NovelToon NovelToon

Airene (Diary Ku)

Prolog : Kesadaranku

3 tahun yang lalu....

“Sayang tunggu! Ini sudah malam.” Pria itu mencoba menahan tangan wanitanya.

“Lepaskan!, Aku tidak peduli, dari pada aku sakit hati lebih baik aku dan Ai pulang dan tidur di rumah, silahkan kalian lanjutkan aku sudah tak sanggup.”

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan Airene!” ucap wanita lain sambil menenangkan sahabatnya yang lain.

“Kau bela saja dia, aku percaya apa yang mataku lihat, jangan pedulikan aku, aku mau pulang titik.!”

“Sayang-Sayang tunggu!” tahannya lagi. “Kita pulang sama-sama.”

Airene menggeleng. “Menjauhlah Kau dari hadapanku!” tunjuknya.

Pria itu terdiam, perasaan marahnya seketika muncul kala harga dirinya sebagai suami di rendahkan di depan semua teman-temannya, rasa tak percaya itu ada, tapi apa yang telinganya dengar dan matanya saksikan, itu jelas dan nyata kalau wanita yang genap setahun di nikahinya itu berani menunjukkan belangnya, kecewa berselimut amarah menggumpal di hatinya, namun bermodal sedikit perasaan dan iman membuatnya tak main tangan atas perbuatan yang baru di terimanya, Ia mundur dengan gemetar, matanya basah dan memilih mengalah.

Wanita bernama Airene itu, langsung masuk ke mobil dan berusaha menjalankannya.

“Kak, kejar Airene cepat, Jangan biarkan dia menyetir sendirian!”

“Dia mau pulang, biarkan saja!”

...****************...

【Di sebuah Ruangan… saat ini....】

NIIIT … NIIIIT … NIIIIT.

“Timang–timang anakku sayang, jangan tertidur,” ucap Mama bersenandung dengan merubah sedikit lirik lagu legendaris itu.

“Maaa…!” Tegur Papa.

“Mama hanya ingin Ai bangun Pa, Papakan tahu Ai suka dengan lagu ini waktu dulu.”

“Papa tahu, tapi dengan Mama begini suasana pagi kita bisa terus-terusan buruk, sudahlah jangan terlalu berlebihan.”

“Maaf Pa, Mama hanya ingin Ai cepat sadar, apalagi kata Dokter sentuhan dan doa tulus bisa membantu Ai cepat sadar, apalagi ini sudah begitu lama.”

Ucapan adalah doa, dan doa adalah pedangnya orang beriman, belum lagi doa seorang Ibu yang tak memiliki persyaratan untuk tuhan mengabulkannya, cukup sebait kalimat terucap dari mulutnya maka hal itu akan di kabulkan, meskipun sudah berlangsung lama baru di kabulkan, tapi Allah tetap mengabulkannya.

Tiba-tiba jari anaknya itu bergerak.

“Airene!”

“Kenapa Ma?” Sang Papa meletakkan ponselnya dan mendekat.

“Pa, Pa lihat, Airene beregerak… Alhamdulilah, Airene!”

“Mama tunggu disini, biar Papa panggil Dokter.” Pria setengah abad itu pun bergegas lari.

Wanita yang masih lemah ini belum sadar seutuhnya tapi Ia dapat mendengar kalau ada yang bersuara, telinganya menangkap suara itu dengan jelas, ada kebisingan tapi kemudian berganti dengan suara yang terdengar pilu.

“A-a-akhhh!” Cobanya bersuara sekaligus Ia menggerakkan tanganya lagi namun rasanya sama saja tak ada kemajuan. Tangan juga berat untuk di gerakkan, Ia hanya bisa melakukan gerakan -gerakan kecil. Ia tak bisa melihat dengan jelas dan pita suaranya juga tak bisa bekerja seutuhnya.

Satu yang dapat ia sadari adalah bahwa ia dapat merasakan ada beberapa lempengan bulat sebesar uang logam yang menempel di area tubuhnya.

“Paaa … cepaaat, masya Allah Airene! Alhamdulilah nak! Anakku! Ya Allah, Alhamdulillah terima kasih ya Allah, Kau Ijabah doaku.” Jerit wanita itu dengan nada lirih.

