di undang ke sini."

"Sama-sama kamu cantik sekali hari ini. Sendirian? Sama siapa? Supir?"

"Iya tante tadi diantar sama supir." Senyum dengan lebar. Mama mengambilkan makanan dan menyajikan makanan di atas meja dengan hangat. Di dalamnya Antoni merasa ada hal yang aneh, banyak pertanyaan yang timbul di pikirannya ia sama sekali tak menyangka siapa yang datang ke rumahnya itu adalah orang yang selama ini di kantor.

"Lo kenal sama dia?" Ucap Gani yang berbisik di telinga Antoni. Namun dengan cepat menggelengnya.

"Gue kenal dia teman sekantor gue!"

"Awas nanti cinta lokasi loh haha. Tapi kayaknya si enggak lo kan setia banget. Salut mah gue." Cengirnya sambil menepuk bahu Antoni.

"Gak bakal, gue setia sama perempuan. Dan perempuan itu Elsa. Udah gue gak bakalan berpaling." Jawabnya dengan tegas.

"Berkas yang warna merah itu masih di kamu kan? Besok tolong antarkan ke ruangan saya yah." Antoni membuka pembicaraan hari ini.

"Anton kenapa kamu bahas pekerjaan di rumah? Biar saja itu urusan kantor. Mawar Anton emang seperti ini orangnya jangan tersinggung yah!" Mama merasa tak enak dengan sikap Anton yang sedikit jutek.

"Gimana kabar mama kamu?"

"Baik tante."

"Mama kenal sama mamanya Mawar? Kenapa gak bilang sama aku?" Ucap Antoni yang bingung kenapa malah masuk ke area pribadi.

"Kan kamu gak nanya, kamu kan terlalu sibuk dengan pacar kamu itu." Sindirnya.

Antoni hanya diam saja memakan makanan yang ada di atas piring. Mawar dari tadi mengajaknya berbicara namun ia hanya menjawabnya singkat seperti di kantor. Sebisa mungkin Mawar tak mudah terkuras emosinya karena sikap Antoni yang begitu dingin.

"Kamu sering main ke sini yah. Biar tante ada temannya." Senyum mama.

"Emang boleh tante?"

"Oh boleh dong."

"Om pamit sebentar ya ada telfon masuk nih." Ia pun berdiri dan mengangkat telfon masuk.

"Mawar udah punya pacar belum?"

"Iya nih kak Mawar udah punya pacar belum?" Sambar Gani yang juga menanyakan hal yang sama. Ia menaruh rambutnya yang menjuntai lalu menaruhnya ke belakang telinga.

"Belum punya. Udah lama sih jomblo! Tapi aku sih santai tante, gak terlalu mikir yang penting mah santai aja kalau di bawa serius bakalan pusing. Jadi beban gitu." Malunya dengan tertawa ringan dengan menutup mulutnya refleks.

"Nah pas banget dong anak tante yang pertama juga jomblo. Gak punya pacar juga iya kan?" Ia tak sadar yang ia maksud itu adalah Antoni. Padahal Antoni sudah memiliki dambaan hati sudah lama dan ia pun tau akan hal itu. Kedua lirikan mata Gani dan Roy mengarah ke arah Antoni mereka menunggu jawaban yang keluar langsung dari kakak pertamanya itu.

"Ehem." Dehem Antoni dengan cepat.

"Udah punya sih, tapi kalau berteman boleh kan ton?"

"Iya boleh mah." Senyumnya hambar. Baru pertama kalinya Mawar melihat Antoni tersenyum begitu biasanya cowok arogan ini jarang sekali kalau tersenyum. Ini kali pertama!

"Nah jangan lupa untuk sering main ke sini. Gimana enak gak? Ayo di makan anggap saja ini rumah kamu sendiri."

"Iya makasih banyak tante. Enak kok aduh jadi gak enak di repotin begitu."

"Enggak kok, enggak."

3. Canggung

Antoni sedang sibuk memeriksa berkas yang harus ia tanda tangani satu persatu. Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk dari luar. "Silahkan masuk." Suruhnya. Setelah di buka ternyata Mawar. Ia pun bersikap seperti biasa.

