Salam reader
bertemu lagi dengan cerita karya maheer qirani,
di cerita yang satu ini ,semoga semua terhibur dan bisa memetik pesan yang tersirat di dalam kisahnya ya,
eits tapi jangan lupa loh...bagikan love nya untuk menyemangati si penulis ya, klik like,komentar,vote dan gift nya oke.
happy reading. selamat menikmati.
bab 1.
Bu anak haram itu apa sih?"
Sebuah pertanyaan Madina yang membuat ibunya yang bernama Bu Puspa terdiam menghentikan segala aktifitasnya,
Madina menatap ibunya yang terdiam dengan sebuah pisau yang sedang memotong sayur di dapur.
"Ibu mengapa diam,anak haram itu apa Bu?"
Pertanyaan itu terus dia layangkan kepada ibunya karena dia ingin tahu apa yang di maksud dengan anak haram yang selalu dia dengar dari semua teman.dan tetangga kepada Madina.
Untuk anak 5 tahun seusia Madina,tentunya sebuah kata itu begitu tidak dia pahami,itu sebabnya rasa ingin tahu akan apa itu arti anak haram,selalu menyeruak di setiap pikirannya.
Bu Puspa terlihat menahan air matanya yang hendak menetes.
"Memangnya siapa yang memanggilmu anak haram nak?"
Tanya Bu Puspa menanyakan siapa orang yang telah memanggilnya anak haram.
Madina tidak bisa menyebutkan satu persatu nama orang yang telah memanggilnya anak haram,yang jelas ada sebagian teman-teman yang mengejek dan menghinanya dengan sebutan kasar itu.
Tentunya Bu Puspa juga sudah tidak biasa lagi dengan hinaan itu kepadanya dari sejak dulu.
Tapi sampai sekarang ketika Madina menanyakan hal itu kepada nya,dia hanya balik bertanya siapa yang memanggil Madina anak haram tanpa menjelaskan apa itu artinya.
Bu Puspa hanya selalu berucap bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya anak haram.
Semua anak yang lahir ke dunia dilahirkan dalam keadaan suci,tidak ada yang namanya anak haram.
Bu Puspa hanya selalu menyuruhnya untuk tidak memperdulikan setiap orang yang menghinanya dengan sebutan anak haram itu.
Madina pun selalu menuruti pesannya.
Namun untuk hari ini,rasanya kesabaran Madina sebagai anak kecil yang masih belum tahu apa-apa tak bisa dia tahan lagi.
Tatkala seorang temannya bertanya tentang sosok ayah Madina.
"Madina ayah kamu siapa dan dimana?"
Tanya Haikal salah satu teman sekolah TK saat itu,dengan polosnya Madina menjawab jika ayahnya adalah ibunya ,ibu Puspa namanya.
Sudut bibir mereka terangkat, dan gelak tawa semua pun memenuhi ruangan kelas seakan mencemooh Madina yang tak punya ayah.
"Hahahaha Madina tidak mempunyai ayah,kasian deh "
Lanjut Haikal menghinanya kemudian teman yang lain pun ikut mengejek dan memanggil Madina anak haram.
"Anak haram.
Anak haram.
Madina gak punya ayah,anak haram"
Kata itu terdengar seperti sebuah nyanyian yang merdu bagi mereka untuk menghina Madina hingga dia pun sedih dan menangis.
Entah siapa dan dari mana sebutan anak haram itu berawal dan terlontar sehingga semua temannya bisa berkata seperti itu pada Madina.
Bu guru yang melihat semuanya pun langsung melerai dan membubarkan semua teman yang menghina Madina.
Akhirnya ibu guru coba Menenangkan Madina yang sedang menangis.
"Kamu jangan menangis ya Madina,kamu anak yang kuat,ayo tersenyum kita kembali lagi ke kelas ya"
Ucap Bu Maya,guru sekolah yang selalu baik kepadanya.
...
"Tolong jelaskan Bu,mengapa mereka memanggilku anak haram?"
Tanya Madina lagi pada ibunya dengan sedikit memaksa.
"Apa itu anak haram Bu..apa?"
Madina terus bertanya hingga membuat ibunya marah dan menangis untuk yang pertama kalinya.
