"Hidup ini penuh dengan keliku-likuan. Begitu banyak rintangan yang bisa membuat kau dan aku menyerah. Namun kita berusaha melewati ini semua dengan perasaan ikhlas dan menerima semua ketidak adilan di dunia ini. Kamu laki-laki penghibur ku di kala aku bersedih dan kamu pula sebagai sumber kesedihan ku. Laki-laki yang memiliki kekurangan di mata orang lain, tapi berbeda dengan aku yang menganggap mu sebagai malaikat hidup ku. Kisah ku bermula di saat kamu datang ke dalam hidup ku. Rasa sakit begitu terus menghampiri aku dan dirimu, namun sebisa mungkin ku abaikan. Tapi rasa sakit yang aku terima tak pernah sebanding dengan rasa sakit yang kau terima selama ini. Kamu adalah pria dengan sejuta kekurangan namun memiliki ribuan juta kelebihan.
______
Semoga kalian suka sama Novel aku yang kali ini.
Suara teriakan serta jeritan para siswa SMA Nusantara Jakarta heboh sesaat setelah penerimaan nilai ujian kenaikan kelas. Melihat nilai ujian yang tinggi membuat mereka begitu diliputi rasa bahagia.
Tiba saatnya bagi siswa untuk menerima raport dengan nilai terbaik di sekolah ini. Sang MC mengumumkan jika sebentar lagi akan diberitahukan sang juara sekolah. Para siswa yang semulanya ribut kini berganti dengan keheningan.
Suara bisik-bisik para siswa yang menebak-nebak pun menambah kegugupan para murid yang berprestasi di sekolah itu. Mereka menunggu sang MC membacakan nama yang menjadi siswa terbaik di sekolah tersebut, namun nampaknya sang MC sengaja mengulur waktu agar para murid semakin dibuat penasaran.
"Aduh Buk lama banget sih?!! Tinggal sebut aja apa susahnya Buk. Ibu mah tega sama kita, ibu nggak mau kan lihat kita mati penasaran di sini. Entar arwahnya jadi arwah penasaran. Mau nggak Buk kami jadi hantu trus datengin rumah Ibu bangunin Ibu tengah malam?!!!" teriak Risda kencang.
Cindy menatap pada sahabatnya yang duduk di sampingnya tersebut lalu menggeleng melihat Risda yang mengercutkan bibir. Bagi Cindy, Risda jauh kelihatan lebih cantik saat sedang manyun.
Sang MC yang ditegur oleh Risda tadi menatap pada cewek itu kemudian menghela napas. Risda memang tipikal orang yang tidak suka menunggu.
Mengabaikan Risda, guru yang diketahui bernama Wati itu membuka amplop yang berada di tangannya. Tampak semua murid serta orang tua yang mendampingi anak mereka sangat penasaran.
Sampai-sampai mereka ada yang berdiri dari kursi demi dapat melihat tulisan di dalam amplop itu, tapi tentu hal itu tidak akan berhasil karena jarak bangku para murid cukup jauh dengan panggung.
Lagi-lagi Risda merasa geram kepada gurunya itu pasalnya sang guru kembali melambatkan mengumumkan nama siswa terbaik di sekolah Nusantara tersebut di tahun ini.
"Et dah nih guru mau foto model di situ atau mau jadi MC? Lama banget njir! Lama-lama gue rebut juga tuh amplop," gerutu Risda yang sangat kesal kepada gurunya yang tak kunjung memberi tahu.
"Sabar ngapa Ris? Elu mah jadi orang nggak sabaran mulu." Kali ini Cindy sang sahabat angkat bicara.
Risda sempat menoleh sebentar kepada sahabatnya itu. Ia mendelik tajam ke arah Cindy kemudian menarik napas dan mengarahkan kembali pandangannya pada panggung.
"Oke, oke, gue sabar. Puas lo?" ucap Risda sebal, "Gimana cobak gue mau sabar? Lo nggak tau sih menunggu itu sakit banget."
