Di pagi hari yang cerah ini, Naura dan Rizky sedang bersepeda di sebuah taman. Setiap hari Minggu, mereka memang sering bersepeda atau jogging di taman ini.
Disaat mereka mulai bosan, akhirnya Naura mengajak Rizky untuk taruhan. Jika salah satunya menang dalam taruhan ini, permintaannya akan dikabulkan selama sebulan.
Karena Rizky merasa tertantang, akhirnya dia menyetujui taruhan ini.
Naura menghitung dari satu sampai tiga. Dalam hitungan ketiga, Naura dan Rizky mengayuhkan sepeda dengan sangat cepat, karena mereka sama-sama ingin memenangkan taruhan ini.
Ketika dipertengahan jalan, Naura tidak hati-hati dalam memilih jalan. Dan akhirnya Naura terjatuh saat melewati jalanan yang berlubang.
BRUK!
"Aww sakit!"
Naura meringis kesakitan karena lututnya berdarah. Sedangkan lelaki yang ia ajak taruhan semakin melajukan sepedanya menuju garis finish yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Memang dasar pria tidak punya hati, harusnya dia menolong Naura. Tetapi dia malah membiarkan Naura begitu saja demi memenangkan taruhannya.
"YEAY! AKU MENANG!" teriak Rizky.
Naura menatap Rizky dengan tatapan penuh amarah. Bukan marah karena kalah dalam taruhan, tetapi Naura marah karena Rizky tidak menolongnya.
Tak lama, Rizky melajukan sepedanya ke arah Naura. Bukannya langsung menolong, Rizky justru menertawakan Naura.
"TOLONG AKU!"
Rizky turun dari sepedanya, dia mendekat kearah Naura. Ia melihat kearah lututku. "Kok lututnya berdarah."
"Cepat tolong aku!" kesal Naura.
Rizky mendirikan sepeda Naura. "Kamu bisa jalan gak? atau mau aku gendong?"
"Ya bisa lah! aku gak lumpuh, aku cuma luka doang."
Setelah itu, Naura dan Rizky berjalan kearah warung untuk membeli plester.
Saat di warung, Rizky membelikan plester untuk menutupi luka pada lutut Naura. Sesudah itu, Rizky menghampiri Naura yang sedang duduk dikursi kayu.
Ia berlutut di hadapan Naura sambil memakaikan plester pada lutut Naura. "Makanya kalau lagi main sepeda jangan pakai celana pendek."
"Mau pakai celana pendek atau enggak itu bukan urusan kamu."
Rizky menatap datar kearah Naura. "Dikasih saran kok malah marah-marah."
"Aku gak butuh saran dari kamu."
Rizky baru mengingatnya tentang taruhan yang disepakati olehnya dan Naura. Lalu, ia menagih janji Naura yang mengatakan bahwa dirinya akan menuruti perintah dari Rizky.
Dengan terpaksa, Naura harus menepati janji untuk menjadi pelayan Rizky dalam satu bulan ini. "Ya udah iya, aku ngaku kalah deh."
"Karena kamu sekarang jadi asisten aku, aku pingin kamu panggil aku dengan sebutan tuan muda."
Naura tertawa terbahak-bahak saat Rizky ingin dipanggil dengan sebutan tuan muda. "Oke, aku bisa lakuin apa yang kamu mau."
"Ya udah coba panggil!" perintahnya.
"Tuan muda," ucap Naura yang tak bisa berhenti tertawa.
"Iya ada apa asistenku?"
Memang kurang ajar sekali lelaki yang satu ini. Untung saja aku masih bisa sabar menghadapinya.
"Tolong traktir minum dong!" perintah Rizky.
"Iya siap, tuan muda," ucap Naura dengan malas.
Rizky menahan tawanya saat melihat Naura yang seperti ingin menghajarnya. Lalu aku membeli air mineral untuk diriku dan untuk Rizky.
Naura memberikan air mineral tersebut kepada Rizky. Bukannya langsung mengambil air mineral itu, Rizky malah meminta Naura untuk membukakan air mineral.
Ingin sekali Naura menumpahkan air mineral tersebut ke kepala Rizky.
"Cepet bukain asistenku!"
Naura berusaha membuka air mineral milik Rizky, tapi tutup air mineral tersebut tidak bisa terbuka.
