NovelToon NovelToon

Over Power

Pendahuluan

First

Terima kasih buat para readers yang sudah mampir ke karyaku ini, semoga tidak akan mengecewakan kalian yang sudah mau meluangkan waktu untuk membacanya, dan semoga kalian menikmati jalan ceritanya.

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mau memberikan Like, Comment, and Votenya. Karena itu dapat memberikan dorongan semangat lebih bagi saya untuk meneruskan cerita novel ini.

Terima kasih buat kakak-kakak yang memberikan kritikan dan saran pada novel saya, karena itu semua memupuk talenta tumbuh kembangnya tulisan saya, from Zero to Hero.

Well, kalian secara tidak langsung memberikan kontribusi untuk novel ini.

WARNING!

Maaf jika ada hawa keamatiran dari tulisan saya nanti, karena ini adalah karya pertama bagi saya.

Semangat menjalani aktivitas, semoga sehat selalu dan diberi kelancaran urusannya oleh tuhan yang maha kuasa.

Thank you every one

 

"*A novel is a tricky ting to map"

 

Reif Larsen\*

 

 

Family and when I meet you

"Dasar Sampah!"

Tampak mereka para siswa berandalan sedang berkerumun di tempat yang jauh dari keramaian, tengah asyik mengeroyok seorang remaja yang sedang tersungkur lemah.

Bermodalkan tangan yang kurus ia menahan sekuat tenaga, sakit yang diderita seakan tulang penyangga tangan itu akan patah, walau seperti itu, dia tidak mengeluh dan terus larut dalam diam.

"Katakan padaku Sean, kau tidak akan pernah mendekati Lisa lagi," ucap pemuda berambut mohawk menatap sinis ke arahnya, lagak seperti seorang bos. Namanya Alex young putra CEO kaya di kota Seoul.

"Apa urusanmu?" jawab Sean menantang.

"Keh, beraninya kau menyela tuan muda ini? Angkat dia!! jangan lepaskan!" perintahnya menggerakkan dua anggota siswa SMA berbadan besar yang ada di sana.

"Buk! Buk! Buk!" suara pukulan beruntun.

Wajahnya pun penuh luka dan darah, terjatuh ke tanah dengan lemas, ia berusaha untuk bangkit kembali. Tapi kepalanya tertindih sepatu sneakers mahal dari Alex menghentikan langkah Sean.

"Jika kamu berani mendekatinya sekali lagi lihat saja nanti, kau tau ayahmu? dia hanya pembisnis kecil." Ancam Alex sambil mendorongkan kaki yang menindih kepala Sean.

Mendengar Alex akan mengancam Ayahnya, Sean sangat terpukul, dan hatinya penuh dengan perasaan khawatir. Mengingat kekuasaan otoritas perusahaan keluarga Alex yang begitu besar.

"Ayo, buang-buang waktu saja kita disini!" ayun tangan Alex meninggalkan Sean yang terkapar sambil tertawa mengisi gang sepi itu.

Dengan wajah madesu Sean pulang tergopoh-gopoh kerumahnya, seragam yang ia pakai juga sudah koyak, tidak tau bagaimana cara menjelaskannya pada Ibu.

"Klak ..." suara pintu rumah dibuka.

Muncul Sean dari balik pintu itu mengendap-endap berusaha masuk kedalam kamarnya yang tidak jauh dari pintu masuk.

"Kakak!!" suara manis melentang mengejutkan Sean yang lagi waspada. Tampak adik kecilnya dengan rambut berkepang dua berdiri dekat televisi.

"Sssttttt."

Tindak Sean menginginkan adiknya untuk tidak bersuara, takut ketahuan Ibunya. Sang Adik yang lugu karena masih sangat dini meniru kakaknya.

"Sssttttt."

Sambil tertawa dedek kecil membuat suara bising di rumah. Sean yang melihat tingkah adiknya hanya bisa pasrah menerima keadaan.

Mendengar ada suara kegaduhan di ruang tamu, Ibu Sean yang tengah memasak dengan tersenyum peka sudah mengira pasti putranya telah pulang, ia langsung mengangkat masakannya dalam sajian hidangan makan malam.

Di saat keluar dari bilik dapur Sang Ibu terkejut melihat keadaan putranya yang tampak hancur hingga bawaannya terjatuh berserakan di lantai.

"Ibu."