Menghela napas dan kemudian menatap pada Delon yang berada di sampingnya. Menghadapi Risda bukanlah sesuatu yang mudah. Kita perlu mengalah agar tidak terjadi adu mulut.
"Eh BTW Cin, nyokap bokap lo belum datang ya? Atau mereka memang nggak dateng?"
"Mereka datang sih, tapi katanya tadi agak telatan dikit. Lo tau sendirikan Ris kayak apa sibuknya orang tua gue?" tanya Cindy kepada Risda yang memang hapal dengan keadaan keluarganya.
"Iya juga sih Cin, orang tua lo itu kan super sibuk banget sampai-sampai nggak ada waktu buat lo." Cindy mengangguk membenarkan, "Kalau lo Delon kenapa orang tua lo nggak datang nih? Sibuk juga?"
Delon menggeleng yang berarti dia tidak tau. Namun setahu Delon orang tuanya mengatakan akan datang.
"Gue nggak tau sih Ris? Tapi kata mereka sih bakalan datang. Mungkin telat juga."
"Ishhh anjay Kalian berdua. Apa-apa selalu kompak. Aduh emang nggak bisa diragukan lagi sih kalau kalian itu berjodoh.... gue doain dah yang terbaik buat kalian."
Mendengar perkataan dari Risda membuat Cindy dan Delon salah tingkah. Mereka saling tatap kemudian tersenyum malu-malu. Sementara Risda yang melihat itu meringis sebab ia menjadi nyamuk di antara keduanya.
"Siswa terbaik di tahun ini jatuh kepada.......!!! CINDY ARYANA LUVINTA!!!!"
Suara dari MC tersebut mengejutkan Cindy dan Delon yang sedang saling tatap. Cindy membekap mulutnya tidak percaya. Bahkan air matanya jatuh dari pelupuk matanya setelah Cindy mendengar namanya disebut sebagai siswa terbaik di tahun ini.
Rasa bahagia juga turut dirasakan oleh Delon dan Risda yang sebagai orang terpenting di hidup Cindy. Keduanya bertepuk tangan dan memeluk Cindy dengan bangga.
"Apa gue bilang Cin? Elo yang bakal boyong piala besar itu!!"
Cindy melepaskan pelukan ketiganya lalu menatap Risda dengan rasa terima kasih. Mendapatkan kalimat tersebut lantas membuat Cindy langsung terharu dan memeluk sahabatnya itu.
"Terima kasih Ris lo selalu ada buat gue selama ini. Gue sayang sama lo Ris." Cindy mengurangi perlahan pelukannya hingga benar-benar terlepas.
"Nggak usah terima kasih. Posisi gue sebagai sahabat memang harus selalu ada di samping lo."
Cindy mengangguk dan kemudian menatap Delon yang tersenyum hangat padanya. Delon juga memberikan Cindy pelukan yang selalu membuat Cindy betah berada di posisi itu. Cowok itu menyudahi pelukannya lalu menghapus air mata Cindy.
"Sudah jangan nangis lagi, cepat gih naik pentas. Lihat tuh Buk Wati sudah nungguin kamu di atas buat nyerahin piala gede itu."
Cindy melebarkan senyumnya dan mengangguk yakin. Ia berdiri dari tempat duduknya yang berada di tangah-tengah. Di saat ia berdiri hampir semua mata mengarah padanya. Selama ia bersekolah baru kali ini ia mendapatkan juara umum.
Cindy menormalkan detak jantung yang menggebu di dadanya. Dan penuh percaya diri ia naik ke atas pentas.
Semua orang memberikan tepuk tangan saat melihat Cindy sudah berada di atas pentas. Sang kepala sekolah di sekolah itu mengambil piala besar yang menjadi incaran semua murid SMA Nusantara.