Isakannya ini juga bisa dirasakan oleh wanita yang terbaring itu, orang itu berucap sambil menahan rasa harunya, dan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat penuh syukur.

Sedetik kemudian wanita yang terbaring itu merasakan hangat di telapak tangannya, Ia hanya bisa merasakannya dan masih belum bisa melihat dengan jelas, semuanya masih sama, tapi ada sekilas bayangan yang dapat ia tangkap, yaitu adanya sesosok bayangan berwarna putih sedang berada di dekatnya. Kemudian bergantian hawa panas itu kini menyelimuti tubuhnya.

“Masya Allah, subhanallah, Ya Allah engkau ma-ha ba-ik. Anakku!” Suaranya tak henti-hentinya mendominasi telinga perempuan lemah ini, isakan penuh haru dan di tambah ucapannya yang terbata-bata itu seketika membuat wanita yang terbaring ini merasa kalau dia dan orang yang menangis itu memiliki hubungan erat, dia memeluknya dan sekali lagi hawa tubuhnya membuat wanita yang terbaring itu merasa nyaman

Wanita lemah itu hanya terpejam dan merasakannya, moment ini seakan ia pernah merasakannya dulu tapi ia sendiri tak tahu kapan itu. Ia pun kemudian bingung karena ia tak tahu wanita yang menangis itu siapa, dan dia tak tahu dia siapa .

Lalu berselang beberapa menit, terdengar bunyi pintu yang terbuka dan disertai derap langkah yang kembali ramai, dan suara langkah itu semakin dekat, saat penglihatan wanita ini semakin membaik, terlihat bayangan yang samar, orang pertama mengenakan kaca mata dan sebuah tali hitam melingkar di lehernya, dan di sisi kanan ada wanita yang sejak tadi tak berhenti menangis dan mengucap syukur, bahkan wanita itu juga menggenggam erat tangan wanita yang lemah ini, dan di belakang wanita itu ada pria yang bersama dua orang tadi. Ia juga tak henti-hentinya mengusap pelan pundak wanita yang ada di depannya seakan memberikan kekuatan.

“Kapan dia sadar?”

“Baru saja dok, sekitar lima belas menit yang lalu.”

“Baiklah saya periksa dulu ya.”

“Bagaimana Airene Dok?” tanya pria yang lebih tua itu.

Wanita itu menatap Pria yang bersuara barusan, nada yang hampir serupa dengan wanita tadi, bedanya kini nada suara pria itu sedikit rendah dan terdengar parau, Ia merasa suaranya juga tidak asing di telingannya.

Wanita lemah itu menatap dalam kedua pasangan yang berada disampingnya “Kenapa kau menangis,” gumamnya.

Kini semua menatap gadis itu lagi, dan orang yang di panggil Dokter itu mengajak pria yang bertanya barusan untuk menjauh agak ketengah ruangan.

“Alhamdulillah, setelah saya periksa-”

Hal itu membuat wanita yang baru saja sadar itu sedikit menggerakkan kepalanya karena penasaran..

“Nak kamu lihat apa? Jangan di paksakan ya,” ucap wanita yang di sampingnya ini.

Ia mengabaikannya sebab Ia merasa perlu tahu apa yang sedang dua orang itu bicarakan.

“Pergerakan pupilnya bagus, yang saya khawatirkan tadi matanya tidak merespon terhadap cahaya, tapi berkat doa kita semua Airene kini sudah sadar sepenuhnya walaupun ia masih perlu istirahat, Oh ya pesan saya, jangan biarkan ia banyak bergerak dulu dan satu lagi jangan biarkan Airene banyak berpikir keras, dan jangan beri ia pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya berpikir, Jika dia bertanya tentang siapa Bapak dan Ibu maka jelaskan sebaiknya, tapi nanti ya pelan-pelan! beri Airene waktu untuk mengenali dirinya dan lingkungan sekitar dulu.”

“Baik Dok saya mengerti.”

“Airene, Airene, Airene apakah itu namaku?” Ia berbicara dengan hatinya, otaknya tak bisa mengingat apapun, semuanya kosong. dan Ia memegangi kepalanya karena merasa sakit. “Akkkgh ”

“Dokter! … Kamu kenapa nak, jangan banyak bergerak dulu ya!.”

