Pagi ini, seperti biasa. Seorang gadis telah menyelesaikan sholat subuh di sebuah kost di daerah kota kecil di Kota B. Setelah pukul 06.00, dia akan berangkat ke sebuah pabrik tempat dia bekerja.
Sudah 2 tahun ini ia bekerja memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dia mempunyai keinginan untuk melanjutkan kuliah. Setelah rentetan peristiwa yang menimpa kehidupannya.
Karena belum sempat sarapan pagi, dia tergesa-gesa berjalan menyusuri gang yang biasa ia lewati. Ketika akan menyebrang, tiba-tiba.
Ciiiiiiiiitttt !!!
Aaaaaaaa !!!
Suara suara decitan ban sebuah mobil dan teriakan menggema di badan jalan.
Braakkkkk !!!!!
Seketika tubuh Ifa terpental membentur aspal. Seketika sang pengemudi mobil tersebut syok dan masih terdiam di tempatnya. Seorang pemuda itu turun dari mobilnya. Dia berlari menghampiri seseorang yg ditabraknya. Dengan setengah berlari dan masih syok, dia menggendong tubuh mungil itu ke dalam mobilnya. Menancapkan gas, lalu membawa korban itu ke Rumah Sakit terdekat.
Setelah 15 menit, mobil yg membawa korban tabrakan tersebut sampai di pelataran Rumah Sakit. Sang pengemudi langsung turun memanggil perawat yg sedang melintas. Lalu ia membopong korban yg tak sadarkan diri itu menaruhnya di brangkar. Mereka mendorong dengan setengah berlari. Supaya gadis tersebut segera mendapatkan pertolongan.
Selang 1 jam, di ruang tunggu IGD tempat gadis itu ditangani. Masih duduk seorang pria tampan dengan wajah pucat pasi. Rasa khawatir, lelah, serta bingung. Ya... pria itu Reydan Syailendra. Laki-laki berpawakan tinggi besar, rambut ikal sedikit panjang, hidung mancung serta tentu ketampanannya yg mencolok. Pria yg naas menabrak karyawati pabriknya sendiri hari ini. Dia yang masih diliputi kecemasan.
Tiba-tiba dia dikagetkan seseorang yg menepuk pundaknya. Seorang dokter tampan seumurannya.
"Maaf, pak apa anda yg membawa pasien korban kecelakaan itu ke Rumah Sakit ini?" tanya sang dokter dengan senyum simpulnya.
"Ohhh !!! maaf dok, saya melamun, sampai kaget. Iya saya yang membawanya kemari dok. Karena sayalah yang menabraknya. Mungkin hari ini adalah hari saya yg paling sial dok." jawab Rey sembari berdir menghadap sang dokter tampan tersebut.
Degg.. !!!
Tiba-tiba sang dokter bicara
"Sepertinya wajahmu sangat familiar??" tanya sang dokter.
"Apa dokter mengenal saya??? " sahut Rey kemudian.
"Ngobrolnya kita lanjut nanti saja. Sekarang anda harus ikut ke ruangan saya. Sangat penting dan darurat." kata sang dokter.
"Baiklah mari dok." jawab Rey kemudian.
Mereka berjalan beriringan menuju ke ruang kerja sang dokter tampan itu.
"mmm... dok, bagaimana keadaan gadis itu??? Apa dia terluka parah dok??? " tanya Rey antusias setelah mereka sampai di ruangan sang dokter.
"Ohh, O.k. Saya hampir lupa. Gini pak." sahut sang dokter.
"Reydan, dok. Panggil saya Rey." jawab Reydan.
"Ya, Pak Reydan. Kondisi gadis itu tidak parah. Hanya saja dia sekarang masih belum sadar. Akibat benturan tadi. Tapi ... saya curiga gadis ini mempunyai riwayat trauma psikologi yang cukup berat pak Reydan. " kata sang dokter tersebut.
"Apa begitu dok? Mmm... maksud saya. Seberapa parah traumanya hingga saat ini gadis itu tak juga sadarkan diri dok? " tanya Reydan dengan sejuta kekhawatirannya.
"Apa anda mengenalnya???" tanya sang dokter.
"Ohh... tidak dok. Saya baru kenal dia setelah tragedi barusan. Bahwa dia karyawati di pabrik saya dok." sahut Reydan.
"Begini pak Rey, kondisi psikologi gadis itu sangat mengkhawatirkan. Dia membutuhkan psikiater untuk membantu gadis itu pak, ketika gadis itu nanti sadar." Jawab pak dokter.
"Dok, tolong lakukan yg terbaik. Saya yg akan bertanggung jawab pada gadis itu. Untuk biaya dokter tidak usah khawatir. Saya yg akan menanggungnya hingga dia sembuh dok. Saya mohon." pinta Reydan sembari memohon.
"Baik kami akan upayakan untuk kesembuhannya. Tolong kalau bisa segera hubungi keluarganya. Karena kehadiran orang-orang terdekatnya bisa membantu memulihkan kesehatan gadis itu." jawab sang dokter.
"Oh , ya dok. Apa sekarang saya bisa menjenguk gadis itu dok." pinta Rey.
"Bisa-bisa. Silakan. Tapi mohon maaf. Jangan terlalu lama pak Rey. Biarkan beliau istrahat. Semoga gadis itu cepat sadar." kata sang dokter mengingatkan.