Kemudian piala itu diserahkan kepada Cindy. Dengan hangat Cindy menyambutnya lalu menjabat tangan sang kepala sekolah. Suara kamera pun berbunyi pada saat penyerahan piala itu.
"Makasih Pak."
"Sama-sama. Cindy, kamu harus menjadi anak yang baik dan pertahankan prestasi mu."
"Pasti Pak," jawab Cindy penuh dengan senyum manis di wajahnya.
Ia menarik napas dan maju mendekati Mic untuk memberikan ucapan. Suara tarikan napas terdengar berulang-ulang kali sebab Cindy kali ini benar-benar sangat gugup.
Melihat semangat dari Delon yang berpose lucu pun membuat keyakinan Cindy kembali. Ia tersenyum melihat Delon yang melambaikan tangan berupa bentuk suport itu.
"Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada saya hari ini. Dan saya juga sangat berterima kasih kepada orang-orang yang berada di belakang keberhasilan saya terutama orang tua saya, para guru-guru dan sahabat. Tidak mudah mencapai ini dan saya minta ke kalian agar mendoakan saya supaya bisa mempertahankan prestasi ini. Terima kasih."
Usai memberikan ucapan, Cindy turun dari pentas dengan membawa piala yang terbuat dari kaca, lalu di satu tangannya juga terdapat buket bunga.
Ia menghampiri Risda dan Delon yang tersenyum bangga padanya. Sedikit berlari kecil hingga akhirnya sampai.
Tanda berakhirnya acara pun sudah diumumkan MC hingga para murid dan orang tua keluar dari ruangan itu. Cindy, Delon, dan Risda beserta orang tuanya turut keluar dari ruangan ini.
"Gue benar-benar nggak nyangka bakalan dapat juara umum. Sumpah ini berasa mimpi."
"Nak kamu harus mempertahankan prestasi mu itu Nak. Orang tua kamu pasti bangga punya anak kaya kamu."
Cindy menatap ke arah ibunya Risda lalu tersenyum. Namun beberapa detik kemudian senyumnya pudar kala menyadari sesuatu. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya dan kemudian wajahnya tampak sedih.
"Kenapa Cin wajah lo begitu? Kek kurang asupan aja. Senyum kali Cin."
Cindy menatap Risda dengan raut sedihnya. Kemudian Cindy megalihkan pandangan matanya pada parkiran.
"Orang tua gue belum datang Ris. Gue sedih di saat gue dapat penghargaan mereka nggak ada."
Delon yang mengerti perasaan Cindy pun lantas memberikan usapan lembut di pundak cewek itu. Ia memeluk Cindy dengan penuh perasaan.
"Kamu jangan sedih lagi ya! Orang tua aku juga nggak datang. Mungkin belum saatnya orang tua kita bisa melihat kita di atas panggung."
"Makasih kamu selalu nenangin aku," kata Cindy seraya melepaskan pelukannya dengan Delon. "I Love You Delon," ujar Cindy berbisik di telinga Delon. Tinggi tubuhnya di bawah Delon pun mengharuskan ia berjingkit.
Delon terkekeh melihat Cindy dan mencubit hidung perempuan itu hingga membuat Cindy ikut tertawa. Keduanya pun sama-sama tertawa hingga mengundang iri orang banyak yang menyaksikan itu.
Namun tawa mereka lenyap saat sebuah suara seperti bentakan menyeruak. Cindy dan Delon sama-sama menatap ke arah depan dan terkejut melihat kedatangan orang tua Delon dan satu orang perempuan yang tidak dikenali oleh Cindy.
Hubungan mereka memang ditentang keras oleh kedua belah pihak. Mereka sengaja berpacaran secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.
"Delon!! Mami kan sudah ingatkan kamu untuk tidak dekat dengan perempuan INI?" Alexa menatap rendah ke arah Cindy, "Kamu tau Delon? Dia ini anak dari pesaing perusahaan kita. Bisa saja kan mereka menggunakan anaknya buat cari rahasia kita? Kamu itu jadi orang jangan bodoh Delon!!"