Dokter dan Pria tadi kembali mendekat.

“Kenapa?”

“Airene Dok!”

Wanita bergelar Airene itu masih memegangi kepalanya. “Stttttth sakit” keluhnya.

“Airene, turunkan tangan kamu ya, saya harap kamu jangan banyak bergerak dulu ya, apalagi berfikir terlalu keras tentang banyak hal karena itu sangat pantang untuk kamu saat ini, saya harap kamu bisa mengerti ucapan saya.”

“Apa terjadi sesuatu Dok?”

“Ibu, Airene tidak apa-apa! itu hanya reaksi kecil dari otaknya, mungkin dia baru saja menggunakan otakanya untuk mengingat atau menyimpan hal baru, seperti yang kita ketahui semua akibat kejadian itu membuat otak Airene tak bekerja, jadi seperti yang saya bilang ke bapak tadi, kalau Ibu juga jangan terlalu memaksa Airene untuk berfikir terlalu jauh mengenai hal baru, paham Ibu, Ini demi kesembuhan Airene.”

“Baik Dokter, saya mengerti.”

Setelah mereka bicara Pria bergelar Dokter dan itupun pergi, kini hanya ada mereka bertiga, wanita itu masih diam seribu bahasa. ia tak tahu harus berucap apa. Dia hanya menatap tanpa berani berfikir, karena ia takut rasa sakit itu kembali menghampirinya

“Kamu kenapa sayang, kenapa menatap kami begitu?” tanyanya lembut.

Mendapat pertanyaan itu, entah kenapa seketika membuat wanita bernama Airene itu ingin menangis sebab kata“ Sayang ” yang wanita ini transfer begitu mengena di hatinya, suaranya juga amat damai untuk Airene, mata Airene kini berlinang tanpa sebab.

“Kalian siapa?” cobanya bertanya sebab hati kecil Airene berkata dia adalah orang yang dekat dengannya, sejak membuka mata. Suaranya, tangisannya bahkan suhu tubuhnya begitu nyaman untuk Perempuan bernama Airene itu. tapi Airene tak mengingat apapun tentangnya.

Pertanyaan Airene itu membuat wanita tua tersebut menutup mulut dan matanya sekali lagi meneteskan butiran air yang mengalir di pipinya, dan Airene kembali dapat merasakan kalau ia tersakiti dengan pertanyaannya tadi, kemudian ia melihat pada pria di belakangnya.

“Ma sudah Ma, kita sudah tahukan!”

“Hutss, hikssss … tapi Pa-”

“Ma tenanglah, kita sudah tahu bukan apa yang ia alami, jadi bersabarlah jangan emosional begini, kasihan dia. Lihat dia, Airene jadi ikut sedih. Jangan bebani dia.”

“Baik Pa Mama hanya tak kuat melihat anak kita begini.”

“Sudahlah kita bisa melawati ini bersama.”

Kemudian Suami Isteri itu berpelukan, wanita yang ia sebut dirinya Mama itu terisak menahan tangis di dekapan sang Suami, Suaminya hanya bisa mengelus pelan pucuk kepala wanitanya ini. Walaupun tak dapat di pungkiri hati Pria setengah abad itu juga sakit melihat anaknnya begini.

“Kalian orangtua ku?”

...----------------...

...Selamat menikmati cerita ini, semoga kalian suka. Lanjut Bab 1 Ya. Terima kasih...

Episode 1 : Dia siapa?

1 Bulan kemudian.

Assalamualaikum!

Perkenalkan, nama wanita yang hilang ingatan itu Airene Ratu Yandrahadi. Sejauh ini Airene hanya boleh mengingat beberapa hal dasar selama masa pemulihan pasca sadar dari koma diberlakukan.

Akhirnya pagi ini Airene sedikit bisa bernafas lega sebab kini ia sudah di bolehkan untuk berjalan meskipun masih belum berjalan dengan normal, karena sebelumnya selama perawatan dan terapi tubuhnya, Ia kemana-mana menggunakan kursi roda, sejak sadar Airene kembali kerumah sakit, agar memudahkan Dokter memantau fungsi otak serta kerja organ yang lain hingga kembali bekerja seperti sebelumnya.

