"Hello Baby" Suara manja seorang wanita yang masuk ke dalam ruang kerja Pak Hanum dengan pakaian seksi
"You" Ucap Iskandar ketika melihat wajah wanita itu dengan tatapan mata melotot
"Sorry. Maaf Maaf" Jawabannya langsung berlari ke luar ruangan
"Hei. Sayang! Tunggu" Ucap Iskandar mencekal lengan Jihan
"Sepertinya aku salah masuk ruangan" Jawab Jihan menundukkan kepala dan merasa gugup
"Sayang kemarilah!" Ucap Pak Hanum menarik tangan Jihan
Sedangkan Iskandar terpaku mendengar ucapan Pak Hanum dan melihat Pak Hanum memperlakukan Jihan seperti itu.
"Sebenarnya ada apa ini, Pa" Teriak Iskandar marah
"Sttt. Tolong pelankan suara mu, Is! Ini kantor" Ucap Pak Hanum sambil menarik pinggang Jihan agar lebih mendekat ke arah dirinya
"Pa..." Teriak Iskandar frustasi dengan mengusap wajahnya begitu kasar dan tidak percaya apa yang sudah di lihatnya dengan mata kepalanya sendiri
"Beb. Sorry, aku harus pergi" Pamit Jihan lirih melihat wajah Pak Hanum dan segera pergi
"Jihan..." Bentak Iskandar menarik lengan Jihan hingga kesakitan
"Lepaskan tanganmu itu! Kau sudah menyakitinya!" Perintah Pak Hanum dengan mencekal lengan Iskandar
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi kepada mu Jihan? Kau tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa ada kabar saat aku pergi ke luar kota dan sekarang kau malah tiba-tiba muncul di kantor Papa ku?" Tanya Iskandar dengan mencengkeram kuat kedua bahu Jihan
"Lepaskan" Jawab Jihan lirih dan menundukkan kepalanya
"Lepaskan" Sambung Pak Hanum
"Pa" Ucap Iskandar menendang kursi yang berada di hadapannya
"Tenangkan dirimu! Sebenarnya... Sebenarnya aku dan Jihan sudah menikah beberapa hari yang lalu" Jawab Pak Hanum menjelaskannya
"Menikah! Lelucon apa yang sudah kau ucapkan, Pa" Ucap Iskandar tertawa terbahak-bahak
"Maafkan Papa, Is" Jawab Pak Hanum lirih tanpa merasa bersalah
"Jihan..." Panggil Iskandar begitu lirih saat melihat wajah Jihan hanya menunduk
"Hm" Gumam Jihan dengan mulut terkunci
"Jadi kalian benar-benar sudah menikah?" Tanya Iskandar memastikannya kembali dengan mata tertuju ke arah tangan Pak Hanum dan Jihan yang saling menggenggam begitu erat
"Iskandar. Maaf aku!" Seketika Jihan berteriak dan bertekuk lutut di hadapan Iskandar
"Apa Papa sudah gila? Kenapa harus Jihan, Pa? Jihan itu pacarku, Pa! Calon istri ku" Ucap Iskandar dengan tertawa terbahak-bahak. Dirinya merasa hancur karena Papanya
"Aku bisa jelasin" Jawab Pak Hanum dengan santai
"Stupid" Umpat Iskandar menangis dan langsung keluar dari ruangan Pak Hanum
"Is... Iskandar" Teriak Jihan yang di halangi oleh Pak Hanum
"Plak" Dengan rasa kesal Jihan memberanikan diri untuk menampar pipi Pak Hanum
"Kau berani kepada ku?" Tanya Pak Hanum mendekatkan wajahnya dengan wajah Jihan
"Menjauhlah dari ku brengsek" Jawab Jihan mendorong tubuh Pak Hanum
"Jangan galak-galak sayang" Ucap Pak Hanum langsung ******* bibir Jihan begitu kasar
"Ck. Dasar tua bangka" Umpat Jihan keluar dari ruangan Pak Hanum
"Aku peringatkan sekali lagi kepada dirimu ******. Jangan pernah kau dekati anakku yang bernama Iskandar. Dirimu seperti ini karena aku, mungkin saat ini kau sudah menjadi pelacur. Lunasi semua hutang-hutang Bapak mu dan aku akan segera melepaskan diri mu" Ucap Pak Hanum menarik lengan Jihan dan berbisik di telinganya
"A..." Teriak Jihan frustasi mengacak-acak rambut pirangnya dan segera pergi
"Hahaha" Terdengar suara tertawa terbahak-bahak Pak Hanum
Iskandar nampak murung saat dirinya pulang ke rumah miliknya. Iskandar berjalan lurus ke depan dengan menenteng tas yang berada di kedua tangan miliknya.
