"Cindy... bangun sayang waktunya siap-siap ke sekolah" Terdengar suara teriakan seorang wanita dari balik pintu kamar Cindy. Tak sedikitpun Cindy bergeming. Dia tetap menikmati tidurnya dengan sangat pulas. Berkali-kali alarm di ponselnya berbunyi namun tidak juga membantu.
Akhirnya Ibu Cindy membuka pintu kamar dan mendapati Cindy tengah tertidur di meja belajarnya bersama ceceran kertas bergambar desain-desain pakaian serta pensil warna yang berserakan diatas meja.
"Anak ini bisa-bisanya tertidur di sini sepanjang malam" Ibu Cindy menggoyang-goyangkan badannya berharap putrinya segera bangun.
"Hmmm.... badanku sakit sekali" Cindy menggeliat sembari memegang pinggangnya.
"Mana mungkin tidak sakit semua. Mama sudah belikan kasur untukmu tapi selalu tidur di kursi"dengus Ibunya kesal.
"Pasti kamu tidur sampai larut lagi kan?"
"Hehe.. iya ma, aku tidak bisa tidur. Tapi biasanya Kak Aldho memindahkanku ke kasur" ucap Cindy sembari melenggangkan kaki mencari handuk mandinya.
"Kakakmu ada kegiatan di kampus bersama teman-temannya dari kemarin sore. Ayo cepat mandi nanti telat sekolahnya"
.
Cindy Julieta Gunawan adalah gadis cantik yang baru saja duduk di kelas 3 SMA. Dia amat terobsesi dengan dunia fashion membuat dirinya bertekad untuk menjadi model dan desainer.
Tumbuh di lingkungan keluarga yang saling menyayangi Ayahnya Pak Tirta Gunawan adalah dokter spesialis syaraf, Ibunya nyonya Grace Gunawan selalu memperhatikan dia serta kakak angkatnya Aldho Dimitri Gunawan sosok anak laki-laki yang sangat menyayangi keluarga.
Aldho sangat menyayangi Cindy melebihi dirinya sendiri. Walaupun dia anak angkat di keluarga ini tetapi selalu dianggap seperti anak kandung.
Sebenarnya Aldho adalah anak dari sahabat pak Gunawan di Irlandia. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat membuat Pak Gunawan bertekad untuk membesarkan dan menyayangi Aldho yang saat itu masih berumur 2 bulan. Wajah tampan khas pria Eropa membuatnya selalu jadi pusat perhatian di lingkungan tempat tinggalnya terutama para kaum hawa. Aldho mengikuti jejak ayahnya bersekolah di bidang ilmu kedokteran hasil beasiswa karena prestasinya sejak duduk di bangku SMA.
Cindy sangat dimanjakan oleh Aldho hingga terkadang mendapat protes dari Ibu Grace.
Bisa dibilang kehidupan Cindy nyaris sempurna. Semua berjalan seperti apa yang ia harapkan.
.
Bel tanda pulang telah berbunyi. Cindy berkemas untuk pulang. Dia menelepon kakaknya untuk minta dijemput.
Saat menunggu Aldho teman-teman Cindy menghampirinya.
"Cindy bagaimana jika kita mengerjakan tugas kelompok di rumahmu saja?" ucap Tika bersemangat.
"Kenapa selalu dirumahku? Kenapa tidak gantian di rumah kalian. Aku kan juga ingin punya alasan untuk keluar rumah" balas Cindy.
"Karena dirumahmu kita bisa melihat kak Aldho" Jawab Windy seraya tersenyum.
Cindy mendengus kesal. Teman-temannya selalu mengunjungi rumah karena ingin melihat kakaknya. Memang wajah tampan Aldho selalu menjadi primadona untuk teman-teman Cindy.
Tak lama kemudian sebuah mobil menepi di dekat Cindy berdiri. Seorang membuka kaca mobil yang ternyata adalah Aldho.
"Cindy ayo masuk," teriak Aldho.
