1 2 3 dan seterusnya...
Kapal berlayar, pergi dan kembali.
Seorang wanita berdiri di pinggir jembatan. Sebuah dermaga. Tempat dimana kapal-kapal menepi.
Wanita itu menggunakan gaun berwarna merah selutut dan tali yang terhubung dengan gaun sebesar 2 cm di bagian bahunya. Rambutnya berwarna merah, menggunakan kacamata hitam dan sepatu boots hitam yang tinggi sebetis. Pandangannya lurus ke arah laut.
"Mereka sudah tiba, Nona" ucap seorang pria pada wanita itu.
Pria tinggi, berpakaian serba hitam.
"Aku melihatnya" jawab si wanita.
Wanita itu memiliki rambut sebahu. Riasannya sangat mencolok, eyeliner yang runcing di bagian mata, eyeshadow gelap dan bibir yang merah menyala. Orang-orang memanggilnya dengan penuh rasa hormat.
Kapal yang mulanya terlihat jauh, semakin lama semakin mendekat. Yang kecil, semakin membesar. Wanita itu menunggu kapal yang sudah di tatapnya sejak tadi. Dia menunggu dengan sabar sambil memperhitungkan sesuatu.
Wanita itu tidak menunggu sendirian. Di kiri dan kanannya terdapat 4 pria berpakaian hitam, memegang senjata. Lalu, di belakangnya terdapat 15 pria yang berpakaian sama dengan senjata api. Senjata yang besar dan berat.
Kapal yang di tunggu, akhirnya berlabuh dan orang-orang di dalamnya segera turun.
Pertama, terlihat 2 pria dan seorang gadis kecil dengan pakaian mewah yang sedang turun dari tangga kapal. Setelahnya, turun lah orang-orang berpakaian hitam sambil membawa koper-koper besar dan terlihat berat.
Wanita itu memperhatikan satu per satu dari mereka. Dia melihat gadis kecil yang segera di bawa ke dalam mobil oleh salah satu pria, sedangkan pria lainnya_yang berpakaian lebih mewah, segera mendekati wanita itu.
"Berapa banyak yang kalian bawa?" Tanya pria di sebelah wanita_bawahan si wanita.
"Dua ratus unit" jawab pria berpakaian mewah.
Wanita itu tidak tersenyum sedikit pun. Dia melambaikan tangannya, setelah itu para bawahannya segera pergi dan memeriksa koper-koper yang baru di turunkan dari kapal.
"Nona Grady. Senang bisa bertemu dengan anda" ucap pria berpakaian mewah, dia mengulurkan tangannya.
"Ya" jawab wanita itu. Dia tidak menyambut tangan pria.
Pria yang berusia hampir 50 tahun itu terlihat kesal, namun dia menahan diri. Tangan yang kosong pun turun dan kembali masuk ke saku celana. Mengambil rokok, lalu pemantik dan mulai menyalakannya.
Wanita itu tidak peduli dan segera berjalan menjauh darinya. Dia mendekat ke salah satu koper untuk ikut memeriksa.
Pria berpakaian mewah yang sedang menghisap asap dengan nikmat segera di hampiri oleh salah satu bawahannya. Tepat, setelah si wanita pergi.
"Maaf, Tuan" ucapnya.
"Ada apa?" Tanya pria berpakaian mewah.
"Saya mengatakan ini sebagai cara untuk melindungi anda. Sebenarnya, wanita itu sangat benci terhadap orang yang bermain-main di hadapannya"
"Apa maksudmu?"
"Jika sedang berbisnis. Anda tidak boleh melakukan apapun tanpa izin darinya"
"Aku hanya merokok" jawabnya sambil terus menghisap asap yang tebal.
"Bukan hanya merokok. Anda bahkan tidak boleh mengangkat telepon dari siapapun. Tapi, anda beruntung karena sekarang kita berada di luar ruangan"
Wajah pria berpakaian mewah itu terlihat kesal. Dia pun segera membuang puntung rokok ke laut, gelombang kecil pun menyambar benda itu.
