Perusahaan Pratama.
Suara pintu terketuk terdengar.
“Masuk," sahut suara wanita dalam ruang kerjanya.
“Permisi Bu Agnes,” sapa wanita yang berpenampilan sederhana.
“Masuk Alya, silahkan duduk,” pinta Agnes, dengan menunjukkan kursi yang ada di depan meja kerjanya.
Dengan rasa canggungnya wanita itu duduk di kursi yang berhadapan dengan meja kerja bu bosnya.
Agnes menelisik ke seluruh wajah Alya wanita si berkacamata, rambut panjang sedikit bergelombang, dikuncir kuda.
Wanita itu jantungnya berdebar-debar ketika saat setelah kembali dari makan siangnya, diberitahukan oleh staffnya untuk ke ruangan direktur operasional.
“Ada apa ya Bu Agnes memanggil saya?” tanya Alya penasaran, karena selama dua tahun wanita itu bekerja, baru kali ini di panggil oleh direktur operasional, karena berbeda divisi dan tidak ada hubungan langsung jika ada masalah pekerjaan.
“Aku ingin membicarakan masalah pribadi,” ujar Agnes.
Kedua alis wanita itu naik, membicarakan masalah pribadi, waduh kenal juga enggak sama Bu Bos.
“Aku percaya kamu bisa menjaga rahasia ini, aku butuh bantuan kamu,” ujar Agnes dengan santainya.
Alya sedikit bingung dengan perkataan wanita cantik yang ada di hadapannya. Selain menjabat sebagai direktur operasional, wanita cantik itu adalah Istri CEO Perusahaan Pratama, tempat Alya bekerja sekarang.
“Bantuan apa ya Bu Agnes?” Agak sedikit cemas wanita itu, bantuan apa yang di inginkan wanita cantik itu.
“Aku ingin meminjam rahim kamu!” ujar Agnes.
“APA!” kaget Alya, mendengar ucapan Agnes.
“Waduh Bu Agnes gak salah, rahim mana bisa di pinjam Bu,” jawab Alya, pengen ketawa rasanya, tapi tidak enak hati di depan wanita cantik itu, apalagi salah satu bos di perusahaan tempat dia bekerja.
“Aku serius, dan tidak bercanda. Mungkin kamu sudah tahu kondisi aku dari gosip yang beredar di perusahaan selama ini. Jika aku dan suamiku Pak Erick hingga usia pernikahan kami sudah sepuluh tahun belum di karunia seorang buah hati.”
Alya tertegun mendengarnya, dan gosip tersebut memang sering jadi buah pembicaraan buat sesama karyawan. Apalagi banyak sekali karyawati pengen menjadi istri kedua, ketiga dan seterusnya buat CEO mereka yang gantengnya luar biasa, bikin hati karyawati yang lihat secara langsung, bisa klepek-klepek.
“Kenapa Bu Agnes menawarkan kepada saya? Sepertinya ibu salah memilih orang,” tolak Alya secara halus.
“Aku tidak memilih orang, karena sebelumnya aku sudah memantau kamu dari jauh-jauh hari. Dan pikir aku, kamu wanita yang tepat,” ucap Agnes.
“Dari segi mana Bu Agnes menilai saya wanita yang tepat?”
“Kamu berbeda dengan karyawati yang lain, tidak genit, tidak berusaha mencari perhatian dengan atasan laki-laki khususnya suami aku. Kamu punya penampilan sederhana, dan point utamanya kamu tidak terlalu cantik!"
Ha ... ha ... ha bilang aja gue jelek Bu Bos, gak usah pakai kata tidak terlalu cantik ... huft.
Trus buat apa gue genit sama pria yang beristri kayak gak ada pria yang lain aja .... gue juga punya harga diri kali!!
“Terima kasih atas penilaian tentang saya, Bu Agnes. Tapi menurut saya tetap Ibu salah memilih wanita. Yang jelas rahim itu tidak bisa di pinjam," tegas Alya.