Cindy melirik ke dalam mobil penasaran siapa yang ada di dalam. Setelah memastikan Cindy membuka pintu belakang dan duduk.
"Hai Cindy, apa kabar" sapa teman Aldho.
"Hai kak Roger.. kalian dari mana tumben bawa mobil" balas Cindy.
"Kakak selesai acara diklat di kampus"jawab Aldho.
Aldho dan Roger adalah sahabat sejak SMP. Keluarga Cindy juga sudah mengenal Roger dengan sangat akrab. Wajahnya yang mirip dengan Aldho selalu disangka mereka bersaudara.
Ayah Roger merupakan orang keturunan Jerman. Dan ibunya berasal dari Bali namun kedua orang tuanya telah berpisah dan hidup masing-masing membuat Roger lebih sering di rumah Aldho untuk mengobati rasa rindunya kepada sosok orang tua.
Mereka sudah sampai di rumah. Ibu grace menyambut anak-anaknya yang baru pulang beraktifitas.
"Ayo ganti baju kalian lalu makan siang bersama, Roger ayo sekalian ikut makan siang bersama" ucap Ibu Grace.
"Terimakasih tante," Roger mengikuti ibu Grace ke ruang makan.
"Masakan Tante selalu luar biasa. Mencium aromanya saja sudah membuatku lapar" puji Roger.
"Makan yang banyak Roger, tante akan sangat senang"
Cindy dan Aldho bergabung bersama. Mereka menyantap makan siang bersama.
"Ma, nanti teman-temanku akan belajar kelompok di sini" Cindy memberi tahu ibunya.
"Kenapa teman-temanmu sangat suka belajar kelompok di sini?" tanya Roger.
Cindy hanya menjawab dengan isyarat. Dia menunjuk Aldho yang sedang menikmati makan siang.
"Kenapa aku?" tanya Aldho heran.
"Mereka tergila-gila kepadamu kak" jawab Maia kesal.
Aldho tertawa geli diikuti ibu Grace dan Roger.
Teman-teman Cindy sudah datang. Mereka adalah Windy, Tika dan Zara. Tugas yang dikerjakan cukup mudah sehingga selesai dengan cepat. Setelah selesai mengerjakan tugas mereka tidak langsung pulang melainkan duduk santai di taman samping rumah Cindy sembari memperhatikan Aldho yang sedang mencuci mobil.
"Cin, apa kakakmu itu jomblo?" tanya Windy.
"Hmm.. kelihatannya seperti itu" jawab Cindy malas.
"Memangnya tidak pernah membawa pacarnya ke rumah?" tanya Zara.
"Pernah dulu, Kak Aldho punya kekasih bernama Renata. Mereka berpacaran sejak SMA tetapi putus setahun lalu karena Renata dijodohkan oleh orang tuanya" jawab Cindy sembari mengingat-ingat kisah kakaknya.
"Lalu tipe perempuan seperti apa yang disukai kak Aldho?" tanya Tika.
Ketiga temannya terus bertanya bergantian tentang Aldho membuat Cindy merasa kesal.
"Yang jelas bukan seperti kamu Tik, kenapa sih topik pembicaraan kalian selalu seputar Kak Aldho?" jawab Cindy kesal.
Akhirnya mereka berhenti membicarakan Aldho karena tidak ingin membuat Cindy marah.
.
Malam ini Cindy beserta keluarganya sedang melakukan makan malam bersama. Kegiatan rutin yang selalu dilakukan keluarga Gunawan yaitu makan selalu bersama-sama.
Ibu Grace sudah menyiapkan hidangan di meja makan. Mereka menikmati makan malam dengan bahagia.
Selesai makan malam mereka menikmati waktu bersama keluarga. Bercengkrama sambil menonton tv. Menceritakan kegiatan masing-masing hari ini. Memang keluarga ini sangat harmonis. Pak Gunawan beruntung memiliki anak-anak yang sangat penurut dan berbakti kepada orang tua.
