Alana adalah salah satu mahasiswa baru jurusan ilmu komunikasi di kampus negeri harapan jaya. Ia saat ini sedang menjalani kegiatan ospek.
Hari ini ia berangkat setidaknya lebih pagi dari biasanya. memakai baju putih dipadukan dengan rok berwarna hitam.
Sesampainya di Graha ia berjalan menyusuri parkiran sebelah kanan agar bisa berkumpul bersama teman satu kelompoknya.
"Hai, Alana. Sini.!" Ucap Anggi sembari melambaikan tangan salah satu teman sekelompok Alana dari jurusan pertanian.
Alana membalas lambaian tangan Anggi, dan berjalan mendekatinya. "Hai, ternyata kamu lebih pagi Nggi." balas Alana sembari meletakan tas ranselnya di samping tas Anggi.
"Rumahku kan jauh, jadi aku sengaja datang lebih pagi. Akhirnya ya kita hari ini ospek terakhir.!" Ucap Anggi sumringah.
"Iya, seneng banget. Akhirnya Minggu depan kita bisa mulai kuliah ya.!" Ujar Alana tak kalah semangat.
Waktu demi waktu terus berganti tibalah mereka di stand khusus minat dan bakat. Alana awalanya binggung ingin memilih organisasia apa yang ingin ia ikuti. kalau mengikuti kata hati ia pasti memilih English Clubs karena ia memang sering mengikuti perbagai kompetisi yang berkaitan dengan bahasa inggris, baik itu debat, story telling, dan masih banyak lagi.
Ia akhirnya berjalan sendiri menyusuri setiap stand organisasi dan minat bakat itu. Ada yang menarik dari salah satu stand di depannya, berdiri puluhan piala dan tentu saja itu memacu atensinya untuk mendekat.
saat di depan stand tersebut tak sengaja ia bersitatap dengan lelaki yang nampak acuh, tak ada senyum di bibirnya. Ia jadi berpikir apakah semua mahasiswa yang ikut organisasi ini sangat dingin seperti es balok?. Namun dugaannya salah. Lelaki yang nampak acuh dengan kehadirannya kini tengah mengobrol dengan salah satu rekannya, bahkan ia tersenyum.
Senyuman itu membuat jantung Alana berdetak lebih cepat dari biasanya. Apa ini yang dinamakan jatuh cinta?. Alana buru-buru menepis perasaan aneh itu. Mungkin hanya rasa kagum saja.
Alana akhirnya mengisi form pendaftaran anggota baru unit kegiatan mahasiswa penelitian itu. Ia dengan semangat mengisi form tersebut, kemudian setelah selesai ia mengembalikan form itu kepada salah satu kakak penjaga stand yang sangat ramah, Deswan namanya.
Lalu ia undur diri dan pamit untuk pindah ke stand berikutnya. Akan tetapi saat akan keluar dari stand UKM penelitian itu ia tertabrak oleh lelaki yang mengacuhkan dirinya beberapa waktu yang lalu. Ia mendegus kesal. Lantas membantu lelaki itu membereskan berkas-berkas yang jatuh berceceran di depannya.
Alana masih berjongkok memunguti kertas milik seniornya itu. Mahasiswa lain hanya menatap tajam. Ah, tentu saja mereka akan mengira kalau dirinyalah yang membuat puluhan kertas itu terbang berhamburan dan jatuh ke atas tanah. padahal disini ia hanyalah korban yang merasa tidak enak dan ikut membantu memunguti kertas putih itu. Setelah selesai memunguti kertas putih dengan tulisan yang tidak ia ketahui, Alana menghampiri laki-laki itu dan menyodorkan puluhkan kertas itu kepadanya. "Ini, Kak." Ucapnya pelan
"Iya, terima kasih. Saya Andra jurusan Ilmu Komunikasi semester 7." Balas lelaki itu, seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alana.
Alana yang sedari tadi memang mengagumi sosok di depannya itu lantas membalasnya. "Saya Alana. Mahasiswa Baru, jurusan ilmu komunikasi."
"Oke, saya tinggal dulu. Bye." ucap lelaki itu lantas pergi tanpa jejak.
'Astaga kog ada lelaki kaya es balok kaya gitu.' gerutu Alana dalam hati. Alana akhirnya melanjutkan perjalannya memilih stand UKM dan meminta sepuluh tanda tangan sesuai intruksi yang diberikan oleh panitia.