“Aku akan membayarmu senilai dua milyar, jika kamu bisa mengandung keturunan buat suami aku sampai melahirkan. Tolong dengarkan penjelasan aku sebentar ... tapi jika kamu tetap bersikeras menolak ... aku akan menerimanya.”
Alya terdiam sejenak, rasanya wanita itu juga tidak naif dengan nominal yang ditawarkan wanita cantik itu sebanyak dua milyar. Kalau secara hitungan kasar sebagai karyawan biasa, butuh berapa tahun bekerja agar punya tabungan sebanyak dua milyar. Sungguh menggiurkan, bukan.
“Baiklah, silahkan Bu Agnes jelaskan.”
“Aku punya masalah di rahim, hingga di vonis mandul oleh dokter, dua tahun yang lalu. Mertuaku sudah menuntut anak kandung dari suamiku, sebagai penerus keluarga Pratama. Makanya aku menawarkan kerja sama, aku meminjam rahim kamu, untuk mengandung anak suami saya secara inseminasi bukan secara hubungan intim dengan suamiku. Tapi sebelumnya aku akan mengecek kesehatan kamu terlebih dahulu.”
Alya masih menyimak ....
“Jika hasil kesehatan kamu bagus, maka kamu akan menjadi maduku dalam jangka satu tahun, baru kita melakukan inseminasi. Kamu menikah dengan suamiku hanya sebagai formalitas, demi keabsahan anak yang nanti kamu kandung dan dilahirkan ada status secara hukum dan anak sah dari pernikahan yang di akui agama dan negara. Setelah anak yang kamu kandung lahir akan menjadi hak milik aku dan suamiku, dan kerja sama kita selesai. Kamu akan bercerai dengan suamiku, setelah melahirkan.”
Alya menggaruk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
“Maaf Bu Agnes, saya interupsi.”
“Silahkan.”
“Jadi maksud Bu Agnes, selain mau pinjam rahim, wanitanya harus menikah resmi dengan suami Bu Agnes, begitukah? Apakah Bu Agnes masih sehat!Melihat suami sendiri menikah dengan wanita lain?”
Agnes terdiam sejenak.
“Kalau saya jadi Bu Agnes gak rela suami nikah lagi sama wanita lain,” celetuk Alya, "Maaf ya Bu, itu pendapat saya.”
“Hati kecil aku juga tidak rela jika suami aku menikah lagi, tapi apa boleh buat demi keturunan sebagai pewaris keluarga kami. Makanya dari itu aku mencari wanita yang tidak terpesona dengan suami aku dan bukan kriteria suami aku juga. Mencari wanita yang mau di ajak kerja sama untuk meminjamkan rahimnya tanpa menggunakan hati dan perasaannya. Dan menerima semua aturan yang aku ajukan.”
Alya hanya menganggukkan kepalanya, seakan paham yang di ucapkan Bu Bosnya.
“Apakah kamu paham yang aku maksud?”
“Sedikit paham."
“Apakah kamu berminat dengan kerja sama yang aku tawarkan sebesar dua milyar. Jika kamu tidak berhasil hamil selama jangka waktu satu tahun, tetap aku bayar sebesar satu milyar. Bagaimana?"
Tidak mungkin orang tidak tergiur dengan uang sebanyak itu. Lagi pula di luar negeri sudah banyak bisnis pinjam rahim, dan itu hal biasa. Hanya pinjam rahim, bukan meminjamkan suami,” tegas Agnes.
Ya betul sih, di luar negeri sudah banyak bisnis sewa rahim , kayak aktor Shah Rukh Khan, Priyanka Copra ... mereka sewa rahim ... ya istilah ibu pengganti.
Tapikan gue masih perawan, masa iya gue hamil buat suami orang lain ... rugi gak sih! Tapi tawaran uangnya lumayan besar sih.
Pusing deh ....
