Lagi-Lagi mobil itu berhenti, seorang pemuda akan memperhatikan dirinya dari jauh. Itu pemandangan yang sudah biasa Cristal dapatkan ketika dia menyiram bunga di halaman rumah saat sore hari.
Pemuda itu tidak bergeming, hanya diam di mobil tapi matanya tidak lepas darinya sampai membuat wanita bernama Cristal Aaron masuk ke dalam karena dia takut. Pemuda itu juga pergi setelah dia berada di dalam, entah apa yang diinginkan oleh pemuda itu tapi dia rasa pemuda itu adalah salah satu orang yang hendak menagih hutang padanya.
Cristal Aaron adalah seorang janda berusia dua puluh tujuh tahun yang ditinggal pergi oleh suaminya. Tidak saja ditinggal pergi, tapi kepergian suaminya juga meninggalkan setumpuk hutang yang harus dia lunasi. Tidak itu saja, dia harus berjuang mati-matian menghidupi putrinya yang berusia tiga tahun juga ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Belum lagi dia harus membayar uang sewa rumah yang cukup tinggi karena rumah yang ditingalkan oleh sang suami sudah dia jual untuk melunasi hutang namun semua itu belum cukup. Sebab itu dia khawatir pemuda yang selalu melihatnya adalah penagih hutang karena suaminya berhutang dengan banyak orang.
Entah untuk apa uangnya, dia tidak tahu. Saat kepergian sang suami dia justru dikejutkan oleh orang-orang yang datang untuk menagih hutang. Hal itu membuat Cristal harus menguras semua isi tabungannya namun semua itu belum juga bisa melunasi hutangnya.
Tidak ada jalan yang bisa dia ambil selain menjadi penari striptis. Pekerjaan itu ditawarkan oleh salah satu sahabatnya. Gaji yang cukup tinggi membuatnya melakukan pekerjaan memalukan itu walau dia harus mempertontonkan bentuk tubuhnya namun pekerjaan itu lebih baik dari pada dia harus menjadi seorang pela**cur yang menjajakan tubuhnya.
Cristal berdiri di depan jendela, melihat mobil yang dibawa oleh pemuda itu pergi. Dia sangat berharap pemuda itu bukan penguntit atau penagih hutang yang selalu mengintai apalagi pemuda itu selalu lewat depan rumahnya setiap sore kecuali akhir pekan.
Napas lega dihembuskan, Cristal melangkah masuk ke kamar putrinya di mana putrinya sedang bermain dengan ibu mertuanya. Semoga saja pemuda aneh itu tidak datang lagi karena dia takut.
Senyum terukir di bibir ketika melihat putrinya tertawa, apa pun akan dia lakukan agar tawa itu tidak hilang. Dia tahu hidup itu berat, dia tahu dia harus berjuang oleh sebab itu dia akan berjuang selama dia memiliki kemampuan.
"Mommy," putri manis yang dia beri nama Angela memanggilnya karena dia hanya berdiri di depan pintu.
"Hm, apa yang sedang kau mainkan, Sayang?" Cristal mendekati putrinya dan duduk di sisinya.
"Aku sedang membuat boneka dengan Nenek," jawab Angela seraya memberikan boneka yang dia buat dengan neneknya.
"Wah... ini sangat bagus, Sayang," pujinya.
"Cristal, obat Mommy sudah habis. Apakah setelah pulang bekerja kau bisa membelikannya?" tanya ibu mertuanya.
"Tentu saja bisa, Mom. Aku akan membelikan obat untuk Mommy terlebih dahulu sebelum pekerjaanku dimulai," ucapnya seraya tersenyum.
Agar ibu mertua dan putrinya tidak tahu jika dia bekerja sebagai seorang penari striptis maka Cristal membohongi mereka jika dia bekerja di bar sebagai seorang pramu saji. Jangan sampai mereka tahu karena dia bisa menebak jika mereka akan kecewa dengannya.
"Apa kau punya uangnya, Cristal?" tanya ibu mertuanya.
"Tentu saja ada, Mom. Tidak perlu khawatir," Cristal tersenyum. Dia tidak boleh membuat ibu mertuanya khawatir akan hal itu karena penyakit ibu mertuanya bisa kambuh. Jika hal itu terjadi, dia akan kembali mengalami kesulitan keuangan dan dia yakin dia tidak akan sanggup membayar biaya rumah sakit nantinya.