"Baik dok, terima kasih. Saya undur diri dok. Ingat !!! Dokter masih punya hutang sama saya". jawab Rey sambil berjabat tangan.
" Hutang." sahut dokter.
"Iya hutang... Hutang penjelasan. " jawab Rey antusias.
Dengan berpikir dokter pun menjawab.
"Mmmm... oh.. aaaa, saya ingat... saya ingat. Tadi sebelum ke ruangan ada yg ingin saya tanyakan. Apakah nama panjang anda Reydan Syailendra? putra Om Syailendra pemilik kebun teh di villa kota C.???" tanya sang dokter.
" Kok dokter kenal ayah saya??? " tanya Rey kebingungan.
"Sebuah kebetulan. Jadi benar itu nama panjang anda??? Kenalkan saya Indra Prakasa putra dari bapak Hilman Prakasa.Teman SD kamu yg jahil. Yang pernah mendorongmu saat mandi di sungai dulu." kata sang dokter seraya mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Oh !!! Wow !!! Kamu... beneran ini kamu Dra.. si beo. " Cibir Rey.
" Kamu ingat sekarang??? " sahut dokter Indra.
" Iya lah !!! Aku ingat, si beo ganteng yg merebut cewek gue." celetuk Rey.
"Opps ... sorry bro. Untuk urusan itu. Gue gak ikut-ikut. " jawab dokter Indra.
"Ganteng juga loe sekarang, mana berwibawa. Pak dokter. Pasti sekarang jadi incaran para perawat di sini. Ya kan???" kata Rey menggoda.
" So pasti lah bro. Tampang cassanova kayak kita ini masih merajai dunia pergombalan bro. Apa kabar loe sekarang. " tanya dokter kemudian.
"Wuidiiihhh... o.k....o.k gua percaya. Kharisma sang dokter cinta ini pasti tidak akan luntur. ohh... kabar gue ya... begini ... seperti yang kamu lihat. Pekerja pabrik bro." jawab Rey.
"Jangan merendah. Siapa yg tidak mengenal Syailendra ... tangan dingin om mampu mencetak penerus perusahaan yg terkenal itu." kata sang dokter.
" Yah begitulah bro,oh ya... lanjut kapan-kapan ya ngobrolnya. Ini kartu nama gue. Sorry bro gue buru-buru, mau ke pabrik sebentar. Ada Metting. Tolong gue titip jagain pasien itu sebentar. 2 jam lagi gue kembali ke sini lagi. Titip ya bro. " jawab Rey sembari keluar ruangan Dokter Indra terburu-buru.
"O.k bro !!! Don't worry lah. Gue jagain. Kalau perlu hatinya gue jaga. Gue mau kok, nggak keberatan." sahut sang dokter sembari tertawa puas.
" Awass !!! Gue bantai loe macem-macem Ama tu gadis" ketus Rey sembari berlari ke ruangan sang gadis seraya mengacungkan jarinya ke arah sang dokter.
Dengan terburu-buru Rey menuju ke ruang perawatan si gadis mungil yg masih belum sadarkan diri itu.
Rey menatap gadis itu dengan penuh antusias. Dia membeku melihat gadis yang tergolek lemah tak berdaya itu.
Seketika tangannya menggapai tangan gadis itu, menggenggamnya. Kemudian mengecup lembut tangan gadis itu.
"Fa...., sayang... maafkan atas kebodohanku". Lirih Rey, sambil meletakkan kembali tangan gadis tersebut.
Rey seketika berlalu, meninggalkan gadis itu seorang diri. Seraya menghapus air matanya yang tak sengaja menetes. Menoleh sebentar.
"Aku tidak akan melepasmu lagi untuk kedua kalinya. Kamu akan aman di sini. Aku akan kembali sayang. Tunggu aku. " batin Rey lalu meninggalkan rumah sakit itu segera.
Setelah sampai di pabriknya, tepatnya di ruangan kantornya ia pun menelpon seseorang.
"Cepat kerahkan dua orang pengawal ke rumah sakit X segera. Aku akan kirimkan informasinya lewat pesan secepatnya." ketus Rey.
"Baik boss. Apa ada lagi boss ???"sahut assitent Rey.
..."Jangan sampai Imel tahu tentang semua ini. kalo Bisa tutup informasi tentang gadis itu. Oh ya. satu lagi ... siapkan apartement yg cukup jauh dari kota ini. Ajukan permohonan pada rumah sakit itu. Kita rawat di apartement saja. " sahut Rey....
"Apa dia nona muda Ifa boss. Dan ada yg anda perlukan lagi boss???" jawab sang assitent penuh tanya.
"Jangan banyak bertanya. Atau ku potong lidahmu itu. Lakukan segera apa yg ku minta. Ingat !!! Aku tidak menerima kesalahan. Atau nyawa kalian melayang." perintah Rey.
" Baik boss. Kami tidak akan mengecewakanmu boss." jawab sang assitent penuh semangat.
"Lakukan segera. Aku tak butuh bualanmu. Satu hal lagi cari dokter psikiater handal. Bayar berapa pun yg diminta. Siapkan peralatan medis di apartement. Ingat David rahasiakan semuanya. Tidak boleh ada kebocoran sedikit pun tentang ini."Pinta Rey.
