NovelToon NovelToon

Cinta Sang Ajudan

Acara Elit

Saat matahari hendak terbenam, terlihat seorang lelaki sedang membersihkan mobil dinas. Lelaki hitam manis yang tampan, membuat sebagian besar besar ibu ibu Persit yang berada di Asrama Militer (Asmil) itu selalu menggodanya. Entah hanya sekedar bercanda, atau karena mereka ingin menjodohkan anak gadis mereka dengan si lelaki.

"Lagi bersiin mobil ya Om?" Sapa seorang Ibu berambut pendek yang tak sengaja lewat.

"iya Bu." Jawab si lelaki cuek.

"Rajin ya Om? Tiap hari mobilnya di bersiin." Sahut ibu yang berhijab.

Namun si lelaki hanya tersenyum tanpa menjawab.

"Sekarang malam minggu loh Om, nggak ada rencana malam mingguan gitu?"

"Apa karena Omnya nggak punya pacar ya?"

"Ohh iya, Om Indra kan emang nggak kelihatan jalan sama cewek. Mau aku kenalin sama cewek nggak Om?"

"Maaf Bu, lagi nggak pengen cari cewek. Lagi sibuk dengan kegiatannya komandan."

"Sibuk sibuk pun juga harus punya cewek lah Om, masa mau sendirian terus?"

"Nanti kalo sudah ada niat, pasti saya cari sendiri kok Bu."

Saat tengah mengobrol, sebuah suara mengagetkan mereka.

"Ndra??" Panggil seorang lelaki yang keluar dari rumah dinas.

Ibu ibu yang sedari tadi sibuk gangguin Indra, akhirnya bubar karena mendengar suara komandan.

"Siap, Komandan." Jawab Indra tegas.

"Nanti malam antar saya sama Ibu ke Malang ya?"

"Siap, ijin ada acara apa ya Komandan?"

"Ada undangan dari Bapak Panglima untuk makan makan bersama. Semua kesatuan lain juga di undang."

"Ohh, siap."

"Nanti pake baju bebas rapi saja ya? Karena bukan acara formal."

"Siap."

"Nanti saya share lokasinya."

"Siap."

"Kamu tidak ada acara kan malam ini, Ndra?"

"Siap, tidak ada Komandan."

"Baguslah."

Komandan pun masuk ke dalam rumah. Indra yang sudah menyelesaikan tugasnya membersihkan mobil pun masuk ke dalam rumah dinas yang berada di samping rumah dinasnya Komandan.

Rumah dinas yang khas untuk para abdi negara, rumah dinas berwarna hijau. Dan ada lahan parkir di depannya.

Indra pun masuk ke dalam rumah dinas dan bersiap siap untuk acara nanti malam.

Di rumah dinas ajudan itu bukan hanya dia yang nempati, namun ada beberapa teman lainnya yang tinggal. Ada ajudan rumah, sopir Komandan, sopir Ibu Komandan. Indra sendiri adalah ajudan sekaligus sopir kepercayaan Komandan.

Kemana pun Komandan pergi, Indra selalu ada disana. Mungkin itulah alasan yang membuat dia tidak ada waktu untuk berhubungan serius dengan perempuan.

"Om Indra, ayo kita barengan main PS sama Om Erwan juga." Ajak anak sulung Komandan yang sudah asyik berada di depan layar televisi. Di temani si ajudan rumah, Erwan.

"Kamu main sama Om Erwan aja, Om masih mau ada acara sama Bapak."

"Ihh, Om Indra nggak asyik." Kesal si sulung. Dia pun melanjutkan bermain PS.

"Emang Komandan mau kemana, Ndra?" Tanya Erwan.

"Mau ke Malang. Ada acara sama Panglima katanya."

"Ooh iya lupa, tadi Ibu juga bilang ke saya kalo mau ada acara. Jadi saya di suruh nemenin anak ini main." Tunjuk Erwan pada si sulung.

"Aris mana?" Indra menanyakan keberadaan ajudan yang lain.

"Tadi lagi di suruh ngambil apa gitu sama Ibu nggak tau saya."

"Oh ya udah."

Indra pun masuk ke dalam kamar dan bersiap siap.

.

Saat jam menunjukkan pukul 6 sore, Indra pun sudah bersiap di dalam mobil dinasnya. Mobil Strada yang sudah menjadi pegangannya selama menjadi ajudan.

