Empat remaja sedang makan bakso di sebuah warung bakso yang ada di pinggir jalan. Namun pandangan mereka sesekali melihat ke arah depan gerobak bakso melihat pemandangan yang sebenarnya sudah lazim mereka lihat.
Ke empat remaja itu adalah Camelia, gadis remaja cantik berusia 17 tahun yang sekarang sedang duduk di kelas 11 di salah satu SMA swasta di kota ini.
Di sebelahnya duduk seorang wanita dengan seragam yang sama dengannya. Namanya Ester, usianya bahkan masih 16 tahun dan dia juga duduk di kelas 11. Mereka berdua juga sekelas.
Di samping Ester duduk seorang pria dengan kamera yang sejak tadi tak lepas dari tangan kirinya, meski tangan kanannya sibuk makan bakso. Nama pemuda itu adalah Hari, Kaca mata tebal sudah jadi ciri khasnya. Usianya 20 tahun, seorang mahasiswa jurusan seni di salah satu kampus ternama di kota ini. Lalu di samping Hari duduk seorang pemuda yang wajahnya baby face, sejak tadi diam saja sambil memperhatikan pemandangan yang ada di depan gerobak bakso.
Pemuda innocent itu bernama Akbar, usianya 18 tahun, dia juga mahasiswa semester satu di kampus yang sama dengan Hari. Dan Akbar juga anak salah satu ustadz terkenal di kota ini.
Arah pandangan mereka itu tertuju pada sesosok mahluk yang sejak tadi terus mondar-mandir di depan gerobak bakso. Sosok itu bukan manusia, tapi Camelia, Akbar, Hari dan Ester sudah tidak terkejut lagi melihat sosok seperti itu. Pasalnya sudah setengah tahun ini mereka hampir setiap hari selalu saja bertemu bahkan berkomunikasi dengan makhluk semacam itu.
Berbeda dengan ketiga teman mereka yang bisa melihat secara langsung makhluk dari dunia lain itu, Hari hanya bisa melihat mereka dengan bantuan kameranya saja. Karena itu sejak tadi, Hari tak melepaskan kameranya dari tangannya.
"Tuh set4n kenapa sih, mondar-mandir aja dari tadi?" tanya Hari yang bingung sendiri dengan tingkah makhluk berpakaian putih bersih kebesaran.
Dari sosoknya sih sepertinya bukan wanita, karena jalannya terlihat sangat tegap meskipun tidak menapak di tanah.
"Iya tuh, mungkin dia mau makan bakso tapi gak punya duit rupiah!" sahut Camelia yang memang tipikal orang tidak bisa serius.
"Atau mau makan tapi males ada Ester di sini!" seru Akbar yang memang suka menggoda Ester. Sebab dari keempat orang itu, Ester yang punya tempramen agak tinggi. Tipikal orang yang gampang emosian.
"Apaan lu, anak pak haji. Yang ada tuh set4n mau makan di sini, tapi males kepanasan ada elu disini!" balas Ester.
Camelia dan Hari terkekeh mendengar dia temannya itu saling ejek.
"Samperin yuk!" ajak Camelia yang langsung meninggalkan ketiga temannya.
"Ck... kebiasaan tuh anak, yang ada entar kita di kira orang str3s kalau langsung nanya tuh set4n di depan warung begini!" gumam Akbar yang langsung menyusul Camelia meninggalkan Hari dan Ester yang masih sibuk dengan bakso mereka masing-masing.
"Gak ikut kak?" tanya Ester pada Hari.
"Masih setengah bakso saya, sudah biar mereka berdua saja!" jawab Hari yang memang mendapatkan bakso paling akhir dari penjualnya tadi.
Sebagai yang paling dewas4 di antara ke empat orang ini. Hari memang selalu mengalah dalam setiap hal. Naluri kebapakan nya memang sangat terlihat, apalagi pada Ester dan Camelia.
Sebelum Camelia menghampiri sosok itu, Akbar memanggil gadis cantik itu.
"Mel, jangan di ajak ngobrol di sini!" ucap Akbar dan langsung di balas anggukan kepala oleh Camelia.
"Eh mas, mas...!" panggil Camelia pada sosok berpakaian putih yang sejak tadi mondar-mandir di depan gerobak bakso mang Udin.