Setelah semua tanda tangan terkumpul ia bergegas mengumpulkan pada panitia. Saat akan menyerahkan kertas dalam genggamannya ia melihat Andra lelaki yang tadi acuh kepadanya.
'Yaelah kenapa dia lagi, dia lagi.' cicit Aluna pelan.
Andra yang menyadari kehadiran Alana, tetap acuh seolah tak mengenal. padahal Andra sendiri tertarik dengan gadis cantik di depannya. namun gengsinya lebih tinggi sehingga bungkam adalah cara terbaik untuk menyimpan rasa itu sendiri.
"Kak, ini silahkan kertasnya." Ucap Alana seraya memberikan kertas yang sudah terbubui oleh tanda tangan dan cap dari sepuluh UKM sesuai intruksi. Alana akhirnya dapat bernafas lega, semua beban ospek sudah selesai. Tinggal menjalani aktivitas sebagai mahasiswa, kuliah dengan baik dan benar. semoga saja ia juga bisa bermanfaat untuk sekitar.
Alana duduk termenung di bawah pohon rindang di sebelah kanan Graha rasanya hari ini sangat melelahkan, namun juga membahagiakan akhirnya Ospek akan di tutup dan resmi jadi mahasiswa.
Saat sedang termenung sendirian, ia dikejutkan dengan kehadiran Andra laki-laki yang mengacuhkannya.
"Mana, temen-temen kamu?" Bariton Andra yang cukup tinggi membuat Alana yang sedang melamun terkejut.
"Eh, Kakak. Yang Lain belum balik." Jawab Alana memberi penjelasan.
"Trus kamu kenapa disini?" Tanya Andra Penasaran.
"Saya sudah selesai Kak. Saya capek jadi saya duduk disini, sesuai juga untuk hari yang terik ini." Jelas Alana tanpa menatap Andra.
Andra hanya menatap tajam ke arah Alana. netra coklatnya seolah menyiratkan sesuatu yang ia sendiri tidak bisa mengartikan. lelaki itu kemudian pergi tanpa pamit.
'Dasar, kulkas berjalan. bisa-bisanya tiba-tiba nonggol, tiba-tiba pergi. udah kaya dedemit aja dia.' Alana bermonolog pelan.
Sepeninggal Andra lelaki berwajah datar dan sedingin kulkas itu, Alana hanya termenung Sendiri. Ia heran kenapa teman-teman satu kelompoknya lama sekali. padahal cuman minta tanda tangan. karena bosan sendirian di bawah pohon rindang itu, ia memutuskan menyusuri setiap sisi gedung yang cukup megah itu, berjalan santai walaupun ia sebenarnya dilanda kelaparan.
'Astaga kenapa gua jadi lapar.!" gerutu Alana pelan. ia memang perutnya yang sudah tidak bisa kompromi. pantas saja perutnya berirama, ia tadi juga melewatkan sarapan karena panitia menyuruh mahasiswa baru untuk datang pukul setengah enam pagi. sungguh perjuangan menuntut ilmu seberat ini. mungkin lebih berat daripada rindunya dilan.
"Ini makan." Ucap Andra sambil memberikan nasi bungkus dan satu botel air mineral kepada Alana.
Alana tidak merespon namun jujur dia binggung. bisa-bisanya Lelaki itu tau kalau dia sedang kelaparan. Apakah ia mengutit dirinya sedari tadi, atau jangan-jangan ia adalah anak Indigo yang bisa tahu segalanya.
"ini.!" Ucap Andri kembali.
karena tidak mendapat respon akhirnya ia menaruh nasi bungkus dan air mineral itu di pangkuan Alana.
Alana melerik lelaki itu dan mengucapkan terimakasih.
"Makasih Kak." ucap Alana sambil menunduk.
lelaki itu kini menghilang kembali dari hadapannya. Alana menjadi semakin binggung. Apakah lelaki itu manusia asli? atau jangan-jangan makhluk jadi-jadian". Batin Alana
Tepat pukul 02.00 ospek dibubarkan. hampir semua orang bahagia. hanya Alana yang tersenyum masam. karena ia juga binggung harus bagaimana.
Saat berjalan melewati trotolan disepanjang jalan. Ia mendapati seorang lelaki yang datang menggunakan motornya.
"Ayo,bareng aku.!" perintah Andra, namun Alana justru menggeleng karena merasa tidak nyaman.