"Diam kamu Madina,sudah cukup,ibu tidak ingin kamu bertanya lagi seperti ini,ayo tidurlah,pergi ke kamarmu"
Jawab Bu Puspa dengan nada tinggi dan menyuruh Madina untuk segera tidur.
"Tidak mau,Madina ingin tahu dulu mengapa mereka memanggilku anak haram,dan siapa ayahku?dimana dia? Ibu selalu bilang jika ibu adalah ibu dan ayahku"
Untuk pertama kalinya Madina menjawab semua perintah ibunya,dan itu membuat Bu Puspa kembali memarahinya.
"Madina,kurang ajar ya kamu,berani kamu membantah perintah ibu?berani kamu?"
Rasanya Madina takut melihat tatapan ibunya yang terlihat sangat marah pada Madina karena tidak menurutinya.
Madina pun langsung berlari menuju kamar sambil menangis,hingga dia terlelap dalam keadaan air mata yang masih membasahi pipinya.
Saat Madina terpejam,dia sangat merasakan jika ibunya datang dan membelai rambutnya,Bu Puspa mengatakan jika dia sangat menyayangi Madina,Bu Puspa meminta maaf karena telah berkata kasar dan memarahi Madina hingga dia menangis.
"Maafkan ibu nak,ibu sangat menyayangimu,ibu tidak ingin kamu bersedih,maafkan ibu sayang"
Bu Puspa terus membelai rambut Madina dan membuat hatinya kembali tenang dengan lantunan sholawat yang selalu Bu Puspa nyanyikan sebelum Madina tidur.
Sebuah kebiasaan yang tidak pernah ibunya lupakan meski kini Madina tertidur dalam kemarahan,namun Bu Puspa masih melakukan kebiasaannya dengan menemani nya tidur dengan sholawat nya.
***
Kini Madina dan Bu Puspa hidup berdua di sebuah desa terpencil di Tasikmalaya,
Mereka memang beberapa tahun ini pindah,tapi setiap mereka melangkahkan diri menetap disebuah desa,selalu saja mendapat masalah,ini untuk kesekian kalinya mereka pindah rumah.
Dan masalahnya pun selalu sama,
Para warga selalu mengusir mereka dengan paksa karena mereka mengetahui jika Bu Puspa membesarkan seorang anak haram,yaitu Madina.
"Usir Puspa dari sini,kami tidak ingin ada noda di kampung ini"
Pengusiran yang terjadi di Bandung sebelum mereka pindah ke Tasikmalaya begitu sangat Madina ingat.
Saat itu Madina masih terlalu kecil,hingga dia tidak memahami yang terjadi.
Segerombolan warga mendatangi rumah Bu puspa dengan teriakannya yang sangat kencang,
"Usir Puspa...usir Puspa"
Teriak warga dengan serentak terdengar begitu menyeramkan di hatinya.
Bu Puspa yang saat itu sedang melaksanakan wirid selepas solat pun langsung terbangun dengan masih mengenakan mukenanya.
Bu Puspa melihat ke arah luar dan mulai panik,
"Astagfirullah ada apa ini?"
Bu Puspa menyuruh Madina untuk tetap berada di dalam kamar,diapun menuruti semua permintaan ibunya untuk tetap diam didalam kamar.
Ibu pun pergi keluar menemui warga yang sedang mengamuk hendak mengusir mereka.
"Ada apa ini ibu-ibu ?"
Bu Puspa coba bertanya mengapa mereka sangat rusuh.
"Alah kau jangan pura-pura Puspa,kau dan anak kamu adalah noda di kampung ini,pergi kamu dari sini,kami tidak mau ada noda hitam di kampung ini"
Jawab salah seorang warga kepada Bu Puspa,dan semua begitu sangat menyakiti hatinya.
Bu Puspa bertanya dalam hatinya,mengapa mereka mengetahui jika Madina anak haram,darimana mereka tahu,padahal sebelumnya Bu Puspa tidak pernah bertemu orang yang mengetahui semua rahasianya setelah dia meninggalkan rumah orangtuanya di Sumedang,dan itupun juga karena di usir warga.
