NovelToon NovelToon

Dear Doctor Olivia

Part 1 : I'm coming home

Setelah 5 tahun menimba ilmu di negeri orang, akhirnya aku kembali menginjakkan kakiku di tanah kelahiranku. Saat ini aku sudah menginjakkan kaki ku di bandara. Jika teman-temanku di jemput oleh orang tuanya atau keluarganya di bandara, lain halnya dengan diriku. Meskipun aku sudah menghubungi ibuku tapi tetap saja hanya sopir dan pengawalku yang akan menjemputku di bandara.

Saat melewati gerbang pintu kedatangan, aku melihat dua orang pria berbadan kekar mengenakan jas, dasi, dan kacamata hitam. Salah seorang pria membawa sebuah papan kecil bertuliskan "Olivia Takahashi". Aku tak mengenali pria yang membawa tulisan tersebut, tapi aku mengenali pria kekar yang satunya lagi, pria kekar itu Albert, pengawal ku sejak sekolah dasar. Tahun ini usia Albert akan menginjak 57 tahun, terlihat jelas rambutnya sudah berubah menjadi putih, tapi postur tubuhnya masih gagah dan kekar.

Aku menghampiri kedua pria tersebut, aku langsung memeluk Albert dengan erat.

"It has been along time, I didn't meet you, Albert."ucap Olivia yang masih memeluk tubuh Albert.

"How are you, my big bodyguard?"tanya Olivia sambil melepaskan pelukannya.

"I'm very well, Miss Takahashi."jawab Albert.

"Tidak perlu tertalu formal. Aku sudah kenal dirimu sejak kecil Albert. Panggil aku Olivia saja, seperti dulu."

"Baiklah nona. Aku perkenalkan sopir keluarga kita yang baru. Ini Toni, dia sudah bekerja dengan keluargamu selama dua tahun."

"Toni... ini Nona Olivia. Anak dari Tuan dan nyonya Takahashi serta adik kandung dari Tuan Mario."Albert memperkenalkan Olivia kepada Toni.

"Saya Toni. Salam kenal Nona. Saya yang akan mengantarkan anda selama anda disini."Toni menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

"Salam kenal Toni. Terima kasih sudah menjemputku."jawab Olivia.

"Izinkan aku membawa ranselmu dan Toni membawa kopermu."pinta Albert.

"Terima kasih Albert...Toni..."ucap Olivia.

Mereka berjalan ke arah parkiran mobil. Sampailah mereka di depan mobil sport asal Jerman keluaran terbaru.

"Nice car, Albert!"sahut Olivia.

Albert dan Toni hanya tersenyum mendengar pujian dari majikannya itu.

Albert membukakan pintu mobil belakang untuk Olivia.

"Silahkan masuk, nona."

"Mari kita pulang nona. Hari sudah semakin sore."ucap Albert.

"Tak perlu terburu-buru Albert. Ibu dan ayahku pasti belum ada di rumah jam segini."sahut Olivia.

"Bagaimana kalau kita mampir makan dulu. Aku lapar. Di pesawat makanannya tidak menggugah seleraku."sambung Olivia.

"Anda ingin makan di rumah atau di luar, nona?"tanya Albert yang duduk di kursi depan samping sopir.

"Aku mau makan di luar saja. Apa kamu punya rekomendasi restoran yang murah, enak dan nyaman?"

"Kalau nona kehabisan uang, nona bisa pinjam uang saya dulu untuk makan di restoran mewah."jawab Albert.

"Kamu kira aku 'kere' pulang dari Sydney? Aku disana kerja part time Albert dan aku punya uang sendiri!"ucap Olivia kesal.

"Maaf nona, maafkan ucapan saya tadi. Saya tidak bermaksud meremehkan nona. Saya hanya menawarkan saja, karena tuan dan nyonya tidak pernah makan di restoran yang seperti nona minta."ucap Albert.