Tak lama berseleng Komandan beserta istri pun menaiki mobil. Dengan gagah Indra melajukan mobil itu. Dalam perjalanan menuju Kota Malang, Komandan dan istri mengobrol tentang sang panglima.

Tapi Indra tidak begitu perduli, karena dia sadar dia hanya seorang ajudan. Tidak ada sangkut pautnya masalah sang jenderal dengan dia yang hanya seorang Tamtama. Di mata Indra, ajudan itu di ibaratkan sebagai seorang pembantu yang hanya melayani majikannya saja. Tidak lebih dari itu.

Sekitar 1,5 jam sudah terlewati, mereka sudah sampai di sebuah gedung yang megah dan mewah. Gedung yang memang di peruntukkan kalangan elit menggelar sebuah acara. Parkiran yang sangat luas, penjagaan yang sangat ketat, jelas terlihat jika yang punya acara adalah kalangan atas.

"Tolong tunjukkan kartu identitas." ucap seorang penjaga di portal masuk gedung.

Indra pun mengeluarkan kartu tanda pengenalnya, dan mengeluarkan undangan yang tadi di berikan oleh sang Komandan.

"Baik, silahkan masuk." ucap sopan si penjaga.

Indra pun melajukan mobilnya ke depan lobi gedung. Komandan beserta istri turun dari mobil.

"Ndra, kamu mau ikutan masuk?"

"Siap, tidak Komandan. Saya tunggu di mobil saja."

"Ohh ya udah kalo gitu."

Komandan beserta istri masuk ke dalam gedung, dan Indra melajukan mobil dinasnya di area parkiran. Banyak mobil dinas yang sudah berjajar disana. Ada beberapa ajudan dari kesatuan lain yang sudah dia kenal.

"Barusan datang kamu, Ndra?" tegur ajudan yang lain, Wahyu.

"Iya. Kamu udah dari tadi?"

"Nggak juga, palingan sekitar setengah jam an."

"Ohh." Indra cuek.

"Kalangan atas ya, kalo ngadain acara nggak main main meriahnya." celetuk Wahyu saat melilhat kemewahan pesta itu.

"Emang ini acara apa sih??" Indra penasaran.

"Katanya sih acara ulang tahun pernikahan yang ke-30 tahun."

"Ohh, ulang tahun pernikahan. Kirain acara apaan kok sampek semewah ini?? Kayak acara nikahan aja."

"Namanya juga kalangan atas Bro, suka suka dia ngadain acara."

Saat sedang mengobrol, tiba tiba ponsel Wahyu berdering.

"Sebentar, sebentar. Aku angkat telpon dulu." pamitnya. Dia pun sedikit menjauh dari Indra.

Indra hanya menatap Wahyu dengan senyuman dingin. Dia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Terlihat banyak kalangan kalangan atas yang sedang asyik mengobrol dan makan makanan yang sudah di sajikan, seperti prasmanan.

Saat Wahyu selesai menelpon.

"Siapa lagi tuh?" tanya Indra sinis.

"Biasa, PeDeKaTean." jawab Wahyu santai.

"PeDeKaTean, tapi kamu embat juga anaknya orang."

"Mumpung masih muda Bro. Waktunya memilih."

"Memilih sih memilih, tapi nggak harus kamu makan juga kan?"

"Hahahaha. Namanya juga memilih mas Bro, mana yang cocok dan yang pas."

"Pas dimana??"

"Pas disitu lah." jawab Wahyu sambil menunjuk bagian bawah celananya.

"Dasar gila!! Gini nih yang bikin cewek perawan punah." ejek Indra.

"Hahahahahahahahahhaha." Wahyu tertawa lepas. "Dari pada kamu, sampek sekarang nggak kelihatan jalan sama cewek. Kemana mana jalannya cuma Erwan mulu. Apa jangan jangan kamu........"

"Nggak usah ngaco deh."

"Hahaha. Lagian aku nggak pernah liat kamu gandeng cewek, nggak berkarat tuh punyamu." sindir Wahyu.

"Aku bukan kayak kamu, yang bakal embat semua cewek." jelas Indra. "Aku mau nyari cewek yang memang bisa jadi persitku."

"Hiyaaa, persitku. Cewek aja nggak punya, mau mikirin nikah."

Indra tersenyum.