"Aku sedikit lega mendengarnya, maafkan kami yang hanya mempersulit hidupmu," ucap ibu mertuanya. Seandainya putranya tidak meninggalkan hutang yang begitu banyak, maka Cristal tidak akan mengalami kesulitan seperti itu.
"Sudahlah, Mom. Tidak perlu dibahas, aku mau bersiap-siap pergi bekerja," Cristal beranjak, dia tidak akan menyalahkan siapa pun karena dia tahu, tidak ada yang mudah di dunia ini. Dia hanya bisa berjuang dan berharap kehidupan mereka menjadi lebih baik namun uang 60 dolar yang dia miliki membuat Cristal harus menghembuskan napas beratnya.
Beli obat untuk ibu mertuanya mungkin akan menghabiskan dua puluh dolar, uang yang tersisa tinggal sedikit. Semoga saja malam ini dia mendapatkan tip besar dari tamu yang baik hati.
Cristal segera bergegas, dia memang bekerja malam namun dia pergi lebih awal. Selain harus membeli obat, dia juga tidak mau ibu mertuanya curiga. Setelah rapi, Cristal pamit pergi pada putri dan juga ibu mertuanya. Halte bus menjadi tujuan, dia tidak tahu jika pemuda yang selalu memperhatikan dirinya setiap sore berada tidak jauh darinya.
Pemuda itu adalah Gail Bernard. Gail berusia 33 tahun dan dia adalah mantan mafia yang memilih hidup sebagai pemuda biasa. Selama bertahun-tahun menjadi tangan kanan seorang bos mafia membuat Gail bosan dengan kehidupannya. Kekerasan, pembunuhan selalu mewarnai hidupnya sebab itu Gail ingin hidup normal sampai akhirnya dia menjadi seorang asisten dari seorang penggusaha muda yang secara kebetulan bertemu dengannya dan menolongnya saat dia berada diambang kematian.
Hari ini Gail sengaja tidak pergi seperti yang biasa dia lakukan, dia ingin tahu ke mana Cristal pergi karena dia memang ingin tahu semua tentang wanita itu. Saat dia menjadi tangan kanan mafia, dia dibentuk untuk tidak mengenal cinta, dia dibentuk untuk menjadi pria kejam tanpa perasaan tapi wanita itu, sudah mencuri hatinya.
Dia masih ingat pertemuan pertama mereka, saat itu dia mendapat tugas untuk membeli sesuatu. Tanpa sengaja dia melihat Cristal sedang melarikan diri dari kejaran orang-orang dan memang saat itu, Cristal melarikan diri dari penagih hutang yang tiba-tiba menemukan dirinya.
Sesungguhnya itu hanya pertemuan biasa namun dia tidak menduga dia akan bertemu dengan wanita itu lagi dan melihatnya sedang menyiram bunga. Dari sana dia mulai mendatangi kompleks perumahaan itu setiap sore untuk melihat Cristal dan tanpa dia inginkan sesuatu tumbuh di hatinya.
Gail yang tidak tahu perasaan apa itu mulai mencari tahu dan pada akhirnya dia menyadari jika dia sudah jatuh cinta. Tentu dia tidak menginginkan perasaan yang muncul secara tiba-tiba tapi dia juga tidak bisa menghentikan perasaan itu apalagi dia tidak bisa menghentikan dirinya selalu datang hanya untuk melihat wanita yang telah membuatnya merasakan sesuatu getaran aneh di hati.
Dia seperti seorang penguntit yang setelah melihat lalu pergi namun hari ini dia sudah bertekad untuk tahu lebih banyak tentang Cristal. Oleh sebab itulah dia mengikuti bus yang ditumpangi oleh Cristal dan menunggu wanita itu saat Cristal membeli obat untuk ibu mertuanya.
Gail menghentikan mobilnya agak jauh agar Cristal tidak tahu, dia kembali mengikuti saat Cristal kembali naik ke bus yang akan membawanya ke club malam di mana dia akan bekerja hari ini.
Gail masih mengikuti namun dia terkejut saat Cristal masuk ke dalam club malam. Gail diam dan berpikir, apa dia sudah jatuh cinta pada wanita yang salah?
Cristal sudah menukar pakaiannya, tentunya yang dia kenakan saat ini adalah pakaian seksi berupa bikini berwarna merah. Setiap kali dia mengenakan pakaian seperti itu, rasanya harga dirinya hancur namun karena himpitan ekonomi membuatnya tidak memiliki pilihan lain. Rasanya enggan namun jika mengingat putrinya, ibu mertua yang sakit-sakitan dan hutang-hutang yang ditinggalkan oleh suaminya membuat dirinya tahu jika dia tidak memiliki pilihan.
