NovelToon NovelToon

Dihamili Kakak Senior

01. Pelecehan

Tumbuh seorang gadis cantik bernama Nara Qirani yang kini berusia 18 tahun dan akan memasuki masa perkuliahan. Nara bisa dikatakan berasal dari keluarga yang mampu, Namun penuh kontroversi. Hal itu di mulai saat ibu kandungnya telah meninggal dan ayahnya menikah kembali membuat ia harus memiliki Ibu dan adik tiri. Masa-masa mendapatkan ibu sambung tidaklah sesuai ekspektasi, kerap kali ibu tiri itu membencinya hingga berjalan kini.

Siapa yang bisa menyangka takdir seseorang akan berubah drastis menjadi hancur, di pertama berjalannya masa perkuliahan setelah melaksanakan masa orientasi, sosok pria yang merupakan senior merenggut mahkota Nara.

Kisah di mulai dari Nara masuk kuliah...

"Nara!!" Panggil seorang lelaki

Nara mendengar ada orang yang memanggilnya ia pun langsung membalikkan badan dan meliriknya.

"Maaf,, Siapa yah?" Tanya Nara heran karena belum tahu siapa laki-laki itu

"Kau belum mengenal ku yah, Aku senior mu. Saat masa orientasi aku adalah Ketua pelaksana. Perkenalkan nama ku Farel Nicholas." Sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan

"Oh Kak Farel. Maaf kak. Saya sepertinya melupakan wajah kakak. Nama Saya..." Menjabat tangannya. Sebelum memperkenalkan namanya, Farel sudah memotongnya.

"Nama mu Nara Qirani, kan?" Jawab Farel lebih dulu mengetahui namanya

"Bagaimana kak Farel bisa tahu namaku? bahkan kepanjangan namaku dia sampai tahu... Padahal kita baru saling bertemu dan untuk jika mengenal mahasiswa baru tidak hafal secepat ini." Gumam Nara bertanya-tanya

"Iya, Kak." Jawab Nara tanpa ingin memperpanjang masalah

Nara pun langsung melepaskan jabat tangannya dengan Farel.

"Maaf, Kak Farel. Ini sudah sore, saya harus pulang. Permisi." Beranjak pergi

Baru saja Nara berjalan 1 langkah, Farel malah menghentikannya.

"Tunggu!" Menghentikan Nara

Nara pun menghentikan langkahnya dan kembali berbalik.

"Ada apa ya, Kak?" Tanya Nara

"Maaf, Jika aku sudah lancang. Boleh tidak aku mengantarmu?" Tanya Farel

"Dan sekarang dia tiba-tiba menawariku untuk diantar olehnya." Gumam Nara merinding

"Em... Tidak perlu, Kak. Saya sudah biasa naik angkutan umum. Lagipula tidak baik jika kakak terlalu dekat dengan saya. Kakak pasti sudah tahu tentang cerita saya."

"Ya, kau adalah mahasiswi yang pintar dan mendapatkan beasiswa di sini sampai lulus kuliah. Aku salut padamu." Jawab demikian Farel

"Bukan ... Bukan itu kak. Tapi mengenai diri saya yang diejek semua orang cupu dan tidak menarik. Maka dari itu saya malah dibully." Menjelaskan kenyataan yang ia dapatkan juga di hari pertama masuk perkuliahan

"Gadis ini memang lugu dan juga cupu." Gumam Farel

"Siapa yang sudah mengejekmu? Lain kali beritahu aku, dan aku akan menghajar mereka semua. Tidak perlu mendengarkan perkataan mereka yang tidak baik untuk di dengar. Aku sama sekali tidak peduli akan hal itu. Kau ingin ya aku antar?!" Ujar Farel

"Hmm ... Bagaimana ya, Kak?" Bingung Nara menimbang-nimbang

"Sudah, Tidak apa-apa. Aku tidak akan berbuat jahat padamu." Farel memaksa

Nara pun bingung dengan ajakan Farel. Karena dia tidak mengenal sikap dan sifatnya Farel, malah mereka baru saja bertemu dan Farel tidak segan mengajaknya pulang bersama.