Melihat reaksi Alana yang hanya menggelengkan kepala. Andra justru turun dari motor ninja berwarna hitam itu.
Alana hanya menatap ke arah Andra diam membisu tanpa bicara.
Andra yang tidak melihat reaksi apapun dari Alana berjalan mendekat. lalu berdiri disamping gadis berwajah ayu dan berambut panjang itu. Sesuai dengan kriterianya. Namun Andra justru berharap lebih, melihat Alana menutup Auratnya.
Alana yang masih tidak percaya dengan tingkah manusia kulkas di depannya, masih diam terpaku tanpa suara.
"Ayo, aku antar." Ucap Andra sembari menarik satu tangan Alana.
"Gak usah kak. aku gak suka ngrepotin.!" jawab Alana sambil menundukkan kepalanya.
"Tapi, aku gak ngerasa direpotin.!" balas Andra dengan wajah datarnya.
Alana yang melihat reaksi Andra tiba-tiba menjadi ngeri. dirinya jadi berprasangka buruk. Ia takut Andra akan berbuat macam-macam kepadanya.
"Hmm.. sepertinya lain kali saja kak. aku mau jalan saja.!" Ujar Alana sambil melepaskan genggaman tangan Andra.
Namun Andra tidak membiarkan tangan gadis itu terlepas. justru ia menggenggam lebih erat dari sebelumnya.
'Nih, orang maunya apa sih? apa gak bisa ngerti bahasa penolakan.!' gerutunya dalam hati.
Mereka hanya saling pandang, tanpa sengaja netra mereka bertemu beberapa detik. Alana yang menyadari itu menjadi salah tingkah sendiri. sementara Andra tidak bereaksi apa-apa, tetap saja dingin seperti kulkas dua pintu.
'Aduh, kenapa ini cowok ada dimana? sih. pusing gua. Gimana kalau gua jadi suka sama dia. sedangkan dia sebaliknya kan repot.' batin Alana.
"Ayo, pulang bareng aku. Atau aku cium kamu di depan umum seperti ini.!" Kata Andra dengan nada mengancam.
"Kak, jangan maksa deh. Aku tuh pengen pulang sendiri. Aku bisa kog Jalan sendiri.!". Alana mulai resah karena tanggannya tak kunjung di lepaskan oleh Andra.
"Aku tidak menginginkan penolakan.!" Ucap Andra serius.
"Kak, please. Aku bisa jalan sendiri.!" Ucap Alana dengan wajah memelas.
"Gak bisa. Aku entar kamu titik gak pakai koma." Ucap Tegas Andra.
"Dasar tukang paksa.!" gumam Alana pelan.
Alana mengenduskan nafasnya pelan. Ia memilih mengalah dari pada berdebat yang ujung-ujungnya ia juga yang kalah. Namun tanpa ia sadari tangannya masih dipegang oleh Andra hingga sampai lokasi motor Andra berhenti.
"Kak, bisa lepas gak tangannya. Aku gak bakal kabur kog." Ujar Alana dengan wajah manyunnya.
Andra melihat ke arah tangannya yang masih memegang tangan Alana, "Oke. Maaf."
Andra kemudian naik ke atas motor ninja hitamnya, kemudian Alana naik dibelakangnya tanpa menggenakan hlem. Alana yang duduk dibelakang lelaki tampan itu tentu saja perasaan menjadi campur aduk, antara seneng dan sebel menjadi satu. Jatungnya tiba-tiba juga berdesir layaknya ombak di lautan. 'Ah, Tuhan. Jangan sampai aku jatuh cinta sama manusia kutub ini.!' Batin Alana.
Motor ninja hitam itu akhirnya meninggalkan area Graha, dan keduanya tak luput dari pandangan mahasiswa baru lain. Karena yang satu mahasiswa baru yang satu lagi kakak senior.
"Eh, itu bukannya Kak Andra yang gantengnya gak ketulungan. Eh kog boncengan sama Maba.!" Ucap satu Maba yang melihat Alana dan Andra satu motor.
"Wah, ganjen banget tuh cewek. Bisa-bisanya godain kating.!" ucapa yang lainnya. Dan masih banyak komentar negatif lain tentang Alana.
Alana yang tidak sengaja mendengar umpatan-umpatan kasar dari mahasiswa lain menjadi pusing sendiri. 'Semua gara-gara Andra si manusia kutub Utara ini.' Batin Alana.