"Memangnya berapa usia wanita itu? Jika di lihat, usianya tidak jauh berbeda dariku" ucap pria berpakaian mewah dengan kesal. Dia menatap wanita itu dengan tajam.
"Saya tidak tahu berapa usianya. Tapi, saya pernah mendapatkan informasi, bahwa dia berusia 20 an. Dia juga lebih berpengalaman dalam hal ini. Sebaiknya anda berhati-hati"
"Hah! Wanita seperti itu masih muda? Lalu, aku apa? Balita? penampilannya saja seperti lanjut usia, hahahha"
Pria yang merupakan bawahan pria berpakaian mewah menelan ludah. Dia memikirkan kemungkinan terburuk. Tapi, untungnya wanita itu berada jauh dari mereka.
Sementara itu, gadis kecil yang berada di mobil sudah di bawa pergi dan hilang dari pandangan.
"Aku ingin gadis itu" ucap si wanita. Saat dia masih memeriksa koper-koper.
"Bagaimana dengan mereka?" Tanya pria di sebelahnya.
"Tak perlu di habisi. Sisakan sedikit nyawa untuk bertahan hidup" jawab si wanita.
"Baik"
Para bawahan wanita itu segera bergerak. Mereka memasukkan koper-koper ke dalam mobil van putih. Setelah semua koper di masukkan, wanita itu pun masuk ke salah satu mobil hitam yang terparkir bersama beberapa pria lainnya.
"Lakukan sekarang" ucap si wanita.
Mobil van putih segera bergerak, di ikuti oleh mobil hitam yang di naiki wanita. Wanita itu duduk di belakang sambil memainkan ponselnya.
Dua mobil itu memasuki jalan dan semakin jauh dari dermaga.
DUUAARRR!!!
Terdengar suara ledakan di kejauhan. Kapal yang baru saja tiba 1 jam yang lalu sudah hancur terbakar. Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, namun suara itu membuat si wanita tersenyum.
Nona Grady. Begitulah panggilan untuk wanita bergaun merah. Dia baru berusia 22 tahun, namun keadaan membuatnya harus menjadi orang lain.
Orang berpikir, dia adalah wanita yang berbeda. Namun, dia hanya satu.
"Miss Alita" panggilan saat dia berada di London.
"Miss Gray" Australia.
"Miss Delyan" India.
"Miss Kim" Korea Selatan.
Dan berbagai nama lain yang tidak di ketahui.
Orang lain bertanya-tanya tentangnya. Mereka ingin mengetahui sosok di balik penampilannya. Dia bisa mengubah dirinya menjadi orang yang berbeda. Tapi, dia tidak senang dengan hal itu.
"Kita akan kemana, Nona?" Tanya pria yang menyetir.
"Temui Papa" jawab si wanita.
Mobil melaju di antara kendaraan yang lain.
...***...
Amerika Serikat, New York.
Gedung tinggi di terpa cahaya matahari. Di tengah kota, pukul 2 siang. Di salah satu ruangan, seorang pria terlihat marah dan menjatuhkan semua benda yang ada di atas meja kerja miliknya.
"Arghhh!!! Bangs*t!!! Temukan wanita jal*ng itu!!! Dia harus membayar semua perbuatannya!!! Akan aku tunjukkan padanya, dengan siapa dia bermain" ucap seorang pria berusia 50an.
Pria itu memiliki wajah tampan, dengan mata dan rambut coklatnya. Tingginya sekitar 170, badannya bagus dan terawat. Tapi, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan penampilannya.
Di saat itu, seorang pria berpakaian rapi berwarna abu-abu memasuki ruangan. Membawa tablet di tangannya. Wajahnya tampak sangat percaya diri.
"Selamat malam Tuan Mathew" ucap orang berbaju merah itu.