Sebulan yang lalu tepatnya saat Ia membuka mata, Airene tak bisa mengingat apapun, semuanya kosong tak ada secuil ingatan pun yang tertanam dalam kepalanya, namun berbeda dengan kali ini, Airene kini mengetahui kalau kedua orang tuanya masih berada di sisinya, mereka adalah Papa Wisnu dan Mama Tya, sekalipun ingatan Airene tentang mereka masih belum ada perubahan, kenangannya terhapus, tapi Mama dan Papa memahami kondisinya, semenjak Airene sadar mereka berdua membantu Airene untuk mengingat siapa Airene sebenarnya dan siapa mereka.

Amnesia Pascra Trauma adalah kondisi dimana seseorang kehilangan ingatan akibat cedera kepala yang tergolong parah, ditambah lagi dengan rentang waktu tidurnya yang panjang membuat otak Airene mengalami penurunan fungsi otak dan akhirnya menghapus semua memori yang ada.

Bertambahnya hari, kondisinya semakin membaik, Bahkan Dokter juga takjub dengan tingkat kesembuhan Airene yang terus menunjukkan hasil positif setiap harinya, karena kebanyakan Pasien Koma akan membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa kembali pulih. Dokter bilang Faktor Usia adalah salah satunya, dan Airene kini berusia 25 Tahun.

Airene juga mulai banyak mengingat kosa kata dan kalimat baru, sampai ia kini berpikir tentang suatu keanehan, kenapa hanya Mama dan Papa yang ada di sini bahkan tak ada siapapun yang datang berkunjung, “Apakah kami tak memiliki keluarga lain di kota ini?”

Tadinya Airene berfikir begitu, Dan saat ia bertanya pada Sang Mama, katanya ini demi kebaikan Airene sendiri dan Dokter itu juga bilang kalau Airene jangan banyak menggunakan otaknya dulu apalagi untuk berfikir tentang masa lalunya.

Sedangkan jika kerabat ataupun saudaranya yang lain datang otomatis Airene akan bertanya siapa mereka dan itu membuat otaknya menyimpan informasi baru lagi dan itu belum bisa Airene lakukan untuk saat ini, jika Airene memaksakannya maka Airene akan tidur panjang untuk yang kedua kalinya.

CRE……K

“Assalamualaikum sayaaaaaang," sapa Mama dengan ceria.

“Waalaikumussalam, Pagi Ma!” Jawab Airene dengan manis, lalu Airene bangkit dengan membenarkan posisinya agar bisa bersandar pada ranjang.

“Pagi sayang, Alhamdulillah, enakkan badannya?” Mama berjalan ke ranjang Airene.

“Alhamduliilah Ma, Mama dari mana?” Tanya Airene pula sambil meraih tangan Mama untuk menyalaminya dan Mamanya pun duduk di kursi yang ada di samping ranjang Airene.

“Mama dari ruangan Dokter.”

“Mama kenapa, sakit?” Potong Airene cepat.

“Nggak! Mama konsultasi sama Dokter, Mama tanya ke Dokter apakah kamu sudah boleh dapat kunjungan, sebab selama tiga hari ini Mama lihat kamu sudah semakin banyak kemajuan, dan juga Mama takutnya kamu kesepian karena hanya ada Mama dan Papa yang bergantian menemanimu disini, sayang”.

“Ah Mama jangan bilang begitu, Airene sudah bersyukur ada Mama sama Papa yang menemaniku disini, kalau tidak, aku tidak tahu harus berbuat apa! jadi ada Mama sama Papa saja sudah cukup.”

Mama tersenyum mendengar jawaban anak semata wayangnya itu, Mama lalu menggenggam tangan Airene.

“Tidak bisa begitu sayang, kamu harus segara pulih, dan kembali ingat semuanya, sebentar ...” Mama kemudian merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponsel. “Tunggu ya!”

“Mama mau apa?” Airene kebingungan melihat Mamanya memainkan ponsel.

“Sebentar..” Mama pun lalu melancarkan jarinya dan tengah mengetik sesuatu.