"Ya ampun, jadi asisten gak bisa diandalkan" sindir Rizky sambil mengambil air mineralnya dan membukanya.
Karena Naura tidak bisa membuka air mineral, akhirnya ia meminta tolong kepada Rizky untuk membuka air mineral miliknya.
Dengan terpaksa, Rizky membuka air mineral Naura. Padahal sebenarnya ia sangat kesal, sebab seharusnya yang menjadi asisten adalah Naura.
Naura bertanya kepada Rizky tentang kemana Rizky akan pergi setelah ini. Naura mengira Rizky akan pergi ke suatu tempat, tetapi ternyata sesudah ini Rizky akan pulang.
"Aku boleh main ke rumah kamu gak?"
"Boleh."
Naura melihat pakaiannya yang memang sangat basah karena berkeringat. "Ya udah kalau gitu habis mandi aku ke rumah kamu." Naura menaiki sepedanya dan ia pergi ke rumahnya.
...****...
PRANG!
Suara itu sudah tidak asing lagi ditelinga Naura. Naura tahu darimana suara itu berasal.
Pada saat turun kebawah ternyata memang benar dugaan Naura bahwa orang tuanya sedang bertengkar.
"Ini foto kamu sama siapa, Mas?"
"Itu foto aku sama teman aku."
"Alah alasan! pasti cewek itu selingkuhan kamu, kan?"
"Selingkuhan apanya? yang ada kamu yang selingkuh. Mana setiap malam teleponan mulu lagi."
Ya memang, setiap hari mereka berdua selalu ribut. Naura heran kenapa mereka ribut tapi tidak cerai-cerai juga.
Bukannya Naura mendoakan kedua orang tuanya bercerai, tetapi Naura sangat jengkel mendengar keributan setiap harinya. Dan juga tiap hari masalahnya selalu berganti-ganti.
"Bisa gak sih jangan ribut sehari aja? malu tahu didengar tetangga!" teriak Naura. Sontak mereka terdiam saat Naura berbicara seperti itu.
Karena kesal, akhirnya Naura bergegas menuju rumah Rizky, sebab Naura malas mendengar perkelahian kedua orang tuanya.
Skip
Ketika sampai, Naura bertemu dengan orang tua Rizky yang hendak pergi dengan menggunakan mobil.
Naura menyapa mereka dengan senyuman yang hangat. Lalu, kedua orang tua Rizky juga menyapa Naura.
"Om sama Tante mau pergi kemana?"
"Kami mau menjenguk saudara yang lahiran."
"Ya udah kalau gitu kita berdua pergi dulu ya. Nanti kamu masuk aja, lagian Rizky nya ada didalam kok," ujar Papah Rizky yang sepertinya ingin cepat-cepat pergi.
"Iya, Om." Naura memasukan sepedanya ke garasi.
Bertepatan saat Naura memarkirkan sepeda, Rizky datang sambil memakan nasi goreng.
Naura merasa lapar saat melihat Rizky yang sedang menikmati sarapannya. Lalu, Naura meminta nasi goreng kepada Rizky, karena ia sama sekali belum sarapan.
Dari raut wajah Naura sudah terlihat jelas bahwa dia sedang gak mood dan Rizky tahu bahwa Naura begitu karena pasti orang tuanya sedang bertengkar.
Akhirnya Rizky menyuruh Naura untuk masuk kedalam rumah, karena tidak enak juga makan sambil berdiri.
Setelah itu, Naura dan Rizky masuk kedalam rumah. Saat berada di ruang makan, mereka makan bersama.
"Enak gak nasi gorengnya?"
"Enak kok."
"Kalau gitu aku ambil lagi ke dapur ya, soalnya takut gak kenyang."
"Gak usah, lagian aku makannya cuma sedikit kok."
"Maksudnya aku yang gak kenyang, bukan. kamu."
"Oh gitu," ucap Naura sambil cengengesan karena ia sangat malu.
"Tunggu sebentar ya, aku mau nambah nasi sekalian sambil bawa air minum buat kamu," ujar Rizky sambil pergi ke dapur. Sebenarnya Rizky sengaja menambah nasi, karena ia takut Naura tidak kenyang.
Satu Minggu kemudian.