"Aldho punya kabar gembira hari ini"
"Kabar gembira apa Al?" tanya Pak Gunawan penasaran.
Aldho mengeluarkan sebuah amplop putih besar lalu membukanya dan memberitahukan isi Undangan tersebut.
"Aldho dapat beasiswa ke Amerika Yah.." jawab Aldho dengan nada gembira.
"Benarkah sayang?" Ibu Grace tak percaya. Lalu Aldho menunjukkan surat iru kepada mamanya dan Cindy ikut melihatnya.
"Selamat anakku, akhirnya mimpimu terwujud" Pak Gunawan memeluk Aldho dengan penuh kasih sayang.
"Mama turut bangga padamu Aldho" Ibu Grace juga memeluk Aldho. Dan tak lupa Cindy memberi ucapan selamat kepada kakaknya. Mereka berempat saling berpelukan.
Aldho sedang sibuk dengan laptopnya di kamar tiba-tiba seseorang mengetuk pintunya.
"Kak Al, boleh aku masuk?" Cindy berteriak dari balik pintu kamar Aldho.
"Masuklah Cin.." jawab Aldho.
Cindy memasuki kamar Aldho. Kamarnya begitu rapi, terdapat banyak medali dan trofi berjajar di sudut kamar dengan rapi. Semua itu adalah beberapa kejuaraan yang dimenangkan oleh aldho selama mengikuti olimpiade sejak SMP.
Maia duduk di atas ranjang milik Aldho sembari memperhatikan Aldho mengetik sesuatu di laptopnya.
"Ada apa Cin? Kenapa belum tidur?" tanya Aldho.
"Kak Aldho sungguh akan pergi ke Amerika?" tanya Cindy memelas.
"Iya, mungkin 6 bulan lagi. Memangnya kenapa?" tanya Aldho.
"Jika Kak Aldho pergi lalu aku harus bagaimana jika butuh bantuan kak Aldho? Siapa yang akan mengajariku mengerjakan PR? Siapa yang menjeputku sekolah? Bagaimana jika aku merindukanmu?" Suara Cindy berubah menjadi parau. Tak terasa air mata menumpuk di sudut mata cantiknya lalu perlahan mengalir membasahi pipi.
Melihat Cindy yang bersedih membuat Aldho menghentikan aktifitasnya. dia menutup laptopnya dan berjalan menghampiri Cindy.
"Kakak hanya pergi sebentar. Ijinkan kakak menuntut ilmu ya, kakak akan selalu ada untukmu kita bisa videocall setiap saat" Aldho memeluk Cindy dan berusaha membujuknya.
"Tapi dua tahun itu lama kak, Aku tidak mau jauh dari kakak. Aku mau kakak bersamaku" Sambil terisak Cindy berusaha menahan kakaknya agar tidak pergi. Hal itu membuat Aldho semakin tidak tega untuk meninggalkan Cindy.
"Maafkan Kakak"
.
.
Aldho mencoba untuk terus meyakinkan Cindy agar dia mau mengijinkan Aldho melanjutkan studi ke Amerika. Begitupun dengan ibu Grace juga terus meyakinkan anak gadisnya itu. Cindy memang agak keras kepala.
Setelah berbagai macam usaha untuk meyakinkan akhirnya Cindy mengijinkan Kakaknya untuk pergi. Bagaimanapun Cindy tidak boleh egois. Aldho harus melanjutkan cita-citanya.
" Baiklah Kak Aldho boleh pergi tapi dengan satu syarat" ucap Cindy.
"syarat apa lagi?" protes Aldho.
"Kak Aldho harus jaga diri baik-baik disana, jangan terlibat masalah dan segera pulang"
Mendengar ucapan Cindy membuat Aldho merasa sangat bahagia. Adiknya begitu perhatian kepadanya.
"Baiklah adikku yang cerewet" Aldho mencubit pipi Cindy yang berakhir protes darinya.
.