"Bagaimana yah? Apa aku harus menerima ajakan, Kak Farel? tapi aku takut, tapi sepertinya dia orang yang baik dan tutur katanya pun sangat sopan." Gumamnya

Dan Nara pun memutuskan.

"Yasudah, Kak. Saya ingin." Jawab keputusannya

"Nah! Seperti itu lebih baik. Ayo! mobilnya ada di sana." Ajak Farel sambil berjalan dan Nara mengikuti langkahnya

Nara pun sedang berada di mobilnya Farel yang mewah itu untuk diantarkan pulang. Farel sendiri tak segan membukakan pintu untuk Nara.

"Benar kata orang. Dia ini cupu dan juga lugu ... Aku sama sekali tidak salah memilih wanita ini untuk dijadikan santapan sore hari." Gumam Farel dan senyum sinis

Di dalam mobil pun sangat hening, dan Farel terus melajukan mobilnya. Saat di persimpangan jalan, Farel melewati jalan yang Nara tunjukkan dan seharusnya Farel melajukan mobilnya menuju jalan itu untuk sampai ke arah rumah Nara, Namun Farel tidak bergeming.

Nara pun melihat Farel salah jalan dan ingin memberitahunya.

"Maaf, Kak. Jalan ke arah rumah ku sudah terlewat. Seharusnya tadi belok kanan." Ujar Nara

"Owh, belok kanan yah. Tidak apa-apa, tidak perlu putar balik, jalan ke arah ini bisa saja dan lebih dekat. Nanti setelah jalan ini habis kita juga akan menemukan persimpangan dari jalan yang seharusnya kita lalui. Aku tahu setiap jalan, jadi kau tenang saja." Jawab Farel berbohong dan melanjutkan perjalanannya

"Owh begitu ya, Kak. Saya baru tahu jika ada jalan pintas." Jawab Nara dengan begitu lugu dan polosnya ia tidak curiga sama sekali dan langsung mempercayai perkataan Farel.

~DI TEMPAT KULIAH~

"Kemana tuh si Farel? Menghilang begitu saja. Giliran pulang, dia gerak cepat." Tanya Azka, sahabat Farel

"Iya. Dari tadi aku tidak melihat batang hidungnya. Apa dia sudah pulang lebih dulu?" Jawab Evan, sahabat Farel

Sedangkan Edgar, Tidak bergeming sama sekali mengutarakan pendapat seperti Azka dan Evan tentang Farel. Dia hanya diam saja.

Farel, Edgar, Azka, dan Evan adalah geng. Geng nya bernama fantastic four mereka sangat terkenal di tempat kuliahnya karena mereka semua adalah anak dari keluarga kaya raya. Para mahasiswi sangat mengagumi ketampanan mereka terutama Farel dan Edgar.

"Yasudah lah. Kita juga harus pulang, Bukan. Ayo pulang!" Ajak Azka

"Yasudah, Ayo. Aku juga ingin segera sampai di rumah." Jawab Evan

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Sedangkan Edgar hanya diam dan mengikuti kedua temannya saja. karena Edgar ini dikenal dengan cuek, enggan bicara dan dingin.

~DI SISI LAIN~

Nara pun masih bersama Farel. Hari pun sudah mulai gelap dan Farel masih setia melajukan mobilnya. Dengan sikap Farel tidak membuat Nara merasa curiga terhadap Farel. Tapi ketika Farel menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang di samping terdapat rumah kosong membuat Nara bertanya-tanya.

"Loh kak, kok berhenti di sini? Ini bukan rumah Nara!" Tanyanya polos

"Ahh sudah jangan banyak tanya..." Seketika sikap nya berubah dan berbicara sangat tinggi, dan pada saat itu juga Farel langsung memegang dengan paksa Nara agar ingin keluar dan ikut bersamanya.

