NovelToon NovelToon

Pelangi Tanpa Warna

Dendam Masa Lalu

"Apa ini?" tanya Lexi, tanganya berusaha meraih benda yang, Lucas lemparkan.

"Foto," jawab Lucas, bokongnya ia letakan dengan kasar di atas kursi, berhadapan dengan Lexi.

"Iya gue tau Bambang, anak baru lahir juga tahu kalo ini foto (Tanganya mengoyang-goyangkan benda tipis itu) Masalahnya ini foto siapa dan buat apa?" tanya Lexi dengan mata menatap jengah pada Lucas yang menurutnya so cool, padahal dalam kenyataanya ia tetap yang paling cool, dan terbukti di puja-puja oleh banyak kaum hawa.

"Dia adik tiri gue, tepatnya anak pelakor, loe buat di merasakan apa yang ibu gue rasakan! Buat dia hamil! Lalu campakan dia begitu saja! Biar dia rasakan bahwa dunia ini kejam. Kalo perlu buat dia menginginkan kematianya," jawab Lucas, nadanya yang penuh dendam mampu membuat Lexi paham betul sebagaimana kemarahanya.

"Sudah loe selidiki kebenaranya? Takutnya nanti loe salah informasi malah nyesel lagi, anak pelakor berati masih satu darah loh sama loe. Apa loe enggak nyesel adik satu darah sama loe gue mainin? Kalo gue sih di minta nidurin cewek berapa ajah tidak akan menolak, tapi takunya nanti loe nyesel di akhirnya," ucap Lexi mengingatkan Lucas, sebelum bertindak setidaknya pastikan semua info yang di dapatnya adalah kebenaran.

"Kakek gue yang bercerita, tidak mungkin kakek bohong. Untungnya apa coba kakek bohong? Lagian loe lihat ajah gue sama dia ajah jauh beda, sudah jelas dia anak dari wanita lain. Wanita yang merebut suami mamihku dan membuat mamih depresi karena terlalu cinta sama laki-laki tidak tahu diuntung itu." Lucas berbicara dengan emosi yang meluap-luap.

Memang sejak lama ia bertanya dengan kakeknya kenapa kondisi mamihnya bisa depresi seperti itu. Baru akhir-akhir ini Lucas mendapatkan jawabanya. Satu bulan Lucas menyelidiki keluarga yang terdiri dari ayah dan anak perempuanya. Di mana sang ayah sangat menyayangi putrinya itu. Hal itu lah yang memancing Lucas untuk membuat hidup gadis itu menderita. Sehingga sang ayah pun akan ikut merasakan pederitaanya, melihat anak kesayanganya hancur.

"Imbalannya apa kalo gue berhasil meniduri adik tiri loe, dan sampai hamil lalu gue campakan?" tanya Lexi dengan senyum menyeringai.

"Cuih... Perhitungan sekali loe, lagian gue kasih yang masih ting-ting. Bukanya berterima kasih malah minta imbalan," sungut Lucas, tetapi tentu Lucas sudah menyiapkan imbalan untuk Lexi. Yah, Lucas bukan tipe orang yang tidak tahu berterima kasih. Terlebih rencananya terlalu beresiko salah ambil setrategi bisa-bisa malah dia kena amuk warga dan niat buruknya tercium oleh pihak berwajib.

Butuh perencanaan matang agar semua rencana yang ia sebutkan tadi mencapai garis finish, dengan sebuah kemenangan berpihak padanya.

"Enak saja, bibit gue unggul-unggil. Selama ini tidak ada satu pun yang aku biarkan bibit unggulku bersemayan di rahim mereka. Andai harganya sesuai makan adik tirimu lah, wanita pertama yang menampung calon keturunan gue. Meskipun tidak akan pernah diakui oleh keluarga 'Rajaya' keluarga gue hanya akan mengakui anak yang lahir dari pernikahan sah dan wanita pilihan yang menurut mereka cocok menjadi pendamping gue," jelas Lexi, tentu seharusnya Lucas sadar itu. Keturunan dari keluarga Rajaya tidak main-main kalau ia ingin adiknya ia hamili harus berani membayar dengan nilai yang cukup untuk menambah pundi-pundi asetnya.