Melihat tidak ada orang lain selain dirinya, makhluk itu pun melihat ke arah Camelia. Wajah pucat dengan mata hitam dan tangan pucat pasti bisa membuat orang yang baru pertama kali melihatnya lari ketakutan. Tapi karena Camelia dan Akbar sudah sering melihat makhluk seperti itu mereka pun terbiasa, dan bersikap seperti bertemu orang biasa saja.
"Saya?" tanya hantu itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
Camelia langsung mengangguk dengan cepat.
"Iya, yuk ikut kita ke sana!" ajak Camelia yang berjalan di ikuti Akbar di belakangnya.
Hantu itu masih bingung, tapi kemudian Akbar bicara padanya.
"Ayo mas!" ajak Akbar dan membuat hantu itu mengikuti nya.
Camelia duduk di bangku taman tak jauh dari warung bakso, dan Akbar berdiri di sisi lain bangku itu.
Hantu yang bingung itu langsung bicara pada mereka.
"Kalian bisa lihat saya?" tanya hantu itu.
"Duduk sini mas!" ajak Camelia sok akrab. Dia memang seperti itu.
Hantu itu duduk, dia benar-benar menurut.
"Mas, hantu baru ya?" tanya Camelia lagi membuat Akbar terkekeh.
"Kenapa lu ketawa?" tanya Camelia yang tidak suka Akbar menertawakan nya.
"Lu ada-ada aja, dia udah gak di plastikin, darimana barunya?" tanya Akbar bercanda.
Camelia hanya berdecak kesal lalu kembali pada hantu pria yang malah tambah bingung pada kedua orang di samping kiri dan kanannya itu.
"Mas, kenapa mondar-mandir terus disana? mas mau makan bakso?" tanya Camelia yang lagi-lagi membuat Akbar terkekeh.
"Yang bener aja, masuk lewat mana keluar lewat mana entar!" sela Akbar.
"Diem dulu deh, mas jawab dong jangan diem aja!" seru Camelia yang sudah mulai kesal pada Akbar.
Si hantu pria malah terkejut karena Camelia terlihat melampiaskan kekesalannya pada Akbar padanya.
"Eh kok marah mbaknya?" tanya hantu itu.
"Ck... maaf mas. Jawab dong, siapa tahu kita bisa bantu!" ucap Camelia.
Si hantu pria terkejut, dia langsung membulatkan matanya yang memang sudah bulat.
"Beneran mbak?" tanya hantu pria itu dan langsung di balas anggukan cepat dari Camelia.
"Saya mau pulang mbak, tapi saya gak tahu gimana caranya mbak!" jawab hantu itu membuat Camelia melongo heran.
"Dari kemarin, saya nungguin mobil bis yang bawa saya ke Bandung, kemarin di sini tapi sekarang gak ada, saya bingung saya mau pulang tapi semakin jauh saya jalan, semakin bingung saya. Sepertinya saya nyasar. Saya coba tanya sama orang-orang tapi mereka sepertinya gak bisa lihat saya...!"
Hantu pria itu terus bercerita, Akbar mendekat ke arah Camelia dan berbisik padanya.
"Nih, set4n gimana sih. Kayaknya dia belum ngeh ya, kalau dia udah is dead! terus tinggal terbang aja kalau mau pulang" bisik Akbar membuat Camelia mengangguk.
"Mas, mas mau pulang kemana?" tanya Camelia yang memasang ekspresi sedih.
"Ke Bandung, jalan garuda nomer 8!" jawab si hantu.
Camelia lantas tersenyum.
"Kita anterin ya mas!" ucap Camelia yang langsung tersenyum pada hantu pria itu.
Akbar terkejut.
"Mel, ke Bandung. Besok pagi baru kita sampai!" sela Akbar.
"Udah gak papa, kita kan Ghost Helper team, pantang pulang sebelum para Ghost tenang!" seru Camelia yang membuat Akbar menghela nafas panjang tapi membuat si hantu pria itu tersenyum senang. Meskipun senyumnya terlihat menakutkan.
***
Bersambung...
Setelah mengajak si hantu pria bersamanya, Camelia menghampiri dua orang temannya yang masih asik makan di warung bakso.