Sebentar lagi dia akan memulai pekerjaan itu dengan beberapa rekan-rekannya. Biasanya mereka akan menari berkelompok di panggung yang sudah tersedia tapi terkadang tidak.
Malam ini, dia harus menari di sebuah tiang yang ada di atas sebuah meja sesuai dengan permintaan tamu. Tamu yang memintanya melakukan hal itu biasanya akan membayar lebih mahal dan tentunya banyak tamu yang meminta para penari melakukan hal itu. Bahkan tak ayal rekan-rekannya bisa diajak tidur tapi sampai sekarang, Cristal tidak mau mengikuti jejak rekan kerjanya walau sesungguhnya cara itu lebih cepat mendapatkan uang.
Walau dia harus mempertontonkan tubuhnya namun dia tidak sudi ada yang menyentuh tubuhnya. Setidaknya dia harus mempertahankan harga diri terakhir yang dia miliki. Dia tahu hidup itu berat, dia tidak sedang berada di negeri dongeng yang akan bertemu dengan pangeran tampan dan kaya lalu hidup bahagia.
Dia harus berjuang untuk bertahan hidup apalagi di kota besar seperti Amerika. Uang tidak akan didapat secara instan jika tidak berusaha bahkan Cinderela harus hidup menderita terlebih dahulu sebelum bahagia.
Waktunya sudah tiba, para penari mulai dipanggil keluar untuk menghibur tamu. Khusus malam ini, Cristal tidak berbaur dengan temannya. Dia dibawa ke sebuah meja di mana seorang pria yang terlihat menakutkan sudah menunggunya.
Mata pria itu tidak lepas darinya, tentunya hal itu membuat Cristal menelan ludah. Dia baru pertama kali melihat pria itu tapi tidak untuk pria yang terlihat sangat menakutkan itu. Dia adalah tamu exclusive di club itu, dia sudah memperhatikan Cristal sejak lama karena hanya Cristal satu-satunya penari striptis yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Pria itu adalah Lucius seorang mafia berbahaya yang sudah berkecimpung di dunia kejahatan selama bertahun-tahun. Selama ini dia datang ke club malam itu untuk minum atau untuk melakukan bisnis gelap namun kehadiran Cristal menarik perhatiannya apalagi sampai sekarang wanita itu menolak setiap ada pria yang ingin membeli Cristal untuk menikmati tubuhnya.
Cristal naik ke atas meja, dia akan menari di sebuah tiang yang sudah tersedia. Mata Lucius tidak berpaling darinya, pria berbahaya itu bahkan meneguk ludah dengan kasar saat Cristal mulai meliukkan tubuhnya di tiang.
Walau dia sudah memiliki seorang putri, namun tubuhnya tidak kalah seksi dengan penari yang ada di sana. Cristal terus menari mengikuti irama musik, demi uang dia harus membuang harga diri yang ada. Dia bahkan menggoda Lucius dan meletakkan ujung sepatu high heel berwarna merahnya ke dagu pria itu lalu kembali menari. Dia harus melakukan hal itu untuk menyenangkan tamu. Semoga saja dia mendapatkan tips malam ini karena uang yang dia miliki tidak bisa bertahan sampai dua hari ke depan.
Lucius tidak tahan lagi, dia menginginkan wanita itu. Beberapa uang diambil dan diletakkan di atas meja, mata tajamnya kembali menatap ke arah Cristal.
"Uang ini jadi milikmu jika kau membuka bagian atas!" ucapnya.
Mata Cristal tertuju pada uang dolar yang ada di atas meja, uang itu akan jadi miliknya jika dia membuka pakain bagian atas. Tidak jadi soal, dia sudah pernah melakukannya.
Cristal tersenyum, harga diri sudah tidak ada di tempat seperti itu. Demi mendapatkan uang itu, Cristal menari dengan sensual dan menggoda Lucius. Jika tekanan hidup tidak berat, siapa yang mau melakukan pekerjaan seperti itu?
Cristal merangkak mendekati Lucius, tangannya bahkan membelai wajah pria itu. Senyum nakal menghiasi bibir, selama pria itu bisa memberinya tips yang banyak maka akan dia lakukan.
"Aku rasa kau harus menambahnya lagi, Tuan," setelah berkata demikian, Cristal kembali ke tiang dan menari berputar di sana.