Cindy menunduk setelah mendengar ucapan dari Alexa. Sementara Risda dan ibunya berada di sampingnya memberikan usapan hangat di punggungnya.
"MAMI!!!! Mami, Cindy orang baik Mi! Cindy nggak kaya dipikiran Mami. Dia nggak pernah cari-cari rahasia kita?!! Mami aja yang selalu berprasangka buruk ke orang. Asal Mami tau berprasangka buruk itu dosa Mi!!" bentak Delon ke ibunya dengan nada yang cukup tinggi.
Alexa menggeleng karena semenjak Cindy dan Delon berpacaran anak semata wayangnya itu sering kali membentak. Dia menatap pada Cindy yang sudah menangis.
"Delon kamu jangan pernah berkata kasar dengan Ibu mu karena hanya membela perempuan murahan itu!!" sentak Imran kepada Delon.
Tangan Delon mengepal dan wajahnya mengeras, "CINDY BUKAN CEWEK MURAHAN PI, MI!!!!"
Baik Alexa mau pun Imran terkejut dengan nada tinggi Delon itu. Alexa ibunya Delon menatap hina ke arah Cindy yang berada di samping Delon.
Ia maju mendekati Cindy dan kemudian ia pun mendorong Cindy hingga Cindy terjatuh dan piala kacanya turut pecah berkeping-keping dan buket bunganya berserakan di tanah.
Cindy menangis histeris melihat piala yang baru saja dibanggakannya pecah dan tidak berbentuk lagi. Ia menatap pada ibunya Delon lalu menggeleng sakit. Dengan penuh suara isakan ia memungut kaca-kaca dari pialanya itu dan dibantu Risda. Pada saat Cindy memungut kaca tersebut tak sengaja tangannya tertusuk beling tersebut hingga mengeluarkan darah.
"MAMI!!!" Delon maju mendekati ibunya dengan kesetanan.
Sebelum Alexa diganggu, Imran lebih dulu melindungi Alexa dan menghalang-halangi Delon. Ia meninju Delon hingga Delon terjatuh ke tanah.
"PAPI DAN MAMI TEGA. DELON BENCI SAMA KALIAN!!"
"SADAR DELON! KAMU ITU SUDAH DIGUNA-GUNA SAMA PEREMPUAN ITU SAMPAI KAMU BERANI MELAWAN DENGAN ORANG TUA MU SENDIRI!!!" Bentakan dari Imran membuat emosi Delon terhadap orang tuanya semakin meraja lela.
Ia menatap pada Cindy yang menangis sambil mengumpulkan kaca pialanya dan tidak menghiraukan darah yang menetes dari tangannya.
Di sampingnya ada Risda dan orang tua Risda yang telah melarang Cindy untuk mengumpulkan pecahan piala itu. Namun hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Cindy.
Melihat itu hati Delon nyeri sebab baru saja Cindy tertawa bahagia mendapatkan piala yang diimpikannya, tapi tidak sempat satu hari piala tersebut pecah.
"Ya ampun Cindy, sayang kamu kenapa?!!" tanya Lisa ibunya Cindy yang mengenakan hijab seraya berlari ke arah Cindy. "Nak kamu kenapa hiks?"
Felix yang baru datang langsung terdiam dan menatap pada Imran dan Alexa. Kemudian tatapannya jatuh pada Delon.
Tanpa ba-bi-bu, Felix langsung memukul Delon berkali-kali membuat semua orang menjerit seketika.
"Ya ampun sayang!!" teriak Alexa melihat anaknya dipukuli.
Aksi memukul Felix dihentikan oleh Imran dan menarik anaknya menjauh. Ia menatap penuh seringaian pada pesaingnya tersebut.
"Kamu jangan pukuli anak saya. Asal kamu tau gara-gara kamu anak saya telah berani melawan orang tuanya sendiri!!!"