"Baiklah gue tahu maksud loe. Kebun kelapa sawit senilai satu hektar, siap panen gimana?" tanya Lucas dengan senyum kemenangan, ia tahu bahwa Lexi tidak akan menolaknya.

"Deal! Gue akan jalankan tugas dari tuan muda," ucap Lexi. Ia bahkan sudah membayangkan penyatuan dengan Elin, gadis yang fotonya masih ada di genggaman tangannya. Yang Lexi lihat, gadisnya cantik ada kemiripan malah denga Lucas. "Ah mungkin saja memang karena mereka satu ayah, sehingga mirip itu wajar, sedangkan yang beda bapak beda emak ajah yang mirip banyak," batin Lexi mencoba menepis apa yang mengganjal dalam fikiranya.

Sangat tidak mungkin seorang Lucas salah dalam mencari tahu, terlebih cerita dari kakeknya yang terkenal bijaksana dan jujur, sehingga bisnisnya berkembang pesat. Mau mengarang cerita demi membalas dendam dengan gadis itu. Pasti yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran yang terjadi dalam keluarganya. Seperti itu kira-kira fikiran Lexi, sehingga ia mau menerima tawaran Lucas.

Disodorkan perawan dan perkebunan kelapa sawit siap panen siapa yang tidak tergiur. Lexi pun mulai mengumpulan anak buahnya dan meminta mereka mengamati gadis yang ada di foto itu. Elin nama gadis yang di sebutkan Lucas tadi.

Sebelum memulai aksinya mengamati pergerakan mangsa agar jangan salah bertindak, adalah cara Lexi agar ia selalu aman dalam dunia gelapnya. "Gadis kecil, tunggu aku. Dan kita akan bermain-main hingga kamu menderita sesuai yang Lucas mau," bisik Lexi dengan nada mengerikan sembari menatap foto gadis malang itu.

#Lexi bos dari dunia gelap, menjual belikan minuman keras, dan pemilik perkebunan kelapa sawit terluas nomer dua setelah keluarga Lucas, dan juga bisnis karoke dan club malah ia kuasai.

#Lucas, kakeknya pemilik perkebunan kelapa sawit terluas dan pabrik minyak. Serta berbisnis di penyewaan alat berat setiap kota besar. Sehingga kekayaanya tidak bisa diragukan lagi. Dan Lucas adalah pewaris tunggal dari semua kekayaan kakeknya. Meskipun kakek masih sangat kuat untuk mengurus bisnis-bianisnya tetapi Lucas sudah terbiasa membatu pekerjaan itu sejak berumur dua puluh tahun.

...****************...

Hai readers ini adalah novel othor ke empat di Nt, mohon dukunganya yah, bantu othor sebarkan cerita ini kalo kalian suka.

Masukan dan dukungan boleh banget, komen ajah pasti othor pilah mana masukan yang membangun akan othor masukan dalam alur ceritanya.

Bisa dibilang ini novel bau-bau kehidupan gelap gulita pertama othor, semoga tidak mengecewakan pembaca yang sudah setia ikutin othor sampe saat ini...

I love you all tanpa terkecuali A-Z.

Folllw ig othor kali yah biar makin banyak yang Dm minta buru-buru up...😆 Onasih-abilcake yuk di follow.🙏

Si Miskin dan Si Kaya

Elin gadis berumur dua puluh delapan tahu, ia adalah gadis yang ceria dan pekerja keras. Elin dan papahnya, baru pindah ke kota Jakarta. Sebelumnya Elin dan papahnya tinggal di kota kecil di daerah Jawa tengah. Namun papahnya memiliki keinginan mencari tahu kondisi mantan istrinya alias ibunya Elin, yang sejak Elin dan kakaknya lahir mereka di pisahkan paksa oleh orang tua mamih mereka.

Semuanya hanya karena Eric yang hanya rakyak miskin. Si miskin selamanya tidak akan pernah bisa bersatu dengan si kaya. Seperti itu kira-kira kisah Eric dan Darya. Tidak hanya Eric di pisahkan dari Darya tetapi juga dari Erlan sodara kembar Elin. Oh iya sebenarnya nama Elin itu Erlin tetapi karena orang-orang lebih gampang panggiil Elin, sehingga huruf R dibuang dalam nama panggilannya itu.