Pagi ini seperti biasa semua orang melakukan aktivitas masing-masing. Ayah sedang merawat tanaman di kebun samping rumah dibantu oleh Aldho. Kegemaran ayahnya dengan tanaman membuat suasana rumah menjadi asri.
"Dho, nanti jadi antar mamamu ke Bogor kan? Papa ada jadwal operasi jam 6 sore sekalian piket malam di rumah sakit.
"iya yah, nanti Aldho yang antar mama"
Di dalam rumah Mama Grace mempersiapkan sarapan untuk keluarganya. Cindy keluar kamar dengan berpakaian seragam sekolah rapi. Gadis cantik itu tidak pernah absen dari sekolah kecuali sakit dan acara yang sangat penting sehingga dia diberi peringkat siswi teladan di sekolahnya.
"Selamat pagi Mama" ucap Cindy sembari memeluk pinggang Mama Grace yang sibuk menata piring.
"Pagi putri cantikku, Cindy panggil ayah dan kakakmu untuk sarapan"
"oke siap Ma" Cindy bergegas ke kebun samping rumah untuk memanggil ayah dan kakaknya untuk sarapan.
Keluarga itu menikmati sarapan pagi dengan suasana hangat. Setelah selesai mereka berbincang-bincang santai sebentar sebelum melanjutkan aktivitas masing-masing.
"Ma, nanti jadi ke Bogor kan? Biar Aldho yang antar mama" Ucap Aldho kepada Mamanya.
"Iya Dho, tadi ayahmu juga sudah bilang begitu. Cindy mau ikut Mama ke Bogor?" Mama Grace menawari Cindy.
"Emm.. Cindy tidak ikut Ma, besok ada Ujian Tengah Semester. Cindy harus belajar"
"Tapi nanti ayahmu piket malam lho, kamu berani sendirian di rumah?" tanya Mama Grace lagi.
"Tak apa, Cindy dulu pernah dirumah sendirian juga berani. Cindy udah gede ma.." rengek Cindy. Memang dia anggota keluarga paling kecil terkadang orang masih menganggapnya seperti anak-anak.
"Jangan keluyuran lho" Sahut Aldho.
"enggak lah kak" Cindy memanyunkan bibirnya membuat Aldho terkekeh.
"Sudah, antar adikmu sekolah dulu" ucap Mama Grace.
Aldho mengeluarkan mobil untuk mengantar Cindy ke sekolah. Aldho memang sudah menyelesaikan ujian skripsinya jadi dia sudah tidak terlalu sibuk untuk berangkat kuliah.
"Kak nanti jangan keluar dari mobil, dan jangan buka kaca mobilnya" ucap Maia saat baru saja masuk ke dalam mobil.
"Memangnya kenapa? kamu malu punya kakak seperti ini?" balas Aldho sinis.
"Bukan begitu, tapi aku hanya malas meladeni teman-temanku yang selalu ingin tahu tentang kakak" ucapnya cemberut.
Aldho terkekeh melihat ekspresi lucu Cindy.
"Memang aku terlalu menarik perhatian untuk teman-temanmu"
Maia tersenyum kecut lalu mencubit lengan Aldho.
"Aww... aku sedang nyetir nih" protes Aldho.
"Kak Aldho gemesin sih" Cindy tertawa puas menjahili kakaknya.
Tak berselang lama mereka sudah tiba di depan sekolah Cindy. Cindy memberi isyarat kepada kakaknya untuk melakukan apa yang dia minta.
Saat Cindy sudah berjalan menuju ke sekolah tiba-tiba Aldho berteriak dari belakang.
"Bye Cindy, Have a nice day" Aldho membuka kaca mobilnya sambil menyeringai.
"Kak Aldho..." Cindy geram.
Aldho tertawa sendiri di dalam mobil dan langsung menancap gas untuk segera pergi.
"Maia itu kakakmu sangat keren" ucap salah seorang teman Cindy.