“Saya belum bisa menjawabnya Bu Agnes, tapi mungkin Bu Agnes bisa menawarkan dengan wanita yang lain.”
Wajah Agnes terlihat kecewa, wanita yang dipilihnya menolak kembali. “Aku akan memberikan kamu waktu dua hari untuk berpikir, siapa tahu bisa merubah pikiran kamu. Dan tidak menolak kerja sama ini,” ujar Agnes.
“Saya tidak bisa menjanjikannya Bu Agnes, jika tidak ada pembicaraan lagi, boleh saya kembali ke ruang kerja saya?” tanya Alya.
“Kita akan ketemu dua hari lagi, sekarang kamu boleh kembali ke ruangan,” jawab Agnes.
“Saya permisi, Bu Agnes." Alya bergegas beranjak dari duduknya, dan keluar dari ruangan Agnes.
“Ada ... ada aja bisnis orang kaya mentang-mentang punya uang banyak, udah pake katain gue jelek lagi,” gerutu Alya sambil membetulkan posisi kaca matanya.
BRUK !!!
.
.
Hai Kakak Readera yang cantik dan ganteng, kenalan yukkk sama Alya Zafrina Sadekh dan Erick Triyudha Pratama ... yuukkk kepooiin kisah mereka berdua.
Love You sekebon 🌹🌹🌹🌹🌹
"Ada ... ada aja bisnis orang kaya mentang-mentang punya uang banyak, udah pake katain gue jelek lagi,” gerutu Alya sambil membetulkan posisi kaca matanya.
Tak lama kemudian ....
BRUK!!!
“Haduh, sakit banget pantat gue, kalau jalan tuh lihat pakai mata dong. Udah kayak mau ambil gajian aja. Gajian masih lama Pak!” Alya meringis kesakitan jatuh duduk karena di tabrak seseorang yang begitu kencang, sambil mengomel.
“Haduh, kok diam aja bukannya bantuin bangun kek, ini masih aja berdiri!” gerutu Alya yang hanya melihat sepasang sepatu pria yang terlihat mengkilap, kinclong, glowing udah kayak muka yang sering perawatan.
“Hemm." Pria itu berdeham dan masih berdiri di hadapan Alya.
“Haduh, cuma dehem doang,” terpaksa Alya dengan salah satu tangannya ke tembok, agar wanita itu bisa bangkit dari jatuh duduknya, lalu ....
“Pak Erick!" ucap Alya pelan, ternyata yang menabraknya adalah CEO perusahaan tempat dia bekerja.
Haduh mulut gue tadi gak bisa di rem.
“Sudah bisa bangun sendiri, kan!” sindir Erick.
Alya hanya bisa nyengir kuda “Bisa kok Pak." Sambil merasakan sakit di bokongnya.
Erick melanjutkan langkahnya, berlalu dari wanita itu begitu saja.
“Bukannya minta maaf udah bikin orang jatuh, ini malah jalan terus. Untung CEO di sini ... weh kalau enggak udah gue jambak tuh rambutnya, gue potong tuh kakinya,” gerutu Alya.
“Kamu tadi ngomong apa, coba ulangin lagi,” ucap Erick.
Alya terkesiap melihat CEO nya sudah berdiri tegap di hadapannya lagi, padahal sepenglihatannya sudah berlalu.
“Enggak ada siaran ulang Pak, soalnya bukan pertandingan bola yang sering di siar ulang,” jawab asal Alya.
Alamak mulut gue gak bisa direm lagi ... alamat di pecat ini.
Erick menatap tajam karyawannya yang berkacamata bulat, wajah penuh dengan bintik hitam. Di tambah penampilannya biasa saja, tidak ada menarik sedikit pun.
Alya dengan santainya ikutan menatap CEO-nya yang ganteng luar binasa.
“Kamu kerja di bagian apa!” tanya Erick.
“Bagian finance, Pak Erick,” jawab Alya santai.