Lucius mengambil beberapa uang dolar lagi dan meletakkannya ke atas meja. Mau berapa pun yang diminta oleh wanita itu akan dia berikan asal dia bisa melihat tubuh bagian atasnya untuk memenuhi fantasi liarnya.
Mata Cristal melihat tumpukan uang, sebentar lagi uang itu akan menjadi miliknya. Dia bisa membeli pizza untuk putrinya besok dan bisa membawa ibu mertuanya ke rumah sakit.
Cristal kembali menari dengan nakal, kedua tangan sudah berada di bagian belakang, siap melepaskan pakaian minim bagian atasnya.
Tanpa ragu pembungkus bagian atas dibuka, lengan Cristal menutupi dadanya sedangkan pakaian minimnya dilemparkan ke arah Lucius.
Pria itu memejamkan mata, pakaian minim milik Cristal diambil dan dicium. Sekarang dia sangat ingin melihat isinya. Cristal masih bergerak turun naik, menggoda namun sesungguhnya dia ragu. Lucius semakin tidak sabar sampai akhirnya dia menambahkan lagi uang dolarnya.
Cristal tersenyum, ah... betapa mudah mendapatkan uang dengan cara seperti itu. Semoga setelah ini dia tidak melihat pria itu lagi. Bira*hi yang ada pada diri Lucius bergejolak saat Cristal menyingkirkan lengannya, mempertontonkan kedua dadanya yang penuh dan sekal.
Minuman yang ada pun di teguk sampai habis, pria itu merasa begitu dahaga namun bukan dahaga karena minuman. Di sisi lain, seorang pria lain juga tidak melepaskan pandangannya dari Cristal, sungguh mengecewakan. Ternyata wanita yang dia kagumi selama ini hanya seorang ja*lang saja.
Pemuda itu melangkah pergi, sudah cukup. Sebaiknya dia berhenti melakukan hal yang konyol, ternyata yang dikatakan oleh mantan bosnya dulu sangat benar, cinta membuat seseorang terlihat bodoh dan dia terlihat sangat bodoh hari ini.
Cristal masih juga menari, memuaskan mata Lucius. Walau tidak suka namun dia harus mencintai pekerjaan itu. Masih banyak yang mengalami sulitnya kehidupan seperti dirinya, dia harus bersyukur karena masih memiliki angota tubuh untuk bekerja dan memiliki kemampuan.
Cristal menari cukup lama di hadapan Lucius dan setelah selesai, dia hendak mengambil uang yang yang ada di atas meja namun Lucius menahan tangannya.
"Habiskan malam ini denganku, maka kau akan mendapatkan uang lebih banyak dari pada itu!" ucap Lucius.
"Maaf. Aku hanya penari saja, bukan pel*cur!" ucap Cristal dengan sopan.
"Tidak perlu jual mahal dan sok suci. Kalian para wanita sama saja!" cibir Lucius.
"Tolong jangan menghina, silahkan memberikan tawaran itu pada yang lain karena aku tidak berminat menjual tubuhku!" Cristal menarik tangannya dan berlalu pergi.
Lucius tampak tidak terima, apa yang dia inginkan harus dia dapatkan apalagi wanita itu. Tangan diangkat, seorang pria menghampirinya dan berdiri di sisinya.
"Cari tahu semua tentang wanita itu, aku menginginkan dirinya!" mata tidak lepas dari Cristal yang sudah berlalu pergi. Dia tidak akan melepaskannya dan akan mendapatkannya.
Cristal kembali ke dalam ruangan dan terlihat senang karena tips yang dia dapatkan namun dia tidak menduga jika dia dalam masalah setelah ini karena Lucius tidak akan melepaskan dirinya.
Mantel yang dikenakan dikencangkan karena udara yang begitu dingin, Cristal melangkah menyelusuri trotoar untuk menuju halte bus. Saat itu waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, Cristal baru keluar dari club malam karena itu memang akhir dari jam kerjanya.
Bus memang tidak ada sepagi itu tapi dia akan menunggu taksi di sana. Cristal terus melangkah tapi entah kenapa dia merasa ada yang mengikuti langkahnya. Cristal menoleh, sial. Beberapa orang pria tampak mengikuti langkahnya.