Biasanya orang lain senang jika libur panjang. Tapi tidak dengan Naura. Naura malah sangat bosan, sebab ia tidak mempunyai kegiatan. Paling jika libur seperti ini, Naura menghabiskan waktu bersama Rizky, entah jogging ataupun bersepeda.
Trining! Trining!
Tiba-tiba ponsel Naura berbunyi, spontan ia menjawab panggilan tersebut. "Hallo."
"Ra, aku ada didepan rumah kamu," ujar seseorang yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
"Mau ngapain kesini?"
"Aku mau ajak kamu piknik."
"Ya udah kalau gitu aku siap-siap dulu ya." Naura mematikan panggilan telepon dan ia langsung bersiap-siap.
Skip
Naura masuk kedalam mobil Rizky. Ia heran, karena tumben sekali Rizky mengendarai mobil no ke rumah Naura, padahal jarak rumah Rizky dan Naura tidak terlalu jauh.
Saat ditanya tentang itu, Rizky berkata bahwa dirinya sengaja membawa mobil dikarenakan ada makanan dan minuman. Sedangkan kalau membawa motor, nanti dia tidak bisa menaruh makanan.
Naura melihat Rizky yang memakai kacamata hitam. Seketika Naura jadi ingin mencobanya, karena sepertinya ia akan terlihat keren jika memakai kacamata yang Rizky gunakan.
Karena Naura terus mengamati Rizky, akhirnya
Rizky memberikan kacamatanya kepada Naura, sebab sudah terlihat jelas bahwa Naura ingin mencoba memakai kacamata milik Rizky.
"Aku jadi ngerasa keren kalau pakai kacamata." Naura melihat dirinya di kaca spion. Disisi lain, Rizky menoleh kearah Naura dan ia tersenyum tipis.
Rizky yang ingat akan taruhannya, jadi mengingatkan kembali agar Naura menepati taruhan yang waktu itu. Tetapi ketika ditanya, Naura malah lupa dengan taruhannya.
"Kalau mau manggil aku dengan sebutan itu jangan didepan orang lain. Cukup panggil itu disaat kita lagi berdua aja."
"Iya deh."
"Asistenku, tolong ambilkan makanan dibelakang dong!" perintah Rizky.
"Baik, tuan muda," ucap Naura dengan malas. Sedangkan orang yang disebut tuan muda, hanya tersenyum.
Rizky memerintahkan Naura agar menyuapi makanan karena Rizky sedang menyetir.
"Ya ampun manja banget sih."
"Cepat suapin, Babe!"
Naura mendengus kesal, karena Rizky memanggilnya dengan sebutan itu. Sudah jelas-jelas mereka hanya berteman, tetapi Rizky malah berkata seperti itu.
"Cepat suapin!" perintah Rizky. Dengan terpaksa Naura menyuapi Rizky.
"Manis buahnya, kayak kamu." Rizky menatap sekilas kearah Naura. Lalu, Naura hanya diam saja.
"Ra, kamu pernah baper gak sama aku?"
"Gak pernah."
Rizky memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. "Serius gak pernah?" tanyanya sambil menatap Naura dengan intens.
"Iya, gak pernah."
"Emang aku gak ganteng ya? sampai-sampai kamu gak pernah baper."
"Iya, kamu jelek." Naura mengalihkan pandangannya.
"Jelek ya? pantas aja gak ada cewek yang menyatakan perasaan duluan ke aku," gumam Rizky namun masih terdengar oleh Naura.
Sebenarnya banyak yang ingin menjadi pacar Rizky. Namun karena Rizky tidak peka, jadi cewek-cewek yang deketin dia memilih untuk cari cowok lain. Bahkan ada rumor bahwa Rizky ini seringkali nge-ghosting cewek.
"Sebagai lelaki harusnya kamu yang ngejar cewek, bukan cewek yang ngejar kamu."
"Tapi aku males ngejar-ngejar cewek."
Rizky kembali melajukan mobilnya. "Btw, kamu kenapa dari dulu sampai sekarang belum pernah pacaran?"
"Soalnya aku gak mau pacaran."
"Kenapa gak mau?"
"Malas. Pasti nanti ujung-ujungnya putus."
"Bener juga sih apa kata kamu."
Naura mengedarkan pandangannya ke sebelah kiri. "Ky, kita mau piknik dimana sih?"
"Di pantai."
Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Rizky menemukan pantai yang tidak terlalu ramai. Memang sih masih ada orang, tapi setidaknya lebih sedikit dari pantai yang lain.
"Akhirnya sampai juga di pantai yang sesuai dengan keinginan Asistenku," sindir Rizky.
"Jangan panggil asisten dong!" kesal Naura.
"Terus mau dipanggil apa? mau dipanggil sayang?"
"Gak mau."
"Asisten itu panggilan kesayangan aku ke kamu."
"Mana ada sayang tapi panggilannya 'asisten'."
"Kan biar beda dari yang lain."
Lagi-lagi Rizky menyuruh Naura menuruti perintahnya. Tetapi Naura menolak karena ia tidak ingin disuruh-suruh.
Lalu, Rizky menggunakan jurus andalannya lagi, yaitu tentang perjanjiannya dengan Naura. Jadi, dengan terpaksa Naura membawa makanan-makanannya. Sedangkan Rizky, ia membawa tikar.
Rizky menaruh tikar diatas pasir, lalu ia dan Naura duduk ditikar. Mereka mengobrol sambil menikmati makanan dan minuman yang telah dibawa Rizky.
"Sini kacamata aku." Rizky kembali mengambil kacamatanya dan memakainya.
Naura melihat kearah orang yang sedang berpacaran. "Pantai terasa milik berdua."
Rizky melihat kearah pandangan Naura. "Aku jadi pingin punya pacar deh."
"Ya udah cari pacar lagi. Udah lama juga kan kamu jadi jomblo."
"Teman kuliah kamu ada yang jomblo gak, Ra?"
"Ada."
"Kenalin ke aku dong."
"Ya udah nanti aku kenalin kamu ke Irfan."
Rizky mendengus kesal. "Aku normal kali."
Tiba-tiba ada bola mengenai wajah Naura.
BUGH!
"Aww!" ringis Naura.
Rizky mengambil bola tersebut. "Dek, hati-hati dong!"
"Maaf gak sengaja, Kak," ucap anak kecil itu kepada Naura.
"Iya, gak apa-apa"
"Main bolanya jangan disini!" teriak Rizky sambil mengembalikan bola tersebut, lalu anak kecil tersebut pergi ke tempat yang agak jauh.
"Kamu gak kenapa-napa, kan?"
"Mata aku kayaknya kemasukan pasir deh"
Rizky mendekat ke Naura. Ia membantu Naura membersihkan pasir disekitar mata.
Rizky mendekat kearah wajah Naura. Jujur saja Naura merasa deg-degan karena jarak wajahnya dan wajah Rizky sangat dekat.
Ketika Rizky meniup-niup mata Naura, entah kenapa Naura malah menahan nafas. Tak lama, Naura mendorong Rizky karena ia tidak kuat menahan nafas lama-lama.
"Mau dibantuin, kok malah didorong sih," kesal Rizky.
"Habisnya mulut kamu bau jigong," ujarku, padahal sebenarnya aku kehabisan nafas karena sedari tadi aku menahan nafas ku.
"Kurang ajar! aku udah sikat gigi, jadi gak mungkin bau," ujar Rizky namun ia juga malah tertawa.
Naura semakin tertawa karena Rizky ikut-ikutan tertawa. "Tapi kok masih bau." Lalu, Rizky mendekat kearah Naura.
"Kamu mau ngapain, Ky?"
Rizky sengaja mendekat ke Naura agar Naura mencium bau mulutnya.
HAHHH~
"Kamu apa-apaan sih!"
"Mulut aku bau peppermint, Ra." Rizky meyakinkan Naura kalau mulutnya bau peppermint, sebab tadi saat di mobil ia memakan permen peppermint.
"Gak bau peppermint tuh."
"Mau aku cium gak? biar kamu percaya," canda Rizky.
"Ih apaan sih! main cium-cium segala"
"Bercanda kali, Ra. Lagian aku gak akan cium kamu, kan kamu itu sahabat aku."
Terlintas satu pertanyaan dibenak Rizky. Kemudian, Rizky bertanya kenapa Naura tentang apakah Naura sudah pernah berciuman atau tidak.
Pada saat Rizky bertanya seperti itu, Naura tentu saja mengatakan bahwa ia sama sekali belum berciuman. Karena mempunyai pacar saja belum, apalagi berciuman.