Kedua mata Mawar tak pernah berkedip melihat Antoni yang menurutnya seperti salah tingkah. Namun ia tak berani untuk bertanya. "Ini sudah saya tanda tangani, kamu boleh keluar!" Angguknya.

"Permisi Pak."

"Ya."

Setelah keluar dari ruangan Antoni, ia merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Rasanya bercampur aduk, antara senang, bahagia dan gugup juga.

Revan yang melihat Mawar keluar ruangan pun tersenyum saja, menyerngitkan kedua matanya dengan aneh. "Ehem." Godanya.

"Hai Mawar."

"Kenapa Revan? Kasih tau sama temen lo jadi orang jangan jutek begitu hahaha."

"Kenapa lo gak tanya langsung sama orangnya? Kenapa harus sama gue?" Kedua tangan Revan melipat di atas dada lalu setelahnya menyilangkan kaki kanan yang menumpu di sebelah kiri.

"Gak papa sih, gue males aja. Dan gue juga pengen tau aja sejauh apa dia kayak gitu. Dan gue yakin bakalan luluhin dia."

"Oh iya?" Tanya Revan dengan santai namun menantang.

***

Jam istirahat pun tiba.

"Boleh nanya sesuatu gak?"

"Hem."

"Lo kalau sama karyawan atau sama rekan kerja jangan jutek begitu dong. Kenapa sih?" Ucap Revan dengan cepat. Ia adalah sahabat dari Antoni sejak SMA, ia tau sekali tentang hidup Antoni. Bahkan tentang percintaan Antoni dengan Elsa pun juga tau, intinya dia adalah juru kunci hidup Antoni. Walaupun ketus seperti ini ia sangat maklum sekali dengan Antoni, baginya itu hanyalah orang yang mengenal sosok Antoni. Ia tau Antoni sosok yang baik dan perduli sekali dengan sekitar. Namun apa? Orang-orang selama ini salah sangka dengan sikap Antoni, menurut mereka yang tak kenal secara dekat dengan Antoni dia adalah arogan, jutek dan cuek. Padahal tidak sama sekali.

"Kenapa emang?"

"Si Mawar kayaknya suka sama lo deh."

"Loh kok jadi bahas si Mawar? Ada apa dia? Gak ada hubungannya banget. Kenapa lo suka sama dia? Ya udah deketin dia. Ngapain tanya ke gue."

Tak lama Revan langsung menepuk di bahu Antoni sambil tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, santai aja bro. Tadi tuh kan gue lihat si Mawar keluar dari ruangan lo. Terus gue godain kan? Dan ternyata gue kaget banget pas gue tau kalau dia ternyata suka sama lo? Dan gue yakin dia bakalan ngerusak hubungan lo sama Elsa." Bisik Revan dengan santai.

"Hah suka sama gue? Gak percaya banget. Ngarang bebas yah! Gue bakalan gak terima dan marah banget kalau sampai dia merusak hubungan gue sama Elsa. Liat aja entar!"

"Hahaha enggak dong, mana gue ngarang coba aja lo tanyain sama dia."

"Ish ogah banget. Dia ke rumah gue kemarin malam."

"Hah seriusan? Nah kan kalian ada hubungan." Suaranya sedikit meninggi.

"Hus apaan sih lo! Berisik banget jangan keras-keras dong! Entar kalau yang lain denger terus salah paham gimana?" Tegur Antoni dengan cepat. Revan menutup mulutnya seketika.

"Ngapain dia ke rumah lo? Loh bukannya lo udah punya Elsa? Terus kalau dia tau gimana?"

Antoni memegang keningnya dengan mengusap maju mundur. "Huh gue juga gak tau nih. Gue juga bingung sama nyokap gue! Nyokap gue yang undang dia ke rumah. Terus gue baru sadar kalau mereka sudah saling mengenal padahal gue sama sekali tidak mengenalkan mereka berdua."

"Ya itu pilihan di tangan lo sih kalau menurut gue! Rumit juga yah hidup lo!"

"Saran lo gimana nih? Kasih solusi ke gue! Gue gak mudeng banget sumpah! Gue bingung juga sama pola pikir nyokap yang kayak gitu."

"Ya lo ajak aja si Elsa ke rumah lo! Gimana tanggapan nyokap lo terutama. Apakah dia sebaik memperlakukan Mawar atau tidak!"