"Jangan kamu samakan aku dengan kedua orang tuaku! Aku ini masih merintis karir Albert. Aku tidak ingin menghambur-hamburkan uang orang tuaku. Aku tau bagaimana susahnya mendapatkan uang selama tinggal di negeri orang."

"Sekali lagi, maafkan saya nona."sahut Albert.

"Carikan restoran atau cafe yang tadi aku pinta, sekarang!"perintah Olivia.

"Baik, nona. Akan saya carikan."ucap Albert.

Setelah menyelusuri jalan ibu kota, mobil yang di tumpangi Olivia berhenti di sebuah restoran Jepang begaya modern. Suasana restoran pun tak begitu ramai, hanya beberapa anak muda yang sedang berkerumun.

Olivia menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dengan pilihan Albert.

"Kalian berdua turun! Aku tak ingin makan sendiri! Bukalah jas dan dasi kalian. Bergayalah seperti orang normal."perintah Olivia.

Mendengar perintah Olivia, Albert dan Toni saling tatap dan segera melakukan apa yang di perintahkan nonanya itu.

Mereka bertiga masuk kedalam cafe beriringan. Suasana di dalam restoran pun sangat nyaman. Olivia memilih posisi tempat duduk dekat kolam ikan dan air mancur.

Olivia memesan seporsi ramen panas dan segelas oca panas. Albert dan Toni pun memesan menu yang sama dengan nonanya.

Beberapa menit kemudian makanan mereka pun datang. Olivia beserta kedua pengawalnya makan dengan lahap. Setelah selesai makan Olivia memesan 3 gelas capucino hangat dan 3 porsi buah takoyaki.

Tak perlu menunggu lama pesanan tambahan Olivia pun datang. Olivia memberikan segelas capucino dan 1 porsi takoyaki kepada Toni.

"Maaf Toni, aku ingin berbicara empat mata dengan Albert. Kamu bisa menunggu kami di mobil sambil ngopi dan ngemil cantik di mobil." Ucap Olivia.

Setelah mendengar perintah Olivia, Toni menatap wajah Albert dan Albert pun menganggukkan kepalanya.

"Baik, nona. Terima kasih makan malamnya. Saya permisi, nona."ucap Toni.

Toni pun meninggalkan mereka berdua menuju parkiran mobil. Albert menatap Toni yang sedang berjalan menuju pintu keluar restoran. Saat memutar kembalu kepalanya menghadap nonanya, tiba-tiba Olivia menatap wajahnya dengan sinis.

"Jawab pertanyaanku dengan jujur!" Pinta Olivia.

"Apa betul orang tua ku ingin menjodohkan aku dengan anak dari rekan bisnisnya? Jawab!"

"Sa-sa-saya tidak tau,nona."jawab Albert terbata-bata.

"Aku sudah mengenalmu sejak kecil, Albert! Kamu itu tidak bisa berbohong!"

"Siapa pria yang ingin dijodohkan orang tuaku kepadaku? JAWAB!"

Albert masih diam dan tidak berani berbicara.

"Baiklah. Kalau kamu tidak mau jawab pertanyaanku! Aku kabur saja sekarang juga!" Olivia segera berdiri dari kursinya dan berlari menuju pintu keluar.

Albert segera menyusul dan menarik kencang tangan nonanya itu.

"Tolong jangan lakukan itu lagi, nona! Saya masih tidak bisa melupakan kejadian saat nona berlari menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dan sebuah mobil container menabrak nona."ucap Albert dengan suara pelan.

"Mari kita kembali duduk,nona!"pinta Albert.

Olivia dan Albert kembali ke kursi mereka masing-masing.

"Ibu nona yang ingin menjodohkan nona dengan anak rekan bisnisnya, yaitu anak dari tuan Kudo. Tuan Takahashi dan Tuan muda Mario tidak setuju dengan ide ibu nona, karena usia nona dengan anak dari Tuan Kudo berbeda jauh, sekitar 15 tahun. Apalagi anak Tuan Kudo pernah gagal dalam pernikahan."