"Laksanakan Boss! ". sahut David, assitent Rey itu segera.
"Ternyata selama ini kau berada di dekatku sayang... Aku merindukanmu Ifa... Sangat... Jangan pergi dariku lagi sayang. Aku bisa mati karena mu ." Gumam Rey.
Tok tok tok!!!
"Masuk", sahut Rey.
"Permisi pak ? apa saya mengganggu ? Apakah bapak sudah siap?? Karena meetting akan segera dimulai pak. " tanya sekretaris Rey.
"Oh, Devi. ya... aku sudah siap." Jawab Rey.
"Baik pak, mari pak kita sudah ditunggu klien kita di ruang meetting pak." sahut Devi, sang sekretaris seraya membukakan pintu untuk sang boss lalu meninggalkan ruangan Rey.
Di tempat lain , tepatnya di apartement XX di sudut kota C. David telah melakukan semua tugas yg dipeintahhkan oleh bosnya itu. Semuanya telah selesai.
"Hallo boss. Semua yg anda minta sudah rapi boss. Tinggal memindahkan nona kecil ke apartement boss. Semua telah siap sesuai yg anda pesan boss." ungkap David ke Rey.
"Good job !!! Lakukan pemindahan nona kalian segera. Aku Sudah di jalan akan menyusul kalian langsung ke apartement. Temui dokter yg menanginya bilang dari Reydan Syailendra yg meminta." sahut Rey dari seberang telpon.
"O.k Boss. Kami mengerti. Kami berangkat boss. " jawab David segera. Setelah mematikan sambungan telponnya.
Beberapa jam kemudian, Rey yg tampak antusias. Setelah melalui perjalanan yang menyita waktu telah sampai ke bassement apartement yg dituju.
Dia turun dari mobilnya dengan segera sedikit berlari kecil menuju ke apartement yg akan dia yg tempati bersama pujaan hatinya.
Rey menekan tombol password sesuai pesan David. David dan beberapa petugas medis sedang melakukan pengecekan di ruangan yg di tempati Ifa saat ini. Rey langsung menuju ke ruangan tersebut.
"Apakah sudah sesuai prosedur keamanannya??" tanya Rey.
" Sudah pak ! " jawab salah satu petugas medis.
"Bagus !!! " sahut Rey.
"Oh , ya boss tadi sebelum saya ke rumah sakit untuk memindahkan nona muda, Nona Imel menelpon saya boss." adu David ke boss Rey-nya.
"Bicara apa dia David??", tanya sang boss sembari menautkan alisnya.
" Nona Imel meminta ijin ke luar kota boss. Dia menelpon saya untuk meminta ini pad anda. Katanya ponsel anda tidak bisa dihubungi." jawab David panjang lebar.
"Hanya itu??? Apa ada lagi yg dia bicarakan Dav??" tanya Rey antusias.
"Nona Imel juga berpesan bahwa dia akan lama di sana tuan??" ungkap David.
"O.k. Tapi ... untuk apa dia keluar kota Dav. Aku curiga ... Ada yg dia sembunyikan dariku. " sahut Rey.
" Tenang boss saya sudah mengirim pengawal bayangan kita untuk mengikuti nona Imel selama di kota itu tuan. Karena saya juga menaruh curiga padanya tuan." ungkap David.
"Bagus Dav, kau memang selalu bisa diandalkan ." puji Rey.
" Terima kasih boss, atas pujiannya." sahut David.
Para petugas medis telah menyelesaikan tugasnya. Setelah David pamit untuk mengerjakan tugas yg lainnya. Rey masih setia menemani sang pujaan hati yang masih terlelap tak berdaya di ranjangnya.
"Sayang ... bangunlah... aku di sampingmu sayang. Kita bertemu lagi. Setelah sekian lama... Kita berjumpa lagi sayang. " Ungkap Rey seraya membelai rambut Ifa. Sambil sesekali mencium kening gadis pujaannya.
Ia menatap intens gadis yg telah meluluhkan hatinya itu dengan penuh damba. Ya , gadis yg bertahun-tahun meninggalkannya. Tanpa sebab, tanpa alasan, dan tak ada kabarnya. Kini gadis yg bertahun-tahun dicarinya itu berada dihadapannya. Tak berdaya, serta belum membuka matanya.
" Wake-up my dear... I Miss you so much... I Miss you... very Miss you. Aku masih setia dear menunggumu, aku mencarimu selama ini. Maafkan ketidakpekaan ku. Maafkan aku. Aku yang tak sengaja membuatmu seperti ini. Maafkan aku jika aku terlalu lama menemukanmu. I love you My Ifa..." ungkap Rey dengan leleha. air matanya.
Tanpa sengaja air matanya menetes dan jatuh tepat di punggung telapak tangan Ifa. Beberapa saat kemudian. Tanpa diduga jemari Ifa bergerak.
Rey yg masih menggenggam tangan Ifa. Sontak, dibuat kaget. Rey langsung berteriak memanggil petugas medis yg berada di ruangan lain di apartement Rey itu. Mereka segera berlali ke ruangan tempat Ifa dirawat.
Perlahan-lahan, Ifa membuka matanya. Ia melihat sekeliling kamarnya. Dia sadar bahwa ini bukan kamar kostnya. Masih mencerna dengan hati-hati dia menoleh ke samping kiri dan kanannya. Tanpa sadar genggaman tangan itu masih bertahan di tempatnya.