Dia merasa ada yang tidak beres apa lagi dia sering di teror oleh penagih hutang. Mantel kembali dikencangkan., langkah Cristal semakin cepat. Dia harap taksi segera lewat, seharusnya dia menunggu di depan club saja. Para pria yang mengikutinya juga semakin mempercepat langka mereka, Cristal semakin takut, dia mulai berlari. Para pria itu mengejarnya sehingga Cristal semakin takut.
Cristal menyeberangi jalan dengan cepat, siapa pun mereka dia harus bisa melarikan diri. Lain kali dia akan pulang dengan yang lain agar hal seperti ini tidak terulang kembali. Cristal terus berlari dengan sekuat tenaga sambil menyetop sebuah taksi yang lewat. walau berlawanan arah tapi tidak masalah karena keselamatan lebih penting.
Sebuah taksi berhenti, Cristal masuk dengan cepat dan meminta sang supir untuk jalan. Dia tampak lega, Cristal bahkan berpaling untuk melihat para pria yang sudah tidak mengejar lagi namun mereka mengumpat marah. Hari ini gagal, tapi masih ada lain kali. Cristal sungguh tidak curiga siapa yang mengejarnya dan mengira jika mereka adalah penagih hutang.
Lelah, itu yang dia rasakan setelah tiba di rumah. Cristal langsung tumbang di sofa dan tidur di sana akibat lelah luar biasa yang dia rasakan namun tangan kecil yang mengusap wajahnya dan senyum manis dari putrinya membuat rasa lelah itu hilang.
"Kenapa Mommy tidur di sini?" Angela berbaring di sisi ibunya dan memeluknya.
"Mommy kelelahan saja, Sayang," tangannya sudah berada di rambut Angela, membelainya dan sebuah ciuman mendarat di dahi putrinya.
"Kenapa Daddy meninggalkan kita, Mom?"
"Sayang, usia tidak ada yang tahu. Kita tidak tahu kapan orang terdekat kita akan pergi."
"Apa Nenek juga tidak tahu?" tanya Angela lagi dengan polos.
"Tentu saja, kenapa Angela bertanya demikian?"
"Semenjak Daddy pergi, Mommy jadi harus bekerja dan selalu pulang malam. Kenapa Daddy begitu tega meninggalkan kita begitu cepat dan membuat Mommy kesulitan?"
Cristal diam, bagaimana bisa putrinya yang baru berusia tiga tahun bertanya seperti itu?
Ibu mertuanya yang mendengar pertanyaan Angela diam-diam menangis. Rasa bersalah memenuhi hati karena Cristal harus menanggung semuanya sendirian. Jujur dia juga tidak menduga putranya akan meninggal begitu cepat dan meninggalkan banyak hutang. Putranya hanya bisa mempersulit hidup Cristal saja dan sekarang, dia juga mempersulit kehidupan Cristal. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Dia tidak memiliki siapa pun lagi selain menantu dan cucunya.
"Sayang, kau tidak perlu memikirkan hal seperti itu. Bekerja adalah kewajiban Mommy dan Angela cukup jadi anak yang baik. Nanti Mommy akan membelikan Angela pizza. Kau mau, bukan?"
"Benarkah, Mom?" Angela terlihat senang karena sudah lama dia tidak memakan pizza.
"Yes, katakan apa yang Angela inginkan, hari ini Mommy akan membelikannya tapi sebelum itu, pergilah mandi karena sebentar lagi bus sekolah akan datang."
"Horee... Angela akan segera mandi dan memikirkan apa yang Angela inginkan," Angela mencium pipi ibunya dan setelah itu dia berlari menuju kamarnya.
Cristal tersenyum dan duduk di atas sofa, dia juga menguap karena mengantuk. Sepertinya bekerja di club malam tidaklah cukup, dari pada waktunya habis terbuang percuma di rumah saat siang hari lebih baik dia mencari pekerjaan tambahan agar penghasilannya bertambah.
Setelah kepergian Angela, ibu mertuanya menghampiri Cristal dan duduk di sisinya. Cristal mengambil tasnya dan mengeluarkan obat untuk ibu mertuanya karena dia pikir ibu mertuanya menginginkan obat itu.
"Obatmu, Mom," ucapnya.
"Terima kasih, Cristal. Sebenarnya ada yang ingin Mommy bicarakan denganmu."
Cristal mengernyitkan dahi, bicara? Apa ibu mertuanya sudah tahu pekerjaan apa yang sedang dia lakukan saat ini?
"Mo-Mommy ingin bicara apa?"