"Pah... Papah Elin dapat kerja Pah," pekik Elin antusias dari ambang pintu. Eric berbinar gembira ketika putri satu-satunya mengabarkan bahwa ia mendapatkan kerjaan.

"Kerja apan Ndok? Tempatnya jauh ndak?" tanya Eric dengan pangilan kesayangan untuk Elin yaitu genduk (Panggilan anak perempuan di suku jawa).

"Enggak Pah, di rumah sakit jiwa di ujung jalan itu.(Elin menunjuk lokasi tempatnya di terima bekerja yaitu rumah sakit jiwa) Bagian dapur Pah, bantu masak-masak buat makan para pasien di rumah sakit itu," jawab Elin, wajahnya masih tergurat kebahagiaan. Yah, Elin sangat bahagia karena ia tahu mencari kerja di kota Jakarta itu sulit. Terlebih seperti Elin yang hanya lulusan SMA. Keberuntungan mungkin yang membuatnya diterima di rumah sakit itu.

Berbeda dengan Elin yang nampak bahagia bisa bekerja di rumah sakit jiwa itu, Eric justru nampak cemas dan ada rasa takut dengan keselamatan putrinya. "Apa nanti tidak bahaya kamu kerja disana Ndok, rumah sakit jiwa biasanya isinya orang-orang dengan gangguan jiwa dan bisa saja mencelakai kamu loh Ndok," ujar Eric, tidak begitu setuju ketika Elin memutuskan bekerja di sana.

Lebih baik Elin membantu dirinya di rumah. Di mana Eric membuka warung kelontong sama seperti dulu ia tinggal di kampung dan juga Eric akan mencoba memulai usaha yang sama dengan di kampungnya dulu. Laki-laki berumur lima puluh lima tahun itu akan kembali membuat menu ayam ungkep untuk pecel ayam. Sehingga bisa di simpan di kulkas cukup lama, dan apabila orang-orang akan makan tinggal mengolahnya dengan di goreng atau bisa juga di panggang.

Yah, dari usaha ayam ungkep itu Eric bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah sampai ia bisa membeli hunian sederhana dipingiran kota Jakarta. Bermodalkan foto dan pengetahuan mantan istrinya ia akan mencoba mencari Darya istrinya. Eric masih sangat mencintai Rya (Rya adalah pangilan sayang Eric untuk istrinya). Meskipun mereka berpisah hampir dua puluh delapan tahun, tetapi rasa cinta Eric masih terjaga dengan sempurna. Eric dulu pernah berjanji bahwa ia akan selalu cinta dengan Rya ibu dari anak-anaknya. Dan kini waktunya ia akan membuktikanya, bahwa hidup bahagia bukan selalu dengan harta tetapi dengan kasih dan sayang. Seperti dirinya yang berasal dari keluarga miskin mencintai Rya yang saat itu teman kampusnya, karena terhalang restu mereka memutuskan kabur dan memulai hidup dengan cinta tanpa harus bermewah-mewah. Istrinya pun nampak sangat mencintai Eric, terlebih Eric pria yang sangat bertanggung jawab, kepiawaianya mengolah segala jenis masakan ia manfaatkan dan dari situ hidup Eric dan Rya perlahan-lahan membaik sampai Rya hamil dan melahirkan. Rumah tangga yang di bangun tanpa restu itu porak poranda oleh orang tua Darya yang mengetahui persembunyian mereka.

Eric dan Darya di paksa berpisah dan membawa anak masing-masing di mana memang pasangan suami istri itu memiliki anak kembar. Eric di kasih tanggung jawab membesarkan Erlin dan Darya membawa Erlan.

Elin tertawa renyah ketika mendengan kepanikan papahnya. "Enggak pah, di sana juga banyak perawat dan dokter. Apalagi Elin juga bekerjanya di dapur, jauh dari gedung perawatan Pah," ucap Elin mencoba menenagkan papahnya yang panik dengan kondisi anak perempuanya.

"Ya udah papah bisa menerima keputusan kamu, kalo kami mau kerja di sana, tapi ingat kamu harus tetap waspada dan jangan lengah takutnya ada pasien yang mencelakai kamu," ujar Eric, kalo memang anaknya sudah berkehendak ia bisa apa? Hanya bisa mendoakan semoga Elin di beri keselamatan dan perlindungan Tuhan.