Wah tanda-tanda nih ... gue di tandai nih ama si Bos ... alamat mau di pecat nih ... ooooh tidaaaak
“Kembali kamu ke ruangan, jam kerja malah keluyuran di sini,” tegur Erick. Kemudian kembali berlalu.
“Haduh ... ngataiin gue keluyuran, untung situ Bos yaaa, udah gak minta maaf lagi!” gerutu Alya sambil lalu, tapi suaranya sengaja di kencangi.
Telinga Erick masih mendengar perkataan Alya.
Dasar cewek aneh, kenapa bisa bekerja di perusahaan ini !!
🌹🌹
Alya Zafrina Sadekh, wanita berusia 23 tahun, semenjak menyelesaikan kuliahnya, wanita itu bekerja di Perusahaan Pratama menjabat sebagai asisten manajer keuangan.
Secara kasat mata wanita yang bernama Alya tidak menarik di mata kaum pria, dengan memakai kaca mata bulatnya, serta wajah penuh dengan bintik hitam, dan selalu memakai baju yang tidak sesuai dengan ukurannya alias baju kebesaran. Busana kerja sehari-harinya hanyalah celana panjang kulot dengan atasan kemeja, sungguh terlalu sederhana.
“Alya, gimana tadi, ada apa sampai di panggil sama Bu Agnes?" tanya Fitri, teman satu divisinya.
“Enggak ada apa kok, hanya ngobrol-ngobrol biasa aja. Nanyain kerjaan kita aja, ada kendala atau tidak,” jawab bohong Alya, yang gak etis kalau dia bicara yang jujur.
“Oohhh tumben ya ... pakai nanya-nanya, padahal kan bisa tanya langsung ke Pak Fatur, yang levelnya sebagai manajer,” ucap Fitri.
“Yaa, gak tahu juga deh. Udah aah ngobrolnya ... kerjaan gue banyak,” balas Alya, langsung menuju ruang mungilnya.
“Yaa, gue lagi ngomong, udah ditinggal aja ... dasar asisten gak punya akhlak,” gerutu Fitri sambil terkekeh.
Alya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, karena wanita itu tadi waktunya tersita gara-gara di panggil Agnes Direktur Operasional.
Jam 16.00 WIB.
“Waktunya pulang ... tango!” gumam Alya sendiri, sambil merapikan berkas yang ada di mejanya. Alya selalu pulang tepat waktu, karena menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak suka menunda pekerjaannya, disiplin, jadi hampir tidak merasakan kata lembur.
“Fitri, gue balik duluan ya, selamat lembur yeee,” ujar Alya sambil lalu dari kubikel Fitri.
“Iiih punya teman pintar, bukannya bantuin ... jahat banget sih loe Ayla!” sahut Fitri.
“Wani piro Cah Ayu,” ledek Alya, kemudian meninggalkannya.
“Iiih gemes gue lihat muka loe!” gumam Fitri gemas.
Dengan langkah riang Alya keluar dari ruang divisi finance yang berada di lantai tujuh, menuju lift.
Ting! pintu lift terbuka
Alya nyelonong ajah masuk ke dalam lift, tanpa melihat arah ke depan, malah melihat ke bawah.
BUG!
“Aduh, kening gue benjol deh,” gumam Alya sambil memegang keningnya setelah menubruk badan orang, berasa ada rasa tajam di keningnya.
“Hemmm!" Suara dehaman pria yang berada di hadapan Alya terdengar jelas.
Alya mendongakkan wajahnya “Ow ... ow ... ow, dia lagi,” ujar Alya, sambil menatap wajah pria yang gantengnya luar binasa.
“Kenapa ketemu lagi yaa? Apes amat hidup gue,” gerutu Alya.
“Saya mendengar apa yang kamu ucapkan,” tegur Erick terdengar dingin.
Alya langsung melipir ke sudut lift, agak menjauh dari CEO nya.