"Dan kamu Delon putuskan anak perempuan itu. Kamu sudah Mami jodohkan dengan Cinta," tunjuk Alexa pada seorang perempuan yang hanya diam melihat pertikaian tersebut.
Sementara Cindy langsung menganga mendengar hal tersebut dan menatap Delon dengan air mata, ia menggeleng tidak percaya.
"Jangan percaya Cin!!! Aku nggak cinta sama dia tapi aku cintanya sama kamu Cin!!" teriak Delon kencang.
"Nggak ada cinta-cintaan pulang kamu. Mulai hari ini hubungan kamu dengan Cindy telah berakhir."
"Enggak Mi. Delon cinta sama Cindy!!"
Lisa dan Felix pun menarik Cindy untuk pulang dan pecahan piala sudah dimasukkan ke dalam plastik.
"Kamu juga pulang Cindy. Papa nggak akan pernah setuju kalian pacaran."
Cindy dan Delon masing-masing berusaha untuk lepas dari tarikan kedua orang tuanya. Mereka melakukan berbagai cara agar dapat berpelukan.
Delon lepas dari tariakan orang tuanya dan meraih tangan Cindy. Ketika tangan mereka saling menggenggam, Delon ditarik kembali oleh Alexa dan Imran hingga terjadilah tarik menarik.
"CINDY!!"
"DELON! AKU CINTA SAMA KAMU!!"
Kurangnya tenaga keduanya membuat genggaman Cindy dan Delon lepas secara perlahan-lahan. Delon berhasil ditarik ke dalam mobil dengan paksa.
Melihat kepergian mobil Delon membuat Cindy terduduk di tanah sambil menangis. Bajunya yang berwarna putih telah bercampur darah dari tangan Cindy.
"DELON!!!!"
________
Tbc
Mohon kritiknya dari kalian
Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah, Cindy lebih banyak melamun ketimbang melakukan sesuatu. gadis yang duduk di bagian belakang itu menatap ke luar melalui jendela mobil.
Orang tuanya duduk di depan dengan ekspresi yang masih tidak terima karena anaknya diperlakukan hina oleh keluarga Delon. Selama ini mereka mengetahui Cindy dan Delon sudah berpisah setahun lalu setelah tragedi berdarah antar orang tua. Ternyata sangkaan mereka salah.
"Apa Mama bilang Cin? Mama sudah peringatkan kamu agar tidak pacaran lagi dengan anak orang sok tau itu. Ini kan akibatnya! Lihat piala kamu, kamu itu baru saja dapat penghargaan tapi belum sempat sejam kamu pegang piala kamu itu bentuknya sudah seperti itu. Mama nggak ikhlas nak kamu diperlakukan seperti itu. Kalau bisa pulang nanti Mama dan Papa akan laporin mereka ke polisi," kata Lisa dengan nada marahnya yang membuat Cindy kembali menangis.
Ia menangis bukan karena pialanya yang hancur melainkan hatinya yang hancur. Dia tidak menyangka orang tua Delon mengambil langkah tersebut, menjodohkan Delon.
Dari awal mereka berdua memang tidak yakin hubungan yang dijalani bertahun-tahun itu akan sampai ke pelaminan. Mungkin ini adalah akhir dari kisah cintanya dengan Delon.
"Kenapa diam? Kamu menyesal tidak mendengarkan perkataan Mama? Mereka itu tidak mungkin nerima kamu nak, jadi wajar jika mereka menjodohkan pacar kamu itu dengan orang lain. Sudah jangan ingat lagi dia, kamu belum sadar juga jika orang yang menghancurkan piala berharga mu itu keluarga dia?"
"Mama stop!!! Hiks, hiks, hiks. Ma sudah. Mama jangan salah kan orang lain. Mama nggak ngerti perasaan anaknya sendiri sekarang. Ini semua salah Mama tau. Hiks, hiks, hiks. Ini semua salah kalian!!"