"Terima kasih papah, tapi papah tenang sajah Elin masuk kerja jam lima pagi dan nanti pulang jam satu siang dan shift malam, masuk jam satu pulang jam sembilan. Jadi Elin tetap akan bantu papah buat jaga warung dan antar pesanan ayam ungkap JUARA," ujar Elin dengan tersenyum semangat.

Mereka memang baru pindah dua minggu di pinggiran kota Jakarta, dan baru satu minggu ini papahnya membuka warung kelontong untuk mencari nafkah selama mereka tinggal di sana, dan selama satu minggu ini juga papahnya memperkenalkan dagangan sampinganya ayam ungkep, pada tetangga dan grup RT yang baru ia ikuti beberapa hari setelah mendaftar menjadi warga lingkungan sekitar.

Ternyata sambutan mereka sangat bagus baru satu hari di promosikan jualan ayam ungkepnya sudah ada beberapa yang memesan dan karena memang bumbu rempah yang Eric gunakan sangat berasa dan gurih sehingga makin hari yang memesan ayam ungkep semakin bertambah.

Selama Elin belum bekerja memang Elin lah yang membantu papahnya untuk mengantar-antarkan pesanan tetangganya. Menggunakan sepedah Elin dengan riang dan penuh suka cita membantu sang papah. Goesan demi goesan Elin terus mengelilingi komplek rumahnya tinggal, mengetuk pintu satu persatu yang memsan dan akan mengucapkan terima kasih ketika telah selesai bertransaksi. Sifat ceria dan ramah Elin banyak disukai oleh warga sehingga warga sekitar cepat yang akrab dengan Elin.

Hubungan Elin dengan papahnya tergolong sangat dekat, bahkan Elin bisa dibilang sangat dekat dengan papahnya. Karena Eric bisa menjadi papah dan ibu buat Elin dan yang paling Elin suka dari papahnya yaitu dia sangat setia. Buktinya sang papah bisa bertahan dengan setatus dudanya, meskipun tidak jarang banyak janda atau bahkan gadis yang dengan suka rela ingin menjadi ibu sambungnya.

Namun setiap ada yang mendekat denganya Eric selalu bilang bahwa ia hanya ingin sendiri dan lebih fokus membesarkan anaknya.

Terbukti sampai Elin berumur dua puluh delapan Elin tumbuh dengan sangat baik, semua kebutuhanya tercukupi meskipun bisa di bilang hidup mereka hanya pas-pasaan.

Dari TK sampai sekolah SMA papahnya lah yang selalu mengantar jemput sekolah, dan juga selalu hadir ketika ada momen-momen penting di sekolah. Tidak pernah sekali pun Eric lalai akan kewajibanya dengan Elin. Baginya Elin adalah separuh hidupnya maka dari itu Eric sangat sayang dengan anak gadisnya.

Eric akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putrinya itu. Walaupun nyawa sebagai taruhanya akan ia berikan karena hanya Elin yang ia punya. Setelah semuanya terenggut paksa oleh orang yang berkuasan. Si miskin akan kembali merana karena tanpa daya bisa melawan, si miskin hanya bisa meratapi hidupnya yang keras.

Bahkan dulu pernah rumahnya di bakar sama orang, yah di bakar. Sebab ada botol bekas bensin di samping rumahnya untung ia dan Elin kecil selamat. Harta bendanya hangus tanpa sisa. Eric memulai hidupnya dari nol lagi. Bantuan dari para tetangga dan suka relawan yang membantu Eric membangun rumah bilik dan memberikan modal lagi untuk usahanya, dari situ Eric tahu bahwa ada yang mengincar nyawanya. Tapi Eric tidak tahu siapa yang mengincar nyawa dan ingin membuatnya sengsara. Dua tahun dari kejadian pembakaran rumahnya Eric memutuskan pindah bersembunyi ke daerah Jawa yang bahkan bisa di bilang pelosok. Di desa itulah Eric memulai kehidupan yang baru hanya dengan Elin kecil, sampai di umur anak gadisnya dua puluh delapan tahun, Eric memutuskan kembali ke tempat kelahiranya, Jakarta dan akan memulai hidup yang baru lagi dengan mencari cinta pertama dan tentunya ibu dari anak-anaknya.