Ester yang memang melihat sosok itu di belakang Camelia langsung meletakkan sendok yang dia pegang di atas mangkuk.
"Mel, lu kebiasaan. Gue lagi makan tahu!" seru Ester yang langsung kehilangan selera makannya.
Masalahnya dari dekat makhluk itu terlihat sangat tidak enak di pandang. Wajah pucat, mata hitam dan hawa yang di sekeliling hantu itu bisa sangat di rasakan oleh Ester yang memang memiliki kemampuan itu.
"Ssstt... yuk buruan. Kita mau ke Bandung gaess!" seru Camelia dengan senang.
Ester sampai melotot karena tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Ke Bandung, ngapain? udah malem Mel, ntar pintu asrama di kunci sama Bu Dora!" ucap Ester yang memang tinggal di asrama sekolahnya.
"Kita tuh harus anterin mas hantu ini ke rumahnya di Bandung. Yuk, keburu malem!" ucap Camelia yang langsung kembali mengajak mas hantu ke arah mobil yang sudah di hidupkan mesinnya oleh Akbar.
"Ini juga udah malem Mel!" sahut Ester yang mengikuti langkah Camelia.
Hari yang paling terakhir selesai makan langsung membayar. Saat Hari membayar, mang Udin yang sejak tadi penasaran dengan perkataan Camelia pun bertanya pada Hari.
"Mas Hari, tadi itu neng cantiknya ngomong sama siapa ya?" tanya mang Udin penasaran.
Karena tadi dia sempat melihat Camelia bicara, tapi Akbar sama sekali tidak melihat atau menengok ke arah Camelia. Tapi anehnya gadis cantik itu malah tersenyum dan terus bicara.
"Loh, kan sama Akbar itu!" jawab Hari yang tak mau membuat mang Udin curiga.
"Tapi tadi mas Akbar nya disana...!"
Hari langsung menepuk bahu mang Udin pelan. Membuat mang Udin langsung terdiam dan mendengarkan dengan seksama apa yang akan di katakan oleh Hari. Hari memang punya kemampuan untuk itu, semacam hipnotis yang bisa membuat orang lain percaya dengan apa yang akan dia katakan seratus persen.
"Camelia bicara dengan Akbar, sudah ya mang. Kami permisi!" ucap Hari sopan.
Mang Udin langsung anggukan kepalanya dan setelah mobil Akbar pergi meninggalkan area warung, mang Udin baru tersadar ketika seorang pembeli memesan bakso.
"Mang, bakso satu!" ucap pembeli yang baru datang.
Mang Udin langsung terkesiap.
"Eh iya, sebentar!" jawab mang Udin.
Mang Udin lalu melihat ke arah mobil Akbar yang menjauh. Tapi dia bersikap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Sementara itu di dalam mobil, Hari sengaja tidak memakai kameranya. Karena si hantu nyasar duduk di sebelahnya.
Camelia yang duduk di kursi penumpang bagian depan menoleh ke belakang bertanya pada hantu pria itu.
"Mas hantu namanya siapa?" tanya Camelia.
Hantu itu terlihat sedih. Dia masih tidak menyangka kalau dirinya sudah jadi hantu sekarang.
"Nama saya Nurdin mbak, saya tadinya mau kerja di Jakarta. Eh malah..!" Nurdin menjeda kalimatnya.
Camelia yang ikut sedih langsung memberi semangat Nurdin.
"Sudahlah mas, jangan sedih lagi. Sebelum manusia dilahirkan, maut, jodoh dan rejekinya sudah di atur oleh sanga maha pencipta. Mas Nurdin gak boleh sedih ya!" ucap Camelia.
"Terus kalau gitu, kenapa dia jadi hantu Mel?" tanya Ester yang memang berbeda keyakinan dengan ketiga temannya yang lain.
"Mungkin karena ada urusan yang belum selesai!" jawab Akbar yang menyela sambil tetap fokus menyetir di depan.
Hari hanya mengangguk saja, sebenarnya dia agak tidak nyaman. Karena menurutnya lebih enak bisa melihatnya daripada hanya bisa mendengar temannya saling tanya dan bercakap-cakap dengan si hantu yang namanya Nurdin itu. Tapi apa daya, dia juga tidak akan nyaman duduk bersebelahan selama beberapa jam dengan Nurdin.