Cindy menangis sambil menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Rasanya sakit jika kita tidak salah tapi dituding melakukan kesalahan, dan apalagi yang melakukan itu adalah orang tua kita sendiri.
Suara mobil penuh dengan tangis Cindy. Sang ayah yang berusaha bersikap bodoh amat mendengar pertengkaran itu pun tidak bisa jika tidak melakukan apa-apa.
Ia memberikan sekotak tisu kepada Cindy, namun Cindy enggan menyambutnya. wanita itu malah menepis tangan ayahnya hingga kotak tisu tersebut terjatuh.
"CINDY KAMU INI APA-APAAN NAK!!"
"KENAPA KALIAN PEDULI SAMA CINDY?!! BARU SEKARANG KALIAN PEDULI, KEMARIN-KEMARIN KALIAN KE MANA? WAKTU CINDY DIBERI PENGHARGAAN KALIAN ADA?! NGGAK ADA, KAN? JADI NGGAK USA NYALAHIN CINDY TERUS!! CINDY CAPEK MA!!"
Pas Cindy selesai bicara mobil telah sampai di depan rumahnya. Kedua orang tuanya terdiam setelah mendengar seputar tentang mereka di mata Cindy. Melihat keterdiaman orang tuanya, Cindy tersenyum sinis lalu menyeka air matanya.
Ia membuka pintu mobil lalu keluar tanpa menyapa mau mau pun meninggalkan suara. Ia berjalan kencang dan bahkan tidak menghiraukan kakaknya yang memanggil-manggil keheranan namanya.
Tak lama setelah Cindy keluar dari dalam mobil, kedua orang tuanya pun ikut menyusul dan tampak Lisa sedang berlari mengejar Cindy.
"Ada apaan tu Pa dengan Cindy? Kenapa tuh anak? Ada masalah lagi di sekolah atau nggak naik kelas?"
Felix memijat batang hidungnya seraya menggeleng. Masalah ini lebih serius lagi dari masalah yang dipertanyakan Rey tersebut.
"Ini bukan saatnya untuk bertanya seperti itu Rey. Adek mu dalam bahaya. Bisa saja dia berlaku nekad. Cepat kita ke kamarnya, papa tidak ingin terjadi sesuatu kepada adik kamu itu Rey."
"Tapi Pa emang ada apaan sih....?"
Felix tidak menjawab Rey melainkan menarik tangan Rey untuk menuju kamarnya Cindy.
Balik lagi bersama Cindy, perempuan itu berlari sembari menaiki tangga dengan lincah menghindari kejaran dari Lisa ibunya.
Ia menarik napas banyak-banyak kala telah mencapai pintu kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar tersebut lalu menutup pintu dan menguncinya.
Cindy terduduk di belakang pintu sambil menangis. Ia memegang kepalanya frustrasi.
"Kenapa? Kenapa alur hidupku seperti ini Tuhan?! asalkan kau tau sakit rasanya Tuhan. Ya Allah, hambamu tidak akan bisa hidup begini. Hiks, hiks, hiks. Cuman Delon pria yang selalu ada untuk ku Ya Allah. Ku mohon kembalikan dia kepada ku ya Allah, hanya kau satu-satunya harapan ku saat ini "
Cindy menarik napas mendengar gedoran pintu dari luar. Ia tau jika yang melakukan itu orang tuanya bersama sang kakak.
"Cindy buka pintunya sayang!!! Mama ingin bicara dengan kamu!!"
"ENGGAK MA!! CINDY NGGAK MAU BICARA SAMA MAMA!!" ujar Cindy di balik pintu membalas ucapan ibunya itu.
"Nak ini Papa!!! Buka pintunya!!"
Cindy tidak menggubris teriakan dari orang tuanya. Ia beranjak dari duduknya lalu menyeka air mata. Perempuan itu melemparkan tas sekolahnya secara asal lalu memandang detail di setiap sudut kamarnya sendiri.
