NovelToon NovelToon

The Borders

Prolog – Awal Permulaan

"Elemen api! Panah Api!"

SRAAT!

SYUUT!

Sebuah panah elemen menembus tubuh asap hitam, membuat sesuatu yang di sebut Roh Kegelapan yang mengacaukan dunia manusia, di kegelapan malam hancur menjadi debu dan lenyap tanpa bersisa.

Mereka adalah orang-orang yang di sebut sebagai Kesatria Penjaga Batas. Orang-orang yang memiliki kemampuan spesial yang bisa melihat Roh Kegelapan, makhluk yang memakan kebencian manusia dan sifat-sifat negatif manusia yang akhirnya menjadi kuat karenanya.

The Borders Organization pemegang kendali atas para Kesatria Penjaga Batas. Mereka yang merekrut orang-orang berbakat dan bekerja di bawah bimbingan mereka. Telah berdiri selama ratusan tahun lamanya. Dan sudah menjaga kedamaian dua dunia agar tidak hancur karena ketidak seimbangan gelap dan terang.

"Halo... Tugasku sudah selesai di sini..." Ucap seorang pria berambut merah yang baru saja menyelesaikan tugasnya.

"Haaa, baiklah. Aku mengerti." Ia mematikan panggilan telepon dari atasannya. "Ini melelahkan tapi seru juga." Kemudian ia melesat terbang dengan naga merah raksasa yang disebut sebagai Roh Pelindung, roh yang mengikat kontrak dengan manusia, mereka terikat dan terhubung hidup dan mati.

.

.

.

"Oi Rigel!" panggil seorang pria muda, tapi sepertinya itu hanyalah penampilannya saja yang menipu.

"Luan si anak kecil ada di sini." Ucap Rigel mengejek.

"Siapa yang kau bilang anak kecil hah?!" emosinya langsung pada pria bernama Rigel.

"Kalian ini benar-benar berisik." Ucap seorang wanita dewasa dan terkesan dingin."

"Anna kau itu dingin sekali." Ucap pria yang terkesan hangat.

"Sepertinya kau belum pernah terkena sapuan sihir angin milik Anna, Chain. Kau gombal semua wanita." Ucap pria yang tampak akrab dengan Chain.

"Jangan kau panas-panasi dia Erphan." Chain berbisik. Jika Anna marah. Erphan dan Chain bisa-bisa menjadi korbannya.

"Sayang sekali Ketua tidak ikut malam ini." Ujar wanita berambut putih buka suara.

"Bisa-bisa ada keributan yang akan membuat kita semua tertekan jika dia ikut campur urusan lapangan sendiri." Ucap Luan bergidik ngeri.

Semuanya mengangguk mengerti.

"Hatsyii!" Pemuda yang sedang duduk di mejanya mengetik laporan akhirnya bersin. Kemudian dia menoleh ke kanan dan ke kiri merasa ada hal yang aneh. Kemudian mengangkat bahunya tidak perduli

.

.

.

ZRAAASH!

Seorang pria berjubah hitam menebas monster raksasa di kegelapan hutan di malam itu matanya tampak merah menyala dan pedang yang ia gunakan terlihat bercahaya putih terang mampu membuat tempat gelap itu mendapatkan cahaya.

"Cih! Berapa banyak lagi yang harus aku hadapi. Demi menghadapi dan menghabisi makhluk-makhluk hitam ini." Umpatnya mengibaskan pedang cahayanya. Di depan bahkan di sekelilingnya telah banyak roh-roh kegelapan mengepungnya.

.

.

.

"Malam ini mendung..." Gumam seorang wanita yang membawa tas belanjaannya. Wanita berambut hitam panjang itu merasakan hembusan angin yang dingin.

"Aku harus cepat-cepat kembali." Wanita itu langsung berlari pulang dengan cepat.

..................

Beberapa ratus tahun sebelumnya. Kala dunia di ambang kekacauan dan kehancuran. Kekuatan gelap mulai melahap cahaya sedikit demi sedikit dan akan menghancurkan dunia karenanya.

Semua itu karena dipengaruhi oleh dua kehidupan di dalamnya. Kehidupan di dalam Cahaya dan kehidupan di dalam Kegelapan. Penyeimbang kehidupan di dalam Cahaya adalah para Manusia di Bumi, dan penyeimbang kehidupan di dalam Kegelapan adalah sesuatu yang disebut bangsa Roh.

Selama berabad-abad terjadi peperangan dan pertumpahan darah di Dunia Manusia. Kehidupan di dalam Cahaya mulai meredup dan menimbulkan benih-benih kegelapan yang perlahan mulai menghancurkan kehidupan di Dunia Cahaya.

Dengan hilangnya keseimbangan dua dunia, dunia akan hancur. Bangsa Roh dari Dunia Kegelapan mulai menyadari keberadaan Dunia Cahaya, para Roh dengan instingnya mulai berambisi untuk menguasai Dunia Cahaya dan menjadikannya tempat mereka tinggal, lalu perlahan-lahan menghabisi makhluk-makhluk yang hidup di dalamnya.

Akibat hilangnya keseimbangan dua dunia ini, lahir sesuatu makhluk yang sangat besar. Seekor naga raksasa yang memegang gerbang perbatasan yang menghubungkan kedua dunia, bangsa manusia akhirnya menyebutnya sebagai The Borders atau Naga Perbatasan.

Awalnya makhluk itu seharusnya tidak terlihat oleh mata makhluk apapun, namun seiring bertambahnya kegelapan dalam hati manusia dari Dunia Cahaya. Naga raksasa itu akhirnya muncul pertama kali di mata seorang pria paru baya, baik hati.

Seorang yang sangat memperdulikan orang lain lebih dari dirinya sendiri, seseorang yang memiliki kemampuan spesial. Ia memang terlahir berbeda dari orang lain, dari awal sudah bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat.