Saat diperjalanan Alana diam saja, bukan senang diajak naik motor oleh Andra, melainkan menjadi was-was dan khawatir bagaimana jadinya hidupnya selanjutnya di kampus kalau sudah banyak komentar negatif dari teman-temannya.
"Lan, pengangan entar jatuh.!" intruksi Andra.
"Udah pegangan." jawab Alana kesal.
"Pegangan tuh gini." Ucap Andra sambil memposisikan tangan Alana memeluk dirinya.
'Tuhan bolehkan gua nyebur aja ke sungai Amazon. Bisa baper gua kalau kaya gini.!' batin Alana.
Andra yang mendapati dirinya tengah dipeluk Alana walaupun ia yang memaksa menarik sudut bibirnya. Walupun belum bisa ia katanya bahwa dia jatuh cinta. Namun ia bisa pastikan gadis itu membuatnya susah lupa.
"Mau makan dulu gak?" Tanya Andra dengan nada serius.
"Gak Kak. Masih kenyang." Jawabnya singkat.
"Tapi aku lapar!." Ucap Andra kembali.
"Yaudah, kakak berhenti aja di warung makan depan tuh. Aku turun di situ juga." Alana memberi saran.
Andra mengikuti saran Alana memparkirkan motornya di salah satu warung makan tersebut.
Setelah keduanya turun, Alana pamit undur diri namun tidak diperbolehkan oleh Andra. ,"Kakak, aku jalan aja ke kosnya.!"
"Gak bisa, kamu temenin aku makan." Ucap Andra memaksa.
"Tapi aku masih kenyang. Please Kak, aku capek banget."
"Makanya kalau capek gak usah banyak protes nanti aku anterin."
mendengar jawaban Andra ia mendengus kesal kembali. Bisa-bisanya manusia kulkas itu mengatur-ngatur hidupnya. wajahnya menjadi kesal karena bertemu manusia otoriter dan beku kaya es batu.
Dengan langkah gontai dan tidak semangat ia mengikuti langkah Andra masuk ke dalam salah satu warung makan yang ternyata spesialis nasi goreng. Bau harum dari nasi yang sedang digoreng itu, membuat perut Alana meronta-ronta. rasanya cacing di perutnya sudah demo untuk meminta di beri amunisi.
kruk.. kruk.. kruk. Perut Alana secara tidak sopan mengeluarkan suara. Andra yang sedang berdiri untuk memesang nasi goreng sosis pedas tentu saja mendengarnya.
"Katanya gak lapar. Tapi perutnya panduan suara.!" Ejek Andra sambil tersenyum.
'Ah, perut kenapa gak tidak sopan. Pakai acara bunyi lagi. Kenapa dia tampan banget kalau senyum, ngalah-ngalahin ketampanan Lee min hoo.' batin Alana.
"Pesan sekalian aja Lan. Aku gak mau ya kalau sampai dengar ada yang bilang bawa cewek gak dikasih makan.!" kata Andra dengan tatapan tajam.
"Emang aku kucing dikasih makan.!" Protes Alana.
"Makanya kalau gak mau disamain sama meong. manut aja omongan aku kan bisa." ucap Andra otoriter.
"Bu, Satu nasi goreng bakso ya. Yang pedes banget." Ucap Alana pada Seorang wanita yang sedang menggoreng nasi di wajan.
"Baik Mbak. Pacarnya cantik ya Mas.!" Ujar wanita paruh baya itu sembari tersenyum.
"Iya Bu, ngalah-ngalahin Aura Kasih.!" Jawab Andra tanpa ekspresi.
""Eh, sejak kapan aku jadi pacar Kakak " Ucap Alana berbisik di telinga Andra.
"Sejak kita bertemu.!" Balas Andra serius.
"Enak aja, aku gak pernah denger Kakak suka sama aku. Apalagi nembak aku. Jadi gak usah ngaku-ngaku.!" Ujar Alana sambil memanyunkan bibirnya.
"Gak usah geer. Aku cuman bercanda.!" Balas Andra tanpa ekspresi.
'Nyebelin banget nih manusia kutub. Kalau ada sumur udah gua lempar deh ke dasar sumur.' Monolong Safira dalam hati.
Andra yang melihat ekspresi Alana menjadi semakin kesal, bersikap acuh dan biasa saja. Walaupun ia tertarik dengan gadis itu, tapi ini belum waktunya.