Cuaca mulai panas, akhirnya Naura dan Rizky memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Disepanjang perjalanan menuju tempat lain, Naura hanya sibuk berfoto-foto. Sedangkan Rizky fokus menyetir.
Karena Naura takut mabuk diperjalanan. Akhirnya Naura menyuruh Rizky untuk perlahan mengendarai mobilnya.
"Kita mau kemana sih?"
"Ke dunia lain," ucap Rizky sambil tertawa.
Satu jam kemudian.
Rizky membangunkan Naura yang sedang tertidur. "Bangun, Ra!," ujarnya sambil menepuk-nepuk pundak Naura, namun Naura masih tidak bangun.
Rizky mencubit hidung Naura, agar Naura bangun. Spontan Naura bangun karena ia tidak bisa bernafas.
"Kamu apa-apaan sih!" teriakku sambil menghirup banyak oksigen.
"Akhirnya bangun juga," gumam Rizky.
"Kamu mau aku mati ya?"
"Bukan gitu. Aku cuma mau bangunin kamu saja."
"Itu bukan mau bangunin, tapi itu lebih kearah pembunuhan."
Naura memicingkan matanya. "Kamu ajak aku piknik bukan karena kamu mau bunuh aku kan?"
"Mana ada aku bunuh kamu".
"Terus tadi apa?"
"Aku udah bilang, kalau aku mau bangunin kamu."
Naura melihat ke luar mobil, ia sungguh kebingungan karena suasana diluar seperti hutan. "Ky, ini dimana?"
"Dunia lain."
"Jangan bercanda dong!"
"Ini tempat wisata. Aku mau ajak kamu ke curug," jelasnya.
Naura tertawa kecil. "Kirain beneran ke dunia lain"
Rizky menatap datar kearah Naura. Bagaimana tidak, tadi disaat Rizky bilang seperti itu, Naura malah menyuruh Rizky agar tidak bercanda. Sekarang giliran Rizky yang serius, Naura malah menanggapinya dengan candaan.
Rasanya Rizky ingin sekali meninggalkan Naura di curug, agar Naura hidup bersama binatang yang ada di hutan.
"Kamu kenapa lihatin aku kayak gitu?"
"Soalnya kamu ngeselin."
Naura tak terima. "Yang ada kamu yang ngeselin."
"Ayo keluar!" ajak Rizky karena tak mau banyak basa-basi. Lalu, ia keluar dari mobil, kemudian Naura juga ikut keluar.
"Katanya mau ke curug, tapi kok curug nya gak ada."
"Kamu baru pertama kali ke curug ya, Ra?"
"Iya."
Rizky mengehela nafasnya. "Pantas saja."
"Maksudnya?" bingung Naura, sebab ia tidak mengerti perkataan Rizky.
"Kita harus jalan kaki kesananya, nanti baru deh ketemu curug nya," jelas Rizky.
"Berapa menit sampai kesananya?"
"Paling sekitar 10 menit, tapi kalau jalannya cepat."
"Aku tunggu disini aja deh, soalnya kaki aku sakit."
Rizky baru ingat kalau kemarin Naura habis terjatuh dari sepeda dan pastinya luka dilututnya belum kering. "Kaki kamu masih sakit ya?"
"Enggak sakit sih, cuma lukanya belum terlalu kering."
"Yah! percuma dong aku ajak kamu kesini. Padahal tadinya aku pingin menenggelamkan kamu ke curug."
Mempunyai sahabat seperti Rizky harus memperbanyak sabar, sebab kata-kata yang keluar dari mulutnya sangatlah tidak baik.
Sebenarnya Naura tahu bahwa sahabat itu sedang bercanda, tapi tetap saja Naura ingin sekali menyumpal mulut sahabatnya.
"Kamu ke curug sendiri aja."
"Gak mau! kita pindah ke tempat lain aja."
"Masa pergi lagi sih."
"Habisnya aku gak mau sendiri."
Disaat Rizky akan masuk kedalam mobilnya, Naura langsung mencegahnya. "Ya udah aku ikut kesana."
Akhirnya keduanya berjalan menuju curug. Diperjalanan menuju curug, mereka harus melewati jembatan. "Ky, aku gak mau kesana." Naura ketakutan saat melihat kebawah jembatan.