“Ayu, Kirim foto kalian waktu masih sekolah ya, Mama nggak ada simpan, ini untuk Airene.”

TWING! 📱

^^^“ Oke Ma.”^^^

Rupanya Mama menghubungi Ayu, Ayu adalah teman sekaligus sahabat Airene, Mama menghubunginya untuk meminta foto kenangan semasa Airene sekolah, Mama berfikir hal itu dapat membantu Airene kembali sembuh dengan cepat.

TWING 📱

Sebuah balasan kembali masuk, terlihat dalam notifikasi Mama bahwa Ayu telah mengirimkan Foto tersebut.

“Nah … coba lihat ini!” Mama lalu menyodorkan ponselnya pada Airene.

“Apa ini Ma, tidak ada apa–apa!” Airene kembali melihatkan ponsel tersebut pada Sang Mama.

Benar saja, gambar yang Ayu kirim masih dalam bentuk file mentah dan belum terunduh secara otomatis, dan nampaknya sang Mama lupa kalau anaknya tidak bisa mengingat hal–hal yang telah usang, terlebih lagi bagaimana cara memainkan ponsel keluaran teranyar tersebut.

“Mana! Ouuuh Mama lupa, sini mama ajarakan. tekan dulu disini lalu tunggu sebentar nanti baru keluar gambar aslinya.”

Airene pun mengikuti arahan sang Mama dan setelah menunggu beberapa detik proses unduh gambar tersebut, akhinya gambar yang Mama pinta pada Ayu pun keluar, dalam gambar itu ada tiga gadis yang mengenakan pakaian kebaya di balut dengan hijab, mereka bertiga tampak cantik.

“Yang tengah itu Aku ya Ma?” tebaknya lalu Airene lagi-lagi menatap Mamanya .

“Iya, nah di sebelah kamu itu namanya Ayu.”

Airene menaikkan alisnya, “Yang kiri apa kanan Ma?”

Mama Tya tidak tahu kalau dalam foto itu ada tiga orang. Mama pun sontak kaget.

“Memangnya ada berapa orang di sana, coba mama lihat.” Mama kembali mengambil handpone tersebut dan memperbesar gambarnya, disana ada tiga orang, Ayu, Airene dan satu lagi temannya “Aduhhh! kenapa harus foto bertiga, aku harus jawab apa?” gumam Mama Tya, seketika wajah Mama seperti takut untuk menjawab, Mama terlihat mengulumkan bibirnya.

“Kenapa Ma?”

“A..a.. Begini Sayang, kamu ingat nama Ayu aja dulu ya dia yang sebelah kanan, yang satunya besok lagi… Ok!”

“Oh begitu ya Ma, Oke Ma ! Ayukan namanya cantik kaya orangnya.”.

“Iya anak mama juga nggak kalah cantiknya.” Goda mama dengan menyubit dagu putrinya itu “Apa kamu mau ketemu dia?’’

“Memangnya boleh Ma!” Airene tampak bersemangat, terpancar raut bahagia dari wajahnya.

“Boleh Sayang, Mama kan sudah tanya Dokter tadi,… Ya sudah, nanti abis sholat Dzuhur Mama suruh dia kesini ya, buat temani kamu, mana tau Ayu bisa bantu kamu pulih dengan cepat.”

“Oke Ma, Makasih ya Ma”

“Sama-sama sayang, Mama ke kamar kecil dulu ya!”

CUP! Mama pun tak lupa untuk mengecup kening Airene.

“Maafkan Mama ya sayang, maafkan mama, ini harus segera di lakukan, Mama tak tega tapi Mama terpaksa,” gumam Mama sambil menoleh sedikit pada Airene lalu mengakhirinya dengan masuk ke toilet

...****************...

Apakah yang Mama sembunyikan dari Airene?

Cek Eps 2 ⬇️⬇️⬇️

Episode 2 : Penyelamat

TOK TOK

“Assalamualaikum!”

“Waalaikumussalam, masuk,” jawab Mama yang duduk di sofa.

CLEK

“Mamaaaaa,” ucap tamu tersebut yang tak lain adalah Ayu.