Dan disaat yang bersamaan kedua orangtua Bu Puspa datang untuk sekedar menjenguk Madina dan Bu Puspa,mereka melihat Bu puspa hampir di serang dengan lemparan batu yang cukup besar dan akan fatal akibatnya jika mengenai kepala Bu Puspa.
"Stop hentikan,"
Kakek coba menghentikan amarah warga yang hampir menyakiti Bu Puspa.
"Saya mohon tenang ibu-ibu bapak-bapak,ya Puspa akan pergi dari sini,saya mohon tenang ya"
Tak di sangka,jawaban kakek begitu sangat membuat hati Bu Puspa terluka,mengapa kakek menyetujui jika dia akan pergi dari kampung mereka,mengapa dengan semudah itu kakek mengalah pada amukan warga tanpa memberitahu yang sebenarnya jika Madina bukanlah anak haram.
Kakek menarik bu Puspa kedalam rumah,nenek pun menutup pintu rumah dan menguncinya.
Namun aksi itu tidak serta Merta membuat kerumunan warga yang hendak mengusir Madina dan Bu Puspa bubar begitu saja.
"Bapak kenapa bilang seperti itu,Puspa tidak akan pergi dari sini pak"
Tegas Bu Puspa pada kakek bahwa dirinya tidak akan pergi kemanapun meski warga mengusir nya.
"Kamu tidak lihat dengan jelas nak,mereka hampir saja menyakitimu,bahkan kau bisa saja tiada jika bapak tidak menyetujui permintaan mereka,sadarlah nak,kembalilah ke rumah dan tinggalkan anak haram itu"
Jawaban sang kakek kembali menyakiti hati Bu Puspa.
Air matanya menetes setiap kali seseorang menyebut Madina dengan sebutan anak haram.
"Cukup pak,Puspa tidak ingin lagi mendengar semua itu,Madina anak Puspa,dia bukan anak haram"
Jawab Bu Puspa dalam kekecewaan kepada ayahnya yang masih menganggap Madina sebagai anak haram.meski dia sudah tahu yang sebenarnya.
Nenek datang ke kamar Madina dan memeluk Madina yang terlihat sangat ketakutan.
Nek Siti begitu menyayangi Madina meski dia tahu jika Madina terlahir tidak sempurna.
Lain hal nya dengan kakek Sudrajat,dia sama seperti yang lain,kakek Sudrajat menganggap Madina sebagai anak haram sama dengan pandangan warga lain.
Bahkan dulu sempat kakek hampir membuang Madina saat masih bayi karena tidak kuasa menahan malu atas kehadirannya di tengah keluarga mereka,namun Bu Puspa yang mengetahui aksi bapaknya itu langsung menghentikannya dan memutuskan untuk pergi dari rumah agar bapaknya tidak malu akan kehadiran Madina.
Sejak dari sanalah hidup mereka mulai tak berarah,mereka sering berpindah tempat dari tempat satu ke tempat yang lain.
Mereka berharap semoga saja ini menjadi tempat terakhir mereka bisa menetap dengan tenang tanpa ada pengusiran terjadi lagi.
Namun mendengar seorang teman Madina yang menghinanya dengan sebutan anak haram membuat ketakutan akan di usir, kembali menyeruak di hidup Madina.
...
Sesaat setelah Madina terlelap,Bu Puspa kembali ke kamarnya,entah apa yang selalu ibunya lihat didalam sebuah kotak yang selalu dia kunci.
Bu Puspa selalu termenung setiap kali membuka kotak tersebut,kalaupun dia terkejut dengan kedatangan Madina,Bu Puspa selalu langsung menutup kotak itu dan kembali menguncinya.
Terlihat sekali Bu Puspa menyembunyikan sebuah rahasia darinya,tapi Madina tidak berani menanyakan hal itu,karena setiap dia menanyakan apa isi di dalam kotak itu,Bu Puspa tidak pernah menjawabnya.
Melihat Bu Puspa berjuang membesarkan Madina dan membelanya setiap saat dari setiap hinaan sudah membuat Madina sangat bersyukur mempunyai ibu seperti Bu Puspa.
Sosok wanita tangguh yang selalu menyinari setiap harinya,menjadi pahlawan di dalam hidupnya,menjadi pembela di setiap masalahnya.