Sedangkan Nara dia terkejut dan langsung ketakutan.

"Kak ... Kakak ingin melakukan apa? Kenapa kakak tiba-tiba seperti ini? Aku tidak ingin, Kak! Antarkan aku pulang sekarang juga! Kenapa kita ada di sini, dan kakak kenapa?" Nara memberontak tidak ingin di bawa dan ketakutan

"Sudah, kau diam saja!" Membuka pintu mobil dan membawa Nara masuk ke rumah kosong itu di waktu yang sudah gelap

"Kak lepaskan! Kakak ingin apa? Aku tidak ingin ada di sini. Ternyata kakak jahat!" Air matanya sudah keluar ditambah ia ketakutan dan terus memberontak ingin lepas dari cengkraman tangan Farel yang terus menyeretnya dibawa masuk menuju rumah kosong itu.

Dan Farel pun sudah membawa Nara masuk ke dalam rumah kosong itu. Saat itu juga Farel langsung mendorong Nara dengan keras hingga Nara tersungkur jatuh, dan Farel menutup pintu dan mengunci slotnya rapat-rapat.

Nara, dia menangis ketakutan dia tidak tahu apa yang ingin Farel lakukan padanya. Dia berharap tuhan menolongnya dan tidak terjadi sesuatu pada dirinya. Nara hanya berpikir jika Farel akan membunuhnya saat ini.

"Ya tuhan. Entah apa yang ingin dilakukan kak Farel saat ini. Aku berharap tidak terjadi sesuatu denganku dan kau melindungi ku saat ini." Doanya dalam hati, dengan air mata yang terus mengalir. Menatap waspada pada Farel.

"Kak, tolong jangan lakukan sesuatu padaku!" Lanjut permintaan Nara dengan nada sendu

Tanpa menjawab dan tanpa mempedulikan Nara, Farel terus berjalan mendekat dengan penuh nafsu, dan Nara terus mundur dengan melihat Farel terus waspada. Dan saat itu Nara sudah bentrok menempel dengan dinding yang semakin membuatnya ketakutan, karena tidak ada pelarian lain di sana.

"Hahahahah,,, Ingin pergi ke mana lagi kau, Hah?" Suara tinggi Farel mengejek

"Jangan, Kak! Aku mohon padamu." Tanpa sadar air mata sudah mengalir dan menangis

Farel menghantam tubuh Nara dengan tubuhnya. Dengan agresif dia ******* bibir Nara dengan mencekal tangan Nara sangat kuat. Dia bermain-main dengan lidahnya di dalam.

Tangannya bergerilya ke mana-mana. Hingga pada saat sampai di dada, Farel meremas payudara Nara dengan kuat. Nara merasakan kenikmatan yang munafik dan tubuhnya bergelinjang.

Dia terus menangis dan memberontak. Namun, tenaga Farel sangat kuat untuk menahan Dirinya.

Hingga pada akhirnya setelah lama bermain-main menghirup tengkuk leher Nara. Farel melucuti pakaian Nara dan melakukannya di atas lantai yang kotor penuh debu di rumah kosong itu.

Di saat itu hati Nara sangat hancur. Dia tidak tahu bagaimana takdir saat ini telah membawanya ke dalam masalah besar. Tanpa keinginan Nara, Farel sudah merenggut kesuciannya. Dan ia tidak menyangka di pertama ia menginjak pendidikan perguruan tinggi ia sudah mengalami masalah dengan seorang pria seniornya.

Pria bejat itu semakin agresif, ia terus bermain-main di dada seorang wanita yang tidak hentinya menangis. Ia sedang memainkan put**g dan memelintirnya hingga wanita itu mengeluarkan suara indah dan tidak segan menggigitnya hingga memberikan kiss Mark di sekujur leher dan dadanya.