"Cewek terbaik itu akan datang di saat yang tepat."

"Dari mana kamu tau kalo dia jodohmu?"

"Dari sinilah mas Bro." Indra menunjuk dadanya.

Kiriman

Di dalam gedung. Terlihat Komandan beserta istrinya menyapa seorang pria paruh baya.

"Siap, Bapak Panglima." Sapa Komandan kepada si punya acara. "Selamat atas ulang tahun pernikahannya yang ke-30."

"Terima kasih."

"Siap."

"Kok cuma datang berdua? Anak anaknya kenapa nggak di ajak?"

"Siap, anak anak ada di rumah."

"Terus kamu kesini sama siapa?"

"Siap, sama sopir kami."

"Suruh dia masuk juga, ajak makan makan ini loh banyak." Ucap si Ibu dengan lembut.

"Siap Ibu, nanti kami telpon biar dia masuk." Jawab Ibu Komandan.

"Ya udah kalo gitu saya tinggal dulu ya, mau menyapa tamu yang lain."

"Siap." Jawab Komandan.

Tak lama kemudian Indra pun masuk ke dalam gedung acara, gedung yang sangat megah nan tinggi. Ada sebuah lampu krystal di tengah tengah ruangan. Semua yang berada di dalam sana adalah kaum elit, minimal perwira. Indra sedikit minder berada disana. Untungnya ada Wahyu yang sedari tadi ngekor di belakangnya.

"Ngapain sih kamu ngikut?" Indra kesal.

"Ya mau makan juga lah."

"Emang kamu di suruh masuk sama Komandanmu."

"Ya nggak juga sih. Cuma kan kalo kamu di ijinin masuk, kenapa aku nggak boleh?? Kita kan sama sama ajudan."

Mendengar kata kata Wahyu, Indra hanya tersenyum dingin.

Selesai acara, mereka pun pulang.

.

Keesokan harinya. Karena hari minggu, tidak ada kegiatan spesial yang mereka lakukan. Hanya bersih bersih rumah dinas mereka dan main PS. Selebihnya Indra hanya tidur.

"Ayo Ndra kita main kemana gitu?" Ajak Erwan yang masih fokus bermain PS.

"Mau kemana?" Tanya Indra yang sedang tiduran di sofa.

"Ya kemana gitu, biar nggak jenuh di rumah terus."

"Ke bromo aja yukk." Ucap Aris yang baru keluar dari kamarnya.

"Kalian kesana aja, aku lagi males."

"Ya elah Ndra, nggak asyik kamu tuh." Aris kesal.

"Minggu kemarin aku baru kesana, ngantar Komandan sama rekan kerjanya. Masa sekarang mau kesana lagi?? Nggak ahh, mending tidur di rumah." Jelas Indra.

"Gimana bisa dapat cewek kalo kita di rumah terus gini??" Ucap Erwan.

"Kita?? Kamu sama Indra aja kali. Aku kan udah punya cewek." Protes Aris.

"Nggak setia kawan kamu, Ris." Ucap Erwan.

"Lagian nih ya, ngapain ke Bromo mau nyari cewek?? Yang ada disana tuh cuma belerang sama orang pacaran. Ya kali mau ngeliatin orang pacaran. Ogah!!" Sahut Indra.

Saat asyik mengobrol, tiba tiba aja seseorang datang.

"Ndra??" Panggil seorang provost.

"Siap." Indra langsung bangun dari tidurnya.

"Ini ada kiriman lagi buat kamu." Si provost menyerahkan beberapa kado untuk Indra.

"Dari siapa ya Pak??"

"Itu sudah ada namanya sendiri sendiri." Jelas provost. "Kamu itu Ndra, hampir tiap hari ada barang atau kado buat kamu. Banyak sekali cewekmu Ndra."

"Siap, bukan cewek saya Pak. Hanya teman." Jawab Indra. "Terima kasih ya Pak."

Antara pos penjagaan dan rumah dinas Komandan sangat dekat.

"Dari siapa lagi tuh, Ndra? Novi? Ayu? Ratih? Atau ada yang baru lagi??" Ejek Aris.

"Nggak tau nih dari siapa." Indra mencoba membuka kado kado itu.

"Ya terjawab sudah kenapa sampek detik ini kamu nggak punya pacar."

"Kenapa emang?" Indra ikut penasaran.