Sesuai dengan pembicaraan antara Irene dan Mama tadi, akhirnya juru penyelamat itu datang atas permintaan sang Mama. Ayu Asyari adalah Anak dari Avina dan Alek yang mana kedua orang itu adalah teman seangkatan dari Mamanya Airene waktu kuliah, hingga pertemanan para orang tua ini turun ke anak-anak mereka. Yakni Ayu dan Airene sendiri. Dan sebab itu juga Ayu memanggil Tya dengan sebutan Mama, sanking dekatnya hubungan mereka.

“Akhirnya sampai juga, udah dari tadi Mama tungguin kamu, sama siapa kesini?” Mama mendekati Ayu yang baru saja sampai.

Sebelum menjawab pertanyaan Mama Tya, Ayu lebih dulu menyalami Mamanya ini. “Sendiri Ma, tapi diantar kok Ma , tenang aja,” ucap Ayu sambil terseyum kemudian.

“Awas aja Zaid tidak mengantar kamu, akan Mama maki nanti dia,” Omel Mama Tya sambil mengajak Ayu duduk.

“Ahhh, Mama jangan begitu, kesian Mas kalau di Maki terus sama Mama.”

“Tapi Zaid tahukan kalau kamu kesini untuk bantu Airene!”

“Tahu kok Ma, Aku udah jelaskan sama Mas tadi waktu mau pamit kesini.”

“Dia ada tanya-tanya nggak soal Airene?”

“Hmmmmh” Ayu menggelengkan kepalanya. “Tapi katanya salam buat Mama.”

“Waalaikumussalam, berhari-hari nggak ketemu mantu Mama itu, Mama jadi kangen, apalagi nggak ketemu si imutnya Mama, huhhhh, tapi tak apalah ini demi kebaikan kita semua.”

Melihat Mama yang merindukan Menantu dan Cucunya itu, Ayu berpindah duduk di samping Mamanya. “Maa yang sabar ya kita sekeluarga bisa lewati ini,”

Mendapat kekuatan dari anaknya itu, Mama Tya tersenyum.

“Oh iya Ma! Papa mana Ma?” memutar sedikit kepalanya untuk mencari posisi Papa.

“Papa! Kalau Papa dari pagi tadi udah pergi, Bahkan sebelum Airene bangun, katanya kalau tunggu Airene bangun takut macet, dia mau cek gudang, apalagi kan sejak Airene sakit Papa jadi terbagi fokusnya dan bahkan Papa lebih banyak disini buat temanii Mama, makanya dia mau kesana hari ini, Papa juga bilang kalau dia kasihan membiarkan Zaid sendirian mengurusnya.”

“Kalau Airene Ma, dari tadi aku nggak liat dia?” Ayu lalu memutar lehernya ke arah ranjang tidur Airene.

Seiring dengan pertanyaan dan gerakan Ayu, Mama lalu ikut melihat ke arah yang sama “ Oh, Dia di kamar mandi, katanya buang air, Mama coba Panggil ya?” Mama pun hendak beranjak dari kursinya.

“Ma, maaa, biar Ayu aja.” Pinta Ayu sambil menahan Mama Tya agar tak meneruskan niatnya untuk memanggil Airene.

“Ya sudah, Kamu panggil dia!” Mama pun kembali duduk.

Ayu Bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati pintu kamar mandi yang ada disana, saat hendak menuju pintu seketika muncul rasa gugup dalam benak Ayu, sesekali ia melihat Mama Tya hanya sekedar untuk kembali meyakinkan dirinya sendiri.

Ayu menyatukan kedua tangannya dan menggenggam sangat erat “Huuuh, Kok aku jadi gugup ya! .... apakah ini karena aku terlalu kangen sama dia ya.” Seketika kelopak mata Ayu di penuhi oleh genangan air. Ayu mendongakkan kepalanya dan juga menekan-nekan area kantung matanya agar genangan itu tak jatuh ke pipinya.

“Bissmillah, kuatkan aku Ya Allah … huuuuh ” Ayu tak bisa menutupi rasa gugupnya , saat hendak mengetuk pintu, ia tarik lagi tanganya, itu Ayu lakukan sampai dua kali dan Mama Tya yang melihat itu pun mendekati Ayu.

“Kamu kenapa Ayu?”