Disaat Naura ketakutan, Rizky malah tidak takut. Karena Rizky sering mengunjungi curug ini bersama teman-teman kuliahnya. "Tenang aja, lagian gak takut kok."
"Gak mau! aku takut ketinggian."
"Ya udah ayo aku gendong."
"Gak mau! nanti kita berdua jatuh, karena pasti gak seimbang."
"Tenang aja, gak akan jatuh. Lagipula dulu aku bawa tas yang berat, tapi tetap seimbang tuh."
"Aku pasti lebih berat dari tas kamu."
Rizky jongkok agar Naura naik ke punggungnya. "Cepat naik!"
"Nanti kalau jatuh gimana?"
"Gak akan, Naura."
Naura naik ke punggung Rizky. Kemudian Rizky berjalan diatas jembatan gantung sambil menggendong Naura.
Rizky panik saat kepala Naura menempel di leher. Lalu, ia menyuruh Naura untuk menjauhi kepalanya dari leher Rizky, karena dengan Naura menempelkan kepalanya, itu membuat Rizky sangat merinding.
Karena Naura orangnya ngeyel, ia tidak menuruti perintah Rizky.
"Cepet jauhin kepalanya."
"Jauhin kemana?"
"Taruh kepala kamu di jurang," kesal Rizky, lalu dia mendapat pukulan dari Naura.
Aww!
"Mau aku jatuhin ke jurang ya?" kesal Rizky karena Naura memukulnya.
"Ishhh nyebelin!"
"Makanya jangan main tangan."
Naura terdiam beberapa menit sehabis pertengkaran kecil tadi.
"Ra, kamu gak tidur, kan?"
"Malah tidur ini bocah."
Entah kenapa Naura merasa aneh. Baru kali ini jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya Naura sering digendong oleh Rizky, tapi saat ini rasanya sangat aneh.
Apakah ia jatuh cinta kepada Rizky?
Ti-tidak! jangan sampai jatuh cinta pada sahabat sendiri.
Dengan cepat, Naura membuang jauh-jauh pikirannya itu. Ia tidak mau kalau hal itu sampai terjadi.
"Ra, bangun!"
"Dari tadi juga bangun."
"Terus kenapa kamu diam aja?"
"Soalnya aku lagi menikmati udara pegunungan."
Walaupun siang hari, tetapi cuaca disini sangatlah sejuk. Mungkin karena didaerah pegunungan, makanya terasa dingin.
Beberapa menit kemudian, mereka telah selesai melewati jembatan gantung. Lalu, Rizky menurunkan Naura dari gendongannya. "Ternyata kamu berat juga."
"Suruh siapa gendong aku."
"Nanti baliknya kamu jalan kaki aja ya."
"Gak mau! aku takut ngelewatin jembatannya."
"Ya udah kalau gitu kamu tinggal disini aja." Naura cemberut gara-gara Rizky berkata seperti itu.
Kemudian, Rizky menyuruh Naura agar melanjutkan perjalanan. Tetapi karena Naura sangat kesal, ia jadi tidak ingin pergi.
Setelah dibujuk cukup lama, akhirnya Naura mau. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke curug.
Tak sampai lima menit, mereka sampai di curug. "Ra, kita foto bareng yuk!" ajak Rizky.
"Aku gak mau!" tolak Naura.
"Kamu masih marah ya sama aku?"
"Gak marah kok. Aku cuma males foto aja."
Rizky berfoto-foto di dekat air terjun. Sedangkan Naura, ia hanya duduk di bebatuan yang besar. Ia menikmati keindahan air terjun sambil sesekali melihat kearah Rizky yang sedang berfoto-foto. Terlihat dari wajah Rizky, bahwa dia sangat senang berada disini.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Naura. "Permisi."
Naura menoleh kearah orang itu. "Iya, ada apa?"
Perempuan itu meminta tolong kepada Naura agar Naura memotret orang itu. Tetapi karena Naura malas berdiri, akhirnya ia menolak permintaan orang itu.
Orang itu pun pergi dengan menunjukkan muka yang sinis. Naura tahu bahwa orang itu kesal karena Naura tidak mau membantunya.
Sebenarnya jika mood Naura bagus, mungkin Naura akan membantu memotret orang itu. Tapi karena sekarang moodnya sedang tidak bagus, jadinya ia tidak mau melakukan perintah dari seseorang, apalagi orang itu adalah orang asing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!