Pria tampan itu bernama Mathew. Mendengar ucapan salam dari orang berbaju merah, membuatnya menoleh dan menatap tajam pada orang itu.
"Ada apa? Jangan temui aku, jika urusanmu tidak penting" ketus Mathew.
"Anda tidak akan menyesal jika mendengarkannya" jawab si baju merah.
Mathew menatap orang itu, lalu bertanya "apa maumu?"
Tanpa menjawab sepatah kata pun, orang berbaju abu-abu itu memberikan tablet yang berada di tangannya pada Mathew. Di dalam tablet itu, berisi beberapa gambar dari seorang wanita. Namun gambar itu hanya sebagian, tidak memperlihatkan sesuatu yang jelas.
"Apa dia..."
"Benar Tuan. Dia adalah wanita itu" ucap orang berbaju merah sambil tersenyum.
"Ha... ha... hahahahaha" Mathew tertawa dengan keras. Dia menatap tajam pria di hadapannya. "Apa kau bodoh? Bagaimana bisa menemukannya hanya dengan gambar seperti ini?"
"Ini sudah cukup, tuan. Bukan wanita ini yang kita cari, tapi orang-orang yang bekerja bersamanya" jawab pria baju abu-abu.
"Kau harus menjelaskannya padaku"
Pria berpakaian abu-abu itu menjelaskan rencananya. Sangat terperinci dan membuat Mathew tertarik.
"Saya akan memberikan informasi lebih lengkap tentang wanita ini" ucap si pria.
"Berikan hasil yang bagus untukku" ucap Mathew.
Pria berpakaian abu-abu itu beranjak pergi dari dalam ruangan. Dia sudah membuat rencana yang matang dan Mathew sangat mempercayainya.
...***...
Di saat yang sama Australia, kota Canberra pukul 4 pagi. Sekelompok orang yang tidak di ketahui baru saja keluar dari sebuah gedung. Warna bangunan itu putih dan hanya terdiri dari 5 lantai.
Seorang wanita yang berpakaian serba hitam. Di mengenakan celana jeans dan jaket kulit, rambutnya berwarna pirang. Wanita yang sama saat berada di pelabuhan.
Wanita itu memegang ponsel dan berbicara dengan seseorang. "Ada apa?"
"Kau harus berhati-hati. Seseorang sedang mencarimu" jawab orang di balik ponselnya.
Wanita itu menjauh dan mencari tempat yang sepi.
"Apa maksud paman?"
"Aku sudah bilang padamu, jangan melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Kau berada dalam bahaya hanya karena menolong seorang gadis kecil" jawab pria itu.
Ferdiant Aprela Grafedy. Pria berusia 51 tahun. Memiliki mata abu-abu dan rambut pirang. Kulitnya putih bersih. Walaupun sudah berumur, tapi dia masih terlihat menawan dengan penampilannya. Fred juga adalah sosok yang di takuti bawahannya dan di hormati siapa pun.
"Aku tidak bisa membiarkan gadis kecil itu. Anda pasti tahu alasan saya melakukannya" ucap Nona Grady.
Fred menghela nafas.b"Baiklah. Aku tidak tahu apa yang sedang Johan rencanakan. Tapi, apapun itu, kau harus bisa memprediksinya. Dia bisa melakukan apapun kecuali membunuhmu"
"Aku mengenalnya lebih dari siapa pun. Tapi, apa hubungan Papa dengan hal ini? Apa mungkin Mathew menyadarinya? Dan mencurigai Papa?"
"Ya. Saat ini dia sedang mencarimu. Kau menghancurkan kapal miliknya dan membuat orang kepercayaannya sekarat, serta gadis itu, apa yang kau lakukan??? Johan sedang berusaha agar identitasmu tidak di ketahui olehnya. Mungkin satu-satunya jalan adalah membunuhmu"
Wanita itu terdiam, dia berpikir.
"Kapan?"
Dahi Fred mengkerut. Dia tidak menyangka wanita itu akan bertanya.