"APA? Jadi ibu mau menjodohkan aku dengan duda?!"teriak Olivia sambil berdiri dari kursinya.

Seluruh pengunjung menatap ke arah Olivia.

Olivia langsung terduduk lemas dan menempelkan wajahnya ke atas meja restoran.

"Apakah wajahku sejelek itu sampai harus di jodohkan dengan seorang duda, Albert?"

"Dari kecil sampai sekarang kecantikan wajah dan hati nona tidak pernah pudar."

Part 2 : Bertemu si duda

Tapi... tapi mengapa ibu ingin menjodohkan aku dengan duda beranak?"tanya Olivia dengan nada sedih.

"Namanya Jamie Kudo, nona. Dia memang duda tapi dia belum sempat menikmati malam pertamanya."

"Apa maksudmu? Istrinya meninggal saat malam pertama?"

"Bukan, nona. Tuan Jamie memergoki istrinya sedang bercinta dengan sepupunya di kamar khusus malam pertama mereka."Jelas Albert.

"Wow! Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?"tanya Olivia.

"Kabar terakhir yang aku dengar, Tuan Jamie langsung menggugat cerai istrinya dan mengusirnya dari vila tempat mereka menginap. Setelah kejadian itu, dia menjadi tertutup dan menyibukkan diri dengan bisnisnya."

"Seperti apa si Tuan Jamie itu?"

"Aku tidak bisa menggambarkannya,nona. Lebih baik besok nona pergi ke kantor ibu anda, nona pasti akan bertemu dengannya."

"Aahh... aku tidak mau! Besok siang aku ada interview di salah satu rumah sakit ibu kota."

"Mau saya antar,nona?"

"Boleh kalau kau tidak sibuk, Albert."

"Aku pasti akan meluangkan waktu untuk nona."

"Thanks Albert. Let's we go home. Aku lelah ingin cepat tidur di kasur kesayanganku."

Albert dan Olivia segera meninggalkan restoran. Perjalanan dari restoran menuju rumah keluarga Takahashi hanya memerlukan waktu 10 menit.

Pagi hari di Kediaman Keluarga Takahashi...

"Selamat pagi ayah...ibu..."sapa Olivia.

"Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"tanya Ayah.

"Ya, ayah."jawab Olivia singkat.

"Olivia, nanti kamu ikut ibu ke kantor ibu yang baru."

"Maaf ibu, aku tidak bisa. Aku ada interview di salah satu rumah sakit."

"Interview dimana,sayang?"tanya ayah.

"Kamu tidak usah datang ke interview itu! Ayahmu punya dua rumah sakit terkenal di kota ini dan daerah lain. Kamu tinggal pilih saja mau praktik di rumah sakit yang mana. Ayahmu tinggal menelepon direktur rumah sakitnya."sahut ibu.

"Aku mau berusaha sendiri dulu, bu." Jawab Olivia.

"Biarkan saja dia berusaha sendiri, dulu ayah juga merintis usaha dari nol tanpa bantuan dari kakek ayah."ucap ayah.

"Ayah menyindir ibu,ya?"tanya ibu dengan wajah cemberut.

"Tidak! Ayah hanya flash back kisah ayah dulu. Kenapa ibu kesal begitu?"

"Sudahlah! Kalian berdua sama saja!"ucap ibu sewot.

"Pokoknya nanti kamu ikut ibu dulu. Ibu mau memperkenalkan rekan bisnis ibu sama kamu!"sambung ibu.

"Sebentar aja ya, bu..."jawab Olivia.

"Ok."jawab ibu singkat.

Kantor baru Nyonya Takahashi

Ibu, ayah dan Olivia tiba di sebuah gedung perkantoran yang tinggi, megah dan berarsitektur modern. Gedung tersebut bertuliskan 'Kudo Building'.