Hingga pada akhirnya senjata itu berhasil di masukkan ke dalam. Mereka bermain-main sangat lama sampai pria itu berakhir mengeluarkan klimaksnya.

02. Mengancam

Nara pun pulang sangat malam dengan pakaian yang tak karuan dan rambut acak-acakkan. Tidak ada yang mempedulikannya, semua keluarganya sudah tertidur jadi tidak ada yang tahu jika dia sudah pulang ataupun belum mereka tidak peduli. Itu juga membuat Nara tenang karena tidak ada yang tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya hari ini. Sehingga dia dapat menyembunyikan kebenaran apa yang sudah terjadi sebenarnya.

Dia pun berjalan menuju kamar dengan tatapan mata kosong.

Setelah di kamar, ia langsung ke kamar mandi dan membersihkan dirinya malam-malam di atas pancuran shower dengan air yang dingin.

Nara menggosok-gosok badannya yang penuh dengan kiss mark dengan mengingat kejadian itu oleh Farel.

Nara semakin frustasi dan kesal kenapa ini terjadi padanya, dia pun terus menggosok-gosok badan dengan kasar dan tidak mempedulikan apapun sambil menangis. Padahal bercak merah itu tidak akan hilang dengan mudah atau cepat.

"Kenapa ini terjadi padaku. Kau jahat..." Tubuh itu merosot di dinding, terduduk di atas pancuran shower air dingin, dengan menangis keras.

Tangisan Nara yang keras, Namun tidak membuat keluarganya risih sekalipun. Mereka masih tertidur lelap tidak ada yang terbangun siapapun itu, pembantu, ayah, ibu tiri, dan adik tirinya pun seolah-olah seperti orang terbawa alam sadar dan mereka tuli.

Di saat itu, Nara merasa sangat kesepian. Dan menganggap tidak ada harapan baginya untuk berharap pada orang tua dan siapapun lagi.

~PAGI~

Hari pun sudah pagi dan semalaman Nara tertidur di dalam kamar mandi dengan keadaan basah dan kedinginan, tapi dia tidak sakit sama sekali. Tubuhnya hanya pucat dan menggigil hebat di pagi hari.

Semua keluarganya pun sudah bangun dan bersiap melakukan aktivitasnya masing-masing. Dan setelah itu, semua keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sedangkan Nara dia masih bersiap-siap kembali kuliah dengan pikiran masih membayangkan kejadian kemarin.

"Non?" Panggil Bibi Sumi pembantu Asisten rumah tangga di rumah ayahnya Nara

Seketika membuat Nara sadar dalam lamunannya.

"Bibi?" Sambil menghapus air matanya dan sedikit terhenyak

"Non,,, Ada apa? Kelihatannya non, bibi perhatikan melamun dari tadi." Tanya Bi Sumi

"Tidak ada apa-apa, Bi. Sarapannya sudah siap yah, aku akan turun." Dengan tegar mengalihkan pembicaraan dan berjalan turun ke bawah menuju meja makan

"Bu, Kenapa makanannya dihabiskan? Bukannya si Nara belum makan." Tanya Shintia, Adik tiri Nara yang tidak sopan dan dia ikut membenci Nara sama seperti perlakuan ibunya

"Alahh ... Tidak perlu memikirkan anak itu. Siapa suruh dia tidak turun-turun. Sudah makan saja, dia tidak membutuhkan makan kali." Jelas Ella, Ibu tiri Nara sambil makan

Mereka tertawa.

"Iya. Ibu ada benar juga yah, untung ayah sudah pergi ke bekerja. Jadi, kita bisa makan puas." Ucap Shintia

"Tapi kau tidak boleh makan banyak! Harus mengatur pola makan mu, kau kan model dan artis terkenal. Apa kata orang jika badan mu gemuk." Ucap ibunya

"Aduhh, Bu. Makan ini tidak boleh, makan banyak juga tidak boleh." Merengeknya

Nara pun sudah sampai di meja makan dia melihat semua makanan di meja sudah bersih, habis tidak ada yang tersisa. Sebuah roti pun tidak ada, padahal dia sangat lapar.