Camelia menunduk sedih, dia juga tidak tahu urusan apa yang belum selesai dari Nurdin. Mungkin jawabannya akan dia temukan di Bandung nanti, makanya dia meminta ketiga temannya menolong Nurdin.
Beberapa jam kemudian, hampir jam 4 dini hari mereka pun tiba di alamat yang di sebutkan oleh Nurdin.
Saat tiba disana terlihat bendera kuning di depan gang. Mata Nurdin sudah berkaca-kaca. Camelia makin sedih melihat Nurdin yang terlihat sedih. Mereka berempat dan juga Nurdin lalu turun dari mobil Akbar. Terlihat dua orang pria paruh baya masih terjaga sambil bercakap-cakap.
"Assalamualaikum!" sapa Akbar membuat kedua pria paruh baya itu berdiri dan menghampiri Akbar.
"Waalaikumsalam, siapa ya?" tanya seorang pria paruh baya yang matanya sembab.
"Bapak!" ucap Nurdin yang matanya sudah mengeluarkan air mata.
Ester dan Camelia saling peluk lengan, mereka berdua sedih melihat Nurdin menangis saat bertemu bapaknya.
"Saya Hari, ini teman-teman saya. Kami teman mas Nurdin!" jawab Hari yang langsung membuat bapak dari Nurdin memeluk Hari.
Hari jadi sedih, Nurdin langsung terisak.
"Nurdin sudah gak ada nak, padahal dia baru akan mengejar mimpinya di Jakarta!" lirih bapak Nurdin.
Mereka di persilahkan duduk, lalu bapak Nurdin bilang sebenarnya Nurdin itu salah naik bus, dia salah jurusan. Seandainya dia tidak salah mungkin saja dia tidak akan tertimpa kemalangan dan kecelakaan.
"Semua ini salah bapak nak, bapak yang salah nak. Bapak terlalu senang sampai lupa salah sebut nama bis nya!" sesal bapak Nurdin sambil terisak.
'Oh, jadi ini yang membuat Nurdin tidak tenang!' batin Hari.
Setelah mendengar penjelasan bapaknya, Nurdin pun berhenti menangis.
"Saya ikhlas pak!" jawab Nurdin yang hanya bisa di dengar oleh Ester, Camelia dan Akbar.
Akbar lalu memegang lengan Hari.
"Mas Nurdin bilang dia sudah ikhlas! dia tidak menyalahkan bapaknya. Bapaknya jangan sedih lagi!" ucap Akbar pada Hari.
Dan Hari pun langsung mengatakan apa yang diucapkan oleh Akbar. Bapak Nurdin kembali terisak, dengan kemampuan nya Akbar lalu mendekati bapak Nurdin, dia mengangkat tangan bapak Nurdin dan meletakkan di depan matanya, dengan sebuah doa, Akbar kembali meletakkan tangan bapak Nurdin.
"Nurdin!" teriak bapak Nurdin yang setelah membuka matanya dia bisa melihat Nurdin.
Bapak Nurdin maju dan ingin memeluk anaknya tapi tidak bisa.
"Nurdin...!" lirih bapak Nurdin.
"Bapak, Nurdin ikhlas. Bapak jangan salahkan diri bapak lagi ya. Bapak harus jaga kesehatan dan jaga ibu. Nurdin pamit ya pak!" ucap Nurdin kemudian dengan doa lagi Akbar membuat bapak Nurdin tidak bisa melihat Nurdin lagi.
Akbar terhuyung, Camelia yang berada di belakangnya menahan Akbar. Karena menggunakan kemampuan itu akan sangat menguras tenaga.
Setelah mengatakan semua itu pada bapaknya Nurdin pun mulai naik ke alam atas.
"Terimakasih banyak, kalian berempat sudah membantu ku untuk tenang. Terimakasih!" ucap Nurdin sebelum hilang sepenuhnya.
Camelia hanya tersenyum, mereka akhirnya meyelesaikan satu masalah yang dihadapi para hantu lagi.
***
Bersambung...
Ester sedang menunggu di dalam mobil milik Akbar. Di depan sebuah masjid di kampung itu, Akbar, Hari dan juga Camelia sedang melaksanakan sholat subuh.