"Kak Andra, kog ada disini." Ucap seorang gadis cantik dengan memandang Alana dari atas sampai bawah.
Alana yang mendapat tatapan penuh selidik dari wanita yang terlihat satu atau dua tahun di atasnya itu mendadak menjadi tidak nyaman. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mempedulikan tatapan sinis dari wanita cantik disampingnya itu. Walaupun raut wajahnya tidak dapat berbohong, kalau ada rasa takut di dadanya.
"Kak, dia siapa?" Tanya wanita itu dengan wajah keruh dan masam. Intan menatap sinis ke arah Alana. Memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah.
"Cantikan juga gua.!" ucap Intan dalam hati.
Alana menjadi tidak enak pada wanita itu. Ia jadi berpikir kalau-kalau wanita ini adalah pacar dari Andra sang manusia kutub. Perasaannya menjadi was-was dan galau. Apa mungkin dirinya sudah terjerat pesona Andra sang manusia dingin dan kaku itu. Alana akhirnya menatap ke arah Andra, ia nampak diam saja. Dari raut wajahnya juga tidak ada penyesalan. Dari gelagatnya sudah bisa dipastikan mereka tidak ada hubungan spesial. Apa jangan-jangan wanita itu adalah salah satu fans garis keras Andra. Entahlah Alana menjadi binggung sendiri memikirkan situasi yang menerpanya.
"Kak, jawab kak. Dia siapa?" Tanya wanita itu kembali dengan sedikit meninggikan nada suaranya setelah tak mendapat respon dari Andra.
Andra masih diam membisu. Andra sendiri benar-benar tidak suka dengan wanita-wanita modelan seperti ini. Andra menjadi kesal dengan tingkah laku gadis disamping Alana itu, "Dia siapa? Itu bukan urusan mu Intan. kamu bukan siapa-siapa ku, jadi tidak perlu ikut campur ke dalam urusanku. Ngerti.!" Balas Andra garang dan menohok.
Gadis itu diam di tempat, ia tertunduk lesu. Andra yang memang tidak nyaman dengan salah satu fans garis kerasnya itu, dan gadis itu sepertinya juga sangat terobsesi dengan Andra.
Andra mendekat ke arah penjualnya nasi goreng dan meminta makannya di bungkus.
"Bu, pesanan saya dan pacar saya tadi di bungkus saja Bu.!" Perintah Andra pada si penjual nasi goreng.
Ibu itu hanya mengangguk, membukus dua nasi goreng di depannya. Kemudian menyerahkan kepada Andra. "Ini Bu uangnya. Kembaliannya buat ibu saja.!" Ucap Andra lalu mengandeng tangan Alana untuk beranjak dari warung nasi goreng itu.
Terdengar ucapan terimakasih dari sang penjual nasi goreng, Andra hanya menoleh sekilas dan tersenyum.
'Duh, senyum Kak Andra kog bisa manis banget ya. Duh diabetes nih kalau lama-lama dekat sama dia.' batin Alana yang tak sadar mengangkat sudut bibirnya.
Andra yang mendapati Alana tersenyum simpul dibuat gemas sendiri. Namun bukan Andra namanya jika tidak bisa menetralkan suasana hatinya.
Sesampai di tempat parkir Andra mendengus kesal. Bisa-bisa dia selalu di ganggu cewek-cewek fans garis kerasnya. Mungkin seperti itulah resiko jadi cowok tampan nan rupawan. Di tambah popularitas Andra di kalangan mahasiswa penyuka organisasi. Siapa yang tidak mengenal sosok Andra yang berwibawa dan penuh dengan prestasi.
"Lan, kos kamu deket dari sini." tanya Andra tiba-tiba.
"Deket Kak." jawab Alana singkat.
"Kalau Deket kita makan di kos kamu aja ya. Malas ketemu gadis bar-bar kaya tadi." Intrupsi Andra yang hanya diangguki oleh Alana.
Tak sampai lima menit mereka sudah sampai di kos Alana. Andra mengikuti Alana yang masuk ke salah satu rumah yang kelihatannya seperti bukan kos, namun rumah pribadi seseorang.
"Lan, ini benar kos kamu.!" Tanya Andra memastikan.
"Iya Kak." balasnya singkat.
"Loh, kog kaya rumah pribadi?" Tanya Andra kembali.