"Sedang apa kau di sini? Makanannya sudah habis, sudah sana pergi." Bentak Shintia

Tidak nafsu untuk menjawab, Nara pun langsung pergi begitu saja dengan perut yang kelaparan sebenarnya.

"Kenapa tuh orang? Tidak seperti biasanya." Ujar Shintia heran

"Sudahlah. Tidak perlu mempedulikan dia." Jawab Bu Ella

"Kasihan, Non Nara. Pasti dia lapar, di sini malah enak-enakan nyonya dengan non Shintia makan. Padahal hari ini bibi masaknya banyak, tapi tidak ada yang tersisa untuk Non Nara." Gumam Bi sumi yang melihat Nara pergi begitu lemas

~DI UNIVERSITAS~

"Heh, Rel. Kemarin ke mana? Tiba-tiba menghilang begitu saja." Tanya Evan

"Aghh... Kemarin buru-buru, kemarin ingin pulang lebih cepat. Sorry yah, tidak mengabari kalian bertiga." Menjawab demikian, dengan gugup namun berusaha menstabilkannya agar bohongnya dari kenyataan tidak dapat dicurigai.

"Oh kirain lo kenapa bro,,," Kata Azka

"I-iya..." Jawab Farel dengan gugup

"Yasudah. Kita masuk Rel, Gar, Van!" Kata Ajak sambil mengajak Farel, Edgar dan Evan

"Kalian masuk saja duluan! Gue ingin menghirup udara segar dulu sebentar." Jawab Farel

"Yaelah. Ada acara menghirup udara segar segala..." Celetuk Azka

"Yasudah kita masuk." Jawab Evan

Mereka pun masuk, sedangkan Farel masih di luar.

Tak lama kemudian Nara pun sudah sampai di kampus dan masuk berjalan sambil menundukkan kepalanya.

Farel yang sedang duduk-duduk dengan tenang melihat Nara yang baru datang, dia langsung beranjak pergi menghampiri Nara.

"Heh,,, Cupu!" Kata Farel yang memanggil Nara

Nara pun terkejut melihat Farel itu sedang berjalan menghampirinya dan ketakutan saat jarak berada di dekatnya.

"I-ingin Apa kau menghentikan ku." Sentak Nara sembari ketakutan

Farel meraih tangan dan memegang tangan Nara dengan paksa dan menariknya membawanya ke tempat yang sepi.

"Lepaskan ... lepaskan." Nara memberontak dan takut akan terjadi sesuatu hal yang merugikan lagi untuknya

Sampai di tempat yang sepi di mana tidak ada mahasiswi/mahasiswa di sana. Farel pun langsung melepaskan tangan Nara dengan kasar hingga ia terpental.

"Aww..." Memegang pergelangan tangannya yang memerah karena tarikan dan pegangan Farel yang kuat

Melihat tangan Nara.

"Alah! Tidak perlu lebay deh lo." Kata Farel menghina

"Aku mengajak mu ke sini ingin memperingatkan mu! Jangan pernah kau mengatakan hal kemarin pada semua orang, dan jangan membongkar rahasia ku kepada siapapun atas apa yang ku lakukan padamu ke kemarin." Terusnya dengan kasar

Ketika sudah mengatakan itu pada Nara, Farel pergi begitu saja. Dan Nara masih menahan sakit hatinya atas apa yang dikatakan Farel tadi.

"Demi mahkota ku yang sudah hilang, aku sendiri tidak ingin membuat kehormatan orang lain hilang karena kesalahannya sendiri. Aku merelakan kehormatan ku demi kehormatan orang lain. Aku juga tidak ingin terkena masalah setelah ini." Dengan nada sendu dan air mata yang tidak bisa terbendung

Lalu, Nara menghapus air matanya dan berjalan untuk masuk ke ruang kelas karena jam pelajaran akan segera di mulai.