Mereka bertiga menaiki lift menuju lantai 15. Saat pintu lift di buka, terlihat jelas beberapa sekat meja karyawan di bagian tengah ruangan dan beberapa ruangan tertutup di bagian pinggir. Saat Nyonya dan Tuan Takahashi berjalan, semua karyawan memberi salam dengan mengucapkan selamat pagi. Setelah mengucapakan salam, mereka menatap wajah Olivia yang berjalan di belakang Tuan dan Nyonya Takahashi. Sebagian dari karyawan tersebut berbisik-bisik sambil menatap punggung Olivia yang masih berjalan menuju ruangan Nyonya Takahashi.

"Nah...ini ruangan ibu."ucap Nyonya Takahashi.

Ruangan tersebut sangat luas dan besar. Terdapat dua buah sofa besar berwarna biru tua disertai meja tamu kaca yang cukup besar dan satu buah meja kerja Nyonya Takahashi beserta komputer keluaran terbaru.

"Wow! Ruangan ibu sangat bagus!"puji Olivia.

"Tentu saja, sayang! Selera ibu dalam urusan furniture tidak pernah mengecewakan, kan?"ucap Nyonya Takahashi dengan nada bangga.

"Ruangan ibu lebih besar dibanding ruangan ayah mu di perusahaannya."sindir Nyonya Takahashi.

Tuan Takahashi yang mendengar sindiran istrinya itu hanya bisa diam dan menundukkan kepala. Olivia yang melihat wajah bersedih langsung memeluknya.

"Tidak apa-apa ruangan ayah kecil, yang penting perusahaan ayah stabil dari dulu sampai sekarang. Betul tidak,ayah?"ucap Olivia.

"Iya. Terima kasih, sayangku!"Tuan Takahashi mencubit kedua pipi Olivia.

"Kamu ini, selalu saja membela ayahmu! Pilih kasih sekali kamu!"Nyonya Takahashi mulai kesal.

"Aku tidak pilih kasih! Ibu kali!"Olivia menepis ucapan ibunya.

"Aku sayang ayah dan ibu. Walaupun ibu selalu saja memanjakan dan mendahulukan kepentingan Mario tapi aku tidak pernah protes."sambung Olivia.

'Tok Tok Tok' (bunyi pintu di ketuk).

"Maaf mengganggu tuan dan nyonya. Tuan Kudo sudah menunggu tuan dan nyonya di ruang rapat. Beliau bilang rapat akan segera di mulai."ucap sekertaris Nyonya Takahashi.

"Baik. Terima kasih Aiko. Kami akan segera kesana."jawab Nyonya Takahashi.

"Saya permisi dulu, tuan dan nyonya."jawab Aiko.

Aiko menutup pintu dan kembali ke mejanya.

"Ayo ayah, Olivia! Kita ke ruang rapat!"ajak Ibu.

"Untuk apa aku ikut? Aku tidak pernah suka dengan urusan bisnis!"tanya Olivia.

"Sudah ikut saja! Kalau ibu meninggal nanti kamu yang akan meneruskan bisnis ibu!"

"Ibu bicara apa,sih?! Malaikat ada di kanan dan kiri lengan ibu. Hati-hati kalau berbicara!"

"Sudah! Ayo,ikut ibu!"

"Ayolah,sayang...sekali ini ikut saja. Interview mu kan setelah jam makan siang. Ayah janji, ayah yang akan mengantarmu interview."

"Ok. Sekali ini saja ya, bu!"

"Iya. Ibu janji! Besok-besok kamu jalani sendiri."

Nyonya dan Tuan Takahashi berjalan keluar menuju ruang rapat. Olivia masih diam membeku sambil mencerna ucapan ibunya tadi. Albert yang melihat Olivia masih berdiri di dalam ruangan, langsung menghampirinya dan mengajaknya menuju ruang rapat.