Ia bisa melihat kebencian seseorang. Dan naga raksasa yang ia lihat itu sedang dalam keadaan akan dikuasai oleh kebencian dan kegelapan.

Dalam kasusnya, karena dianugerahi kemampuan yang hebat dan sangat berbeda dari orang lain. Ia bisa berinteraksi dengan makhluk raksasa itu, melalui batinnya. Karena makhluk itu pada dasarnya tidak berbicara seperti manusia.

Kemudian ia diberikan penglihatan. Jika ia membiarkan makhluk itu dikuasai oleh energi kegelapan dan kebencian, dunia yang ia tinggali sekarang akan hancur ditelan oleh kegelapan.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan dunia ini?" tanyanya agar bisa menyelamatkan dunia yang ia cintai dan bisa menyelamatkan semua orang.

Jika kau ingin menyelamatkan dirimu, korbankan dirimu untukku, dan berikan energi kehidupan milikmu dan nyawamu padaku, untuk menciptakan wujud kesadaranku.

Suara itu menggema dalam kepalanya, awalnya sang pria tidak mengerti karena ia bukanlah orang yang sehebat yang pernah ia bayangkan, tapi setelah mendapatkan gambaran ritualnya secara mendetail pria itu pun melakukan apa yang diminta sang Naga Perbatasan sesuai dengan arahannya demi menyelamatkan kedua dunia dan semua orang.

Istrinya yang juga seseorang yang baik hati merelakan pengorbanan suaminya, di kala ia tengah mengandung anaknya.

Apa kau yakin dengan hal ini, selain kau akan kehilangan nyawamu. Seluruh keturunanmu akan menanggung beban ini pula. Mereka semua akan ditakdirkan untuk menjaga perbatasan jika diperlukan, karena setelah semua ini dunia belum tentu akan aman, Kendrick.

Wasiat dari sang Naga Perbatasan, meskipun pria itu melakukan pengorbanan kedamaian belum tentu didapatkan. Karena hati manusia yang mudah berubah-ubah itu akan selalu mengundang kegelapan.

Tanpa berpikir panjang, Kendrick mengiyakan hal itu. Ia sangat meyakini anak cucunya kelak akan bisa menanggung beban yang ia berikan untuk menjaga ketentraman dunia yang ia cintai ini dan memulai ritual pengorbanannya.

Setelah itu Naga Perbatasan kehilangan semua pengetahuannya yang lama dan akan menjadi sosok baru dan wujudnya yang asli akan tertidur di dalam wujud sadarnya yang disebut Guardian.

Guardian yang tercipta sebagai wujud sadar Naga Perbatasan bertanggung jawab membesarkan anak keturunan dari keluarga pria yang sudah mengorbankan nyawanya demi menciptakan dirinya. Asal usul dari keluarga Kendrick yang menjaga keamanan dunia. Tujuan dari Guardian diciptakan adalah untuk menghentikan kegelapan mengendalikan The Borders.

...****************...

Setelah beratus-ratus tahun berlalu, Portal Perbatasan sering muncul di tempat yang berbeda tidak terkendali dan membawa masuk para Roh Kegelapan ke dunia manusia dan mengacaukannya.

Guardian sendiri tidak begitu mengerti itu di luar kemampuannya untuk mengendalikannya, meskipun ia sebenarnya wujud sadar asli dari Naga Perbatasan itu sendiri dan Portal Perbatasan adalah bagian dari dirinya.

The Borders yang asli. Naga itu sudah dalam keadaan setengah dari kesadarannya yang asli akibat pengaruh kegelapan.

Guardian juga perlahan-lahan mulai dilahap oleh kegelapan. Guardian diciptakan dengan hanya tahu harus menjaga kedamaian dua dunia.

.

.

.

Bangsa Roh dibagi menjadi dua kubu, Roh Kegelapan yang ingin menghancurkan dunia dan Roh Pelindung yang lebih membela manusia.

Roh Kegelapan tidak bisa berada di dunia manusia saat siang hari. Jika melakukannya mereka akan langsung lenyap terbakar sinar matahari. Kecuali, Roh Kegelapan yang sudah memakan banyak korban manusia dan sudah berubah menjadi kuat. Makanan Roh Kegelapan itu adalah manusia yang bisa sihir dan juga manusia biasa yang hatinya tertanam kegelapan.

Lalu, ada Roh Pelindung. Demi bisa bertahan hidup di dunia manusia, mereka pun menjalin kontrak hidup dan mati dengan manusia. Jika mereka menjalin kontrak ini, mereka bangsa roh yang terikat akan hidup bebas di dunia manusia tanpa harus membunuh manusia. Entah itu berkeliaran di siang hari ataupun malam hari.

Namun, syarat terbesarnya mereka tidak bisa berpisah jauh dari master mereka lebih dari dua belas jam dan jika itu terjadi mereka akan mati baik master ataupun roh yang mengikat kontrak bersama.

Mereka yang menjadi master dari Roh Pelindung adalah mereka-mereka yang terlahir spesial. Seharusnya mata manusia biasa tidak bisa melihat Roh Kegelapan, tapi mereka bisa melihat Roh Kegelapan. Manusia seperti ini juga mau tidak mau harus mengikat kontrak dengan Roh Pelindung atau tidak mereka akan mati dibunuh oleh Roh Kegelapan.

Bagian 1 – Orang Lemah

Seorang pria berumur kurang lebih 20 tahun berperawakan cukup tinggi dan tubuhnya tampak tidak begitu berisi dengan warna kulit tubuh tidak begitu putih. Dengan rambut hitam lurus namun sedikit berantakan, memiliki warna iris mata yang terlihat berwarna merah gelap mendekati hitam namun terlindungi oleh kacamata bening berbingkai hitam. Cukup tampan untuk pria seumuran dirinya.