"Dia belum pernah masuk ke rumah. Dia cuma nunggu di depan doang. Ya udah gue ajakkin buat ke rumah malam ini."

"Nah gitu dong!"

"Ya tapi gimana?"

"Gimana apanya? Coba aja dulu. Masa belum di coba udah nyerah aja."

***

"Ayo masuk ke dalam." Suruh Antoni masuk ke dalam rumahnya. Elsa merasa tegang dan gugup sekali, bibirnya tiba-tiba terasa kering dan tangan yang gemetar. Selama ini ia sama sekali tak pernah ke rumah Antoni kalau pun ke rumah ia selalu menunggu Antoni di depan pintu gerbang. Ada mama Antoni sedang duduk di sofa memainkan ponselnya begitupun papah, Gani dan Roy juga lengkap ada di ruang tamu utama. Pandangan mereka langsung saja ke arah Elsa yang berdiri di samping Antoni. Mata mamanya Antoni langsung mengarah ke arah tangan Antoni dan Elsa yang bergandengan dengan spontan ia langsung melepaskan. "Mah ada Elsa." Ucap Antoni. Mamanya Elsa sama sekali tak menghadapkan ia hanya mengangguk paham. Terlihat sekali kalau ia tak sudah dengan kehadiran Elsa. Papahnya Antoni tersenyum dan menyuruh untuk duduk bersama-sama mereka. "Kamu duduk dulu yah." Suruh Antoni dengan cepat.

"Mau minum apa?" Tawarnya.

"Apa aja hehe." Elsa menatap kedua mata mamanya Aldo seperti tak suka terhadapnya. Jarak duduk mereka saja tak beraturan.

"Ada apa dia kesini?"

"Mah kok ngomong begitu sama... Elsa ya namanya?" Tanya papahnya Antoni dengan cepat, Elsa hanya mengangguk paham. Mama Antoni langsung berdiri dan memberi kode kepada Antoni untuk mengikuti ke dapur. Ia menanyakan sesuatu kepada Antoni "Kenapa bisa ada dia ke rumah kita?"

"Loh kok mama gitu sih? Dia kan pacar aku! Bukannya selama ini mama suka----" Belum selesai menjawab mama langsung memotong ucapan Antoni.

"Mama gak suka sama dia!" Cepatnya dengan nada yang sedikit tinggi.

Antoni pergi begitu saja ia pun kembali ke ruang tamu, ternyata dugaan tak nyaman ternyata tidak terlalu buruk. Gani dan Roy ternyata mengobrol dengan Elsa. Mereka ternyata menyambut hangat Elsa dengan baik. Ia pun juga ikut tersenyum begitupun papah juga ternyata. Tak lama minuman pun datang dan di taruh di atas meja. "Makasih." Senyumnya.

Terlintas mama masuk ke dalam kamar, papah hanya menggeleng saja. Ia tak enak dengan tamu malam ini. "Elsa... Gimana sama Antoni baik-baik aja kan?"

"Maksudnya lah?" Tegang Antoni.

"Alhamdulillah baik kok pah."

"Rencananya sih mau menikah pah. Jangan sampai duluan gue yah nikahnya gue gak mau! Lo harus duluan gue gak mau kasih lo hadiah."

"Iya gue tau kok! Nikah gak segampang ucapan lo! Lo pikir langsung kelar? Ya enggak lah!" Bahas Antoni dengan gas. Mereka pun tertawa dengan ekspresi Antoni yang seperti itu.

"Kamu tuh kenapa jadi serius gitu sih? Hahaha!" Sindir Elsa menaikkan alisnya sedikit naik ke atas.

Antoni pun baru sadar kalau ia terlalu serius dalam menanggapi ucapannya sendiri. Suasana pun semakin membaur tanpa kehadiran mama di hadapan mereka. Antoni yakin kalau kehadiran Elsa bisa membuat sesuatu berwarna di rumah mereka. "Kenapa baru sekarang ke rumah sini? Kan bisa kenal sama kita lebih jauh iya kan?"

"Iya." Jawab serentar antara Gani dan Roy.

"Em iya." Senyumnya.

"Ternyata keluarga Antoni gak seserius itu, mereka baik kok sama aku! Dan aku yakin aku bakalan di terima di keluarga mereka." Gerutu Elsa dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!