Ya... Rey masih menggenggam tangannya dengan erat. Membelai rambutnya dengan lembut sembari tersenyum senang.
"Kau sudah sadar sayang. Hmmm." tanya Rey sembari berdehem.
"Di mana ini??? " sahut Ifa lirih.
"Mmm... tenang dulu ya. Jangan panik. Kamu aman di sini. Dokter ... silakan. " jawab Rey tanpa menghiraukan pertanyaan Ifa.
"Kepalaku... auuhhh. Dok, kepalaku sakit dok. Tolong ... jangan sentuh aku... jangan mendekat. Tolong ampuni aku. hiks...hiks.. Ampun tuan... jangan sentuh aku... aku mohon ..." Lirih Ifa tiba-tiba. Sembari memegangi kepalanya. Dia tak sadarkan diri kembali.
"Ifa... sayang... ada apa denganmu. Dok tolong dok, segera lakukan tindakan." pinta Rey khawatir.
"Maaf Sus, tolong panggilkan Dokter Elvi, dia yg akan menangani nona ini. " perintah dokter Hendi.
"Baik dok." sahut suster lalu suster itu pun beranjak dari ruangan itu menuju ke ruangan dokter Elvi.
"Dokter ... dokter Elvi." panggil suster itu.
tok.. tok.. tok !!!
"Dokter... " panggil suster itu lagi.
Kali ini dokter Elvi pun ke luar dan membuka pintu ruangannya tersebut.
"Ada apa sus, sepertinya ada yg penting."jawab dokter Elvi dengan menautkan alisnya tanda khawatir.
"Iya dok, nona Ifa sudah sadar dok, tadi dia membuka matanya. Tapi ... setelah itu dia pingsan lagi dok." jawab suster itu dengan cepat.
"Apa yg terjadi ? kenapa bisa pingsan lagi. " tanya dokter Elvi dengan penuh kebingungan.
"Kami tidak tahu dok. Tadi nona Ifa berteriak dan minta ampun. Dia seperti orang ketakutan dan tertekan dok. Setelah itu dia pingsan dok." sahut suster itu antusias.
" Sepertinya ada yg janggal di sini. Mari kita ke sana secepatnya. "Jawab dokter sembari berlalu menuju ruangan tempat Ifa dirawat .
Dalam keadaan yg kalut Rey membuang napas kasar sembari memukul dinding kamar di mana Ifa dirawat. Dia menangis dan berteriak sehingga membuat para medis bingung dengan apa yang dilakukan Rey.
Bug !!!
" Argh ".
"Siapa yg melakukan ini padamu sayang. Apa yg terjadi padamu selama ini. Kenapa aku bodoh !!! Mempercayakan pada Imel.
Argggghhhh. Aku tidak akan memaafkanmu Imel. Jika sampai kau terlibat atas apa yg terjadi dengan Ifa ku. Aku bersumpah. "
Dengan penuh penekanan dan amarah yg meledak-ledak Rey pun berlalu dari ruangan Ifa dan meninggalkannya.
Sementara dokter Elvi memeriksa keadaan Ifa ditemani beberapa dokter dan suster di situ.
Setelah beberapa jam. Rey kembali bersama David ke ruangan Ifa.
"Bagaimana kondisi Ifa sekarang dok". tanya Rey cemas.
" Tenanglah Pak Rey, nona muda sekarang sudah tenang. Beliau sedang tidur sekarang. Obat yg saya berikan sudah bekerja dengan baik. Tidak ada yg perlu dikhawatirkan. Semoga setelah nona bangun nanti dia tidak akan bereaksi seperti tadi. Oh, ya Pak Rey. Mohon maaf... Jika nanti nona bangun jangan tanyakan hal yg bisa membuat suasana hatinya kalut. Sebisa mungkin ajak nona bercanda. Saya akan menemani Pak Rey di sini untuk sementara. Apakah boleh saya menginap di sini pak Rey. " Terang dokter Elvi panjang lebar.
" O.k dokter. Memang saya memerlukan anda untuk saat ini. Karena malam ini saya ada hal penting yg harus saya selesaikan. Saya mohon jaga dia dok. Jangan sampai ada orang lain tahu keberadaannya di sini. Jika butuh sesuatu tolong hubungi David assitent pribadi saya. " jelas Rey.
"Baik pak Rey. Terima kasih pak. Saya permisi ke toilet sebentar." Pamit dokter Elvi.
" Oh, ya pak Rey. Kami undur diri juga pak. Masih banyak pasien yg membutuhkan kami. Dokter Elvi akan ditemani suster Rena dan Suster Ani di sini. Saya sudah mengkonfirmasikan pada pihak RS XX untuk menjaga nona Ifa pak." Imbuh dokter laki-laki itu.
" Terima kasih dokter." jawab Rey.
Satu per satu petugas medis itu pun meninggalkan apartement Rey. Hanya menyisakan Dokter Elvi dan 2 orang perawat saja sekarang. Tak ketinggalan David sang assisten Rey yang selalu setia mendampingi boss kesayangannya itu.
" Dav... istirahatlah. Nanti malam kita akan bekerja keras lagi. Kadang aku merasa muak dan lelah dengan sandiwara ini Dav." ungkap Rey pada asistennya.