Ia sedang sibuk mendata sebuah laporan yang sepertinya menumpuk di mejanya. Ia sangat fokus dengan apa yang ia kerjakan, sampai tidak menyadari seorang wanita yang sudah berdiri manis di hadapannya.

"Kashel hari ini data pribadi seseorang yang dikirim langsung dari Kantor Pusat akan datang, dan orang dalam data itu akan bergabung dalam Divisi Batas Senja." Ungkap seorang wanita menjelaskan pada pemuda yang terlihat sibuk itu.

Terlihat pria itu mendongak bingung, kacamatanya sudah tidak berada di wajahnya dengan benar.

"Hah?" bertanya balik dengan santai membenarkan kacamatanya. Seperti tidak mendengarkan ucapan rekannya, terlihat wajahnya sembab seperti orang kurang tidur.

Wanita itu memberikan berkas data pribadi dari orang baru yang akan bergabung."Apa ini? Untuk kali ini bisakah kau yang mengurusnya, Anna. Kumohon." Pintanya.

"Kita memiliki kesibukan masing-masing Kashel. Besok malam kita semua harus turun ke lapangan untuk menyelidiki kasus roh kegelapan yang baru-baru ini membuat keonaran di sebuah distrik kecil di pinggir kota Baltesam, dan kantor ini sedang kekurangan orang Kashel. Besok malam hanya kau seorang di sini." Jelas wanita yang bernama Anna kepada pemuda bernama Kashel.

"Aku ingin sekali membantumu, tapi sebagai ketua divisi ini kau harus bersikap tegas. Setidaknya penampilanmu besok harus sedikit rapi dari hari ini."

"Demi mencari muka pada Kantor Pusat agar divisi ini sedikit diperhatikan, ini keuntungan kita karena akan ada orang tambahan yang didatangkan.

"Kau tahu kan jika divisi ini sampai dibubarkan, kau akan dikembalikan ke Kantor Pusat dan jika kau tidak mau kau akan ikut dengan orang itu." Anna terus mengoceh.

"Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" Kashel berdiri semangat.

"Tapi aku benar-benar lelah. Kenapa laporannya sebanyak ini." Kashel terduduk di kursinya sambil bersandar kelelahan melihat dokumen yang menumpuk di mejanya.

Kashel tahu Kantor Pusat sengaja membuat divisi yang dipegang olehnya dibuat sangat menderita, agar Kashel menyerah dan membuat dirinya kembali ke Kantor Pusat, menuruti semua aturan di sana.

Namun orang-orang di divisi Kashel, orang-orang yang dianggap buangan oleh Kantor Pusat selalu melakukan pekerjaan dengan baik, jadi divisi itu mampu bertahan sampai sekarang.

Walaupun akhirnya pekerjaan mereka menjadi dua kali lipat lebih banyak. Setelah bertarung di lapangan mereka harus mengerjakan pekerjaan lainnya. Tapi mereka semua tidak pernah menyerah untuk mempertahankan divisi itu, demi kebebasan mereka.

"Kuharap orang baru itu mau menjadi bagian dari kita sepenuhnya. Tanpa dikendalikan oleh pusat dan menjadi pegawai tetap kantor ini." Harap Kashel.

Kashel senang ada anggota baru, tidak peduli itu mata-mata atau bukan intinya ia mendapatkan seorang pegawai baru.

"Biarkan aku yang urus masalah kantor, kalian cukup kerjakan pekerjaan kalian." Kashel berucap walaupun terlihat sedikit malas.

"Siap!" Anna pamit undur diri.

.

.

.

.

Jalan Wilayah Tengah Baltesam. Nomor 179. Terlihat seorang pria berjalan di tengah kegelapan malam.

Namaku adalah Kyler Lamont, dan roh pelindungku bernama Quirin. Kami bertemu saat aku diambang kematian, kebanyakan orang dengan kemampuan penglihatan roh jika mereka lemah mereka akan diincar oleh roh jahat untuk menjadi makanan mereka demi mendapatkan energi yang bisa membuat mereka bertahan di dunia manusia.

Di saat seluruh tubuhku sudah hampir mati, Quirin membagikan kehidupannya bersamaku dan memilihku sebagai masternya.

Quirin adalah Roh Pelindung bertipe kekuatan es, meskipun kami terikat satu sama lain aku tidak pernah merasa itu adalah sebuah kutukan.

Dia tetap menjadi teman terbaikku selama ini tidak pernah merasa terbebani olehnya, dan merasa jauh lebih kuat bersamanya. Bersamanya aku bisa melakukan apapun yang aku ingin kan.

Aku dikucilkan oleh para calon Kesatria Penjaga Batas karena dianggap lemah. Ya, mereka yang nyawanya diselamatkan oleh roh pelindungnya adalah orang lemah, begitulah cara dunia Perbatasan bekerja.

Sedangkan orang yang dipilih Roh Pelindung dan mengikat kontrak tanpa menyelamatkan nyawanya atau dalam kondisi  sedang sekarat adalah orang terpilih karena kekuatan sihir mereka yang besar.

Namun, aku membantah semua hal. Aku dan Quirin berjuang untuk menjadi yang terkuat dan mengalahkan para Kesatria Penjaga Batas yang meremehkanku, mereka yang menjadi master yang mengikat kontrak tanpa harus sekarat terlebih dulu.

Aku berhasil mendapat peringkat teratas dan pernah sekali menantang keluarga Kendirck selaku dari keturunan pemimpin Organisasi Penjaga Batas tempatku seharusnya bekerja, jika tidak mengalami pengusiran.

Akibat kekalahanku, aku dilemparkan ke divisi tak terurus untuk bertugas di sana. Sebuah divisi yang disebut divisi pelarian atau orang-orang yang membangkang dari peraturan Kantor Pusat, Divisi Batas Senja salah satu cabang dari Kantor Pusat.