Menghela napas lalu sesaat kemudian yang dilakukannya adalah tertawa kencang terbahak-bahak. Rasanya terdengar mengerikan yang mana bisa saja jiwa Cindy telah terganggu. Cewek itu menyudahi tertawanya dan kembali menangis.
Tangannya mengepal melihat segala foto-fotonya bersama Delon. Mengingat Delon membuat ia semakin kesetanan. Yang dilakukan Cindy adalah menghancurkan semua foto-fotonya bersama Delon.
Ia melempar segala barang-barangnya yang terdapat di meja rias yang mana semua itu adalah pemberian dari Delon. Sementara orang tuanya bersama kakaknya menjerit histeris mendengar pecahan-pecahan benda dari dalam kamar Cindy.
Cindy menangis dan mengacak-ngacak kamarnya kemudian menghancurkan apa pun yang ia lihat. Ia ingin apa-pun yang berada dekat dengannya juga ikut hancur sama seperti dirinya yang juga sudah hancur berkeping-keping.
"NAK SUDAH!!! BERHENTI MELAKUKAN ITU NAK!!"
"CINDY BUKA PINTUNYA ATAU KAKAK DOBRAK DEK!!!"
"CINDY JANGAN NEKAT KAMU!!"
Cindy menatap pada pintu kamarnya lalu tersenyum masam. Rambut pendeknya telah acak-acakan persis seperti orang gila.
"KALIAN SEMUA MUNAFIK!! JAHAT!!! KALIAN SAMA DENGAN DELON YANG BOHONGIN JANJINYA SENDIRI BUAT SELALU BERSAMA DENGAN CINDY!! HIKS, HIKS. HA HA HA HA!!!" Cindy tertawa dengan lantang, "LEBIH BAIK AKU MATI DARI PADA HIDUP!! YAH LEBIH BAIK AKU MATI!!"
Orang-orang yang mendengar perkataan Cindy tadi langsung menegang dan cemas. Terutama Lisa yang langsung menangis.
"Pa lakuin sesuatu cepat dobrak pintunya sebelum terjadi apa-apa sama Cindy anak kita Pa." Lisa menatap ke arah anak sulungnya, "Kamu juga Rey! Kamu harus lakuin sesuatu Nak."
"Rey kita dobrak pintunya sama-sama."
"Baik Pa."
Cindy mendengar suara gertakan dari luar pintu kamarnya membuat seringaian wanita itu semakin jelas. Jiwanya sudah dikuasai Iblis dan bahkan ia tidak menyadari apa yang dilakukannya adalah salah.
Cindy menatap pada pecahan kaca di depannya. Ia memungut pecahan kaca itu lalu tersenyum misterius. Ia menatap ke atas lalu tiba-tiba saja ia menyayat tangannya yang dibagian urat nadi.
Darah begitu banyak mencuat keluar dari tangannya hingga Cindy pun terjatuh ke lantai. Sebelum menutup matanya ia mengatakan sesuatu dengan pelan.
"Aku ingin mati. Maafkan aku Ma, Pa, dan Delon, aku sudah lelah."
Brakkk
Lisa, Felix, dan Rey tidak bisa berkata apa-apa melihat bentuk kamar Cindy dan perempuan itu sendiri pingsan dengan darah bersimbah di sekitarnya.
"YA ALLAH CINDY!!" Ibunya Cindy langsung berlari dan memeluk Cindy.
"Rey kamu cepat telepon ambulan!"
"Baik Pa!!"
Rey lari mencari hendphone nya. Sedangkan Felix langsung menghampiri sang anak yang sudah tidak sadarkan diri lalu mengangkatnya.
"Pa cepat bawa Cindy ke rumah sakit!"
"Iya-iya Ma!"
Felix berlari dari kamar Cindy menuju ke teras luar. Lisa menyusul sang suami dari belakang.
_______
tbc
Mohon saran dan kritiknya. Jangan lupa vote atau like, dan komentar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!