"Iya dia akan menikah" balas Cindy berbohong agar tak ditanyai macam-macam tentang kakaknya.
.
Pagi berganti siang begitu saja. Cindy telah selesai dengan aktivitas di sekolah dan sekarang waktunya pulang.
Aldho sudah hafal dengan jadwal pulangnya Cindy sehingga dia sengaja berangkat menjemput Cindy lebih dulu tanpa menunggu pesan darinya.
"Cindy..." Aldho berteriak memanggil Cindy yang sedang berdiri di samping gerbang.
"Kak Aldho sudah datang?" sambut Cindy.
"Ayo pulang"
"Kak sekalian antar Windy pulang ya, dia tidak ada yang jemput. Rumahnya searah kita pulang" Cindy minta ijin kakaknya.
"baiklah, ayo masuk"
Mereka bertiga memasuki mobil, Cindy dan Windy duduk di kursi belakang.
"Windy rumahmu sebelah mana?" tanya Aldho.
"Perumahan Citra Raya blok M kak" Windy sesekali mencuri pandang ke arah Aldho yang sedang menyetir. Hal itu diketahui oleh Cindy.
"Nggak usah genit" Bisik Cindy sebal.
Selesai mengantar Windy mereka melanjutkan perjalanan pulang. Cindy pindah di kursi depan samping Aldho.
Dia memikirkan teman-temannya yang selalu genit dan mengidam-idamkan Aldho. Perlahan Cindy melihat Aldho yang sedang menyetir.
Memang benar, Aldho memiliki paras rupawan, dia cerdas dan juga sangat perhatian kepada orang lain. Pantas saja semua gadis selalu tergila-gila kepadanya. Cindy secara tidak sadar melamun sembari memandangi Aldho.
"Hey, Cindy kau kenapa memandangku seperti itu?" tanya Aldho membuyarkan lamunan Cindy.
"Emm.. siapa yang memandang kak Aldho, itu di rambut kakak ada kotoran" balas Cindy berbohong.
.
Sampai di rumah Aldho bersiap mengantar Mama Grace.
"Cindy kamu tidak ikut sekalian? Papa jaga malam jadi tidak ada orang di rumah" pinta Mama Grace.
"tidak kak aku besok ada ujian tengah semester jadi harus belajar" balas Cindy.
"kamu yakin baik-baik saja di rumah sendiri?" Aldho sedikit tidak tega kepada Cindy.
Cindy mengangguk.
"Baiklah jika butuh apa-apa telepon saja kakak, nanti kakak minta tolong Roger yang bantu"
Aldho dan Mama Grace sudah berangkat. Papa juga sudah ke rumah sakit sehingga Cindy dirumah sendiri. Hari sudah mulai malam dan hujan cukup deras. Beberapa kali Aldho menelepon Cindy untuk menanyakan keadaannya.
Aldho sangat khawatir meninggalkan Cindy di rumah sendirian sehingga dia memutuskan untuk meminta tolong kepada Roger untuk melihat keadaan Cindy.
Berkali-kali Aldho menghubungi Roger namun tidak ada balasan. Akhirnya dia mengirimi pesan untuk menemui Cindy jika dia membutuhkan bantuan.
Sedangkan Roger sedang asyik berpesta di sebuah klub. Kebiasaannya yang begitu bebas dan minum-minum berbanding jauh dengan Aldho.
Roger terus merasakan ponselnya berdering membuatnya terpaksa melihat ponselnya. Dia pergi ke toilet dan memeriksa ponselnya. Rupanya pesan dari Aldho.
Dengan setengah sadar Roger membaca pesan di ponselnya yang menyuruhnya menemui Cindy tanpa membaca kelanjutannya.
Roger segera pergi menemui Cindy. Pengaruh alkohol membuat pikiran Roger menjadi tidak jernih. Dia terus membayangkan wajah cantik dan tubuh Cindy yang indah. Gadis yang diam-diam ia dambakan.