Para pekerjanya tidak begitu banyak, namun cukup terkenal dalam melakukan pekerjaannya dengan baik, sebagai Kesatria Penjaga Batas demi keamanan kehidupan manusia. Sebagai orang yang memiliki kemampuan spesial, aku tidak pernah tahu kenapa divisi itu dicap sebagai buangan. Padahal reputasinya tidak cukup buruk bahkan terkesan baik. Aku disuruh untuk jadi mata-mata di sana.

Oh iya satu lagi, awalnya aku tidak mau bekerja sebagai pembasmi roh atau Kesatria Penjaga Batas. Tidak perduli dengan hal itu. Aku suka melakukan hal sesukaku.

Namun, tidak ada tempat tujuan bagi orang-orang sepertiku, orang-orang yang terikat dengan dunia Perbatasan. Mau tidak mau aku harus menjadi Kesatria Penjaga Batas jika menginginkan kebebasan yang aku inginkan.

Dengan menyelesaikan kekacauan di Gerbang Perbatasan dan membuat kedua dunia stabil, maka aku akan bisa memilih kebebasanku. Hanya itu yang dapat orang-orang seperti kami lakukan untuk mencapai kebebasan.

.

.

.

Divisi Batas Senja.

"Tidak ada orang, kemana semua orang?" gumam Kyler telah sampai di depan kantor itu.

Divisi Pelayanan Khusus Batas Senja, beroperasi dan aktif pada malam hari karena pada saat di kegelapan malam Roh Kegelapan biasanya menjalankan aksinya untuk membuat onar di dunia manusia.

Setelah masuk di dalam kantor itu, Kyler berdiri di depan sebuah ruangan dan ia mendapati seorang pria berkacamata sedang sibuk menulis laporan pekerjaannya dengan komputer. Tapi, ruangan itu tampaknya memiliki mantra pelindung yang tidak bisa dimasuki jika tidak meminta izin pada orang yang ada di dalamnya.

Kyler hanya bisa terdiam di depan pintu.

Mantra macam apa ini, batin Kyler. Quirin pun tidak bisa menembusnya ia terpental ketika mencoba menembus penghalang itu.

"Oh kau sudah datang rupanya, masuklah." Perintah orang yang berada di dalam, tiba-tiba penghalang itu menghilang.

"Maaf sebelumnya, di ruangan ini memang memiliki mantra pelindung yang hanya bisa dimasuki oleh pegawai di Divisi ini atau orang yang diizinkan masuk saja yang bisa lewat. Sedangkan di luar kantor ini memiliki pelindung yang hanya bisa di masuki manusia biasa dan juga orang-orang dari Kantor Pusat atau para Kesatria Penjaga Batas." Jelas seorang pria bernama Kashel.

"Baiklah aku mengerti, jadi di mana pemimpin divisi ini?" Kyler bertanya.

"Aku orangnya." Kashel langsung menjawab.

"Eee, ternyata kau orang yang lemah." Kyler memperhatikan tubuh Kashel dari atas sampai bawah, pemuda itu terlihat tidak kuat atau memiliki kekuatan sama sekali.

"Ya aku memang lemah, sangking lemahnya aku tidak bisa memilih duniaku sendiri." Kashel tidak menyangkalnya.

Apa maksudnya, batin Kyler.

"Baiklah tidak usah pedulikan ucapan barusan karena itu tidak penting, bisa perkenalkan namamu?" tanya Kashel, meskipun ia sudah tahu nama pegawai barunya itu. Ia hanya ingin memastikan.

"Namaku, Kyler Lamont dan ini Quirin roh pelindungku." Kashel terlihat kebingungan saat Kyler menunjuk Quirin.

"Jangan bilang kau tidak bisa melihatnya?!" terkejutnya.

"Ahh, itu benar jika menggunakan kacamata ini." Kashel menunjukkan kacamata yang digunakannya, ternyata kacamata itu dikhususkan untuk menutup mata batinnya.

"Ka-kau, ba-bagaimana bisa menjadi pemimpin. Orang seperti dirimu?!" Kyler tidak percaya.

"Oh, jadi kau tidak tahu. Kalo begitu baguslah." Kashel memahami, Kantor Pusat tidak menjelaskan tentang dirinya.

"Apanya yang bagus?" Kyler tidak paham.

"Sebenarnya aku bisa melihat, cuma karena kacamata ini aku jadi tidak bisa melihat. Aku hanya ingin terlihat normal saja sebenarnya." Kashel terlihat bangga dengan hal itu.

"Bagaimana mungkin orang selemah dirimu bisa menjadi pemimpin, kacamata itu seharusnya tidak berfungsi untuk orang kuat. Kau juga tidak punya roh pelindung. Bagaimana bisa kau jadi pemimpin?"

"Roh pelindung, sepertinya aku punya. Tapi, apakah dia termasuk Roh Pelindung?" Kashel terlihat berpikir tentang sesuatu.

"Tidak mungkin kau memiliki roh pelindung, karena Roh Pelindung dan masternya tidak bisa terpisah jauh lebih dari dua belas jam atau mereka akan mati dan itu berlaku bagi semua Kesatria Penjaga Batas.

"Aku tidak terima jika kau adalah pemimpin, orang selemah dirimu." Protes Kyler.

"Sudah aku katakan karena aku lemah aku tidak bisa menolak untuk menjadi pemimpin di sini, aku tidak bisa memilih kehidupanku sendiri."

"Aku akan menguji kemampuanmu. Quirin!" tidak perduli dengan ucapan Kashel, sekaligus tidak paham maksud dari orang yang akan menjadi ketuanya itu.

Kashel merasa akan ada yang menyerangnya tapi mantra pelindung miliknya sedang aktif. Dan kekuatan itu sepertinya terpental.

Anak ini, benar-benar seorang berandal rupanya pantas saja dikirim ke sini, pikir Kashel.

Menyadari kekuatan orang itu kuat, sekali serangan lagi mantra penghalang yang Kashel aktifkan untuk dirinya akan hancur. Kashel merasakan tekanan kuat di tubuhnya.