"Sean!!! Kenapa kamu seperti ini nak." Penuh kekhawatiran Ibu Sean yang memiliki sifat penyayang meneteskan air mata.

"Itu ... aku jatuh tadi, ya jatuh dari sepeda Hyun," bohong Sean karena terpaksa tidak ingin melihat ibunya larut dalam kesedihan.

"Jujur pada Ibu!" bentak Ibu Sean.

Sang Ibu marah karena tidak ingin anaknya menjadi orang yang suka berbohong, ia mendatangi Sean memaksanya untuk buka baju.

"Ya tuhan ..." syok Ibu Sean melihat memar di sekujur putranya. Hampir membuat dirinya pingsan.

Spontan Sean memapah Ibunya agar tidak jatuh. Membawanya ke kursi untuk duduk tenang dan mengambil segelas air untuk Ibundanya.

"Maafkan Sean Ibu." Sujud Sean spontan ke kaki Ibunya.

"Ibu tidak marah, nak coba jujur pada Ibu, ceritakan semuanya." Pinta Sang ibu mengelus rambut Sean.

Sean yang tidak bisa menyembunyikan apapun dari Ibundanya, terpaksa mengatakan segalanya.

Sesaat kemudian Sang Ibu telah mengerti inti permasalahan putranya. Pergolakan masa muda, memperebutkan bunga sekolah yang sedang naik daun sebagai Artist wanita populer akhir-akhir ini.

Sedikit menghilangkan rasa khawatir setelah Sean menceritakan semuanya, Ibu Sean yang ahli dalam pengobatan China, dan dia memanglah wanita dari negeri tirai bambu bermarga Xiao, Xiao Yu. Segera mengobati luka Sean dengan penuh kasih sayang.

Malamnya Sean merintih kesakitan, sang adik yang iba pada kakaknya, menemani malam panjang Sean, Yuning imut memainkan rambutnya sambil tiduran bersama di kamar dengan paras lucu, Hingga tertidur lelap memeluk kakaknya.

Ayah Sean yang baru pulang malam itu basah kehujanan, disambut Istri tercinta membawa handuk dan pakaian ganti.

Wajah Ayah Sean saat itu berada pada kesedihan mendalam, mendapati dirinya telah di jebak orang dengan kerugian puluhan milyar, sehingga saham perusahaan kecil miliknya hancur.

"Ada apa Suamiku?" peluk kasih istri melihat suaminya tengah terduduk kaku di sofa perapian.

"Tidak ada." Jawab Ayah Sean berusaha bermuka tegar tidak ingin melihat kelemahan pada istrinya.

"Hummm, Ayah anak sama saja, ya. Selalu ingin menanggung beban sendirian," tembak Ibu Sean membongkar gundah suaminya.

Dan terjadi begitu saja, seperti Sean tadi si Ayah akhirnya takhluk pada Istri kemudian menangis curhat tentang masalah yang ia hadapi malam itu.

Sean yang terbangun tepat waktu diam-diam menguping dari balik pintu kamar mendengarkan semua hal yang menimpa Ayah. Dan langsung paham itu pasti perbuatan keluarganya si Alex.

Sean sangat merasa bersalah hingga dia menangis ke kamar kecil yang ada dikamar tidurnya. Sehingga tidak mendengar percakapan lanjutan.

"Suamiku, kalau begitu bagaimana aku sarankan kita kembali ke China, ke keluargaku bagaimana?" saran Ibu Sean setelah menyikapi permasalahan yang menimpa keluarga kecilnya di Korea ini.

"Aku tidak ingin menyusahkan Ayah Xiao." jawab Ayah Sean sambil memegang tangan istrinya.

"Bukankah kamu tidak tahu pandangan keluargaku padamu? Kamu adalah pahlawan yang menyelamatkan hidupku, dan kamu jugalah yang di akui Ayah karena kehebatanmu, percayalah," yakin sang Istri kepada suaminya sambil memeluk erat, menghilangkan rasa tidak nyaman yang ada pada dada Ayah Sean.

"Baiklah kita akan mengurusnya besok."

 

*

 

Pagi harinya sunday, Sean terbangun oleh kaki adiknya yang bertengger di puncak hidung, perlahan ia angkat dan memperbaiki posisi tidur adik kecilnya yang aneh.

"Hyun!" pegang tangan si adik karena telah bangun dari tidurnya.

Mereka berdua lekas ke kamar mandi bersama, menggosok gigi bersama hingga sang kakak memandikan adik kesayangan.