Walaupun Bu Puspa sederhana namun beliau sangat luar biasa di matanya,dia terus berjuang membesarkan Madina sendirian tanpa bantuan dari siapapun.
Bahkan dia rela meninggalkan masa depannya hanya untuk membesarkan Madina dengan penuh kasih sayang agar dia tidak kekurangan suatu apapun.
Walaupun cacian dan hinaan selalu Bu Puspa terima karena kehadiran Madina ,tak lantas membuat kasih sayangnya berkurang pada nya.
Dia selalu membela Madina yang hanyalah seorang anak hasil dari hubungan gelap sepasang kekasih yang belum sah.
***
Pagi pun tiba,seperti biasa Bu Puspa selalu terbangun di sepertiga malam untuk mendirikan solat tahajud dan mulai membuat adonan makanan dan kue-kue untuk di jajakan di pasar setiap pagi.
Madina ikut terbangun karena suara sendok yang saling beradu dengan mangkuk,
"Bu apa boleh Madina bantu?"
Madina selalu senang jika ibunya mengijinkan Madina untuk membantunya,walaupun hasil bantuannya terkadang hanya menambah kerepotan di dapur.
Namun beliau tidak pernah marah ataupun menyalahkan Madina untuk itu,Bu Puspa hanya selalu menyuruhnya untuk kembali merapihkan nya.
Hingga selesailah semua masakan Bu Puspa
,setelah subuh merekapun segera bergegas pergi ke pasar dengan berjalan kaki,karena jarak pasar dari rumah mereka tidak terlalu jauh.
"Ceu,bolu kukus,dadar gulung,risoles,dan gorengannya semua masing-masing 50 pics ya"
Ucap Bu Puspa sedikit berteriak kepada ceu Ningrum,wanita tua namun terlihat sangat sehat, bukan karena tidak sopan,melainkan ceu Ningrum sedikit terganggu pendengarannya.
Alhasil Bu Puspa harus selalu menaikan volume bicaranya ketika bicara dengan Bu Ningrum.
"Ia nak Puspa,ini uang dagangan yang kemarin ya,Alhamdulillah semua habis"
Jawab ceu Ningrum dengan memberikan uang hasil berdagang nya kemarin pada Bu Puspa.
Bu Puspa terlihat sangat bahagia mendengar semua dagangannya habis,tak lupa dia selalu bersyukur dengan memberi sedikit penghasilannya pada pengemis yang ada di pasar.
Dan dari hasil itu pula Bu Puspa mampu menyekolahkan dan membesarkan Madina seorang diri.
Sekolah yang meski bukan di sekolah favorit,namun sekolah yang sedang Madina tempuh saat kecil,bisa dikatakan cukup baik dengan fasilitas belajar yang memadai.
Itulah keseharian Bu Puspa selain membantu cuci dan setrika baju tetangga,dia juga sering membuat aneka kue basah untuk didagangkan para pedagang di pasar.
Semua dia lakukan demi berlangsungnya kehidupan untuk mereka.
Agar Madina bisa sekolah dan mendapat masa depan yang cerah.
...
"Sekarang kita beli sarapan lalu bersiap untuk sekolah ya "
Ucap Bu Puspa membuat Madina jadi tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah,rasanya dia malas sekali bertemu semua teman yang menghinanya.
"Tapi Bu,Madina tidak mau sekolah"
Jawabnya merengek tidak mau sekolah.
Bu Puspa coba memaksa Madina sekolah dengan lembut,sehingga tidak membuat nya menjadi kesal ataupun semakin merengek.
"Baiklah,untuk hari ini,ibu akan libur dulu cuci setrika baju Bu Rika untuk menemani kamu di sekolah ya"
Ucap Bu Puspa demi Madina mau berangkat sekolah.
Madina pun teringat akan perangai Bu Rika yang memarahi ibunya dulu karena tidak selesai mencuci bajunya.
"Tapi Bu,nanti jika Bu Rika marah bagaimana?"
tanya nya mencemaskan kejadian dulu terjadi kembali.
bu Puspa tidak ingin Madina terlalu banyak berpikir dengan masalah yang tidak seharusnya dia pikirkan.