“Belum reda sakit di bokong, sekarang ditambah yang kening ... besok-besok jangan sampai ketemu lagi deh nih ama CEO, bawa sial,” gerutu Alya, tapi suaranya terdengar jelas oleh Erick.
Pria ganteng itu langsung memutar balik badannya, dan kedua netranya melotot ke Alya.
“Peace Pak CEO yang ganteng, damai, jangan pakai melotot, nanti matanya jatuh ke bawah ... susah mungutinya,” ujar Alya sambil nyengir kuda, sungguh wanita itu gak mikir dulu ketika berucap.
Rio asisten Erick menahan tawa, mendengar perkataan wanita tersebut, sungguh berani berkata itu di hadapan CEO nya, untungnya hanya mereka bertiga yang berada di lift tersebut.
“Berani kamu bilang saya bawa sial,” geram Erick, bisa bisanya ada wanita berani mengejeknya.
“Damai Pak CEO yang ganteng,” ucap Alya.
Ting! pintu lift terbuka di lantai UG, Alya buru-buru keluar lift.
“Aakh!”ringis Alya, ternyata kerah kemejanya bagian belakang ditarik oleh salah satu tangan Erick.
“Pak CEO yang ganteng, tolong lepasin tangannya, kalau kemeja saya sampai ke angkat. Perut sexy saya kelihatan, dan itu sama saja pelecehan sek-sual loh,” pungkas Alya.
Erick buru-buru melepas tangannya, dan menepuk tangannya seperti membersihkan kotoran.
“Hei kamu gak ada niat minta maaf sama saya!!!” tegur Erick.
“Nama saya bukan kamu, Pak CEO yang ganteng,” jawab Alya santai.
“Yaaa terserahlah siapa kek nama kamu, gak ada urusan. Yang saya tanya kamu gak minta maaf sama saya, udah ngatain bawa sial!” tegur Erick dengan suara tegasnya.
“Kenapa saya harus minta maaf sama Pak CEO? Memangnya saya menyebutkan nama Pak Ceo!!” tunjuk Alya ke diri sendiri.
Erick terdiam sejenak.
“Wah Bapak ternyata baperan, yang jadi CEO bukan Bapak aja, masih banyak di luar tuh. Kalau begitu saya permisi dulu, sudah di tunggu sama pacar ganteng saya. Selamat sore Pak CEO yang ganteng,” ucap Alya, langsung lari menjauh dari Erick.
“Ha ... ha ... ha, Pak CEO ganteng, bawa sial.” ucap Rio mengulang kalimat Alya, sambil memegang perutnya karena sedari tadi menahan untuk tidak tertawa.
.
.
next
“Tutup mulut kamu, gak lucu,” tukas Erick terhadap sahabatnya sekaligus asisten pribadinya.
“Sorry Bos, habis lucu banget lihat cewek yang berani sama atasannya, kedudukannya CEO pula, dan untungnya tuh cewek tidak menarik. Kalau cantik dikit aja, langsung saya pepet jadiin pacar,” ujar Rio.
“Kamu itu apa-apa jadiin pacar. Yang di cari tuh calon istri, bukan nambah pacar,” ucap Erick agak ketus.
“Masih belum ada yang pas Bos,” jawab Rio.
🌹🌹
“Hai pacarku yang ganteng, mari kita melanjutkan perjuangan hari ini,” ujar Alya, sambil memakai helm di kepalanya sesuai prosedur menggunakan kendaraan bermotor roda dua.
“Lets go, Leo,” ujar Alya mulai menstater motor maticnya yang di anggap pacar gantengnya.
Alya mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, menuju ke sesuatu tempat. Hampir tiga puluh menit, akhirnya sampai ke tujuan dengan selamat.
“Selamat sore bu Alya,” sapa Lili salah satu pegawai butik.
“Sore Lili." Alya langsung ke lantai dua, ke ruang kerjanya di ikuti oleh Lili.