Penuh dengan semangat baru, mereka pagi-pagi sudah berpakaian rapi duduk di meja makan.

"Ini sereal untuk Yuning, dan ini Sarapan untuk Sean," sambut pagi Ibu.

"Sean, Ibu dan Ayah akan pergi mengurus sesuatu, kamu jaga rumah ya," ucap ibu memberi amanah.

"Baik ibu." (meneruskan makan)

"Yuning ikut, Yuning ikut," rengek Yuning ingin pergi bersama Ayah dan Ibunya.

"Bagaimana sayang?" tanya Ibu kepada Ayah sambil merapikan dasi.

"Tentu, tidak masalah."

"Horeeee" Lonjak semangat Yuning mendengar Ayah memperbolehkannya pergi.

"Baiklah, kami berangkat dulu ya Sean," pamit perpisahan Ibu dari mobil.

"Kakak aku pergi dulu, ya." Suara Yuning yang riang seperti biasa.

"Nak, jangan ngalah sama masalah perempuan," pancing candaan pagi Ayah Sean sebelum berangkat.

"Siyaaap." Beri jempol.

"Apa yang kamu ajarkan pada anak kita!!!" cubit Ibu.

"Aduh, aduh maaf."

Melihat Ayah dan Ibu bercanda di mobil seperti itu Sean tampak sangat bahagia serasa permasalahan kemarin hilang begitu saja dan beban yang di pendam juga ikut lenyap.

"Tintin."

Klakson mobil mengucap salam kepada Sean, melaju beranjak pergi meninggalkan Sean yang sedang melambai kan tangan di depan pintu. Masih terlihat wajah adiknya di kaca belakang mobil itu yang juga membalas lambaian tangan Sean.

Tiba-tiba Sean berlari ke dalam rumah dan membongkar semua pakaiannya, memilah baju mana yang keren. Raut wajahnya seperti akan menghadapi suatu yang istimewa baginya.

Merapikan rambut dan terlelap dalam bergaya di depan cermin. Sekarang tujuannya adalah taman Namsan salah satu objek wisata terkenal di Korea.

A few moments leter

Akhirnya dia turun dari bus yang ia tumpangi di halte taman Namsan. Lekas pergi ke dalam taman, ling-lung mencari sesuatu. Hingga dia merasa putus asa terduduk di tepi air mancur. Sambil bertanya-tanya apakah orang yang ia cari akan datang? Karena orang ini juga merupakan sosok spesial baginya.

"Sean," panggil seseorang yang suaranya terdengar sangat merdu.

"Li ... Lisa!" betapa terkejutnya ia melihat sosok kecantikan yang menghampirinya sambil senyum malu yang menawan.

Kecanggungan di antara mereka menegangkan suasana, diantara mereka ada yang ingin memulai percakapan tapi ragu-ragu.

"Kemana ...."( serentak )

Sean pun langsung angkat bicara. "Kamu saja duluan."

Lisa yang melihat pipi kanan Sean yang memar membuatnya prihatin, ia pun membuka tas dan mengeluarkan plester bergambar Hello Kitty, menempelnya dengan hati-hati, dan Sean berusaha tak kuasa untuk bernafas karena hal ini membuat hatinya meleleh.

"Terima kasih."

Wah, semi bunga sakura mewarnai hari indah itu, di tengah taman Namsan mereka bertemu. Disaksikan oleh bunga-bunga yang indah mengelilingi mereka.

Akankah cinta diantara mereka abadi? Atau akan terputus oleh dinding tebal yang memisahkan mereka. Sehingga cinta ini tidak akan lama bertahan.

BERSAMBUNG

Why?

Semilir sepoi menggugurkan sehelai daun sakura, membuat daun itu berpetualang di jalur udara, hinggap di atas rambut cantik bidadari yang sedang tersenyum.

Sean mendekat menggerakkan tangan ke

arah Lisa, jarak wajah mereka begitu berdekatan, sehingga membuat mata Lisa terpejam dengan pipi merah merona.

"Rambutmu seperti bunga sakura," kata Sean saat ia mengutip sehelai daun sakura tipis yang hinggap pada rambut lurus indah Lisa.

"Tring." Sean memperlihatkan daun sakura itu, seperti pesulap handal.

Lisa membuka mata dengan perasaan kecewa, seperti dipermainkan oleh Sean karena dia berharap apakah tadi adalah sebuah ciuman pertamanya.