"Apa maksudmu?" Tanya Fred.
"Bukankah Papa selalu ingin membunuhku? Aku sudah sering mendengarnya" jawab si wanita.
Tidak ada jawaban apapun dari Fred. Wanita itu menunggu, namun Fred mengakhiri pembicaraan secara tiba-tiba.
"Aku harus pergi. Berhati-hatilah" ucap Fred. Ponsel pun di matikan.
Wanita itu memandang ponselnya dengan perasaan kesal. Setelah itu, dia kembali ke mobil dan masuk ke dalamnya.
Di sepanjang perjalanan, wanita itu hanya bisa memandang jalanan. Dia melihat setiap sudut kota dengan tatapan kosong. Hidup baginya hanyalah seperti itu.
"Dunia ini kejam, bahkan untuk orang yang paling kejam sekali pun. Bukankah hidup itu adil?" Wanita itu bertanya pada pria yang menyetir di depannya.
"Anda berkata seolah anda adalah penjahat paling kejam di dunia ini" jawab pria itu.
Di dalam mobil. Hanya ada mereka berdua. Sisanya berada di mobil lain yang berada di depan dan belakang.
"Kau benar" ucap si wanita.
"Saya sudah bekerja dengan anda selama bertahun-tahun. Bahkan, sejak anda berusia 12" ucap Neko.
Neko. Pria berusia sekitar 30 tahun. Orang yang paling di percayai dan yang paling setia. Dia rela mati jika itu menyangkut tentang wanita di belakangnya.
"Anda bukan orang yang seperti itu" lanjut Neko.
"Kau tidak tahu apapun tentangku"
Neko tersenyum. "Saya memang tidak tahu apapun. Tapi, saya tahu anda bukanlah orang seperti itu, anda hanya melakukan pekerjaan dan mempertahankan kehidupan. Tidak ada yang salah dengan keduanya"
Wanita itu tidak menjawabnya. Dia hanya diam, menatap lampu merah di persimpangan, di balik jendela mobil.
"Sejauh saya mengenal anda. Tidak ada satu pun kesalahan yang anda lakukan" Neko lanjut bicara.
Wanita itu tersenyum tipis tanpa arti. "Kau memang tidak tahu apapun. Kau hanya menilaiku sebagai sosok yang baik. Padahal kau tahu betul siapa aku"
"Tentu saja" jawab Neko.
Neko hanya cengengesan di depan, matanya masih tertuju pada jalanan yang di penuhi oleh kendaraan, sesekali dia melihat cermin di dalam mobil untuk melihat ekspresi Nonanya yang duduk di kursi belakang.
"Apakah anda benar-benar ingin kembali ke Amerika?" Tanya Neko.
"Tidak. Aku akan ke Kanada"
"Baiklah. Seperti biasa, anda selalu membuat keputusan yang berbeda di saat terakhir" ucap Neko.
Lampu hijau. Neko menekan gas dan mobil mulai bergerak maju. Bunyi klakson mulai terdengar dimana-mana, rasa tak sabar ingin pergi dari keramaian itu menghampiri banyak orang.
"Sama seperti biasa. Hidupku selalu seperti ini. Menjauh, pergi, menghilang, mati, lalu kembali lagi. Menjalani hidup yang sama" pikir si wanita.
...***...
Namaku sangat di rahasiakan. Katanya, jika mereka mengetahui namaku, aku tidak akan mudah pergi atau kembali sesuai keinginan. Namun, para pekerja yang berada di bawahku, selalu memanggilku dengan "Nona Grady". Hanya saja, ada beberapa tempat yang memanggilku dengan panggilan yang berbeda.
Tidak ada yang tahu penampilan asliku. Mereka tidak mudah mengenalku. Kadang, aku menggunakan rambut palsu, atau mewarnai rambutku pada orang tertentu_yang sangat teliti terhadap penampilan. Aku juga memiliki banyak kontak lensa berbagai warna di tempat sampah. Entahlah, sudah berapa kali mengganti penampilan dan juga identitasku. Bahkan, aku sempat lupa dengan usiaku sendiri.