"Is... Kau sudah pulang, Nak?" Tanya Mama Airin tersenyum melihat wajah Iskandar
"Iya Ma" Jawab Iskandar membalas senyuman saat akan menaiki anak tangga menuju ke lantai atas
"Is... Dari luar kota, ya?" Tanya Tante Lani berbasa-basi
"Iya, Tan" Jawab Iskandar
"Kemarilah dan sapa Tante Lani!" Perintah Mama Airin
"Is. Lelah, Ma" Jawab Iskandar langsung naik ke lantai dua
"Sudah biarkan saja. Dia harus istirahat" Ucap Tante Lani dengan menyeruput kopi miliknya
"Maafkan anakku, Lan" Jawab Mama Airin dengan meringis
"Bagaimana dengan suami mu? Apa dia masih suka main perempuan?" Tanya Lani ceplas-ceplos
"Uhuk..." Airin tersedak saat menyeruput kopi miliknya
"Sorry, Rin" Ucap Lani segera memberi tisu kepada Airin
"Kau ini ada-ada saja. Mana mungkin Hanum berani main perempuan di belakang ku lagi. Kalau dia sampai berani mengulanginya lagi. Maka aku tidak akan segan-segan membunuh dia dengan kedua tangan ku sendiri" Jawab Airin tertawa terbahak-bahak
"Tapikan, Rin. Yuri pernah melihat Hanum jalan dengan cewek. Mana masih muda lagi" Ucap Lani penuh percaya diri
"Ah. Mungkin Yuri salah lihat, Lan" Jawab Airin menepisnya
"Benar. Mungkin Yuri salah" Ucap Lani lirih
"Eh... Apa kabar dengan Yuri? Lama dia tidak main ke sini?" Tanya Airin mengalihkan pembicaraannya
"Baik. Kabar Yuri baik! Yuri sibuk dengan urusan kampusnya" Jawab Lani tersenyum
"Kadang-kadang ya, Lan. Aku itu kepikiran bagaimana kalau kita jodohkan Yuri dengan Iskandar" Celoteh Airin melihat ke arah wajah Lani
"Yuri... Iskandar..." Gumam Lani
"Iya kita besanan. Dari kita sahabat terus kita besanan, Lan" Ucap Airin tertawa
"Aduh, Rin. Aku tidak ikut campur kalau soal anak-anak" Jawab Lani kaku
"Apa kau tidak ingin memiliki besan seperti aku ini?" Tanya Airin tersenyum
"Hm... Gimana ya? Udahlah biarkan anak-anak yang menjalaninya saja" Jawab Lani membalas senyuman Airin
"Ok" Ucap Airin
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan butik mu. Masih lancar kan?" Tanya Lani
"Iya donk. Eh... Ajak Yuri mampir ke butik! Banyak model baju baru di butik ku" Jawab Airin dengan menyenggol lengan Lani
"Hm... Iya-iya" Ucap Lani
Obral di antara mereka semakin seru. Hingga suara tertawa di antara keduanya sampai terdengar di telinga Iskandar. Iskandar yang berada di dalam kamar miliknya sedang marah dan mengobrak-abrik semua barang miliknya yang berada di dalam kamar tersebut.
Lain halnya dengan Airin, setelah melihat kepergian Lani dari rumah miliknya. Airin nampak tenang dan tidak terbakar emosi saat mendengar ucapan Hanum sedang berkencan dengan seorang wanita di luaran sana.
Malam semakin larut Airin senantiasa menuggu kepulangan Hanum. Tepat pukul tujuh malam Hanum sampai di rumah. Airin menyambut Hanum dengan merentangkan kedua tangan miliknya.
"Apa kau merindukanku?" Tanya Hanum dengan rasa jijik segera memeluk istrinya yang sedang sakit mental dan dirinya harus berpura-pura baik di depan sang istri
"Iya. Aku merindukan mu" Jawab Airin memeluk Hanum lebih erat
"Apa kau sudah makan malam?" Tanya Airin melepaskan pelukannya
"Belum"Jawab Hanum dengan meringis
"Kebetulan sekali. Hari ini aku memasak makanan kesukaan mu" Ucap Airin menarik lengan Hanum menuju ke ruang makan
"Duduk!" Perintah Airin dengan mata melotot
"Kau tidak berencana meracuni diriku bukan?" Tanya Hanum dengan tersenyum
"Lihat saja nanti apa yang akan terjadi setelah kau memakan masakan ku ini" Jawab Airin menyodorkan pirang yang berisikan makanan
Dengan terpaksa Hanum memakan masakan Airin dengan rasa was-was.