Dia menyetir mobil dengan kencang hingga menyerempet pembatas jalan. Untung saja jalanan sedang sepi karena hujan. Sesaat kemudian Roger sampai di rumah Cindy.
TOOKKK..TOOKKK.. TOOKKK..
Terdengar seseorang mengetuk pintu cukup keras. Cindy yang sedang membaca buku di ruang tengah segera menuju pintu.
"Siapa malam-malam begini bertamu?" gumam Cindy sembari membuka pintu.
Seorang pria bertubuh kekar mengenakan jaket jeans serta rambut dan wajahnya basah karena air hujan.
"Kak Roger? Silahkan masuk" Cindy mempersilahkan Roger untuk masuk ke dalam rumah, dia sudah terbiasa dengan kehadiran Roger dan Cindy menganggap Roger seperti kakaknya sendiri.
Cindy memberikan sebuah handuk serta membuatkan teh panas untuk Roger.
"Kak Roger pasti disuruh Kak Aldho kan untuk melihat keadaanku" tanya Cindy sembari duduk di sebelah Roger.
Roger hanya tersenyum tipis, dia memperhatikan Cindy yang sedang duduk di sebelahnya mengenakan piyama. Seperti seorang yang kehausan. Roger terus mendekati Cindy, tatapannya berbeda dari biasanya.
Cindy merasakan sesuatu yang berbeda saat melihat Roger. Pria yang biasanya periang dan banyak bicara tiba-tiba menjadi sosok yang dingin dan misterius.
Roger duduk mendekati Cindy melepas jaketnya dan mengalungkan lengannya di bahu Cindy.
"emm, kak ngapain?" Cindy mulai merasa risih dengan sikap Roger.
Perlahan Roger mendekatkan wajahnya. Cindy mencium bau alkohol dari mulut Roger.
"Kak kamu mabuk?" tanya Cindy mulai panik.
Tanpa menunggu lama Roger langsung memeluk Cindy dan mencium bibirnya. Cindy yang terkejut mencoba melepaskan pelukan Roger namun dia tidak mampu menandingi kekuatan Roger.
"Kak Roger jangan... Cindy tidak mau"
.
.
.
.
.
lanjut Bab 3 ya...
Roger terus mendekap tubuh Cindy hingga dia jatuh di sofa. Dengan cepat Roger berada di atasnya. Cindy terus meronta namun hal itu tidak ada gunanya karena Roger mengunci tubuhnya. Satu tangan Roger mencengkeram kedua pergelangan tangan Cindy dan meletakkannya di atas kepala Cindy. Sedangkan tangan satunya terus aktif menjelajahi setiap lekuk tubuh Cindy.
"Kak Roger... ku mohon sadarlah, jangan lakukan itu padaku"
Cindy terus berteriak dan menangis. Namun rupanya hal itu tak digubris Roger sama sekali. Malah kini Roger mulai menyusuri leher jenjang Cindy dan turun ke bawah.
Dengan satu sentakan Tangan Roger piyama yang dikenakan Cindy kini terkoyak dan kancing bajunya bertebaran.
Bagai Singa yang kelaparan Roger langsung menyambar bagian atas tubuh Cindy dengan beringas. Tak lupa Roger mulai melepas kaos yang dikenakannya dan dilempar asal. Hal itu membuat Cindy semakin takut.
Bulir-bulir air mata yang jatuh entah tak terhitung lagi ditambah keringat yang mulai bercucuran di sekujur tubuh Cindy. Dengan terus berusaha meronta Cindy memohon kepada Roger untuk menghentikan perbuatannya namun Roger tetap tak bergeming. Semakin Cindy menangis semakin Roger termakan nafsu.
Hingga akhirnya Roger mulai melepas pakaian Cindy bagian bawah. baju yang dia kenakan kini telah robek semua. Roger mulai melucuti semua bajunya dan hal itu digunakan Cindy untuk berusaha melarikan diri. Namun sia-sia ternyata Roger telah berhasil menarik lengan Cindy hingga dia terjatuh. Dengan cepat Roger naik di atas tubuh Cindy dan mulai melakukan aksi bejatnya.