...***...
Kanada. 2 Maret. Pukul 8 pagi.
"Aku tidak mau melakukannya! Aku lelah! Bukankah seharusnya aku bersembunyi karena mereka mulai mencariku?" Tanyaku dengan kesal pada Fred.
Wajahnya terlihat gusar. Dia menatapku tanpa arti, pandangannya kosong. Saat ini, kami berada di daerah pembangunan perusahaan baru. Para pekerja tidak peduli dan terus melakukan pekerjaannya, walaupun aku berteriak keras.
"Tenangkan dirimu. Kita bicara pelan-pelan" ucap Paman.
"Tidak. Aku sudah lelah. Aku selalu melakukannya. Aku tidak mau berurusan dengan anggota mana pun" tukas ku.
"Dia hanya sekedar mainan. Kau pasti bisa mengatasinya dengan mudah. Setelah kau bertemu dengannya, kau bisa mengambil informasi, lalu menghapusnya. Hal itu juga bukan yang pertama untukmu"
Aku terdiam sambil menatap Fred. Aku berharap dia mengerti dengan situasiku, tapi wajahnya menatapku penuh harap. Akhirnya aku menyerah.
"Dimana aku bisa menemuinya?" Tanyaku.
Paman langsung mengangguk, dia mengambil tablet dari tangan sekertarisnya, lalu memberikannya padaku.
"Ada dua orang yang harus kau temui. Pertama Lance Gideon Brock, seorang wartawan. Dia mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat karena memiliki berbagai macam informasi yang sesuai fakta dengan bukti-bukti. Termasuk tentang perusahaan kita. Keberadaannya sulit di ketahui. Kau harus membunuhnya" ucap Fred.
"Membunuhnya? Itu kan pekerjaan mudah?"
"Aku sudah memberi perintah pada beberapa orang, tapi mereka tidak pernah berhasil. Wartawan itu bisa melarikan diri tanpa di ketahui. Kalau tidak di singkirkan, dia akan memberi berita terbaru di internet setiap hari, berupa video atau hanya tulisan. Isi berita itu bisa memprovokasi masyarakat, aku takut dengan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan"
Aku menyeringai. "Masa depan seperti apa? Tapi, sepertinya aku pernah melihatnya. Dia merekam pengejaran dirinya dan menyebarkannya ke media sosial minggu lalu. Orang-orang yang menonton video itu bisa melihat beberapa orang kita disana"
"Ya, karena itu dia harus di singkirkan. Tapi, berhati-hati lah. Aku berpikir bahwa dia tidak bekerja sendirian" ucap Fred.
"Akan ku lakukan. Lalu?"
"Yang kedua adalah seorang agen dari sebuah organisasi rahasia. Kami baru mendapatkannya" ucap Fred.
Fred menggeser layar. Gambar berubah. Namun, tidak terlihat apapun disana. Hanya wajah seorang pria yang tertutup hoodie. Itu pun sangat tidak jelas.
"Namanya Zain. Hanya itu yang kami ketahui. Sisanya ku serahkan padamu. Aku tahu, kau bisa mengenali seseorang hanya dengan melihat penampilan luarnya. Kau pasti akan segera bertemu dengannya" ucap Fred.
"Apa dia perlu ku bunuh?"
"Tidak"
Jawaban Fred membuatku menyipitkan mata dan mengerutkan alis. Fred juga terlihat ragu saat ingin mengatakannya.
"Kau tidak akan bisa membunuhnya. Jadi, kau hanya perlu mendekatinya" lanjut Fred.
"Mendekatinya? Maksud anda, aku harus membuat dia menyukai ku?" Tanyaku.