“Nggak tahu Ma, mungki- ”

“Sudah, jangan dipikirkan! Panggil dia dan bersikaplah seperti biasa.” Mama mengelus pundak Ayu untuk memberikannya kekuatan dan hal itu membuat Ayu tersenyum.

“Aku takut tapi aku juga bahagia Ma!” Ayu langsung memeluk Mamanya, Ia seketika terisak di pangkuan Tya.

Ini adalah Perasaan yang tak bisa Ayu jelaskan, ia dilema dan hanya bisa menangis, siapa yang tidak bimbang menghadapi situasi ini, situasi dimana dua perasaan muncul secara bersamaan.

“Kita lewati ini sama-sama ya,” ucap Mama.

“Oke Ma … huts!”

Setelah memberi Ayu waktu untuk kembali kuat, Mama Tya lalu melepaskan pelukan itu dan memegangi wajah Ayu yang sudah banjir duluan.

“Sayang, jangan berpikir terlalu jauh. Keberadaan kamu di sini adalah yang terbaik buat kita semua. Ini semua masih jauh, ini masih awal Ayu, hari esok kita tak ada yang tahu, jalannya masih terlalu panjang, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu, jangan mendahului takdir-Nya”

“Hutsss..! Oke Ma. Maafkan aku, aku terlalu parno dengan semua ini.” Air mata Ayu tak bisa di bendung, meskipun Ayu tak ingin menangis tapi perasaanya berkata lain.

“Ya sudah, hapus air mata kamu jangan sampai Airene melihat ini, dan panggil dia, sudah dari tadi dia di dalam, hhmmm Mama jadi khawatir, takut dia pingsan di dalam,” celetuk Mama.

Ayu lalu mengangguk menuruti perintah Mamanya itu dan membersihkan wajahnya yang basah.

TOK! TOK!

“Airene … ini aku, Ayuu!” sedetik kemudian Ayu melihat ke Mama Tya. “Kok nggak ada suaranya Ma?”

“Coba panggil sekali lagi yang keras”

TOK! TOK! TOK!

“Aireneeee, Ini aku, Ayu!”

Lagi-lagi suasana hening, sebab Airene tak kunjung menjawab panggilan Ayu, Ayu kembali menatap Mama Tya namun kali ini dengan perasaan takut, matanya kembali berkaca-kaca, matanya seakan menggambarkan bahwa telah terjadi sesuatu dengan Airene di dalam sana.

“Tunggu ya, jangan panik!” ucap Mama

Mereka pun bertukar posisi.

TOK! TOK!

“Airene, sayaaaaang” Mama pun menempelkan kupingnya pada pintu, mana tahu Airene sudah menjawab tapi tak kedengaran sebab suaranya kecil namun tetap tak ada balasan.

CKCK CKCK CKCK CK

Tak lupa Mama menggoyangkan gagang pintu untuk mengecek pintunya apakah di kunci atau tidak oleh Airene, dan itu terkunci.

“Bagaimana Ma!” Ayu semakin panik.

“Coba kamu dengarkan, apakah ini hanya pendengaran Mama.”

“Maksud Mama” Ayu lalu ikut menempelkan telinganya di pintu, saat ayu melakukannya ia akhirnya paham apa yang Mama dengar tadi, Ayu dan Mama hanya mendengar seperti suara air yang jatuh dalam jumlah yang banyak ke lantai

“Itu suara showerkan?” Tebak Mama.

Ayu mengangguk. “Iya Ma, Ma jangan-jangan Airene!” Wajah Ayu tegang, entah apa yang ada dipikirannya kali ini. Yang Jelas itu bukan pertanda baik menurutnya.

“Huhtts, jangan-jangan apa! kamu kebiasaan Ayu suka panik duluan … ya sudah minggir, biar mama dobrak aja.”

Ayu pun lekas menajuh dari pintu dan memberikan Mama Tya ruang untuk mengambil ancang-ancang

“ Ya Rabb, Selamatkanlah anak hamba. Bissmillah!”

CREK

“Astagaaaa Aireneeee” Teriak Mama.

...Bersambung...

...****************...

Apa yang terjadi pada Airene?

Cek bab 3 ⬇️⬇️⬇️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!