Haruskah aku melepaskan kacamataku, tidak-tidak aku harus cari cara lain dulu, Kashel memikirkan ide.

"Kau memiliki mantra pelindung?" Kyler menyadari jika Kashel memiliki mantra pelindung yang berbeda, mantra pelindung itu cukup kuat. Quirin yang spesial bahkan tidak bisa menembusnya.

"Sudahlah tidak sopan jika kau harus mengajak berkelahi seorang ketua di sini. Kau itu memang kuat aku akui hal itu. Lagi pula, meskipun aku pemimpin di sini kedudukan kita sama, ketua hanya gelar untukku tapi setelah bekerja aku kamu dan semua pegawai di tempat ini setara. Kau paham kan sekarang.

"Jika kau mau kau boleh saja tidak sopan santun padaku, tapi ketika menjalankan tugas kau tetap tidak boleh bermalas-malasan, meskipun kita sama kau akan menghadapi musuh yang sesuai dengan kemampuanmu dan hanya di situ kau harus menuruti atasanmu selebihnya kau boleh berlaku suka-sukamu. Ini semua demi kedamaian dunia manusia, dan agar tidak menimbulkan banyak kerugian untuk orang lain." Kashel mencoba menjelaskan.

"Cih! Aku tidak akan pernah mengikuti ucapanmu."

"Terserah kau saja, asal yang kau lakukan tidak membahayakan orang lain, anggota divisi ini atau dirimu sendiri kau boleh melakukan apapun sesukamu. Aku tidak perduli." Kashel keluar dari ruangannya. Ia tidak mau lagi jika sampai diserang oleh pelindung Kyler, Kashel menyadari penghalang di tubuhnya jadi melemah karena hal itu.

.

.

.

"Baiklah perkenalkan namaku Erza Kashel Kendrick, kau bisa memanggilku Kashel." Beberapa saat kemudian setelah mereka akhirnya berdamai.

"Pantas saja kau bisa menjadi pemimpin di sini, meskipun lemah rupanya kau keturunan Kendrick."

"Ya aku tidak bisa membantah kenyataan bahwa aku bagian dari keluarga Kendrick, aku juga tidak bisa memilih untuk menjalani kehidupan sendiri atau keinginan sendiri dan bukankah itu seperti sebuah kutukan." Tatap Kashel ke arah Kyler.

"…." Kyler tidak berkata apa-apa.

"Maaf karena aku sudah membicarakan omong kosong yang tidak akan ada gunanya juga, aku malah menjadi seperti orang yang tidak pernah bersyukur, maaf mungkin kau tersinggung karena kau mungkin penuh perjuangan untuk menjadi kuat." Kashel merasa bersalah.

"Aku akan membawamu berkeliling mengenali tempat ini. Ikuti aku." Kashel berbicara panjang lebar yang sebagian besar ucapannya sepertinya tidak dicerna baik oleh telinga Kyler.

"Ternyata kau orang yang banyak bicara ya, meskipun sebagian besar aku tidak paham dengan apa yang kau bicarakan."

"Sepertinya begitu," Kashel tersenyum kali ini menanggapinya.

"Tapi tetap saja, aku sangat penasaran dengan mantra pelindung milikmu itu mengapa begitu kuat. Jujur saja aku ingin mencoba menerobosnya sekali lagi. Kau tahu salah satu keistimewaan Quirin, yaitu anti terhadap mantra penghalang. Tapi bagaimana orang selemah dirimu mempunyai mantra penghalang sekuat itu."

"Quirin, serang dia sekali lagi!" perintah Kyler masih penasaran.

Kashel tidak tahu harus berbuat apa lagi, ia membuka kacamatanya sepertinya sudah sangat terlambat, serangan itu rupanya sudah hampir mengenai dirinya. Refleks Kashel hanya menutup wajahnya dengan lengannya. Berharap setelah ini tidak terjadi kejadian apa-apa, saat serangan itu mengenai dirinya.

Bagian 2 – Perselisihan

Kashel sudah memasrahkan diri dengan serangan yang akan menghampirinya.

DUAR!

Sebuah ledakan terjadinya di dalam ruangan beruntungnya tidak begitu membuat kerusakan yang besar. Hanya suara yang keras, dan membuat barang-barang di kantor itu menjadi berantakan.

Setelah menyadari tidak terjadi apa-apa pada dirinya Kashel menjauhkan tangannya dari wajahnya.

"Brengsek, apa yang ingin kau lakukan pada ketua!" seorang pria sudah berdiri di hadapan Kashel menghalau serangan barusan dengan bantuan roh pelindung miliknya.

"Buat apa kau melindungi orang lemah itu?" tanyanya menunjuk Kashel yang memasang wajah terkejutnya karena melihat kantornya yang menjadi berantakan, mungkin melebihi rasa yang akan ia rasakan ketika terkena serangan tadi secara langsung.

"Kau tidak tahu apa-apa, jangan coba-coba menyerangnya seenak jidatmu seperti itu. Jika kau tetap ingin melakukannya hadapi dulu aku." Pria itu terlihat marah.

"Hoo, baiklah kalau begitu." Kyler merasa tertantang.

"Aku tidak akan membiarkan kau membuat kekacauan dengan menyerang Kashel!" pria itu juga siap dalam posisi menyerang.

Dan kekuatan mereka akan beradu, api dan es.

"Hentikan, Rigel, Kyler. Jangan berkelahi di sini. Apa kalian benar-benar ingin menghancurkan kantor ini!" Kashel berdiri di tengah-tengah mereka menghalau keributan itu.

"Astaga orang-orang bar-bar ini," Kashel memijat jidatnya. Bisa-bisa karena ulah kedua orang itu divisi ini benar-benar dibubarkan karena kantornya hancur. "Paling tidak kalo mau berkelahi itu di luar sana!" Kashel akhirnya berteriak merasa kesal karena akibat ledakan tadi kantornya jadi berantakan.