"Tidak ada cara lain. Kau harus membuatnya menyukaimu. Setelah itu, kau bisa mencari informasi tentang organisasi rahasia itu darinya"
"Seberapa penting dia?"
"Tidak tahu. Tapi, dia cukup sering berurusan dengan penyelidikan besar" jawab Fred.
Aku mengangguk. Mataku masih menatap tablet, memperhatikan gambar buram dari pria itu.
"Dari Cctv mana kalian menyalin gambar ini?" Tanyaku.
Fred hanya tertawa kecil. Dia tertawa karena aku baru menyadari bahwa gambar itu di dapat dari rekaman Cctv. Tapi, Fred tetap memberitahukan lokasi Cctv yang merekam sosok pria bernama Zain itu.
Setelah pertemuan dan perbincangan yang cukup panjang. Kami pun berpisah. Masing-masing kembali pada tugasnya.
...***...
Hanya masalah waktu, aku dapat menemukan kedua orang itu. Jika beruntung, aku bisa menemukannya dengan mudah.
"Cerdik! Kalian bisa menemukanku dengan mudah" ucap Lance.
Tidak hanya menemukannya. Aku berhasil menangkapnya. Sekarang dia berada di hadapanku dengan tangan yang terikat.
Aku melacak keberadaannya saat mengunggah berita terbaru di akun sosial media miliknya. Dia sangat pintar, karena menggunakan ID berbeda dan mengunggahnya di dalam kereta yang sedang beroperasi.
"Apa yang akan kita lakukan padanya?" Tanya Neko.
"Membunuhnya" jawabku.
Neko mengangguk, dia melambaikan jari telunjuknya pada bawahan yang lain. Bawahan itu memberikan sebuah pistol padaku. Dan aku akan menggunakannya untuk melenyapkan nyawa orang di depanku.
"Aku tahu hal ini akan terjadi padaku. Cepat atau lambat. Tapi, apa kau tidak akan menyesal karena membunuhku?" Tanya Lance sambil tersenyum.
"Tutup mulutmu!" Teriak Neko padanya.
"Biarkan saja... mungkin itu adalah kata-kata terakhirnya" ucapku.
DOR! DOR! DOR!
Aku menembaknya tiga kali di dada sebelah kiri, tepat di posisi jantung. Dia mengeluarkan darah yang banyak dan tidak sadarkan diri seketika.
Setelah orang itu di pastikan tidak bernyawa, dia segera di bawa menggunakan mobil dan di buang di sungai yang arusnya cukup deras. Aku memandang jasadnya yang hanyut terbawa arus.
"Kita pergi sekarang" ucapku.
Aku kembali ke mobil, setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Sesuai keinginanku, bukan mereka.
Lance Gideon Brock. Pria berambut keriting berwarna coklat dan bola mata berwarna sama. Wajahnya terdapat bintik-bintik pudar dan dagu yang runcing. Usianya 20 tahun. Pria yang sudah lama ku kenal.
Setelah memberitahukan semuanya pada Fred, aku pergi mengendarai motor, sendirian. Tujuanku adalah bertemu dengan Lance. Dia tidak mati.
Saat tiba di sebuah rumah besar di pinggir kota. Aku langsung berlari ke dalam untuk menemuinya. Dia berada di salah satu ruangan dan sedang di periksa oleh seorang dokter, pakaian yang di gunakannya telah di ganti.
"Lihat! Sudah ku bilang, dia pasti menghawatirkanku" ucap Lance sambil tersenyum.
Aku berada di pintu saat dia menatapku dari jauh. Wajahnya lebam akibat di pukuli.
Aku pun melangkah masuk, mendekatinya.
"Sudah ku bilang padamu, jangan melawan" ucapku.
Lance di pukuli saat kami hendak menangkapnya di stasiun kereta, dia mencoba untuk lari namun tidak berhasil.
"Aku melakukannya agar terlihat lebih nyata saat di foto. Kondisi ku yang seperti ini, pasti akan membuat orang itu senang" jawabnya.