#Dukung terus kisah Elin yah🙏🙏🙏

yuk kenalan sama othor follow ig othor yuk...

Onasih_Abilcake

Papah Terhebat

Pagi hari seperti biasa Eric akan bangun lebih awal, masjid yang ada di sebrang jalan adalah tujuanya bangun sebelum Adzan berkumandang. Eric yang sudah biasa menjalankan ibadah sholat berjamaah, menjadikan sholat ja'maah di masjid sebagai ajang mendekatkan diri juga dengan warga sekitar.

"Ndook... ayo bangun ndok ini sudah jam empat! Katanya kemarin kerja masuk jam lima, ayo siap-siap! Papah mau kemasjid dulu yah. Sholat jangan lupa!" Eric sebelum melaksanakan sholat jamaah di masjid lebih dulu membangunkan putrinya, Elin sangat antusias kerja di hari pertamanya. Bahkan dari semalam sudah mengingatkan terus sama papahnya agar dibangunkan lebih awal, karena akan berangkat kerja pagi. Dan Eric menanggapinya dengan seulas senyum teduhnya, terlalu bahagia melihat anaknya yang sangat bersemangat kerja.

"Hemz... Elin lagi mimpi indah Pah, ketemu sama pangeran kuda putih dan menculik Elin ke istana," gumam Elin lirih, tetapi tak ayal ia bangun dan duduk di atas ranjangnya. Pertama-tama adalah mengumpulkan kepingan nyawa yang masih tercerai berai.

"Hemz... males banget yah harus bangun pagi dan kerja, tapi demi masa depan yang indah aku harus rajin!!" Elin langsung beranjak dari atas kasur sebelum mandi merapihkanya lebih dulu, lalu ia akan bersih-bersih dan menjalankan kewajibanya sebagai seorang muslim. Kalau tidak mau di ceramahin sama papahnya.

Eric sepulang dari masjid, laki-laki paruh baya itu dengan cekatan meracik bumbu nasi goreng kampung untuk sarapan anak kesayanganya. "Ndok... sarapan sudah matang ayo buruan dandanya," seru Eric agar putrinya segera menyelesaikan kegiatanya di dalam kamar.

Tidak lama berselang Elin keluar dengan setelan kemeja putih dan celana hitam, rambut di kuncil satu dan sedikit polesan di wajahnya, sudah sangat cantik. "Kamu mirip banget sama Rya, Nak," batin Eric hatinya lagi-lagi bergetar ketika membayangkan dirinya dan Rya, istri tercintanya.

"Huhhhm... harumnya wangi banget Pah, jadi enggak sabar pengin abisin makananaya," ujar Elin, masakan papahnya memang juara itu sebabnya ayam ungkepnya di beri nama ayam ungkep JUARA. Bahkan masakan Elin tidak seenak masakan papahnya. Biar di kata laki-laki, tapi untuk racikan bubunya tidak pernah gagal. Saat di kampung juga Eric sering di minta masak ketika ada tetangganya yang hajatan. Dan dengan senang hati Eric akan membantu tetangganya yang sedang ada hajat.

"Habiskan saja biar badanya enggak kurus kaya gitu. Padahal makan udah banyak tapi badamu kurus bae, ndok," balas Eric justru senang ketika anaknya akan menghabiskan nasi goreng yang dia olah.

"Heheh... papah kayak enggak tau ajah, kan bawaan orok udah kecil," jawab Elin singkat sementara bibirnya penuh dengan nasi goreng buatan papah tercintanya.

"Oh iya ndok, nanti kalo istirahat mau diantar makanan atau gimana? Kalo diantar nanti papah sempatkan antar ke tempat kerja kamu?" tanya Eric dengan suara halus nan teduh. Bahkan Eric tidak pernah marah kecuali kalau Elin lalai dengan kewajiban utama seorang muslim dia akan menasihatinya panjang lebar. Sifat sabar dan menenangkanya yang mbuat Elin sangat sayang dengan laki-laki terhebatnya.

"Enggak usah Pah, kata kepala rumah sakit, nanti bakal dapat jatah makan siang. Lagian Elin kerja di dapur, di mana kerjaanya ngolah makanan pasti berlimpah makanan Pah, jadi papah nggak usah pikirin soal makan siang," jawab Elin sembari mengembangkan senyum terindah pagi ini.