Ester yang memang punya keyakinan berbeda dengan ketiga temannya pun menunggu sambil makan kue yang tadi berikan bapaknya Nurdin dengan sedikit memaksa agar mereka tidak menolaknya.
"Enak juga!" gumam Ester sambil melihat ke arah kue yang dia pegang.
Kue berbalut daun pisang dengan warna hijau dan isinya kelapa manis, kelapa parut yang di buat selai dengan gula merah. Kalau bahasa gaulnya enten-enten.
Tapi saat sedang menikmati kuenya, samar samar Ester mendengar suara seseorang sedang membahas. Ester awalnya tidak perduli tapi suara itu malah terdengar semakin kencang.
Merasa penasaran, Ester keluar dari dalam mobil. Ternyata benar, di belakang mobilnya ada sesosok makhluk yang dia tahu itu adalah hantu. Sosok wanita tua, rambutnya sudah putih, tergerai panjang. Wajahnya keriput pucat dengan mata merah sempurna. Hantu itu terus melayang-layang di sebelah mobil dengan terus menangis.
'OMG baru kelar loh. Ketemu lagi ma set4n gaje begini!' omel Ester dalam hati.
"Nek, nenek laper?" tanya Ester yang membuat hantu itu menoleh ke arah Ester dengan mata terbuka penuh.
"Ye, di tawarin makanan malah melotot!" protes Ester yang langsung melahap kue yang dia pegang sepenuhnya ke dalam mulutnya.
"Neng teh bisa lihat nenek?" tanya hantu nenek-nenek itu.
Karena mulut Ester penuh dengan kue, Ester hanya mengangguk saja. Setelah dia menelan semua makanan nya dia baru bicara.
"Iya nek bisa, nenek kenapa nangis subuh-subuh gini? kalau emang nenek kepanasan jangan deket-deket mesjid mangk4lnya!" seru Ester yang membuat nenek itu malah nangis semakin kencang.
Suara tangis makhluk halus dengan suara tangis manusia itu sangat berbeda. Kerasnya suara tangis makhluk halus itu melengking dan bisa memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.
Ester langsung menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"OMG nek, plis deh. Gak usah lebay, udah nenek-nenek juga!" kesal Ester yang memang sifatnya keras dan sulit bersikap lembut pada orang lain, apalagi pada para hantu.
Tapi bukannya diam dan menjelaskan apa masalahnya, hantu nenek itu malah semakin kencang menangis. Akbar dan Camelia yang memang bisa merasakan kehadiran hantu nenek itu bergegas keluar dari masjid setelah selesai sholat subuh. Sementara Hari, dia yang memang tidak bisa mendengar secara langsung masih khusyuk berdoa sambil memejamkan matanya di dalam masjid.
"Ada apa nih?" tanya Akbar.
Hantu nenek itu langsung diam dan bersikap sok manis ketika melihat Akbar yang merupakan sosok pemuda tampan dengan wajah Baby face.
Ester yang melihat tingkah hantu nenek-nenek itu langsung menggidikkan bahunya. Tadi ketika melihat wajah pucat dan menyeramkan hantu nenek itu, Ester tidak takut. Tapi ketika melihat w
ekspresi genit wajah pucat dan keriput di nenek hantu. Ester jadi merinding.
'Bener-bener Gaje ni set4n!' batin Ester.
"Kasep, kasep teh bisa lihat nenek juga?" tanya nya dengan gaya yang berbeda saat nenek hantu itu bertanya pada Ester.
Tadi sewaktu nenek itu bertanya pada Ester, ekspresi nya melotot dan tampak menyeramkan. Tapi saat bertanya pada Akbar, dia malah tampak genit dan seakan lupa kalau dia itu sudah nenek-nenek.
Camelia yang baru datang hanya diam dan menyimak apa yang terjadi.
"Iya nek, nenek kenapa? nyasar? udah hampir pagi loh ini. Gak pulang?" tanya Akbar berbasa-basi.
"Nenek sedih, nenek tuh pengen kayak orang-orang yang terkenal di tok tok itu. Nenek pengen piral!" ucap nenek itu yang membuat Ester tak bisa menahan tawanya.
"Bhuahaaaaahaaa...!"
Camelia juga tersenyum sambil memalingkan wajahnya dari si nenek.