"Kamu pikirkan saja pelajaran sekolahmu ya nak,jangan berpikir yang bukan seharusnya kamu pikirkan,oke"
Merekapun sampai rumah,dan langsung bersiap menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah Madina terlihat sangat bahagia meski hanya diantar ibunya dengan berjalan kaki,tidak seperti yang lain yang diantar oleh kendaraannya masing-masing.banyak juga yang di hantarkan oleh ayahnya,dan pandangan itu membuat Madina iri.
Karena penasaran,sempat dulu dia bertanya tentang ayahnya kepada Bu Puspa.
"Bu kenapa aku tidak mempunyai ayah seperti teman lainnya?ayah Madina kemana Bu?"
Tanya nya dengan polos menanyakan tentang ayahnya,namun Bu Puspa hanya menjawab jika dialah ayah dan ibunya.jawaban yang sama.
Madina pun masuk kedalam kelas,sedikit ragu saat bertemu dengan Haikal,dia takut Haikal akan menghina dan menyebutnya anak haram lagi,
Namun ternyata.
"Madina"
Haikal memanggil nama Madina dengan cukup baik,Madina pun berbalik ke arahnya.
Haikal menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Madina.
"Aku minta maaf karena kemarin aku sudah menghinamu"
Haikal meminta maaf padanya dengan sukarela meski sedikit malu.
Madina pun memaafkan haikal dan dari saat itulah mereka berdua pun berteman.
Namun temannya yang lain seolah tidak senang dengan pertemanan mereka hingga salah seorang teman Haikal yang bernama Rania sangat membenci Madina.
"Haikal bukannya kamu bilang Madina itu anak haram,kenapa kamu mau berteman dengan anak haram,nanti kamu ketularan haram lagi"
Celotehnya menghina pertemanan ku dan Haikal.
Haikal tidak terima dengan ucapan Rania kepadanya,Haikal menyerang Rania dan memukulnya,Rania menangis hingga guru pun datang dan memisahkan Haikal dan Rania.
Guru memarahi Haikal dan bertanya mengapa mereka sampai bertengkar,karena biasanya Haikal dan Rania selalu berteman akrab.
Semua teman yang lain menyalahkan Madina untuk semua yang terjadi,
"Semua gara-gara Madina bu"
Tunjuk salah satu teman Rania kepadanya.
Madina pun tersudut
...
Diluar Bu Puspa menungguku dengan setia,namun pada saat itu pula terlihat dia menerima panggilan telepon entah dari siapa,bu Puspa terlihat sangat tegang dan ketakutan.
Saat pulang sekolah dia langsung memeluk Madina dan segera mengajak nya pulang,namun salah seorang guru memanggil Bu Puspa dan menyuruhnya untuk menemui dia di ruangan guru.
bu Puspa terlihat sangat cemas kala guru Madina memanggilnya untuk menghadap ke ruangannya,dalam hatinya bertanya-tanya ada Masalah apa sehingga dia dipanggil oleh guru Madina.
Madina sempat bicara pada ibunya kalau dia tidak melakukan kesalahan apapun hari ini,karena dia takut ibunya mengira jika dia berbuat nakal di kelas.
bu Puspa pun tahu jika bukan itu alasannya,pasti ada alasan lain sehingga dia bisa di panggil ibu guru untuk menghadapnya.
Akhirnya Bu Puspa menyuruh Madina untuk menunggunya di luar.
"Kamu jangan kemana-mana ya,ibu tidak akan lama"
Ucap ibuku sebelum menemui guruku.
Madina menunggu ibunya di luar kelas sendirian,sedangkan yang lain sudah pulang di jemput orangtuanya masing-masing.
Aku melihat pemandangan seorang ayah dan ibunya menjemput putri nya pulang sekolah,mereka terlihat sangat bahagia ayahnya memeluk erat sang putri saat dia berhasil meraih tangan dan berlari ke arahnya,ibunya pun mengecup pipi sang putri dengan penuh kasih sayang,sungguh pemandangan yang sangat indah bagi dan membuat iri hati Madina.
"Andai aku bisa seperti itu,aku ingin sekali punya ayah"
Ucap nya kala melihat kebahagiaan mereka, air matanya tiba-tiba saja menetes.
Entah darimana dia mendengar suara pria dewasa menyuruh Madina untuk mengusap air matanya,suara itu terdengar sangat asing baginya.