"Ngawur ah." Lisa mendorong Sean karena kesal.

"Sekarang kamu adalah Hello Kitty ku oke," klaim Lisa sambil menarik tangan Sean, mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.

"Apa?"

Maka mulailah petualangan mereka berdua mengelilingi taman Namsan. Berfoto bersama, makan bersama, dan meninggalkan impresi kenangan indah diantara mereka berdua.

Langit tidak terasa sudah mulai gelap dengan fenomena sunrise di ujung ufuk barat kota Seoul, mereka berdua bergandengan mengarah ke Tower Seoul, terdapat disana ribuan gembok terkunci dibawahnya.

Gembok tersebut dinamakan gembok cinta, yang mana ini merupakan salah satu destinasi populer zaman sekarang bagi dua insan yang lagi di mabok cinta.

Konon pasangan yang "menggembok" namanya dan pasangannya pada pagar besi ini akan menjadikan cintanya abadi langgeng tak terpisahkan. Lisa tampak merangkul erat Sean ke arah sana dengan wajah bahagia.

"Hei Sean lihat ini. Tara," suprise Lisa, sebuah gembok dan kunci yang berbentuk hati tertulis di sana nama mereka berdua.

"Aku tidak menyangka, kamu telah mempersiapkan ini semua." Berdecak kagum Sean kepada kekasihnya, sekaligus teman masa kecilnya ini Refrain.

Yang dulu pernah tinggal bersebelahan sampai mereka kelas empat SD, karena sebuah insiden yang terjadi di rumah Lisa, Lisa dan keluarganya terpaksa harus pindah.

Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan lagi oleh waktu ketika memasuki High School Arts Seoul.

"Mmmm ... lihat, ini gembok cinta kita, semoga cinta kita menjadi cinta yang abadi," elus Lisa pada gembok yang telah mereka kunci di pagar besi itu.

"Lisa, aku akan melempar kuncinya, sehingga tidak ada yang akan bisa membuka gembok ini," tarik panjang tangan Sean tersenyum kepada lisa, mengambil ancang-ancang dan kemudian ia lemparkan sekuat tenaga.

Kunci itu telah terlempar jauh, yang kian menghilang dari pandangan mereka. Apa saja yang mengoyak harapan mereka semoga terlempar seperti itu.

Tertulis di papan dekat dinding besi penggembokan cinta yang mereka lewati:

"Gembok cinta melambangkan komitmen dan cinta antara dua orang. Sedangkan kursi hati membantu kedua orang yang malu-malu jatuh cinta, karena bentuknya yang berbentuk hati. cobalah untuk duduk bersama di kursi hati, akan mendekatkan kalian berdua."

Malam berbintang enak dipandang, melihat kebawahnya pun juga takjub dengan riasan kemegahan kota Seoul yang jelas dari Bukit ini.

Terlihat Sean dan Lisa sedang duduk bersama di kursi berbentuk hati yang menghadap ke kota Seoul. Tapi mereka masih malu-malu duduk dengan jarak yang agak berjauhan. Sungguh situasi yang lucu.

"Uhum, Sean apakah kamu tidak akan pernah meninggalkan aku?" tanya Lisa memulai percakapan mereka.

Mendengar hal itu Sean sungguh terkejut, ia pun berdiri dan berlari ke arah pagar pembatas itu, yang berada di hadapan mereka. Pembatas keamanan dari jurang.

Dia meletakkan kedua tangannya ke mulut seperti membuat pengeras suara untuk teriakannya.

"Saya Sean berjanji! untuk kehormatan nama keluargaku tidak akan pernah meninggalkan seseorang yang bernama Lisa, dia adalah orang yang kucintai," teriak keras Sean menggema di perbukitan Namsan.

Melihat aksi Sean yang anarkis, Dilihat banyak orang yang juga menikmati malam di Namsan itu, Lisa sangat malu ia menarik tangan Sean kembali ke kursi.

"Sean, apa yang kau lakukan?" bisik pelan Lisa yang tidak tahan dengan pandangan orang yang melihat mereka berdua.

"Hehehe, kalo gitu janji jari kelingking," ucap Sean kepada Lisa menghapus perasaan cemas.

"Umm, oke janji jari kelingking."

Kelingking mereka terikat janji di bawah renungan bulan pada malam itu, janji tetaplah janji. Apakah janji itu untuk diingkari atau mereka menjaganya hingga akhir hayat.