" Sabar boss, sebentar lagi. Kita akan mengetahui dalang dari semua ini." jawab David dengan senyum sinis.
" Apakah kamu menemukan sesuatu Dav??" tanya Rey antusias.
"Iya boss. Tadi aku mendapat kabar dari orang suruhanku yang mengikuti nona Imel. Ternyata Nono Imel ke kota C boss. Dia bertemu seseorang di sebuah hotel boss." jawab David kemudian.
"Bagus Dav. Lanjutkan pengintaianmu, jangan sampai ada yang terlewat. Aku ingin tahu siapa yg Imel temui di hotel itu." pinta Rey dengan semangat.
" Nona Imel bertemu dengan seorang laki-laki tua boss. Ini fotonya." Sahut David sambil menunjukkan foto Imel yg sedang digandeng oleh seorang laki-laki tua dari hp David itu.
"Sepertinya ... aku mengenal orang ini... Tapi dimana Dav ??? Aku lupa Dav. Apakah dia juga salah satu dari klien kita. Atau... aku melupakan sesuatu Dav??? " tanya Rey bingung.
" Saya belum bisa memastikan boss. Biarkan orang suruhan saya bekerja dengan baik boss. Kita tunggu saja kabar dari mereka boss. " pinta David dan berusaha menenangkan bosnya.
Rey menatap nanar kamar yg ditempati Ifa itu dengan tersenyum. Sembari membayangkan kebersamannya dulu bersama Ifa. Masa-masa di mana dia selalu berada di dekat gadis itu. Dalam suka mau pun duka. Tiba-tiba Rey dikejutkan oleh tepukan David dipundaknya.
" Boss !!! Kita harus berangkat ke kota J sekarang." ajak David dengan gusar.
" Kau mengagetkanku saja Dav. Bukankah rapat itu masih 2 jam lagi ya Dav ???" tanya Rey bingung.
" Iya boss. Tapi sepertinya klien kita memajukan jadwalnya. Ini keuntungan buat anda boss. Anda bisa kembali ke kota ini secepatnya supaya anda bisa menjaga nona muda tanpa melewatkan kabar dari dokter Elvi boss. Bagaimana ??? " jawab David pada bosnya.
"Otakmu cerdas Dav. Kenapa aku tidak memikirkannya. " jawab Rey seraya mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju dengan perkataan David.
"Aku yg selalu bisa diandalkan boss". sahut David.
"Aku akan tambah gajimu bulan ini Dav. Ayo kita berangkat". ajak David bersemangat.
....................
Sementara Rey telah menyelesaikan pekerjaannya di kota J. Lain halnya di apartement Rey.
Setelah terlelap begitu lama. Perlahan demi perlahan mata gadis itu terbuka. Ya, Ifa telah membuka matanya.
Sambil mengamati semua sudut di kamar itu. Dia membuka suaranya.
"Haus... Tolong... aku haus..." lirih Ifa. Sembari menatap dua orang suster yang terlelap di samping kanan dan kirinya.
Karena mungkin terlalu capek dan mengantuk berat. Dua orang suster yang berada di kamar rawat Ifa pun tak mendengarkan panggilan Ifa.
Ifa pun berinisiatif bangun dan menggerakkan tangannya untuk meraih gelas di atas nakas samping tempat tidurnya. Entah mungkin karena masih sangat lemas tanpa sengaja Ifa menjatukan gelas berisi air minum itu.
"Pyaar !!! " suara gelas pecah.
Kedua suster itu terbangun dan terperanjat kaget. Mendengar suara pecahan gelas tersebut. Suster Rena langsung berdiri meraih tangan Ifa yang masih berusaha meraih gelas yang terjatuh itu. Suster Ani juga lalu mendekati Ifa.
"Nona !!! Nona sudah sadar ??? Syukur, Alhamdulillah." Tanya suster Ani seraya mengucap syukur
"Apakah nona haus ???" tanya suster Rena pada Ifa.
" Iya sus." sahut Ifa lirih sambil menganggukkan kepalanya
"Baik, saya akan mengambilnya." Jawab suster Rena kemudian.
Sedang suster Rena mengambil minum untuk Ifa. Lain halnya suster Ani yg sedang sibuk mengecek infus yg terpasang.
Sembari menyerahkan gelas berisi air minum. Dan dijawab Ifa dengan anggukan saja.
" Suster Ani, tolong hubungi Pak David segera? Beritahukan bahwa nona Ifa sudah siuman". Titah suster Rena pada suster Ani.
"Baik suster Rena. Apakah kita juga perlu memanggil dokter Elvi ?" tanya suster Ani.
"Eh. Iya suster Ani. Saya khawatir dengan keadaan nona Ifa sus. Ya... meskipun dokter Elvi sudah memberitahukan kepada saya bahwa tidak ada yg serius dengan keadaan nona ini. Tapi, saya pikir dokter Elvi juga perlu tahu perihal ini suster Ani." jawab suster Rena panjang lebar.
"Baik sus, akan segera saya laksanakan." tegas suster Ani.
Sambil menekan tombol digit di ponselnya.
"Assalamu'alaikum. Maaf Pak David saya mengganggu waktu anda malam-malam begini. Saya ingin memberitahukan bahwa nona Ifa sudah siuman sekarang". kata suster Ani.