Alya menghempaskan dirinya di kursi kerjanya, sedangkan Lili mulai menyiapkan pembersih wajah untuk Alya, atasannya
“Lili, bikinin saya teh hijau ya, sama bawain cemilan,” pinta Alya.
“Baik Bu Alya, segera saya siapkan.” Lili kembali turun ke bawah menuju pantry.
Alya Zafrina Sadekh terlahir dari keluarga yang cukup kaya, akan tetapi semenjak lima tahun yang lalu ketika papanya tiba-tiba meninggal, kekayaan keluarganya raib dibawa rekan bisnis papanya.
Hanya meninggalkan butik milik keluarganya yang masih bisa di selamatkan. Selama dua tahun terakhir Alya mengambil alih butik dari mamanya, untuk dikelolanya agar bisa berkembang lebih baik.
Sambil mengelola butik keluarganya, Alya tetap bekerja di perusahaan Pratama, demi kelangsungan hidup keluarganya.
Keuntungan dari hasil penjualan baju di butik, belum terlalu besar. Tapi cukup untuk bayar gaji karyawannya. Itulah mengapa Alya sangat bekerja keras. Dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, wanita itu bekerja di perusahaan Pratama. Kemudian dari jam 5 sore sampai jam 8 malam, Alya akan stay di butiknya. Selain pintar tentang finance, Alya juga salah satu desainer untuk pakaian anak-anak dan baju hamil.
Kini Alya sedang bercermin di kamar mandi, di lepaskannya kacamata bulatnya, kemudian langsung mengusap wajahnya dengan kapas yang telah diberikan miraceller water.
Wajah Alya yang terlihat sedikit gelap, bintik bintik hitam yang berada di wajahnya, langsung menjadi putih bersih. Terlihatlah kecantikan Alya yang sesungguhnya dalam pantulan cermin itu.
Tidak ada satu pun karyawan perusahaan pratama, yang tahu wajah Alya yang sesungguhnya. Yang mereka tahu hanyalah Alya wanita tidak cantik dan tidak menarik. Itukah yang mereka tahu tentang Alya.
🌹🌹
“Bu Alya, ini teh hangatnya sama cemilannya,” ujar Lili, sambil meletakkan cangkir teh, dan sepiring roti bakar.
“Makasih Lili. Saya minta lapor hari ini ya, terus bagaimana perkembangan pelelangan perusahaan Sanbe untuk masalah seragam karyawannya siapa yang menang?” tanya Alya, sambil menyesap teh hijaunya.
“Bu Alya, sebenarnya pihak Sanbe menginginkan konveksi kita untuk mengurusi puluhan ribu seragam karyawan mereka. Tapi ibu kan tahu sendiri, kita tidak punya modal yang kuat, padahal ini peluang besar untuk melebarkan sayap butik ibu serta konveksi.”
Alya tampak berpikir keras, apa yang harus di lakukannya.
“Perkiraan kamu, kira-kira kita butuh modal berapa gar bisa menerima orderan besar itu?” tanya Alya.
Lili langsung mengambil buku catatannya, “menurut perhitungan kasar saya, sekitar satu milyar agar konveksi kita berjalan.” Lili menunjukkan catatannya.
“Nanti saya coba kalkulasi ulang lagi, modal yang benar-benar dibutuhkan. Dan kira-kira mereka butuh jawaban kita kapan?” tanya Alya.
“Mereka menunggu kepastian kita sekitar seminggu lagi,” jawab Lili.
“Oke, kalau begitu masih ada waktu. Thanks ya Lili, kamu bisa kembali kerja,” ujar Alya.
“Baik Bu, saya kembali ke bawah dulu," pamit Lili.
“Modal ... modal satu milyar,” gumam Alya, segera dinyalakannya laptop yang sudah ada di meja kerjanya. Kemudian segera bikin budgeting untuk proyek tersebut.