"Bukan karena kau memang lemah? Kau tidak bisa kabur walau sudah berusaha"
Wajah Lance terlihat kecewa. "Tega sekali kau berkata seperti itu pada orang yang hampir mati"
Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Lance tidak mati. Darah yang keluar dari tubuhnya adalah darah palsu yang sudah di pasang sebelumnya. Dia juga menggunakan rompi anti peluru di dalam bajunya. Lalu, kami menggunakan alat penghenti detak jantung untuk membuatnya tampak nyata.
Saat Lance di bawa ke pinggir sungai, dia sudah sadar. Selain itu, kami juga menyewa kapal kecil di sekitar sungai dan dua orang lainnya. Untung saja, rencana berjalan dengan sempurna. Walaupun, ada beberapa luka ringan di tubuhnya, seperti lebam karena tembakan peluru di dada.
"Jantungku berdetak sangat cepat saat kau menembakku" ucapnya.
"Aku bisa membuatnya berhenti sekarang" tukas ku.
Lance hanya menyengir padaku, tapi tidak mengatakan apapun. Aku meminta pada dokter untuk meninggalkan kami berdua di ruangan ini. Dokter itu setuju, dia hanyalah dokter biasa yang tidak ada hubungannya dengan kami.
"Bodoh, harusnya kau jangan bicara apapun. Lihat luka di wajahmu ini. Banyak sekali" ucapku sambil menatap dekat padanya.
"Bagus kan? Aku jadi terlihat seperti petarung" jawabnya.
"Dasar gila!"
Lance tertawa. Saat itu juga, aku membuka ponsel dan memperlihatkan sesuatu padanya.
"Kau kenal orang ini?" Tanyaku.
Lance memperhatikan gambar itu cukup lama.
"Tidak. Tapi, sepertinya aku sempat melihatnya beberapa kali" jawabnya.
"Dimana?"
"Entahlah, aku tidak begitu ingat, mungkin di beberapa tempat. Apa dia juga termasuk orang yang kau cari dalam daftarmu?"
Aku mengangguk.
"Aku bisa membantu mu mencarinya. Asalkan dia bukan orang yang berbahaya. Bukan untukku, tapi untukmu. Aku harap kau mulai berhenti melakukan sesuatu atau berhubungan dengan orang yang berbahaya" jelasnya.
"Dia tidak berbahaya" ucapku.
Aku tidak tertarik menyetujui ucapannya, karena selama ini, aku sudah sering berurusan dengan hal semacam itu.
"Kau memang tidak akan mendengarkanku. Tapi, aku akan tetap membantumu. Aku akan mencari tahu tentangnya" ucap Lance.
"Namanya Zain. Dia adalah salah satu anggota dari organisasi rahasia. Hanya itu yang ku ketahui" tukas ku.
"Akan segera ku beritahu saat sudah mendapatkannya"
"Oke, aku juga tidak terlalu membutuhkannya saat ini. Untuk sekarang, istirahatlah dulu, pulihkan kondisimu. Jangan kemana-mana"
Aku berbalik dan hendak meninggalkan ruangan.
"Nona Grady..." dia memanggilku.
Aku berhenti melangkah dan menoleh.
"Jangan memaksakan diri melakukan sesuatu yang bertentangan denganmu. Karena itu akan membunuhmu secara perlahan. Aku tahu, kau sudah tersiksa selama ini. Jadi, cobalah untuk berhenti" lanjutnya.
Aku tersenyum tipis padanya. "Aku sedang mencobanya. Trimakasih atas saran darimu"
Aku pun melangkah keluar. Rencanaku selanjutnya adalah membuat jasad palsu yang serupa dengan Lance. Agar membuat mereka percaya, bahwa dia telah mati.
Satu hal yang membuat aku ingin menyelamatkannya. Karena dia adalah temanku sejak usiaku 13 tahun. Aku juga lah yang selalu melindunginya dari pengejaran.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!