Sedang di ujung telpon sana. Asisten David langsung mengangkat telpon dari suster Ani. Sambil mengerutkan alisnya.
"( Suster Ani ??? )" batinnya.
( Wa'alaikum salam, iya sus. Benarkah ? Alhamdulillah. Saya akan memberitahukan berita ini pada tuan Rey. Terima kasih suster. Kami akan segera sampai di apartement sebentar lagi. Tolong jangan biarkan nona Ifa pergi sus. )" sahut David.
"Ada apa Dav???" tanya Rey.
"Eh, tuan. Nona Ifa telah siuman tuan". Sahut David.
"Benarkah ??? Oh, Dav. Tambah lagi kecepatan mobilnya Dav. Aku tidak sabar ingin menemui belahan jiwaku Dav. Oh !!! Kenapa kau lelet sekali Dav. Kau mengemudi seperti siput saja". Omel Rey.
"Ini sudah sangat cepat tuan. Oh, ayolah tuan. Kenapa anda tidak sabar. Apa anda senang jika terjadi apa-apa pada kita tuan ? Jika saya siput, berarti anda adalah rajanya. Karena saya bekerja pada anda tuan?" melirik dari kaca spion di tengah, sambil tersenyum mengejek tuannya.
"Dav...??? Apa kau ingin aku mengirim mu ke neraka? Hentikan omong kosong mu Dav. Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu." keluh Rey.
" Baiklah... baiklah... asisten selalu salah. Bos memang selalu benar." gerutu David.
......................
Setelah melewati perjalanan yang melelahkan. Akhirnya, mobil yg dikendarai mereka pun sampai di pelataran parkiran apartement.
Sedang di dalam apartement Rey. Masih terjadi keributan antara Ifa dan kedua suster yg menjaganya.
"Suster, tolong saya. Jelaskan di mana saya sekarang ini sus?" tanya Ifa bingung sambil memegangi kepala yg masih terasa nyeri.
"Tenanglah nona. Anda di tempat yg aman." jawab suster Rena.
"Tapi, saya ingin keluar dari tempat asing ini sus. Saya harus kembali bekerja. Saya tidak mau dipecat sus." Timpal Ifa dengan menurunkan kedua kakinya.
"Nona ??? Anda mau kemana. Tetaplah beristirahat di sini nona. Kondisi anda belum membaik. Turuti kami, atau kami yg akan dipecat dari pekerjaan kami. Jika saya menuruti permintaan anda." jawab suster Ani kemudian.
"Kenapa anda memaksa sus, saya hanya ingin pulang. Saya tidak mau dirawat di sini. Saya tidak punya banyak uang untuk biaya perawatan ini sus. Saya hanya seorang buruh pabrik." sahut Ifa ketus.
" Nona, percayalah pada kami. Anda tidak perlu khawatir tentang biaya. Anda di tempat yg aman dan terjamin. Yang harus anda lakukan sekarang hanyalah istirahat. Jangan mendebat kami. Sebentar lagi Tuan Rey akan segera tiba. Tenanglah nona. Beliau yg akan menjelaskan pada anda." terang suster Rena panjang lebar.
"Heh.... Baiklah ", desah Ifa.
( Sebenarnya , aku di mana? Kenapa suster-suster ini sangat mencurigakan. Aku turuti saja perkataan mereka. Karena percuma aku berdebat. Menambah emosi saja. Tapi, tunggu ??? Rey ??? Siapa Rey ??? Apa dia yg menolongku ??? Apa Rey yg aku kenal ??? Deg !!! Apa dia Reydan. Ah, bodoh !!! Kenapa aku memikirkan pengkhianat itu. Tidak mungkin, pasti Rey yg lain. Ada banyak nama Rey di dunia ini." batin Ifa sambil menaikkan kedua kakinya kembali dan kemudian berbaring.
Dengan setengah berlari. Rey masuk lift dan meninggalkan David yg sedang memarkirkan mobilnya.
"Dasar bos !!! Semaunya sendiri. Setelah bertemu nona. Dia melupakanku, asisten pribadinya. Huh !!! Sabar David... sabar???" Gerutu David sambil mengejar bosnya yg sudah tak terlihat.
"Tok !!! Tok !!! Tok !!!"
Terdengar suara pintu yg diketuk.
"Masuk !" Jawab suster Ani dari dalam, seraya berlari dan membuka pintu tersebut.
"Sus, di mana Ifa???" tanya Rey antusias dan menerobos masuk ke dalam berbarengan dengan dokter Elvi.
Ya, Rey tadi tidak sengaja berpapasan dengan dokter Elvi di depan lift.
"Eh !!! Tuan Rey. Ternyata anda juga sudah sampai? Mari dok ? Tuan Rey ? Nona ada di dalam." Jawab suster Ani. Seraya mengelus dadanya karena kaget dengan ulah Rey yg tiba-tiba menerobos masuk.
"Iya sus. Pekerjaan saya sudah selsai jadi kami memutuskan untuk segera pulang. Saya tidak sabar ingin melihat kondisi Ifa." Sahut Rey bersemangat. Sambil mengulas senyum manisnya.
"Oh, iya dokter? Tuan ? Tadi kami sempat kewalahan menenangkan nona, tuan ? Dokter ?" keluh suster Ani. Sambil berjalan menuju kamar rawat Ifa seraya menoleh ke arah dokter Elvi.