"Iya, aku sengaja milih kos yang satu atap dengan ibu kos. Kebetulan pas aku nyari kos di sini buka. Jadi aku ambil aja." Terang Alana.
Andra mengangguk-angguk tanda setuju. Benar memang Alana anak baik-baik. Ketika di jaman yang udah gak waras ini orang lain tidak ingin diganggu oleh orang lain termasuk ibu kos. Sementara Alana berbeda ia memilih tempat kos dimana ia akan mendapat penjagaan dari pemilik rumah.
"Silahkan Masuk Kak.!" ajak Alana pada Andra. Alana tak lupa membawa masuk sepatunya yang ia bawa dengan tangan kirinya.
"Ya." jawab Andra singkat padat dan jelas.
Alana berjalan di depan sementara Andra mengekori Alana.
"Silahkan duduk Kak. Aku taruh tas dulu ya Kak.!" Ucap Alana seraya meninggalkan Andra sendiri di ruang tamu.
Cukup lama gadis itu di kamarnya. Seperempat jam kemudian ia baru keluar dan sudah mengganti pakaiannya. Alana tak lupa membawa dua piring untuk menyantap nasi goreng yang dibawa Indra. Mereka akhirnya makan berdua, hanya dengan saling tatap tanpa ada obrolan yang berarti. Selesai makan barulah Andra membuka mulutnya untuk berbicara.
"Lan, aku minta maaf karena memaksa kamu ikut denganku." Ujar Andra tak ekspresi penyesalan.
"Iya kak gak masalah. Justru aku yang harusnya berterima kasih karena Kakak udah jadi tukang ojek gratisan dan beliin aku makan juga." Ucap Alana sambil tersenyum ke arah Andra.
"Oh iya Lan, kalau kamu ada masalah cerita aja sama aku. Aku khawatir gadis tadi akan berbuat onar dan menyelakai kamu." Ujar Andra dengan raut wajah khawatir.
"Iya Kak. Siap.!" jawab Alana dengan mengangkat tanggannya ke atas keningnya seperti orang yang sedang hormat dengan atasannya.
Andra yang mendapati tingkah Alana jadi tersenyum simpul. Ia kira gadis itu akan sangat jutek dan nyebelin. Nyatanya tidak, dia masih bersikap sopan walaupun Andra sudah terang-terangan memaksa untuk ikut dengannya.
"Kakak, cakep deh kalau lagi senyum. Gak kaya manusia kutub." Ucap Alana tanpa sengaja. Ia buru-buru menutup mulutnya. Ia takut Andra akan marah pada dirinya karena dikatai manusia kutub oleh dirinya.
"Aku emang cakep. Ngaku ya sekarang kalau kamu juga fans aku. Tapi aku juga manusia kutub karena jarang senyum." Jawab Andra sambil menggoda Alana.
"Kenapa Kakak jarang senyum." Tanya Alana penasaran.
"Karena kalau aku senyam senyum entar di kira orang gila dong.!" Balas Andra sedikit terkekeh.
Alana tidak menyangka lelaki dingin kembaran manusia kutub itu ternyata lucu juga. Bahkan senyumnya itu membuat dirinya jatuh cinta.
Sementara di tempat lain, Intan sedang terbawa emosi karena di permalukan di depan umum oleh Andra. Dia merasa kecewa, sebagai salah satu fans garis kerasnya seharusnya Andra bersikap baik kepada dirinya. Namun ini malah sebaliknya. Apa jangan-jangan itu karena mahasiswa baru yang bersamanya.
"Gua harus balas dendam sama cewek tadi.! Gua harus cari tahu siapa dia." Gerutu Intan penuh emosi.
Intan mengambil Handphonenya mengirim pesan kepada salah satu orang kepercayaannya. Orang itu adalah Handika. Lelaki bodoh yang hanya dimanfaatkan Intan karena mengejar dirinya.
iya mendeal nomor itu dengan sekali tekan, dan langsung mendapat jawaban dari orang yang bersangkutan.
[Hallo... Bisa minta tolong?] intan memberi tahukan tentang mahasiswa yang tadi bersama Andra, ia juga menceritakan secara detail rencananya. Setelah rencananya disetujui oleh Handika, Intan tersenyum penuh kemenangan.
"Awas aja kamu gadis sialan. Tidak akan ku biarkan siapapun mendapatkan Andra, selain diriku." Ucap Intan berapi-api.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!