03. Hamil

2 Bulan Kemudian...

Nara melamun di kasurnya sambil memeluk bantal, dan tiba-tiba ia merasakan mual dan ingin muntah. Ia terus menahannya tapi mualnya itu tidak dapat terbendung lagi, Nara pun lari ke toilet untuk memuntahkannya. Dan setelah selesai memuntahkannya beberapa kali, Nara sangat lemas dan disertai pusing.

"Apa yang terjadi denganku?" Tanyanya

"Akhir-akhir ini aku merasa tidak enak badan. Apa mungkin aku sakit? Terusnya

Dan tak lama melintas di pikiran Nara jika dia hamil.

"Tidak, Tidak. Tidak mungkin jika aku hamil. Ini tidak mungkin." Nara tidak menerima jika dia hamil, frustasi bahkan sebelum ia mengetahui kebenarannya.

Dan Nara teringat sesuatu bahwa sudah 5 hari kemarin seharusnya tamu bulanan nya datang, dan bahkan bulan kemarin tamunya pun tidak datang.

"Tidak mungkin jika aku hamil. Aku tidak ingin ini sampai terjadi. Satu kali melakukannya tidak akan membuatku hamil, bukan." Ucap Nara, Ia pun bangkit dan berinisiatif segera pergi ke apotek untuk membeli test pack.

Di usianya yang masih 18 tahun dan terlihat muda di hadapan orang, pegawai apotek sempat heran kenapa gadis kecil seperti dia datang membeli test pack. Namun Nara menjawab, Itu untuk ibunya yang menyuruh dia membeli.

Pegawai apotek tidak berpikir jauh dan menerima pernyataan Nara walaupun masih merasa ragu.

Test pack pun sudah ia beli dan Nara segera pulang untuk mengeceknya. Nara pun langsung mengeceknya dan menunggu beberapa menit dengan perasaan was-was.

Dua hingga Lima menit pun berlalu, Nara langsung melihat test pack dengan pelan-pelan dan ketika ia melihatnya ia terkejut dengan hasil dua garis biru.

"Tidak ... Ini tidak mungkin." Terduduk dan tidak bisa menerima kenyataan test pack itu terjatuh ke lantai tanpa Nara rasakan, dia masih menangis dengan frustasi.

"Aku tidak menginginkan ini, apa kata orang-orang nanti. Kenapa tuhan ... Kenapa sejak kecil aku tidak pernah mendapatkan kebahagiaan padaku sedikit saja. Hanya sedikit, kau pun tak pernah membuat aku senang. Dan sekarang kau membuatku dalam masalah besar." Menangis keras

Di Rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Shintia dan ibunya sedang syuting di luar kota dan Bi sumi pergi ke pasar, apalagi ayahnya ia sibuk bekerja di perusahaannya. Di saat itu Nara benar-benar sendirian.

Dengan terus menangis membuat Nara tertidur, dan ia bangun esok harinya.

~PAGI~

Hari minggu ... Shintia dan Bu Ella sudah pulang dari mengantar Shintia syuting di luar kota.

"Aduh kemana lagi tuh anak ... Bukannya bersih-bersih. Sepertinya dia enak-enakan tidur." Gerutunya Bu Ella sambil naik ke atas menuju kamar Nara

"Nara ... Nara ..." Teriak panggilnya

Tapi Nara tidak mendengar kata-kata apapun dia masih tertidur dengan sangat lelap.

Membuka pintu~

"Ya Allah... Ini anak bukannya bersih-bersih malah enak-enakan tidur di sini yah." Marah Bu Ella

"Heh Nara ... Bangun kau!" Geram Bu Ella sambil menendang Nara dengan kakinya dengan kasar yang sedang tidur

Tapi tendangan sekeras itu tidak membuat Nara bangun.