"Karena kamu nggak bisa setia cuma sama 1 cewek."

"Sok tau kamu. Mereka ini bukan pacarku, aku bahkan nggak pernah jalan sama mereka." Protes Indra. "Hanya kenal lewat hp aja. Lagian aku nggak pernah nyuruh mereka ngirim ngirim hadiah."

"Sama aja. Kalo kenal 1, ya udah 1 aja. Nggak usah ada cabangnya."

"Aku nggak nyabang. Cuma memperbanyak teman aja, karena aku kan juga pendatang disini."

"Itu kan juga sama aja. Gini ya Ndra, cewek itu nggak akan ngejar kalo kamu nggak ngasih harapan."

"Maksudnya??"

"Misal nih ada cewek yg deketin kamu. Tapi kamu malah menerimanya dengan tangan terbuka, ya jelas dong dia pasti akan berharap lebih. Beda halnya kalo kamu berusaha cuek, mereka juga akan mundur pelan pelan."

"Kecuali ceweknya agresif." Celetuk Erwan.

"Nah itu, beda lagi cara ngurus cewek yang modelan kayak gitu."

"Sok paham kamu."

"Paham lah, aku kan udah punya cewek."

"Udah ah, males mau bahas cewek. Aku mau tidur. Jangan ganggu aku."

Indra pun beranjak masuk ke dalam kamarnya. Dia tak begitu memperdulikan kata kata temannya itu. Karena dia merasa, selama hanya berteman itu adalah hal yang wajar.

Sore harinya saat dia hendak mandi. Dia melihat ada banyak makanan di meja.

"Ada acara apa nih?" tanya Indra yang sudah mengalungkan handuk di pundaknya.

"Di kasih sama ibu ibu." jawab Erwan yang sedang makan.

"Dalam rangka??"

"Dalam rangka mau di kasih ke Om Indra."

"Ohh. Makasih deh." Indra cuek.

"Kamu nggak makan??" tanya Erwan saat melihat Indra hanya melewati makanan itu saja.

"Nanti aja." jawab Indra sebelum masuk ke kamar mandi.

Kalau di lihat lihat, dari ajudan yang lain memang Indra lah yang paling tampan. Berbadan tinggi dan berkulit sawo matang. Berhidung mancung, tatapan mata sayu. Pria hitam manis yang di sukai banyak perempuan. Tak heran jika banyak perempuan yang kepincut akan ketampananannya.

.

.

Keesokan harinya saat di kantor. Indra duduk di meja ajudan, meja yang terletak tepat di depan ruang Komandan. Terlihat dia sedang berkoordinasi dengan ajudan kantor mengenai jadwal Komandan setiap harinya.

"Ndra??" suara Komandan terdengar dari dalam ruangan. Indra pun bergegas masuk.

"Siap, Komandan."

"Kamu sekarang ke bandara ya??"

"Siap. Ehh, Komandan mau pergi?" Indra terkejut, karena dia belum menyiapkan tiket.

"Nggak, bukan saya. Kamu jemput seseorang."

"Siap, ijin. Jemput siapa ya Komandan??"

"Anaknya panglima, yang malam minggu kemarin kita datang ke acaranya yang di malang itu."

"Ohh, siap."

"Beliau menelpon kalo anaknya mau datang dari luar negeri, jadi beliau meminta tolong di siapkan sopir untuk jemput anaknya."

"Siap."

"Namanya Kinan, dia penerbangan dari Jakarta. Estimasi landing sekitar jam 12. Sekarang jam setengah 12, nutut lah yaa dari sini ke bandara."

"Siap, saya usahakan Komandan."

"Nanti kamu jemput pake mobil Strada saja ya?"

"Siap, ijin nanti Komandan gimana pulangnya kalo saya bawa Strada??"

"Gampang, nanti saya telpon Aris atau Erwan biar jemput saya."

"Siap."

"Hati hati ya Ndra."

"Siap, Komandan."

Indra pun langsung beranjak. Mengambil sebuah tas slempang yang ada di meja ajudan, dan bergegas menuju mobil dinas. Dia pun menyalakan mesin dan melajukan mobilnya secepat yang dia bisa. Waktu tempuh yang seharusnya 2 jam, harus dia minimalkan hanya setengah jam saja.