Albert membukakan pintu ruang rapat dan Olivia pun masuk perlahan-lahan dengan wajah menunduk. Dia duduk di kursi samping ayahnya. Sedangkan ibu duduk di kursi khusus pejabat perusahaan dan pemegang saham.

Akhirnya setelah 30 menit rapat yang berjalan sangat alot dan membosankan selesai. Beberapa staf perusahaan sudah berjalan keluar ruang rapat, hanya tersisa Tuan Kudo dan anaknya serta Keluarga Takahashi.

Saat hendak keluar dari ruang rapat, Nyonya Takahashi memanggil Olivia.

"Olivia...kesini sayang! Ibu mau memperkenalkan rekan bisnis ibu."

Olivia segera mendekati ibunya yang duduk saling berhadapan dengan rekan bisnisnya tersebut.

"Sayang...ini Tuan Eric Kudo, pemilik perusahaan Kudo Enterprise. Sedangkan yang di sampingnya itu anak tunggal Tuan Kudo,yaitu Jamie Kudo. Dia direktur di perusahaan ini. Perkenalkan, ini putri saya, Olivia Kim Takahashi."ucap Nyonya Takahashi.

"Ada nama Kim di nama putrimu?"tanya Tuan Besar Kudo.

"Iya, ayahku sangat menginginkan cucu perempuan. Jadi dia memintaku untuk menambahkan nama belakangnya saat Olivia lahir."

"Selamat datang di Kudo Building. Ibumu sering bercerita tentangmu. Kamu sudah lulus jadi dokter,ya?"tanya Tuan Besar Kudo.

"Iya,pak."jawab Olivia singkat.

"Jangan panggil,pak. Panggil saja om, sama seperti Mario memanggil saya."

"Oh...baik, om."

"Olivia, ini anak saya satu-satunya. Namanya Jamie Kudo. Jamie ini...dibilang duda, tapi dia belum menikmati malam pertamanya. Dibilang pejaka tapi dia sudah pernah melaksanakan pernikahan. Jadi, saya sendiri juga bingung status anak saya, hahahaha...."ucap Tuan Besar Kudo dengan nada becanda.

"Papa! Jangan bahas masalah itu lagi!"sahut Jamie kesal.

"Papa bicara apa adanya! Daripada nanti Olivia tahu dari orang lain lebih baik papa sendiri yang berbicara."ucap Tuan Besar Kudo.

"Oh iya Olivia. Saya mau bicara lebih lanjut dengan mama dan papamu. Kamu mengobrol dulu saja dengan Jamie di ruang kerjanya."sambung Tuan Besar Kudo.

"Oh tidak usah,om. Saya tunggu di ruangan ibu saja."jawab Olivia.

"Tidak! Tidak!"sahut Tuan Kudo.

"Jamie! Tolong kamu ajak Olivia ke ruang kerjamu. Ajak dia ngopi dan ngobrol."perintah Tuan Kudo kepada anaknya.

Part 3 : Ancaman si duda

"Oh iya Olivia. Saya mau bicara lebih lanjut dengan mama dan papamu. Kamu mengobrol dulu saja dengan Jamie di ruang kerjanya."sambung Tuan Besar Kudo.

"Oh tidak usah,om. Saya tunggu di ruangan ibu saja."jawab Olivia.

"Tidak! Tidak!"sahut Tuan Kudo.

"Jamie! Tolong kamu ajak Olivia ke ruang kerjamu. Ajak dia ngopi dan ngobrol."perintah Tuan Kudo kepada anaknya.

Jamie yang mendengar perintah ayahnya hanya bisa mengangguk.

"Ikutlah dengan Jamie ya, Olivia!"pinta Tuan kudo.

"Ba-ba-ik om... Saya permisi."jawab Olivia ragu-ragu.

Olivia berjalan di belakang Jamie. Jamie membuka pintu ruang kerjanya lalu dengan sengaja menutupnya kembali. Melihat gelagat Jamie yang seperti itu, membuat Olivia sedikit kesal.