"Bye bye." Lisa melambai dari lantai dua rumahnya kebawah.

Disebrang jalan itu, Sean membalas lambaian tangan dari Lisa, sampai seekor anjing peliharaan rumah keluar menyalak dan mengagetkan Sean yang tengah memandangi kekasihnya dari kejauhan.

"Gawat." Sean yang punya phobia sama anjing, greget lari ketakutan. Berteriak sepanjang jalan dengan wajah pucat.

Mungkin karena anjing yang di pelihara dirumah Lisa ini yang juga membuat Sean enggan mampir menyapa mertua.

"Hahaha, Hello Kitty takut banget ya sama anjing, parah." Gelak tawa Lisa melihat tingkah Sean yang Phobia sekali kalo liat anjing.

 

*

 

Sesampainya di rumah Sean mendapati keadaan yang membingungkan, rumahnya gelap, seperti kosong. Padahal mobil Ayah sedang terparkir di luar.

"Kenapa rumahku lampunya mati? Tidak seperti biasanya."

Menjawab rasa penasarannya Sean mencoba masuk ke dalam rumah, kunci pintunya sudah di putar, tapi kenapa pintunya masih tidak mau terbuka? Sean langsung mengambil kesimpulan pintunya pasti terkunci dari dalam.

"Ayah, Ibu, Yuning apa kalian didalam?" ketok pintu Sean berulang kali, sebanyak yang ia coba sampai tenggorokannya kering.

"IBU! AYAH, Yuning!!!" goncang kerasnya pada ganggang pintu, tapi masih tidak ada respon dari dalam.

"Brak ... brak," suara dobrakan pintu oleh Sean dengan keras.

Sekuat tenaga ia kerahkan pada percobaan ketiga, berharap pintu ini terbuka. Cemas yang ia rasakan saat itu sangat tidak terkira. Berharap keluarganya baik-baik saja.

"Buaar ..." suara pintu terhempas dengan tendangan keras.

Segalanya telah berubah

Matanya terbelalak, air yang terkandung didalamnya meluap-luap membanjiri wajahnya, giginya menggertak karena jiwanya sedang terombang-ambing.

"AAAAAGGGGH ..." luap amarahnya mengakar di benak kepalanya, seakan-akan hampir copot. Tidak terima dengan kenyataan, logikanya kacau, membenturkan kepalanya dengan keras ke lantai, penuh dengan merasa bersalah.

"Seandainya aku tidak meninggalkan rumah, seandainya aku bermain game saja dirumah,

seandainya aku menjalankan amanah kata ibu saja untuk hari ini, Apakah hal ini tidak akan terjadi?"

Darah itu terburai muncrat kemana-mana, dua tubuh manusia yang paling dia cintai di dunia terkoyak, dengan keadaan terbujur mati. Tidak kuasa untuk dilihat. Karena dia sangat berharap ini hanyalah sebuah mimpi.

"Ayah .... Ibu ....." Isak tangis Sean memeluk kedua raga itu.

"Yuning?" sadar Sean, setelah ia mendapati disana tidak ada Yuning.

Berlarian ia kesana-kemari berteriak seperti orang gila, membuka apa saja yang mungkin bisa menjadi tempat persembunyian yang aman untuk badan yang kecil.

"Yuning! Dimana kau ...."

Berulang kali dia berteriak kesetanan, mengobrak-abrik segalanya yang ada dirumah.

Hingga dia mencurigai meja dapur lebar Ibu, yang digunakan untuk menyimpan persediaan untuk di masak. Spontan dia berlari dengan cepat ke bilik dapur.

Membuka meja itu, dilihatnya tumpukan rempah, sayuran dan berbagai macam persediaan makanan. Tanpa basa-basi Sean mengeluarkan semuanya dengan amukan, berharap adiknya tersimpan dibalik ini.

"Hah .... Hah ... Hah ..." sesak nafas Sean.

Matanya makin merah padam, tidak menemukannya, pucat bibir penuh dengan trauma tak terasa lidahnya berdarah karena tergigit.

"Polisi , aku harus memanggil polisi," ucapnya karena tidak ada lagi hal yang bisa dilakukan.

"Ya tuhan kenapa hal ini bisa terjadi menimpa keluargaku? Aku berharap ini hanyalah mimpi yang bisa dilupakan begitu saja"

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!