Kalo sudah begini mana ada yang mau merapikannya, pikir Kashel memasang wajah sedih.

Ia sudah lelah, tambah lelah lagi. Karena mau tidak mau dia yang akan merapikan kantor tersebut setelah keributan itu berakhir.

"Rigel mengalah saja, dia orang baru disini. Kamu seniornya jadi harus menunjukan hal yang baik juga untuk juniormu." Perintah Kashel, Rigel langsung mendengarkan ucapan Kashel.

"Kau dengar apa yang dikatakan Kashel, aku tidak akan bertarung denganmu. Anak baru." Sinis Rigel.

"Cih, kau pikir aku perduli!" Kyler membuang mukanya.

"Berandalan ini!" Rigel masih tertantang rupanya.

"Cukup Rigel biarkan saja dia." Kashel menghentikan Rigel.

"Kau akan tahu akibatnya jika sudah tahu siapa sebenarnya Kashel dan aku yakin kau akan menyesali perbuatanmu." Rigel memandang tajam Kyler.

"Memang aku perduli, apa yang menakutkan dari orang lemah seperti dia."

"Kau tidak tahu jika Kashel ad –"

"Rigel!" Kashel sudah kesal dan menghentikan pertengkaran mereka.

"Baiklah Kashel, aku dengar."

"Kyler jika kau mau bekerja di sini silahkan dan harap patuhi peraturan di kantor ini, dan jika tidak harap lapor ke Kantor Pusat." Tegas Kashel, ia tidak akan membiarkan ada orang yang menghancurkan tempat ini hanya karena keegoisannya.

"Lebih baik aku bekerja di sini, karena di sini tidak ada orang yang lebih kuat dibandingkan aku." Sombong Kyler.

Rigel memasang wajah kesal mendengar itu, dan Kashel menatapinya. Setelah itu Rigel merubah ekspresinya menjadi biasa seperti sebelumnya.

"Rigel, bagaimana bisa kamu ada di sini. Bukankah kau seharusnya pergi ke lokasi kekacauan?"

"Kami tidak bisa membiarkan dirimu sendirian di saat ada orang asing yang datang. Meskipun pekerjaan itu menjadi lebih berat karena kekurangan orang." Rigel berucap menjelaskan.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri, kau tidak perlu khawatir dan seharusnya melakukan tugasmu dengan baik." Ujar Kashel menyakinkan Rigel bahwa dia tidak perlu khawatir, lagi pula Kashel sudah dewasa.

"Kami tidak bisa melakukan hal itu Kashel, akhir-akhir ini Portal Perbatasan muncul secara menggila, dan kami tidak bisa membiarkanmu sendirian yang bisa saja terancam bahaya. Kami tidak ingin kau terluka." Jelas Rigel tetap tidak yakin Kashel bisa ditinggalkan sendirian ketika ada orang asing yang datang ke kantornya, meskipun ke depannya ia akan menjadi pegawai di sana.

"Terserah kau saja." Kata Kashel tidak mau tahu lagi. Pada akhirnya Kashel menganggap teman-temannya takut Kashel terluka karena orang itu.

"Kashel kami semua sejujurnya benar-benar tidak ingin kau terluka karena tidak akan ada ketua sebaik dirimu, bukan karena takut orang itu." Lirih Rigel seolah bisa membaca isi hati Kashel.

"Meskipun tetap saja kami tidak memungkiri bahwa kami semua takut dengan dia, tapi untuk ketulusan kami menjagamu itu benar-benar nyata. Kami semua benar-benar tidak ingin kau terluka." Jelas Rigel.

Kashel tertawa setelah itu apapun itu alasannya, Kashel tetap senang bahwa ada orang-orang tulus yang mau menjadi teman-temannya tanpa keinginan apapun. Setelah semua yang pernah terjadi padanya dulu.

Meskipun gelar ketua, Kashel di kantor ini kerjaannya seperti seorang pembantu. Bersih-bersih, memasak makanan dan membuat laporan. Terlebih akhir-akhir ini ia jarang turun ke lapangan atau bahkan tidak sama sekali karena situasi yang tidak begitu aman untuknya untuk melakukan pekerjaan lapangan. Karena bisa saja turunnya Kashel ke lapangan pekerjaan mereka hanya akan menambah masalah.

.

.

.

"Mau pilih ruangan kerjamu?" tanya Kashel menyelesaikan pertengkaran mereka, dan melanjutkan urusannya yang belum selesai dengan Kyler.

Ia menyudahi percakapannya dengan Rigel, sedangkan Kyler tadi ia sibuk sendiri sembari melihat-lihat kantor dua lantai yang cukup luas itu tidak mendengarkan percakapan Rigel dan Kashel.

.

.

.

Setelah melihat seluruh ruangan dan menjelaskan fungsi-fungsinya tibalah Kashel memperkenalkan ruang kerjanya.

"Aku ingin ruangan ini, tempat ini bagus dan nyaman." Menunjuk ruangan Kashel, sebagai ruang kerjanya nanti. Ia tertarik dengan ruang kerja Kashel yang luas dan cukup rapi. Berbeda dari ruangan lain yang meja kerjanya saling berdekatan namun tidak sempit lalu ada beberapa meja yang terlihat tidak rapi.

Kantor mereka sama halnya seperti kantor-kantor biasa pada umumnya, dan tentu saja ruangan milik pemimpin sudah pasti berbeda dari ruangan pegawainya. Hanya saja pekerjaan yang mereka kerjakan berbeda dari pekerjaan manusia biasa.

"Aku ingin tempat ini sendiri." Kyler melanjutkan ucapannya lagi.

"Astaga orang ini benar-benar ngelunjak rupanya." Gumam Rigel kesal mengepalkan tinjunya.