"Sabar sabar, Oliv!"ucap Olivia dalam hati.

Olivia membuka pintu ruang kerja Jamie. Saat masuk dia melihat Jamie sudah duduk di kursi kerjanya sambil jari-jarinya memainkan laptop.

Olivia masih berdiri di depan pintu masuk sambil menunggu dipersilahkan duduk oleh Jamie. Tapi malang nasib Olivia, Jamie tidak mempersilahkan dia duduk atau pun melirik ke arah Olivia.

'Tok Tok Tok' bunyi pintu ruang kerja Jamie di ketuk.

"Masuk!"sahut Jamie yang masih menatap laptopnya.

Seseorang pria yang usianya lebih muda dibanding Jamie membuka pintu ruangan dan dia terkejut melihat Olivia masih berdiri di depan pintu masuk ruangan.

"Maaf Nona...maaf saya tidak tahu kalau nona berdiri disini."ucap pria itu.

"Aahh...tidak apa-apa."jawab Olivia.

"Permisi nona..."pria itu berjalan menuju meja Jamie.

Jamie dan pria muda itu berdiskusi dengan serius masalah pekerjaan. Sesekali Olivia melirik mereka berdua sambil sibuk dengan ponselnya.

Sepuluh menit berjalan, Olivia masih berdiri di depan pintu masuk ruangan Jamie. Dua pria tersebut masih sibuk membahas pekerjaan. Tak lama kemudian, masuklah ayah Jamie dan dia sangat terkejut melihat Olivia berdiri.

"Olivia! Kenapa masih berdiri? Ayo duduk,nak!"ajak Tuan Kudo.

"Tidak apa-apa. Saya berdiri saja Om."ucap Olivia.

"Ayo duduk,Olivia! Kamu pasti cape dari tadi berdiri!"ajak Tuan Kudo untuk kedua kalinya.

"Terima kasih,om."jawab Olivia.

"Jamie! Tega sekali kamu membiarkan Olivia berdiri dari tadi!"Tuan Kudo marah kepada anaknya.

"Dia baru saja berdiri! Dari tadi dia duduk! Ayah tanya Lee aja!"sangkal Jamie.

"Maaf Tuan besar... Saya baru lima menit duduk di kursi ini. Jadi saya tidak tau sudah berapa lama nona itu berdiri."jawab Lee.

"Semenjak kasus itu, kamu pandai berbohong!"teriak ayahnya .

"Tidak usah ayah bahas kasus itu lagi! Aku muak dengarnya!"balas Jamie.

"Itu karena kesalahanmu sendiri! Mudah percaya dengan rayuan manis wanita malam itu. Kamu di dibutakan oleh rayuan dan cinta palsunya sehingga harta yang kamu kumpulkan selama ini raib diambil olehnya! SADAR JAMIE...SADAR!!"Tuan Kudo emosi.

Pertengkaran sengit ayah dan anak ini membuat Olivia dan Rafe hanya bisa berdiam diri. Olivia membantu Tuan Kudo untuk menenangkan dirinya sedangkan Lee menenangkan Jamie.

Olivia menuntun Tuan Kudo ke sofa dimana dia duduk. Dia memeriksa denyut nadi dan menuntun Tuan Kudo untuk mengatur nafasnya.

"Om, sudah lebih baik?"tanya Olivia.

"Iya. Terima kasih Olivia!"jawab Tuan Kudo.

"Sama-sama,Om. Om konsumsi obat jantung atau obat lain?"

"Iya. Obat jantung."

"Om bawa obatnya? Sebentar lagi menjelang makan siang. Om makan dulu baru minum obatnya. Mau aku antar ke ruangan,om?"

"Boleh."

"Mari saya bantu, nona!"sahut Rafe yang berlari mendekati Olivia dan Bos besarnya.

Rafe dan Olivia membopong Tuan Kudo menuju ruang kerjanya. Semua karyawan menatap mereka dan bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Bos besar.