"Kenapa sus ?" sahut Rey dan dokter Elvi kompak.
"Apa dia histeris lagi seperti tadi pagi sus?" sahut Rey was-was.
Dokter Elvi pun, sama khawatirnya dengan Rey. Dia mengerutkan keningnya.
"Sus ? Apakah obat yg resepkan sudah anda berikan pada nona?" lanjut dokter khawatir
"Tidak tuan. Sudah dok." jawab suster Ani.
"Lalu ? Kenapa kalian sampai kewalahan ?" tanya Rey bingung.
"Begini tuan. Tadi nona bersikeras turun dari ranjang. Bahkan nona memaksa melepas jarum infus ditangannya tuan. Nona juga merengek minta pulang tuan. Nona menangis dan menolak untuk dirawat di sini tuan. Kata nona, dia khawatir tidak bisa membayar perawatannya tuan." jelas suster Ani panjang lebar.
"Hem. Gadis manis ku. Apalagi yg dia katakan sus?" sahut Rey kemudian.
"(Kau tidak berubah sayang. Rupanya kau masih seperti yg dulu. Sikapmu yg seperti inilah yg semakin membuat aku takut kehilanganmu.)" Batin Rey sambil menggelengkan kepalanya heran.
"Nona juga menjelaskan jika nona takut dipecat, karena sudah berhari-hari absen tidak bekerja tuan." terang suster Ani.
Mereka pun kemudian telah sampai di kamar Ifa. Ketika sampai di ambang pintu kamar yg terbuka itu ?
"Deg !!!" kaget. Jantung Ifa berdetak kencang.
(Reydan??? Dia ???) batin Ifa.
Ifa yg masih terjaga kaget bukan kepalang. Melihat laki-laki yg datang bersama suster Ani dan dokter Elvi.
Terdiam seribu bahasa. Ifa memegangi dadanya yg sesak. Napasnya seperti terhenti begitu saja.
Ifa sampai tidak bisa berkata-kata. Lidahnya kelu.
Tanpa sadar air matanya menetes. Tak tahu apa yg harus dia lakukan.
Wajahnya merah padam. Pikirannya tak karuan. Haruskah dia marah ? Batinnya meronta. Ingin sekali rasanya dia berlari dan meninggalkan ruangan itu sekarang juga.
Tapi??? Apalah daya ? Kondisinya sekarang yg memaksa Ifa untuk bertahan. Fisik dan mentalnya masih belum stabil. Dia juga takut jika dia memaksakan diri justru akan berakibat buruk padanya.
Dia juga tidak ingin menambah beban pada orang lain. Hanya saja, dia belum sanggup untuk bertemu dengan laki-laki di hadapannya sekarang. Laki-laki di masa lalunya.
Ya. Reydan Syailendra laki-laki ini yg dulu hadir di hidupnya. Orang yg sangat dicintainya. Tapi sekarang Ifa sangat membencinya. Bahkan takut untuk bertemu dengannya.
Dengan penuh keberanian. Ifa yg diliputi ketakutan dan amarah. Memberanikan diri menatap Reydan.
"Suster !!! Kenapa laki-laki itu ada di sini !!! " teriak Ifa dengan lantang. Seraya mengarahkan telunjuknya ke arah Rey dan memperlihatkan wajah bengisnya.
"Glek !!!"
Reydan menelan ludahnya sambil meraup wajahnya dengan kasar.
Seketika semua yg berada di tempat itu menoleh ke arah Reydan. Menatap Reydan dengan heran.
"Nona?" panggil suster Rena memecah keheningan.
Suster Rena berjalan menghampiri Ifa seraya mengusap bahu Ifa secara perlahan.
"Berbaringlah nona. Biarkan dokter memeriksa anda sebentar." sambung suster Ani kemudian. Untuk mengalihkan pembicaraan.
"Permisi nona. Boleh saya periksa?" sahut dokter Elvi melanjutkan.
"Eh. Iya dok." jawab Ifa lirih.
"Apa yg anda rasakan nona? Apakah masih terasa pusing? Atau ada hal lain yg anda keluhkan? Jangan sungkan untuk memberitahukan pada kami nona." tanya dokter Elvi sambil mengulas senyum.
"Mm, tidak dok. Hanya saja badan saya sakit semua. Kepala saya juga masih sakit dok." jawab Ifa.
"O.k. Apakah anda sudah makan? Obatnya juga sudah diminum?" tanya dokter cantik itu.
"Sudah dok." jawab Ifa singkat.
"Syukur Alhamdulillah. Ada yg lain?" imbuh dokter Elvi.
"Dokter?" tanya Ifa lagi.
"Iya? Ada apa nona?" jawab dokter
"Mm... Apakah...?" tanya Ifa sambil seketika menghentikan ucapannya. Kemudian menghela napas dengan kasar.
"Kenapa nona?" jawab dokter penasaran.
Rey pun mengernyitkan dahinya. Dia juga penasaran.
"Apakah... Apakah saya sudah boleh pulang sekarang dok???" tanya Ifa cemas.
Rey melotot. Kaget dengan pertanyaan Ifa. Dia khawatir. Tapi jika dia yg menjawab pertanyaan Ifa itu, Ifa akan marah padanya. Dia juga yg takut jika Ifa akan pergi darinya. Dan kembali meninggalkannya.