"Usap air mata kamu dek,kamu tidak terlihat manis saat menangis"
Ucap pria itu,
Pria yang baru pertama kali Madina lihat,dia terlihat cukup tampan dan berwibawa,tubuhnya tinggi berisi dan tegak seperti anggota polisi.
Pria itupun duduk di samping Madina,dia merasa takut,karena Madina tidak mengenal pria itu,Madina pun sedikit menghindar dari pria itu,namun pria itu menyuruhnya untuk tidak takut kepadanya.
"Tenang saja dik,saya bukan orang jahat,saya sahabat ibumu"
Ucap pria itu,
Mendengar ucapan pria itu,Madina berusaha untuk tidak takut kepadanya.
"Paman siapa? Kenapa paman bisa kenal dengan ibuku?"
Tanya Madina penasaran siapa sebenarnya pria yang mengaku sebagai sahabat ibunya.karena dia belum pernah samasekali mendengar ibunya ada menceritakan satu pria mana pun.
Pria itu hanya menyuruh Madina untuk tidak perlu tahu darimana dia bisa mengenal ibunya,yang jelas dia bukan orang jahat dan dia mengenali ibunya.
Madina juga pun bertanya sedang apa paman itu datang kemari
"Paman hanya ingin melihatmu saja "
Jawabnya ringan dengan senyum yang mengajak Madina bercanda.
Hati kecil Madina merasa takut meski dia berusaha bersikap tenang,hingga akhirnya Madina dengar ibunya keluar dari ruangan guru,Madina melihat ke arah ibu nya dan tersenyum kepadanya.
"Ibu..."
bu Puspa membalas senyuman Madina dengan sangat hangat,namun ketika dia hendak menyampaikan jika ada pria dewasa yang ingin bertemu dengannya seketika pria itu sudah tidak ada di samping Madina.
Madina sangat terkejut,kemana perginya pria itu,
Karena wajahku terlihat sangat bingung,akhirnya Bu Puspa bertanya mengapa Madina seperti orang yang kebingungan.
Madina menceritakan tentang pria itu pada ibunya.
"Tadi ada seorang pria dewasa duduk di sampingku Bu,dia berkata jika dia sahabat ibu,itu sebabnya aku tidak pergi darinya."
Seketika ibuku langsung panik mendengar semua cerita Madina,dia langsung memeluknya dan menanyakan keadaannya,ibu sangat terlihat cemas.
"Kau tidak apa-apa nak,apa pria itu menyakitimu?"
Ibu melihat setiap sisi tubuh Madina karena takut dia terluka.
Madina hanya menggelengkan kepalanya,
"Aku baik-baik saja Bu,pria itu sangat baik,dia banyak sekali menceritakan tentang ibu padaku"
Jawabnya coba meredam kepanikan Bu Puspa.
Namun meskipun Madina berusaha untuk menenangkan ibunya.
bu Puspa masih terlihat sangat panik.
"Lain kali jika ada pria yang ingin mendekatimu,kamu tidak boleh meladeninya ya,kamu harus segera menemui ibu"
Pesan ibunya dengan sangat tegas kepada Madina agar dia bisa menjaga dirinya saat dia tidak ada.
Madina hanya mengangguk setuju untuk melaksanakan pesan ibunya
mereka pulang,Bu Puspa memegang tangan Madina erat,dia lihat Dimata ibunya ada kecemasan yang sangat besar pada diri Madina ,entah apa itu Madina pun tidak tahu.
Sesampainya di rumah,Bu Puspa langsung mengunci pintu rumah dan menyuruh Madina untuk ganti baju dan mengerjakan PR sekolah.
Madina lihat ibunya sedang membuka tutup gorden jendela seperti mengintai seseorang dari dalam rumah,entah siapa yang ingin ibunya lihat dari dalam rumah,yang jelas ibunya terlihat sangat cemas.
bu Puspa akhirnya keluar rumah,Dengan wajah yang sangat marah,ibu menemui pria yang sama dengan pria yang datang menemui nya di sekolah.
"Mau apa lagi kamu datang kesini?belum cukupkah kamu melihat aku dan Madina menderita?apa kamu mau menghasut warga lagi agar aku di usir dari sini?"