"Makin gaje aja tahu gak, kita tuh udah nolongin banyak setan yang hampir 70 persen kelakuan nya gaje gini nih!" ucap Ester lalu melanjutkan lagi tawanya.
Sedangkan Akbar hanya bisa menghela nafasnya panjang.
"Nek, nenek itu sudah meninggal. Nenek harus bisa iklhas dan melupakan semua urusan duniawi nek. Mereka yang piral itu hidupnya juga belum tentu enak, itu hanya godaan sesaat nek. Kebahagiaan singkat, kalau nenek terus berharap dan tidak bisa melepaskan h4srat duniawi, nenek tidak akan bisa naik ke alam atas. Nenek akan membuat anak cucu nenek selalu ingat dan sedih pada nenek!" kelas Akbar panjang lebar.
Saat Akbar menjelaskan semua itu, Camelia dan Ester diam. Mereka juga mendengarkan ucapan Akbar yang begitu lembut dan menenangkan.
Hari pun selesai berdoa dan keluar dari masjid. Melihat ketiga temannya berkumpul dan Akbar seperti bicara dengan seseorang atau sesuatu, Hari langsung mengeluarkan kameranya.
Melihat sosok hantu di depannya, Hari langsung diam dan ikut menyimak apa yang di katakan Akbar.
"Di sini bukan lagi tempat nenek, disini nenek akan banyak kesulitan dan tidak akan bisa tenang!" lanjut Akbar membuat nenek hantu itu menunduk diam.
Nenek hantu itu melihat wajah Akbar lalu tersenyum.
"Iya kasep, semua perkataan kasep benar!" ucapnya lalu melihat ke arah kamera yang Hari pegang.
"Tapi boleh tidak sebelum nenek pergi, nenek Selfi dulu sama kasep dan anak ganteng yang pegang kamera itu!" pinta nenek hantu.
Hari langsung terkesiap. Selama ini belum pernah dia foto Selfi dengan hantu. Sementara itu Camelia dan Ester saling pandang lalu memasang ekspresi mengejek sang nenek hantu.
"Udah gue duga tuh! ngadi-ngadi kan maunya tuh nenek!" celetuk Ester.
Camelia hanya terkekeh mendengar keluhan Ester. Lalu dia berinisiatif mengambil kamera yang di pegang Hari.
"Yok kak, gas keun. Abis ini kita cari sarapan. Laper gue!" ucap Camelia yang langsung mengarahkan kamera itu pada Akbar dan si nenek.
"Buruan sono kak!" ucap Camelia mengarahkan tangannya pada Hari agar berdiri dekat Akbar.
Hari lalu berjalan ke samping Akbar. Tapi saat Camelia akan memotret si nenek hantu berkata.
"Nenek di tengah dong!" ucapnya membuat Camelia terkekeh lagi.
"Eh kenapa ketawa?" tanya Hari bingung karena tanpa kameranya dia tidak bisa mendengar atau melihat hantu.
"Gak papa, yok Akbar!" ucap Camelia.
Akbar pun pindah posisi dan membiarkan nenek hantu itu di tengah. Dengan jari telunjuk dan jari tengah yang di letakkan di atas kepala Akbar pun berpose.
"Say buncis!" kata Camelia.
Cekrek
Nenek hantu itu berpose malu-malu dan melirik ke arah kamera.
'Ya ampun, kok gue sedih banget ya lihat si nenek!' batin Camelia dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Setelah keinginan terakhir nya terwujud, perlahan sosok hantu nenek itu naik ke alam atas. Sambil tersenyum nenek itu memperlihatkan sebuah bayangan pada Camelia, ketika dia meninggal dia sedang membelikan ponsel untuk cucunya, yang selalu merajuk minta ponsel baru untuk membuat konten. Nenek itu meninggal tertabrak mobil saat akan membawa ponsel itu pulang untuk cucunya. Tepat di depan masjid itu.
"Akkhhh!" Camelia menekan dadanya dengan kuat.
Akbar langsung mendekati Camelia.
"Dapat bayangannya?" tanya Akbar dan Camelia langsung menunduk.
"Nenek itu meninggal saat akan memberikan ponsel baru untuk cucunya...!" lirih Camelia dengan air mata yang sudah menetes dikedua sudut matanya.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!