"Ka ... ", ucapan Rey terhenti. Kala tangan Ifa terangkat.
"Aku tidak bertanya padamu !!! " ketus Ifa penuh penekanan sambil mengangkat tangannya.
Dokter dan kedua suster pun heran dengan kedua anak manusia di depannya itu. mereka bertanya dalam hati. Sebenarnya apa yg terjadi dengan tuan dan nona mereka.
"Nona Ifa maafkan saya dengan berat hati saya katakan. Nona belum boleh pulang untuk saat ini. Karena kondisi anda belum pulih benar nona." Jawab dokter Elvi.
"Apakah... apakah ada yg serius di tubuh saya dok?" tanya Ifa lagi dengan serius.
"Perlu banyak observasi nona. Saya juga masih menunggu hasil Rontgen dan lab dari beberapa dokter yg menangani anda nona. Bisa dianggap ada masalah serius pada diri anda nona. Jadi, tolong nona bersabar sebentar. O.k." terang dokter panjang lebar.
"Begitu ya dok. Huh... " Ifa menghela nafas, kecewa.
Rey yg masih mematung di ambang pintu pun mulai berjalan perlahan mendekati Ifa. Dia yg sudah lama sekali menantikan momen seperti ini lantas berdiri di samping ranjang Ifa.
"Iya nona. Jaga kondisi anda. Jangan lupa makan dan minum obatnya secara teratur. Terutama jaga kondisi kejiwaan anda. Jangan terlalu berpikir keras untuk saat ini. Rileks nona. Satu lagi, apakah anda memiliki trauma di masa lalu?" terang dokter Elvi.
Deg !!!
Debaran jantung Ifa semakin berpacu.
( Bagaimana ini ? Apa aku harus jujur pada dokter ini ? Tapi ? Aku belum siap.) batin Ifa bingung.
"Mmmm... Eee... anu dok ??? ti... " jawab Ifa terbata-bata. Dia tidak berani menjawab. Dia takut jika sampai Rey tahu yg sebenarnya. Apa yg menimpanya.
"O.k ? Santai nona. Mungkin lain waktu. Jika anda sudah siap pasti akan menceritakan semua pada saya. Jangan sungkan sama saya. Saya siap menjadi pendengar setia nona. Saya jamin kantung plastiknya tidak akan bocor kok." kelakar dokter Elvi sembari mengedipkan sebelah matanya. Sambil tersenyum menggoda Ifa.
Dokter berusaha mencairkan suasana. Supaya Ifa tidak takut dan tegang padanya.
Ifa tersipu malu. Dia sedikit mengulas senyumnya. Manis memang. Reydan yg intens menatapnya tersenyum senang. Menikmati suasana di depannya sekarang.
Setidaknya, malam ini dia tidak melihat raut wajah ketakutan seperti tadi pagi.
"Suster ?" tanya Ifa memecah keheningan. Sambil menggenggam tangan Rena.
"Iya nona?" jawab Rena kaget.
"Dia siapa ??? Anda berhutang penjelasan pada saya sus?" kata Ifa sambil menunjuk Rey dengan kepalanya.
"Oh, ya nona. Saya sampai lupa mengenalkannya. Perkenalkan beliau tuan Reydan Syailendra nona. Pemilik apartement ini. Beliau jugalah yg menolong anda dari kecelakaan itu nona. Dan... satu lagi beliau yg mengurus semua administrasi biaya perawatan anda nona. Semuanya, sampai anda sembuh." jelas suster Rena.
Sambil melirik Rey yg masih terdiam. Dibarengi anggukan suster Ani kemudian.
"Oh !!! Tapi aku tidak mau bertemu dengannya sus !!!" jawab Ifa ketus.
Suster Rena dan suster Ani saling bertatapan. Dokter Elvi pun juga dibuat penasaran.
"A... tapi nona ? " jawab suster Rena.
Belum sempat suster melanjutkan pertanyaan, Ifa mengangkat tangannya.
"Suruh dia pergi sekarang suster !!! " titah Ifa.
Semakin dibuat bingung. Dokter menyikut lengan Reydan. Membuat Rey tersentak dan kaget. Kemudian dia melirik dokter Elvi.
"Nona...? Kenapa ? Dia orang yg berjas pada and nona?" terang suster Ani seraya mengelus punggung Ifa dengan lembut.
"Aku bilang, aku tidak mau melihatnya suster. Tolong !!! Tolong, usir orang ini. Tolong suster." pinta Ifa yg sudah menangis histeris dan berteriak.
"Aduh, hhhh..." lirih Ifa.
Sembari memegangi kepalanya Ifa yg menangis, meringis menahan sakit.
"Sayang ... apanya yg sakit ? " tanya Rey khawatir.
"Pergi !!!" usir Ifa pada Rey. Rey masih bertahan di tempat.
Sedangkan dokter Elvi dan kedua suster dibuat kalang kabut. Mereka masih heran pun. Seketika menenangkan Ifa.
"Tenang nona? Tenang ya ?" sahut suster Ani mencoba menenangkan Ifa.
"Tarik nafas pelan-pelan nona" sambung dokter Elvi.
Tubuh Ifa lemas. Tapi dadanya masih bergemuruh. Emosinya yg meluap-luap membuat dadanya sesak. Air matanya pun tak terasa menetes lagi. Rasanya dia tak sanggup lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!