Sebenarnya itu hal biasa buat seorang ajudan Komandan. Bahkan sering terjadi. Waktu tempuh yang seharusnya 5 jam, harus di persingkat jadi 1 setengah jam saja karena adanya undangan dadakan. Bisa di bilang Indra ini Sopir Antar Kota Antar Provinsi.

Penjemputan

Tepat jam 12.00 WIB Indra sampai di tempat tujuan. Sesampainya di Bandara Juanda dan memarkirkan mobilnya, Indra bergegas pergi menuju ke Terminal Kedatangan Domestik. Dia pun melihat layar besar di depan pintu kedatangan. Layar televisi besar yang mencantumkan jam kedatangan dan nomor penerbangannya. Dia membuka ponsel, mencocokkan dengan informasi penerbangan yang sebelumnya sudah Komandan kirim.

"Barusan landing nih. Untung aja tepat waktu. Mana perintahnya dadakan lagi tadi." Indra menggerutu.

Indra pun segera mengambil kertas dan bolpoin yang ada di dalam saku bajunya. Menulis sebuah nama dan asal penerbangannya.

Tak lama berselang terlihat beberapa penumpang sudah keluar dari pintu kedatangan. Indra pun segera mengangkat kertas yang tadi sudah dia tulis.

KINAN

PENERBANGAN ASAL : SINGAPURA

Sudah lama dia mengangkat kertas itu, hampir 1 jam namun tak ada tanda tanda seseorang mendekat.

"Apa aku salah pintu ya? Kayaknya nggak deh. Pintu kedatangan domestik kan ini??" Indra sempat mengecek kembali plang papan bertuliskan Kedatangan Domestik.

"Bener deh pintu yang ini. Dari informasinya Komandan nih orang memang berangkat dari Singapura, hanya saja dia transit di Jakarta dulu." Indra membuka kembali ponselnya, melihat informasi yang tadi di kirimkan.

"Itu kan bener. Tapi kok nggak ada tanda tandanya ya?? Masa aku telat sih??" Indra mulai cemas.

Dia pun mencoba menunggu kembali. Dan bener saja tak lama berselang ada seorang gadis berhijab keluar dari pintu kedatangan. Gadis berkulit putih yang mengenakan jaket jeans. Gadis cantik dan manis, membuat beberapa mata tertuju pada gadis itu. Tak terkecuali Indra, sampai sampai dia lupa mengangkat kertas yang tadi dia tulis.

Perlahan gadis cantik itu berjalan menuju ke arah Indra.

"Om nya dari Batalyon ****** kan??" Tanya gadis itu lembut.

"Ohh, ehmm, iya, betul." Jawab Indra kikuk. "Anda Kinan?" Indra berusaha santai.

"Iya betul."

"Mari saya bawakan barangnya." Indra langsung membawa sebuah koper besar yang di bawa Kinan.

"Mohon ijin, Mbak tunggu disini dulu, saya akan bawakan mobilnya."

"Nggak usah, kita sama sama jalan ke mobil aja."

"Tempat parkirnya agak  jauh."

"Iya nggak apa apa." Jawab si gadis sembari tersenyum.

Indra pun mengiyakan kemauan Kinan. Mereka berdua pun berjalan menuju area parkiran. Saat akan menyeberang, dengan sigap Indra merentangkan tangannya di depan Kinan untuk melindunginya.

Indra pun berjalan dengan Kinan yang mengikuti dari belakang.

"Omnya sudah datang dari tadi??" Tanya Kinan.

"Siap, tidak Mbak." Jawab Indra sopan.

"Maaf ya Om, tadi aku masih sholat dulu di bandara. Takut gak nututi kalo masih harus nyari masjid di luar bandara." Jelas Kinan sopan.

"Siap, tidak apa apa kok Mbak."

("Gila nih cewek, sudah cantik nggak lupa sama ibadahnya. Padahal selama ini dia tinggal lama di luar negeri, tapi cara bicara dan perilakunya sangat sopan. Bukan seperti orang yang dari luar negeri.") batin Indra yang kagum.

Sesampainya di mobil dinas, Indra menaikkan koper besar itu ke dalam bagasi. Kemudian saat akan membuka pintu mobil yang belakang, tiba-tiba saja.

"Ngapain di buka Om? Saya duduk di depan saja. Nggak mau di belakang."

"Tapi Mbak....."