"Aku sudah memikirkan hal ini, Cristal. Alvin tiba-tiba meninggal tanpa sebab dan meninggalkan hutang yang begitu banyak sehingga kehidupanmu menjadi sulit. Entah untuk apa uang itu dia bahkan menggunakan namamu saat meminjam uang sehingga kau harus menanggung uang yang tidak pernah kau nikmati sama sekali. Kau di teror karena perbuatannya dan aku, aku juga mempersulit hidupmu karena penyakitku ini jadi aku pikir?"
"Mom," Cristal memeluk ibu mertuanya dari samping.
"Alvin telah meninggalkan aku dan Angela, apa Mommy akan meninggalkan kami juga?" tanyanya karena dia tahu apa yang hendak ibu mertuanya katakan.
"Aku tidak ingin mempersulit hidupmu, Sayang."
"Aku tahu Mommy tidak mau menyusahkan aku tapi ke mana Mommy akan pergi? Aku sangat membutuhkan Mommy begitu juga dengan Angela. Dia baru saja bertanya padaku kenapa Alvin meninggalkan kita dan jika Mommy juga pergi meninggalkan kami, jawaban apa yang harus aku berikan padanya?"
"Tapi penyakitku ini hanya akan mempersulit hidupmu, Cristal," air mata sudah mengalir, sungguh dia tidak mau mempersulit hidup menantunya lebih dari pada ini.
"Aku tidak merasa seperti itu, aku akan mencari pekerjaan tambahan agar aku bisa mendapatkan uang lebih banyak. Mommy tidak perlu memikirkan hal ini, aku hanya ingin Mommy menjaga kesehatan Mommy saja. Nanti aku akan mengajak Mommy ke rumah sakit untuk chek up jadi Mommy tidak boleh banyak pikiran."
"Apa kau punya uangnya?" tanya ibu mertuanya.
"Tentu, seseorang memberi aku tips yang lumayan banyak tadi malam," Cristal tersenyum. Sebisa mungkin dia tidak ingin ibu mertuanya memikirkan hal itu. Dia juga tidak akan membiarkan ibu mertuanya pergi karena dia tahu, ibu mertuanya tidak memiliki tepat lain untuk berteduh selain rumah yang mereka tempati saat ini.
"Aku benar-benar beruntung memiliki menantu seperti dirimu. Semoga kau segera mendapatkan kebahagiaan, Sayang."
Cristal tersenyum, hal yang membuatnya bahagia adalah senyuman putrinya dan kesehatan ibu mertuanya. Dia akan berusaha agar senyum putrinya tidak hilang dan dia juga akan berusaha membuat semua menjadi lebih baik. Selama dia memiliki kemampuan untuk bekerja, maka dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang selain mencuri dan menjual tubuhnya.
Angela sudah siap berangkat sekolah, sarapan yang dibuatkan oleh ibu mertuanya juga sudah terhidang. Cristal menemani putrinya sarapan sebelum dia kembali tidur. Bus sekolah sudah datang untuk menjemput anak-anak yang ada di perumahan itu setelah mereka selesai sarapan.
Cristal mengantar putrinya menuju bus yang tidak begitu jauh, itu adalah kegiatan yang selalu dia lakukan setiap hari.
"Pulang sekolah Mommy dan Nenek akan menjemputmu maka dari itu jadilah anak yang baik," ucap Cristal.
"Yes, Mom. Angela sudah tidak sabar," Angela tersenyum dengan manis.
"Nikmati harimu, Sayang," Cristal memberikan ciuman di pipi putrinya sebelum Angela naik ke bus sekolah.
Putrinya berbaur dengan teman-temannya yang ada di dalam bus, dia tampak gembira. Cristal tersenyum dan melambaikan tangan. Dia tidak beranjak sampai bus sekolah pergi. Senyum Cristal masih mengembang namun senyum itu hilang saat dia melihat tiga orang pria berada tidak jauh darinya.
Cristal segera memutar langkah, sial. Apa mereka penagih hutang yang mengejarnya semalam? Cristal berlari dengan terburu-buru sampai masuk ke dalam rumah. Dia berdiri di depan jendela untuk melihat apa ketiga pria itu mengejar atau tidak tapi ternyata mereka pergi.
Napas lega dihembuskan, mungkin mereka hanya penghuni yang tinggal di rumah itu. Sepertinya dia terlalu banyak berpikir. Cristal melangkah masuk ke dalam kamar sambil menguap, sebaiknya dia tidur dan tidak memikirkannya tapi sayangnya, ketiga pria itu adalah bahaya lain untuknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!