"Rigel apa kau mau  berada di ruangan ini juga satu ruangan denganku. Tidak apa-apa silahkan." Kashel menawarkan ruangannya, meskipun diisi banyak orang ruangan itu tetaplah luas.

"Tidak Kashel lebih baik aku bergabung dengan yang lainnya saja." Tolak Rigel langsung tidak ingin, entah apa yang membuatnya enggan. Meskipun ruangan itu luas dan bagus.

"Oke baiklah kalau begitu, makanya kau tidak perlu protes tentang kemauan Kyler, dia bebas memilih." Rigel yang mendengar ucapan Kashel hanya menarik nafasnya.

"Untuk Kyler maafkan aku, tapi ruangan ini, aku tidak bisa meninggalkannya dan lalu pindah di ruang lainnya. Mau tidak mau kau harus satu ruangan denganku di sini, meskipun itu mungkin tidak akan membuatmu nyaman." Kashel menjelaskan.

"Oh oke, tidak apa-apa lagi pula tempat ini cukup luas untuk dua orang atau lebih pun." Karena senang tampaknya Rigel tidak banyak protes dengan peraturan Kashel.

Kapan lagi coba, aku bisa mengerjai salah satu keluarga Kendrick dan mendapatkan ruang kerja sebagus ruangan ini, batin Kyler.

Kyler sepertinya masih menyimpan dendam dengan keluarga Kendrick. Sedangkan Kashel, wajahnya terlihat begitu berbinar sekarang, ia senang. Sedangkan Rigel, ia merasa kasihan pada Kyler tapi ia tidak bisa memungkiri kekesalan dan membiarkan agar pemuda itu kapok dengan tingkahnya sendiri.

"Baiklah, selamat mulai besok malam kau adalah pegawai baru di tempat ini." Mereka akhirnya saling berjabat tangan menyetujui semuanya tampaknya Kyler sudah lupa dengan tantangannya yang ingin menyerang Kashel barusan.

"Besok kau juga akan berkenalan dengan pegawai-pegawai lainnya. Untuk malam ini mereka sedang sibuk dengan pekerjaan mereka, karena portal perbatasan akhir-akhir ini sangat tidak terkendali." Jelas Kashel.

"Dan perkenalkan orang ini bernama Rigel, semoga kalian bisa akrab. Rigel anak ini namanya Kyler, jadilah senior yang baik." Pinta Kashel sembari saling mengenalkan mereka satu sama lain, meskipun tidak ada tanda-tanda keakraban di wajah mereka.

"Oh ya dan satu lagi, di ruangan ini sebenarnya ada satu orang lagi. Jadi bukan hanya kita berdua. Umm, maksudku bertiga. Tapi saat ini orang satunya sedang tidak berada di kantor ini dan entah sampai kapan dia akan kembali." Kashel lupa tentang keberadaan Quirin sebelumnya jadi kemudian menambahkan kata tiga.

"Kuharap dia tidak kembali sekalian." Gumam Kashel bersemangat tapi tidak didengar oleh Kyler pria itu hanya menatap heran tingkah aneh Kashel, Rigel yang mendengarnya hanya memasang wajah datarnya dan pasrah melihat tingkah Kashel, tidak ingin ikut campur hal itu.

"Ternyata masih ada satu orang." Kyler penasaran dengan orang yang satu ruangan dengan Kashel. Lebih tepatnya penasaran dengan kemampuan orang itu. Kyler berencana menantang duel teman-teman kerjanya.

.

.

.

Keesokan harinya ...

Terlihat Kashel tengah tertidur di meja kerjanya sepertinya kelelahan karena bergadang menyelesaikan pekerjaannya.

Terlihat di meja lain di sudut ruangan, ada Kyler juga yang tengah tertidur di sana sejak tadi malam. Sepertinya mereka berdua tidak pindah ke dalam kamarnya sendiri. Semua orang yang bekerja di kantor itu mendapatkan fasilitas tempat tinggal. Sebagai kesatria penjaga batas ada kamar tersendiri untuk mereka di antara bangunan kantor itu.

Mereka juga dapat jatah makan, hanya saja di kantor batas senja ini. Mereka hanya diberikan bahan-bahannya saja, jika ingin makan mereka harus memasaknya sendiri.

Sebagai kantor yang dicap buangan, mereka tidak diberikan fasilitas koki. Tidak boleh sembarangan orang bekerja di situ tanpa izin dari Kantor Pusat.

Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita seumuran Kashel masuk ke dalam. Gadis ini sepertinya pengecualian dari aturan yang tertulis untuk kantor itu.

Ia tidak permisi, masuk dengan sesuka hatinya. Di tangan kanannya ia membawa sebuah kotak bekal makanan. Ia menghampiri Kashel yang tengah tertidur dan menyentuh pipinya pelan.

"Kashel bangun, sudah pagi. Waktunya sarapan." Bisiknya di telinga Kashel.

"Bentar lagi sayang, masih mau peluk kamu. Hehehe." Kashel mengigau tidak jelas.

"Ekhm!" suara perempuan itu terdengar nyaring. Sampai-sampai membangunkan Kyler yang berada di sudut ruangan.

Kashel pun juga terbangun. "Mimpi mu indah sekali sepertinya." Ucap gadis itu dengan nada sedikit tinggu.

"Hehehe, apa aku masih bermimpi. Sayang!" perempuan itu mendorong wajah Kashel menjauh.

"Ini bukan mimpi kau tahu, ini aku Grizelle yang nyata. Sudah pagi, bangunlah dan sarapan!" Wanita itu akhirnya berkata dengan suara nyaring.

"Uwaa!" Kashel kaget sendiri tiba-tiba berdiri.

"Kapan kau sampai di sini?" tanya masih terkejut.

"Baru saja, oh iya aku membuatkan bekal untukmu." Grizelle memberikan bekal buatannya tidak terlalu ingin basa-basi, membahas keributan tadi.