Selanjutnya Eric mengantar Elin untuk berangkat kerja menggunakan motor metic yang ia beli second, tetapi masih layak pakai. Setiap bertemu dengan tetangga yang tengah melakukan aktifitasnya tidak lupa Eric dan Elin menyapa basa basi.

"Nyapu Bu?"

"Yang bersih Bu."

"Permisi numpang lewat."

Itu adalah sapaan yang Eric lontarkan, tujuanya agar tetangga tidak meng'capnya sebagai warga yang sombong. Elin pun karena selalu diajarkan dengan kesopan santunan yang tinggi sehingga mengikuti jejak papahnya.

"Papah habis ini mau ke pasar kan?" tanya Elin begitu sampai di pintu belakang rumah sakit. Yah karena ia bertugas di dapur sehingga Elin lebih memilih masuk dari pintu belakang, kalau dari pintu depan ia harus berjalan cukup jauh sehingga memilih dari pintu belakang yang hanya bisa di lewati oleh pejalan kaki. Memang dibuat pintu itu untuk membuang sampah dan kegiatan karyawan lainya, tetapi tetap saja ada petugas yang berjaga di pintu itu. Agar tidak ada pasien yang kabur. Dan juga selain karyawan tidak di bolehkan keluar masuk lewati pintu itu.

"Iya ndok kan beli ayam sama bumbu-bumbu," jawab Eric.

"Kalo gitu hati-hati yah Pah, jangan ngebut, tengok kanan kiri kalo mau nyebrang." Elin memperingatkan papahnya, padahal tanpa di ingatkan juga Eric sudah hafal pesan putrinya itu.

"Iya Ndok, kamu juga kerjanya ati-ati di dapur itu banyak minyak dan air panas, kamu hati-hati jangan teledor jangan ngelamun." Eric tidak lupa memberikan wejangan juga pada Elin.

Gadis cantik itu membalasnya dengan senyum manisnya dan setelah bersalamanan dan mencium punggung tangan papahnya dengan penuh takzim. Elin pun masuk ke dalam lingkungan rumah sakit.

"Bismillahirahmannirahim... hari pertama kerja semoga di berik kelapangan dan kemudahan." Doa Elin lantunkan di dalam hatinya. Langkahnya yang riang dan gembira menandakan bahwa ia sudah sangat siap mengawali hari yang indah, meskipun langit masih gelap. Sang surya belum menampakan sinar hangatnya.

"Pagi Bu," sapa Elin pada Bu Maryam salah satu teman Elin yang sudah sangat lama kerja di rumah sakit ini, menurut beliau bekerja sudah lebih dari sepuluh tahun. Sehingga beliau di angkat menjadi penanggung jawab urusan dapur rumah sakit ini.

"Loh, Lin kamu udah datang. Ini masih kurang dari jam masuk loh, rajin banget. Udah sarapan belum kalo belum sarapan dulu, itu ada nasi sama sayur sisa semalam tapi masih bisa di makan buat sarapan enggak basi kok," ucap Maryam dengan senyum mengembang.

"Iya Bu, tadi sekalian berangkat sama Papah mau belanja ke pasar buat jualan, dan kebetulan Elin udah sarapan," jawab Elin tidak kalah ramah dan senyum cerianya masih terlukis dengan indah.

"Kalo gitu kamu kupasin sayur itu ajah nanti di potong-potong, biar kalo Budhe Darmi datang sudah tinggal olah saja." Maryam memberi tahukan tugas-tugas Elin, maklum ini hari pertama Elin kerja sehingga masih butuh penyesuaian dan arahan dari para senior di dapur rumah sakit itu. Sedangkan Budhe Darmi adalah juru masak di jam pagi.

Elin yang sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah dan suka membantu papahnya ketika masak tentu kerja mengupas sayur dan memotongnya, termasuk ke dalam pekerjaan yang sangat gampang, tangan lentik nan mungil dengan cekatan mengerjakan pekerjaanya.

Sementara di luar rumah sakit tanpa Eric dan Elin ketahui, dua pasang mata mengamatinya sejak keluar komplek. Dia adalah anak buat Lexi yang ditugaskan untuk memata-matai Elin. Kira-kira apa yang akan di lakukan orang-orang suruhan Lexi?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!