Cindy berteriak kesakitan tatkala benda itu mencoba memasuki tubuh Cindy dengan paksa. Sakit luar biasa yang Cindy rasakan hingga membuatnya hampir pingsan.
Roger terus menghajar Cindy tiada ampun. Cindy yang pasrah hanya bisa menangis nelangsa. Dia melihat foto keluarga yang terpajang di ruang tengah. Sosok dalam foto itu. Ayah, Mama, dan kak Aldho sosok yang begitu Cindy sayangi. Tubuhnya terasa sangat perih namun hatinya lebih perih. Dia terus menangis karena hanya itu yang bisa dia lakukan.
Berteriak sekencang apapun tidak akan ada orang yang akan membantunya karena hujan deras dan posisi rumah Cindy yang berada di tengah pekarangan luas sehingga tetangga pun tidak akan mendengar suara Cindy.
Roger terus menaikkan tempo gerakan tubuhnya membuat Cindy semakin menjerit kesakitan. Tiada ampun dari Roger hingga tiba-tiba Roger mulai mendesah keras dan terasa cairan hangat mengalir di dalam tubuh Cindy.
Perlahan Roger mulai melambat dan berangsur melemaskan tubuhnya kemudian ambruk menindih Cindy.
Rasanya Cindy tidak kuat menahan tubuh kekar Roger dan dengan sekuat tenaga dia mencoba melepaskan dirinya dari tindihan Roger. Tidak ada perlawanan dari Roger membuat Cindy sedikit lebih mudah. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya akhirnya dia bisa melepaskan diri dari pria itu.
Cindy memunguti bajunya yang terkoyak sana sini. Dengan tertatih Cindy berjalan menuju kamarnya. Dia mengunci pintu rapat-rapat agar Roger tidak bisa mendekatinya lagi.
Tangisnya pecah tatkala gadis itu merasakan ngilu di tubuhnya. Tulang-tulangnya seperti mau copot semua. Dia berjalan menuju kamar mandi dan menyalakan shower air hangat. Cindy meringkuk dibawah guyuran air membiarkan tubuhnya basah oleh air hangat untuk mengurangi rasa sakitnya. Kejadian malam ini sungguh membuatnya sangat trauma.
Setelah beberapa saat Cindy mulai bangkit dan keluar dari kamar mandi. Dia memakai pakaian seadanya untuk menutupi tubuhnya. Tenaganya yang terkuras habis membuat Cindy langsung ambruk di atas ranjangnya tanpa mengeringkan rambut terlebih dahulu. Bulir-bulir air mata terus mengalir dari manik mata indahnya.
"Kak Aldho... tolong aku" gumam Cindy lirih.
Di ruang tengah Roger masih tergeletak di atas sofa tanpa sehelai pakaian di tubuhnya. Peluhnya membasahi seluruh tubuh polos itu. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan hawa dingin mulai menyeruak masuk ke dalam rumah membuat Roger mulai merasakan dingin menerpa tubuhnya.
Perlahan Roger mulai mengerjapkan matanya dan pelan-pelan dia mulai membuka matanya. Suasana berbeda sepertinya ini bukan rumahnya. Roger memperhatikan secara seksama ruangan yang ia tempati dan akhirnya tau bahwa ini rumah Aldho. Dia terkejut melihat tubuhnya yang telanjang bulat lalu langsung memunguti dan memakai pakaiannya yang berserakan di lantai.
Dengan sekuat tenaga dia mulai tersadar dan mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Melihat cangkir teh di meja yang masih penuh belum tersentuh namun sudah dingin. Dia mulai mengingat saat Cindy menyajikan minuman itu untuknya dan tentu kejadian selanjutnya yang dia lakukan terhadap Cindy.
"Ya Tuhan, mati aku. Kenapa bisa aku melakukannya kepada Cindy" gumam Roger panik.