Di tempat lain
Seorang sekertaris yang berparas cantik membuat hati bosnya meronta-ronta. Kecantikan Melati membuat orang lain ingin memiliki dirinya.
Melati berulang kali pindah tempat kerja lantaran dirinya selalu mendapatkan pelecehan dari rekan kerjanya bahkan bosnya sendiri pernah melakukan hal bodoh itu.
"Are you crazy?" Tanya Melati mengumpat dalam kesalnya
"Kau itu miskin dan Ibu mu sakit-sakitan. Bukankah kau perlu uang banyak untuk membiayai Ibu mu?" Tanya Pak Deny selaku bos di perusahaan Melati
"Benar Ibu ku sakit, Pak. Tapi bisakah Bapak berperilaku sopan kepada bawahan?" Tanya Melati balik dengan mata melotot
"Jual mahal. Berapa banyak uang yang harus aku keluarkan" Jawab Pak Deny cengengesan
"Plak"
"Kau" Ucap Pak Deny mengangkat tangan miliknya untuk menampar wajah Melati namun niatnya di urungkan
Melati segera berlari ke luar dari ruangan tersebut. Tidak banyak berbicara Pak Deny pun mengejar Melati. Pak Deny meraih tangan Melati lalu memeluknya.
"Lepaskan aku, Pak" Ucap Melati terisak
"Ayolah sebentar saja!" Ajak Pak Deny mendorong tubuh Melati agar masuk ke dalam ruangan miliknya kembali
"Brengsek" Umpat Deo yang merupakan teman sekantor Melati. Deo sudah tidak bisa menahan dirinya lagi ketika melihat Melati di perlakukan seperti itu
"Buk... Buk buk" Suara pukulan
"Cukup Deo" Teriak Melati menghalangi Deo
"Apa kau senang mendapatkan perlakuan seperti itu tiap hari. Kenapa kau diam saja dan tidak melawan tua bangka ini" Ucap Deo kembali memukul Pak Deny selaku Bos di tempat kerja miliknya
"Deo Berhenti. Kau sudah melukai Pak Deny" Jawab Melati mendorong tubuh Deo agar menjauh dari Pak Deny yang sudah terkapar lemas di atas lantai
"Mulai sekarang aku dan Melati resmi keluar dari kantor ini" Teriak Deo dengan menggenggam erat tangan Melati
"Tidak bisa begitu, Deo. Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini. Aku butuh uang untuk biaya Ibu ku" Ucap Melati menangis
"Kau tidak pantas berada di tempat seperti ini. Ayo, ikut aku! Aku akan mencarikan pekerjaan yang layak untuk mu" Jawab Deo segera membawa Melati pergi dari hadapan Pak Deny
"Ck. Dasar sampah" Umpat Pak Deny melihat kepergian mereka
"Aku rasa kau tidak perlu keluar dari kantor ini" Ucap Melati saat berada di halaman depan kantor
"Aku sudah memutuskannya" Jawab Deo tersenyum
"Deo..." Panggil Melati lirih
"Apa kau lapar?" Tanya Deo mengalihkan pembicaraannya
"Tidak" Jawab Melati singkat
"Tapi perut mu berkata lain" Ucap Deo setelah mendengar bunyi yang berasal dari perut Melati
"Hi" Jawab Melati meringis
"Tunggulah di sini! Aku akan mengambil mobil ku!" Perintah Deo segera berlari menuju ke arah tempat parkir
Di antara keduanya terdiam sampai di tempat tujuan.
"Apa kita sebaiknya cari tempat makan yang lainnya saja?" Tanya Melati saat mobil yang dikendarai Deo berhenti di salah satu restoran ternama
"Tidak. Aku rasa ini tempat yang sangat cocok. Tidak usah khawatir kali ini biarkan aku yang akan mentraktir mu" Jawab Deo tersenyum
"Deo" Ucap Melati dengan rasa lega
Mereka segera masuk ke dalam restoran tersebut dan langsung memesan makanan. Sembari menunggu pesanan makanan Melati mengotak-atik ponsel miliknya. Dirinya merasa canggung ketika Deo sedari tadi hanya fokus melihat wajahnya.
"Melati..." Panggil seorang lelaki dari arah samping dirinya
"Mel" Lelaki itu terus memanggil namanya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!