Kashel terlihat bersemangat sekali, ia juga langsung melupakan kejadian barusan dan mengambil kotak bekal yang dibuatkan kekasihnya. Grizelle bukanlah wanita yang biasa memasak asal-asalan untuk kekasihnya. Ia cukup ahli dalam memasak dan masakannya sesuai dengan lidah Kashel, lebih tepatnya Kashel suka semua masakan Grizelle.

Di sudut ruangan terlihat seorang jomblo yang iri melihat kemesraan Kashel dan Grizelle. Kemudian ia ingin mengerjai kedua sejoli itu dengan meminta bantuan Quirin tapi tidak berhasil karena Grizelle ternyata benar-benar seorang wanita normal yang tidak bisa merasakan keberadaan para roh. Kashel yang menyadarinya menatap Kyler dengan pandangan mengejek. Akhirnya, pandangan Grizelle berhasil teralihkan saat Quirin menjatuhkan buku-buku yang ada di rak.

"Oh astaga, aku baru sadar jika ada seseorang di situ." Grizelle malu sendiri.

"Aku tidak menyangka akhirnya ada seorang yang mau satu ruangan dengan Kashel," Grizelle tampak semangat senang. Dan Kashel hanya menanggapinya tertawa.

Apa anehnya coba satu ruangan dengannya, meskipun dia memiliki sesuatu yang menakutkan aku tidak perduli, batin Kyler.

"Oh ya aku lupa memperkenalkan dirimu padanya Grizelle. Dia Kyler Lamont, pegawai baru di sini."

"Pegawai baru ternyata." Ucap Grizelle.

"Dan ini Faunia Grizelle. Dia kekasihku." Ucap Kashel sambil merangkul bahu Grizelle.

"Lagipula aku tidak akan mau dengan wanita itu meskipun dia menyatakan cintanya padaku dan berpaling darimu." Ucap Kyler percaya diri.

"Maaf sebelumnya, tapi semenjak pertama melihatmu aku pun tidak tertarik denganmu. Aku tidak akan pernah berpaling dari Kashel." Grizelle mendekatkan dirinya pada Kashel.

"Kashel pria itu mengesalkan aku ingin meninju wajahnya." Bisik Grizelle ke Kashel.

"Kau itu perempuan Zelle, jangan pernah bertingkah seperti itu. Meskipun kau kuat sekalipun."

"Hmm, aku hanya kesal saja tidak akan melakukannya kok," katanya sambil tersenyum pada Kashel.

"Oh iya aku harus segera kembali. Ada pekerjaan yang harus kulakukan." Grizelle pamit pergi, wanita itu terkadang memang suka mengunjungi Kashel ketika Kashel tidak bisa mengunjunginya, meskipun ia datang hanya sebentar saja.

"Selamat tinggal!" Grizelle melambai pergi setelah Kashel mencium keningnya.

Grizelle membuang wajah saat bertatapan dengan Kyler. Sepertinya pertemuan pertama mereka sungguh tidak menyenangkan.

"Cih!" Ketus Kyler.

.

.

.

Akhirnya satu persatu pegawai kantor itu pulang dari tugas mereka.

"Ahh! Aku lelah sekali. Aku akan tidur setelah ini." Ia bernama Chain, berbeda dari yang lainnya. Chain bersama roh pelindungnya Bow memiliki tipe elemen ganda ia bisa menggunakan elemen petir dan angin secara bersamaan. Dan tentu saja itu gampang menguras energi spiritualnya, membuatnya mudah kelelahan.

"Duh, menyebalkan mataku akan berkantung setelah tidak tidur semalaman." Keluh Anna Kirania yang memiliki roh pelindung bernama Penrad dengan kekuatan elemen angin.

"Bagaimana bisa roh kegelapan itu selincah itu, buang-buang waktu saja." Sesal Erphan yang memiliki roh pelindung bernama Quart berkekuatan tanah.

"Aku lapar ingin makan." Rintih Luan dengan didampingi roh pelindungnya Healer, tugasnya adalah menyembuhkan orang-orang yang terluka sehingga hal itu membuat energinya terkuras karena harus memberikannya pada orang-orang dan akhirnya mudah membuatnya kelaparan.

"Kuharap besok malam tidak ada kekacauan yang terjadi, aku ingin santai." Lirih Freda seorang gadis yang tidak memiliki kemampuan elemen dasar. Namun ia adalah pengguna kekuatan ilusi dan mampu menciptakan bayangan lalu ia jadikan senjatanya merubah wujud bayangan menjadi binatang buas untuk mengalahkan musuhnya. Roh pelindungnya bernama Shadow.

Kashel hanya bisa menanggapi mereka semua dengan tatapan iba. Seraya mengasihani dirinya sendiri yang juga diberikan tumpukan dokumen laporan.

"Kashel kami mempercayakan sisanya padamu, kami ingin istirahat dulu." Ucap Rigel Gibson pemiliki kekuatan tipe elemen api dan memiliki roh pelindungnya bernama Brandon.

"Hei Rigel bahkan semalam kau tidak turun ke lapangan, untuk apa kau beristirahat juga." Kashel memprotes kelakuan Rigel barusan, dan pria itu hanya tersenyum menanggapi Kashel sambil kabur melambaikan tangan.

"Dasar!" Kashel menyandarkan dirinya ke kursinya ia senang telah bisa memiliki banyak teman seperti sekarang.

Sebenarnya kisah kehidupan Kashel yang sekarang memiliki awal yang cukup panjang untuk dijelaskan. Sampai akhirnya Kashel sedikit mendapatkan kehidupan yang ia inginkan. Dan tentu saja akan ada perjalanan panjang ke depannya tentang takdir yang sedang menantinya. Di antara mereka semua orang yang telah kembali, hanya tinggal satu orang lagi yang belum kembali ke kantor itu, seseorang yang Kashel sebenarnya tidak juga harapkan datang kembali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!