"Ya allah ini anak ... Mati atau kenapa sih. Heh Nara." Sangat geram dan ingin menyeret Nara tapi tak sengaja ia melihat test pack tergeletak di lantai dan Ella pun mengambilnya.

"Test pack siapa ini?" Mengambilnya

Ella pun terkejut melihat test pack nya menunjukkan bergaris dua yang menandakan positif hamil.

"Apa jangan-jangan Anak ini hamil?" Tegunnya terkejut

"Jika iya, ini sudah memalukan. Heh, Nara bangun! Dasar anak kurang ajar." Menendan-nendang Nara dan menjambak rambutnya

Dan baru Nara tersadar.

"Aww ... Sakit bu, sakit." Suara Nara dengan nada lemas dan wajahnya pucat pasi

"Apa ini, Hah?" Tanya Ella dan tidak melepaskan jambakannya dan menunjukkan sebuah test pack

Terkejut. Nara lupa menyembunyikan test pack itu.

"I-itu...i-tu." Berusaha menjawab

Tanpa mendengar penjelasannya Bu Ella pun menyiksa Nara karena Bu Ella menyangka jika anak tirinya sedang mengandung.

"Itu-itu apa, Hah? Apa jangan-jangan benar kau hamil. Dasar anak kurang ajar yah ... Di mana harga dirimu. Kau sangat memalukan keluarga, ingin di simpan di mana wajah ayah mu jika sampai dia tahu anak tersayangnya hamil di luar nikah." Menjambak rambut Nara dengan keras

"Sakit bu ... Sakit." Menahan rambutnya sambil menangis

"Ayo ikut..." Menyeret Nara

Mendengar keributan, Shintia dan Ayahnya pun keluar.

"Ada apa ini, bu?" Tanya Pak Herman ayahnya Nara

"Lihat ini saja, Pak!" Memberikan test pack

Pak Herman pun langsung melihatnya, dan terkejut melihat hasilnya, sampai testpack itu terjatuh.

"K-kau hamil!!" Tanya Herman terbata-bata

"Maafkan Nara Ayah... Nara juga tidak ingin ini terjadi." Sambil menangis

"Dalam keadaan seperti ini kau masih saja bisa menjawab. Dasar anak yang tidak tahu diri, kau sudah memalukan keluargamu sendiri. Apa kau tidak memikirkan harga dirimu dan keluargamu sendiri, Hah?" Marah Herman

"Maaf ayah, aku juga tidak mengerti kenapa ini semua bisa terjadi. Ini semua bukan kesalahanku." Sambil menjawab dengan menangis

"Lalu, bagaimana ini ayah, Bu. Popularitas ku sebagai artis dan model terkenal bisa-bisa hancur begitu saja karena kesalahan kakak ini. Bagaimana jika awak media mendengar jika aku memiliki kakak tiri yang hamil di luar nikah. Mereka akan berspekulasi jika aku tinggal bersama wanita nakal seperti dia dan bisa saja menuduh ku yang tidak-tidak." Potong Shintia

"Kau yang sabar ya Shintia anak Ibu yang paling cantik. Ibu yakin kau akan tetap jadi artis terkenal." Kata Ella menenangkan Shintia

"Tapi bagaimana caranya, Bu? Pasti kebohongan ini tidak akan bisa tertutupi." Kata Shintia

"Pak, Apa kau tidak ingin melakukan sesuatu? Lihat anakmu Shintia, bisa-bisa nanti popularitasnya Shintia hilang gara-gara anak kamu yang satu ini." Pintanya Ella

"Ya kau benar! Shintia adalah anak yang baik diusianya yang terpaut dua tahun denganmu sudah bisa menghasilkan uang. Tapi kau Nara, yang lebih tua dari Shintia malah menghasilkan malu di usia muda." Bentak Pak Herman pada Nara

Perkataan ayahnya itu membuat Nara menangis tertunduk dan langsung sakit hati, sedangkan Shintia dan Ella mereka tersenyum sinis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!