Setelah mengantar Tuan Kudo ke ruangannya. Olivia keluar dari ruangan dan tak sengaja bertemu Jamie di depan pintu keluar ruang kerja Tuan Kudo.

"Karena kamu, ayahku memarahiku! Karena kamu, ayahku kumat lagi sakitnya!"ucap Jamie.

Olivia hanya diam saat Jamie memarahinya.

"Jangan harap aku akan setuju dengan perjodohan ini! Sampai kapan pun, aku tidak akan mencintaimu! Kamu camkan itu!"sambung Jamie.

Jamie masuk kedalam ruang kerja ayahnya. Olivia pun pergi meninggalkan Kudo Building bersama ayahnya.

Rumah Keluarga Kudo...

"Jamie! Darimana saja kamu? Tengah malam baru pulang!"ucap Tuan Kudo.

"Ayah belum tidur?"tanya Jamie.

"Bagaimana aku bisa tidur nyenyak, jika anak tunggalku belum pulang!"

"Aku ini sudah dewasa,ayah. Bukan anak kecil lagi! Jadi, tidak perlu ayah menungguku pulang!"

"Darimana saja kamu? Apa mencari wanita malam itu lagi?!"

"Namanya Helena, ayah. Aku mencarinya karena ingin...."

"Kamu ingin menjalin hubungan dengan dia lagi, kan? Kamu ingin menikahinya lagi? Kamu gak mikir? Dia itu bersetubuh dengan sepupumu saat malam pengantinmu. Masih saja kamu mau mencarinya!"

Jamie tak bisa mengungkapkan kata-kata lagi. Dia ingin marah kepada ayahnya tapi apa yang di ucapkan ayahnya memang benar semua. Jamie hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dan berjalan menuju lantai dua. Dia pergi begitu saja meninggalkan ayahnya yang masih berdiri menatap ke arahnya.

Keesokkan paginya di kediaman Keluarga Takahashi.

"Are you ready for today, sweety?"tanya Tuan Takahashi.

"I am ready,daddy."Jawab Olivia.

"Jas putih khusus dokter memang sangat pas untukmu, sayang."

"Benarkah begitu,ayah?"

"Yups... It's fit with you my little sister!"sahut Mario.

"Hey! I'm not little anymore!"ucap Olivia kesal.

"Hahahaha"Mario tertawa kencang sekali.

"Kalian berdua kalau bertemu selalu saja bertengkar!"ucap ayah sambil geleng-geleng kepala.

Tak lama kemudian, Nyonya Takahashi turun dari lantai dua mendekati meja makan yang ada di lantai satu.

"Mau kemana kamu pagi-pagi begini?"tanya ibu.

"Hari ini aku sudah mulai praktek di rumah sakit,bu. Aku sekarang dokter spesialis kanker."ucap Olivia dengan nada bahagia.

"Buat apa kamu praktek di rumah sakit orang lain, padahal ayahmu punya rumah sakit yang lebih bagus dan berkelas. Berapa mereka menggajimu? Pasti kecil kan?"Sindir Ibu.

"Kamu praktek atau magang di rumah sakit milik ayahmu, kamu bisa minta gaji berapapun kamu mau. Seperti Mario yang kerja sama ibu, ibu kasih gaji yang dia mau terkadang uang hariannya ibu kasih."sambung ibu.

"Iya, aku minta banyak buat modal melamar anak orang...hehehe"bisik Mario ke telinga Olivia.

"Sudahlah,bu. Biarkan Olivia menentukan jenjang karirnya. Kalau dia sudah berpengalaman lebih banyak nanti ayah tempatkan di rumah sakit ayah."ucap ayah.

"Terima kasih, ayah. Ayah selalu mengerti kemauan aku."ucap Olivia sambil memeluk erat ayahnya.

Melihat kedekatan ayah dan Olivia, ibu terlihat cemburu. Dia memalingkan wajahnya dan duduk di kursi meja makan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!