Roger mencari kamar Cindy dan mencoba mengetuknya namun tak ada balasan apapun. Rupanya Cindy sudah terlelap karena kelelahan.
Akhirnya Roger kembali ke sofa ruang tengah dan melihat bercak darah menempel di sofa tersebut. Dia takut jika keluarga Cindy mengetahui kelakuan bejatnya. Dengan cepat Roger berusaha membersihkan sisa-sisa kotoran yang dia buat di sofa. Setelah dirasa bersih dan rapi Roger segera meninggalkan rumah Cindy.
"Maafkan aku Cindy" Roger terus menyetir mobil menuju kediamannya.
.
Aldho terus memikirkan Cindy. Entah kenapa dia memiliki firasat yang kurang baik terlebih saat Mama Grace memegang gelas yang akan dipakai untuk minum tiba-tiba terjatuh.
"Ma, kenapa aku terus kepikiran Cindy ya?" Ucap Aldho sembari membantu Mamanya memunguti pecahan gelas.
" Sudah jangan terlalu dipikirkan. Tadi sudah menelepon kan? Aduh..." Tiba-tiba tangan Mama Grace terkena pecahan kaca.
"Mama hati-hati, lihat berdarah kan?" Aldho meraih tangan ibunya dan segera mengobatinya.
"Besok pagi setelah kita menemui bibimu langsung pulang saja. Kelihatannya kamu terus kepikiran Cindy"
"iya Ma..."
.
Pagi ini Pak Tirta pulang dari rumah sakit. Dia terkejut saat membuka pintu rumah yang ternyata tidak terkunci.
"Jangan-jangan Cindy lupa mengunci pintu" gumam Pak Tirta.
Saat memasuki rumah pak Tirta tidak melihat seorangpun karena Aldho dan Mama Grace belum pulang. Kemudian Dia mengetuk pintu kamar Cindy yang terkunci. Berkali-kali dia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban. Karena khawatir akhirnya Pak Tirta mengambil kunci cadangan kamar Cindy.
Setelah berhasil membuka pintu Pak Tirta mendapati Cindy yang sedang tertidur pulas. Dia mendekati anak gadisnya untuk membangunkannya.
Saat memegang lengan Cindy Pak Tirta merasakan kulitnya yang terasa panas.
Lalu memegang kening Cindy. Benar saja putrinya saat ini sedang demam.
"Cindy, sayang kamu tidak apa-apa nak?" Pak Tirta menggoyang-goyangkan tubuh Cindy.
Cindy membuka mata dan mendapati Ayahnya yang sudah berada di rumah. Dengan cepat Cindy segera bangkit dan memeluk ayahnya.
"Ayah, aku takut" Cindy merintih dan mulai mengeluarkan air matanya. Dia merasa begitu lega saat melihat keluarganya berada di dekatnya saat ini.
" Cindy, Jangan takut ayah sudah pulang. Maafkan ayah meninggalkanmu sendiri di rumah" Pak Tirta mulai menenangkan Cindy. Dia berpikir bahwa Cindy ketakutan di rumah sendiri saat hujan deras mengguyur semalam.
"Jika kurang enak badan kamu tidak usah masuk sekolah, istirahat di rumah saja" Pak Tirta berjalan keluar kamar untuk ke dapur membuatkan sarapan.
Cindy mendengar suara pesan di ponselnya.
"Cindy, maafkan aku Sungguh aku semalam sedang mabuk berat dan melukaimu. Sungguh kakak minta maaf. Bisa kita bertemu hari ini? Kakak ingin menjelaskan sesuatu kepadamu"
Rupanya Roger yang mengirim pesan. Cindy beringsut ke ranjang dan mulai menangis lagi. Dia masih sangat takut bertemu dengan roger namun dia harus meminta pertanggungjawaban kepadanya.
"Baiklah. Kita bertemu dimana?"
.
.
visual Cindy
lanjut Bab 4 ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!