Ucap Bu Puspa pada pria itu.
Pria itu diam mendengar semua amarah puspa
diapun menangis seolah memohon pada pria itu.
Dan ternyata pria itu adalah Zulham, temannya saat dirinya bekerja di Singapura sebagai TKW.
Hampir setiap tahun Zulham selalu datang untuk menemui Bu Puspa dengan niatan yang sama,Zulham ingin Bu Puspa meninggalkan Madina atau menitipkan nya ke panti asuhan,entah apa yang ingin Zulham lakukan pada ibu Puspa sehingga dia berusaha keras untuk membuat ibunya pergi membuang aku.
Kejadian pengusiran di setiap tempat yang mereka tempati itu juga semua terjadi karena ulah Zulham.
Zulham selalu menghasut setia warga dan membeberkan rahasia Madina jika dirinya adalah anak haram,sehingga warga berbondong-bondong mengusir nya dan Bu Puspa dari tempat kami tinggal.
"Kau masih bertanya mengapa aku datang kemari,aku ingin melihat kamu meninggalkan anak itu,cepat tinggalkan dia dan lanjutkan hidupmu,masa depanmu masih panjang,jika kau masih mau merawat dan mengasuh anak itu,maka masa depanmu tidak akan pernah kau gapai"
Ucap Zulham pada Bu Puspa dengan jawaban yang sama dari tahun lalu.
Meskipun teror demi teror selalu menghantui setiap langkah Bu Puspa,dia tidak pernah sedikitpun takut atau meninggalkan Madina.
Kasih sayang nya justru lebih besar dari sebelumnya pada Madina.ibunya selalu membela Madina dan berdiri di depan kala ada orang yang menghina atau merendahkan nya
"Asal kamu tahu Zulham,sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan anakku,meski dia bukan darah daging ku,tapi dia adalah hidupku. aku juga tidak akan membiarkan dia tahu siapa ayah kandungnya,ingat itu"
Jawab Bu Puspa sangat tegas dan lantang membela Madina dan ibunya.
"Kau memang keras kepala Puspa,entah harus bagaimana lagi aku memaksamu agar kau mau meninggalkan anak itu"
Jawab Zulham dengan kekesalan yang sama kala Bu Puspa menolak untuk meninggalkan Madina.
"Semoga kau tidak akan menyesali semua keputusanmu untuk tetap bersama membesarkan anak itu"
Jawab zulham sebelum dirinya pergi meninggalkan ibunya.
Bu Puspa pun kembali masuk kedalam rumah,Madina yang sedang mengerjakan PR sekolah dibuat terkejut dengan suara pintu yang sangat kencang oleh ibunya.
Madina bertanya mengapa ibunyq menutup pintu rumah dengan sangat keras? Namun ibunya hanya menjawab jika dirinya tidak apa-apa.
Ibu pun duduk di samping Madina dan membantu mengerjakan PR sekolahnya,terlihat sekali kecemasan di wajah Bu Puspa saat itu,ingin rasanya Madina bertanya masalah apa yang sedang ibunya hadapi.
Tapi dia takut Bu Puspa akan semakin kesal.
...
Waktu sudah semakin siang,ini waktunya ibu pergi ke rumah Bu Ratna untuk menggosok pakaiannya,ibu pun pamit dan berpesan kepada Madina seperti biasanya.
"Kamu jangan pergi keluar ya selama ibu tidak ada,bermain di dalam rumah saja,jangan masukan orang yang tidak dikenal ke dalam rumah"
Pesan Bu Puspa setiap dia pergi ke rumah Bu Ratna.
Itulah kebiasaan mereka isetiap hari,ibu bekerja sangat keras siang dan malam demi membiayai seluruh pendidikan Madina ,membesarkan nya dan mencukupi segala kebutuhannya tanpa memperdulikan kesehatan dan kebutuhan nya.
Ibu tidak pernah malu bekerja apa saja jika seandainya jasa cuci dan gosok bajunya sedang sepi,atau dagangan di pasar juga sepi,ibu tidak malu untuk mengumpulkan barang bekas untuk dia jual kembali pada pengepul.
Sungguh ibuku adalah ibu yang sangat hebat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!