“Satu milyar, kalau pinjam ke bank sudah tidak ada aset yang bisa di gadaikan. Kalau bangunan butik ini di gadai, bisa ribet jika tidak sanggup cicilnya. Yang ada bisa pindah tangan ke orang lain, huft,” gumam Alya sendiri.
“Kalau gak di ambil, jarang-jarang kesempatan ini ada, apalagi keuntungannya dua kali lipat,” gumamnya lagi.
“Oh ... modal ... modal, harus ke mana mencarinya!!” keluh Alya sambil merentangkan ke dua tangannya.
DEGH!
“Pinjam rahim!" Sekejap Alya menundukkan kepalanya, untuk menatap perutnya.
“Oooh, tidak ... tidak, kasihan nanti yang jadi suami gue sesungguhnya,” keluh Alya.
Sambil membuat budgeting, otak Alya berputar mencari jalan untuk dapat modal sebanyak satu milyar. Bukan uang dengan jumlah kecil, tapi uang yang berjumlah besar.
“Lebih baik mendiskusikan sama mama aja deh,” gumamnya lagi. Tanpa menunda waktu, Alya mengakhiri pekerjaannya di butik, dan segera pulang ke rumah.
🌹🌹
Jam 20.00 wib.
Motor Alya sudah terparkir di halaman rumah yang cukup lumayan besar, tapi tidak sebesar mansion yang dulu mereka tempati. Mansion milik keluarganya sudah di jual, untuk membayar hutang papanya selama menjalankan perusahaan, sedangkan sisa uangnya di belinya rumah tipe 45/150m, di komplek perumahan biasa. Tapi tetap Alya bersyukur, mau keadaannya seperti apa pun walau sudah tidak menjadi orang kaya.
“Assalamualaikum,” sapa Alya.
“Waalaikumsalam, anak mama tumben sudah pulang?” tanya Mama Yanti.
“Iya Mah, pengen cepat pulang aja hari ini,” jawab Alya.
“Kamu sudah makan belum?” tanya mama Yanti.
“Sudah mah, tadi di butik beli kwetiau goreng. Mah, Alya mandi dulu ya ... badan gerah nih,” ujar Alya.
“Ya sudah mandi dulu, nanti mama bikin susu coklat hangat,” balas Mama Yanti.
“Makasih Mah." Alya bergegas ke kamarnya.
Dua puluh menit kemudian, Alya terlihat segeran habis mandi. Kemudian ikut duduk di ruang keluarga bersama mamanya.
Alya memiliki seorang adik laki-laki yang sekarang sedang bersekolah di Malang, berasrama di sana ikut pendidikan ikatan dinas.
Sedangkan di rumahnya kini hanya Alya, Mama Yanti, dan Bibi Sur ART yang tinggal. Segala beban hidup keluarganya menjadi tanggung jawab Alya sepenuhnya, alias menjadi tulang punggung keluarga, pengganti papanya.
“Ini susu coklatnya, mumpung masih hangat, segera di minum,” ujar Mama Yanti memberikan cangkir yang berisi susu.
“Makasih Mah.“ Alya mulai menyesapnya pelan-pelan.
“Mah, Alya mau diskusi masalah butik kita,” ujar Alya.
“Butik kita ada masalah, Nak?” tanya mama Yanti mulai cemas.
“Sebenarnya bukan masalah mah, ada perusahaan menawarkan kerja sama untuk menyediakan seragam karyawan mereka yang jumlahnya ribuan. Sedangkan kita tidak punya modal awal untuk produksi seragam tersebut di konveksi kita. Sedangkan budget yang saya hitung, ada perkiraan sekitar satu milyar untuk produksi awalnya, tapi dengan keuntungan sekitar dua kali lipatnya. Dan menurut saya sih ini kesempatan besar.”
.
.
Kakak Readers yang cantik dan ganteng, jangan lupa tinggalin jejaknya.
Love you sekebon 🌹🌹🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!