"Udah nggak apa apa. Sama aja di depan atau di belakang." Ucap Kinan sambil membuka sendiri pintu mobil dan duduk di samping sopir.

Indra agak canggung saat duduk di sampingnya, karena baru kali ini dia duduk di dekat anak orang elit.

"Tapi nanti kalo Bapak Panglima tahu??" Tanya Indra ragu.

"Hallah, nggak apa apa kok Om. Yang Panglima kan Papaku, bukan aku. Lagian di mata Allah semua orang itu sama kok."

"Siap."

Selama ini meski hanya anak, orang tua bahkan saudara petinggi, mereka pasti duduk di belakang. Menjelaskan status bahwasanya dia hanya seorang ajudan.

Tapi berbeda dengan gadis ini. Dia tidak memandang status, bahkan cara bicaranya sopan. Benar benar cantik luar dalam.

"Ini langsung pulang atau mau kemana dulu Mbak?" Tanya Indra saat sedang melajukan mobilnya keluar dari bandara.

"Makan aja dulu Om, habis itu baru pulang. Sekalian cari masjid buat sholat Ashar."

"Siap."

"Om sudah tahu rumah nenek kan??"

"Siap sudah Mbak, tadi sudah di share sama Komandan saya."

"Ohh ya udah kalo gitu."

"Siap."

"Kok jawabnya siap siap terus sih Om?" Protes Kinan.

"Siap, maaf Mbak."

"Udah, ngomong biasa aja. Nggak usah pake bahasa formal kayak gitu." Kinan santai. "Aku malah canggung sendiri dengernya."

"Tapi Mbaknya anak Panglima, saya tidak berani Mbak."

"Hanya anak, bukan Panglimanya. Udah, ngobrol biasa aja Om."

Sejenak Indra terdiam, dia bingung mau bicara apa. Bolehkah dia bicara informal pada anak Jenderal? Apakah itu tidak masalah?

"Bbaa..ba...baik Mbak." jawab Indra ragu.

"Nah gitu dong. Jadi kan ngobrolnya juga bisa lebih santai."

Indra hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Ini mau makan dimana Mbak? Apa perlu saya pesankan tempat dulu?"

"Nggak usah Om. Kita makan di warung pinggir jalan aja."

"Warung??" Indra terkejut.

"Iya, warung. Emang kenapa??" Kinan penasaran.

"Ya...tidak apa apa Mbak, cuma apa Mbak biasa makan di pinggir jalan??"

"Aku terbiasa kok, malahan aku pikir lebih enak makanan warung pinggir jalan dari pada restaurant."

Indra tersenyum.

"Kenapa Om?? Ada yang lucu ya??"

"Ya tidak Mbak, cuma baru kali ini ada anak Jenderal yang mau makanan pinggir jalan. Padahal biasanya makanan pinggir jalan itu untuk kalangan seperti kami."

"Ihh, ngapain sih dari tadi beda bedain status terus Om?? Semua orang itu sama kok, nggak ada yang lebih di atas nggak ada yang di bawah." jelas Kinan.

"Lagian nih Om ya. Kalo aku sih tipe orang yang penting makan, enak, kenyang, murah." imbuh Kinan sambil tertawa.

Mendengar Kinan tertawa, Indra pun ikut tersenyum.

("Nih cewek unik.") batin Indra.

"Omnya tau nggak warung yang enak??"

"Tahu Mbak, ada di sekitar sini. Saya sering makan disitu setiap kali ngantar Komandan ke bandara."

"Ya udah makan disitu aja."

Saat dalam perjalanan menuju warung, sesekali Indra mencuri pandang pada Kinan. Yang seharusnya lihat spion kiri, tapi pandangannya sedikit melirik ke arah Kinan yang berada di sebelah kirinya.

Kinan yang cuek tidak merasa jika di perhatikan, bahkan dia lagi asyik melihat pemandangan di luar jendela.

Sesampainya di sebuah warung pinggir jalan.

"Ayo Om." ajak Kinan saat sadar jika Indra tidak ikut turun.

"Tidak Mbak, biar saya di mobil saja." tolak Indra.

"Ngapain?? Ayukk makan sama sama."

"Tidak Mbak, saya masih kenyang."

"Kenyang apaan?? Orang belum makan dari tadi." paksa Kinan. "Ayo buruan."

Indra pun turun dari mobil dan mengikuti Kinan masuk ke dalam warung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!