"ponsel siapa ini,mas? Perasaan bukan ponsel kamu". Tanya Zahra, kepada suaminya yang baru selesai mandi.
"Oh,itu ponsel nya Burhan sayang. Ketinggalan di kantor tadi, untungnya aku lembur. Aku ada telpon Burhan,lalu minta simpankan ponsel nya. Aneh, banget ponsel kok bisa ketinggalan ". Kekehnya Wahyu,suaminya Zahra.
Zahra,mendelik ke arah Suaminya. Ia mencari-cari sesuatu, walaupun mencurigai suaminya. Namun sang suami, terlihat santai-santai tanpa gelabakan atau apalah. "Hemm... mungkin lupa mas,mana ponsel nya mati lagi. Gak kamu ces,".
"Ngapain ganggu ponsel nya teman sayang, takutnya ada apa-apa. Gak usahlah, mungkin besok di bisa charger sendiri ". Jawab Wahyu,ia sudah memakai baju dan celananya.
"Ya sudah deh,kita makan yuk mas. Aku sudah masakin kesukaannya kamu". Zahra, menarik lengan Suaminya menuju ke arah meja makan.
"Yukk...mas, sudah sangat lapar". Kekehnya.
Zahra, tersenyum kecil. Walaupun senyumnya,tidak akan lama. Sebenarnya sang suami,ada di sembunyikan namun apa? Sudah semingguan Zahra, mengikuti suaminya tidak ada apapun.
Zahra,menikah dengan seorang pria bernama Wahyu Hidayat. Dia bekerja di kantor, sebagai staf biasa. Gajihnya hanya 4 juta,katanya.
Sedangkan Zahra, memiliki supermarket lumayan besar. Ia memiliki rumah sendiri,dari hasil jerih payahnya. Begitu singkat cerita tentang mereka, awalnya Wahyu sering belanja di supermarket milik Zahra.
Zahra,sering kali melihat Wahyu belanja. Ia tak segan-segan mengucapkan terimakasih banyak,atas belanja di supermarket nya.
Akhirnya mereka dekat dan pacaran,lalu menjalin hubungan serius dan menikah. Wahyu, memiliki seorang ibu kandung dan adiknya tengah hamil.
Sayang,sang adik di ceraikan oleh suaminya. Kini Wahyulah yang menanggung kehidupan sehari-hari,ibu dan adiknya.
Bahkan setiap Wahyu, gajihan semua uangnya di kasih ke ibunya. Sebenarnya Zahra,enggan menuruti kemauan suaminya. Ia juga kesal,kenapa tidak dari awal sebelum menikah. Tapi sayang,baru menikah Zahra baru mengetahuinya.
Pernikahan mereka baru berjalan tiga bulan. Sang suami sangat harmonis dan sering memanjakan Zahra,tapi akhir-akhir ini entah kenapa tiba-tiba hilang saja.
Bukan hanya sekali atau dua kali,zahra mengetahui jika suaminya memiliki hp lain. Tapi, sering kali saat memeriksa tas kerja sang suami. Karena penasaran dengan jawaban sang suami, akhirnya dia bertanya. Namun jawab sang suami, semakin buat curiga saja. Entah kenapa hp tersebut, selalu mati.
"Dek,kamu gak beli mobil lagi". Tanya sang suami, membuat zahra bingung.
"Untuk apa mas? Bukankah,kita sudah memiliki mobil. Itupun kamu pakai, buat ngantor". Jawab zahra,kenapa tiba-tiba mas Wahyu membicarakan tentang mobil. Apa mas Wahyu,mau membelikan mobil untukku? Ahhh..tidak mungkin,uang darimana juga.
"Aku kasian sama kamu,naik motor ke supermarket". Kata Wahyu,ia tersenyum sumringah.
"Gak mas,pakai motor saja. Lagian dekat kok,gak jauh juga. Uangnya gak ada mas,lagi nabung buat modal". Jawab Zahra, tersenyum manis. Ia langsung bergelut manja dengan suaminya.
"Dek,kamu nyimpan barang -barang atau aset berharga dimana? Aku gak tahu". Kata Wahyu.
Haaa...? Untuk apa mas, membicarakan hal itu. "Emang kenapa mas".
"Kamu jangan salah paham dulu,aku mau taruh BPKB motor adikku. Siapa tahu,aku lupa jadi minta simpankan di tempat kamu nyimpan barang berharga atau aset berharga gitu". Jawab Wahyu,ia tersenyum manis.
Zahra, tersenyum kecil. Ia menaruh rasa curiga,benar kata sahabatnya. Kita jangan gampang dulu, mempercayai seseorang walaupun itu suami sendiri. Apa lagi Wahyu,dari desa merantau ke kota. Tidak tahu asal usulnya, walaupun sudah sah. "Hemm...dalam lemari aja sih,mas. Gak kemana-mana gitu, takutnya lupa". Jawabnya.
Lemari? Lemari mana, bukankah aku sudah mencek semua lemari. "Oh,lemari. Nanti kamu simpankan yah,besok aku ambil BPKB nya".
"mau keman mas" Tanya Zahra, melihat suaminya beranjak berdiri.
"Mau kerumah ibu,dulu. Kamu tinggal sebentar yah,". Jawab suaminya,ia langsung menyambar kunci mobil.
"Ngapain mas,ini sudah malem lo". Cegah Zahra.
"Kamu apa-apaan sih,aku mau beli buah anggur dan apel. Buat Arini,katanya pengen buah. Seharusnya kamu paham dong,adikku itu tanpa suami. Sebagai kakaknya harus siap siaga, membantunya. Jangan lupa kirim uang Kepadaku,kamu taukan uang gajih ku di kasih ke ibu ". Tegas Wahyu,ia berlalu pergi meninggalkan Zahra.
"Mas,". Panggil Zahra,namun tak di hiraukannya. Ia langsung menggogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya,lalu mengirim uang sejuta kepada suaminya.
Padahal dua hari yang lalu,ia baru saja mengirim uang kepada suaminya. "Kamu kenapa berubah mas,aku kangen kamu dulu". Gumamnya Zahra. Ia langsung masuk ke dalam kamar, meringkuk di atas ranjang. Ia menangis kesegukan,boleh kah cemburu dengan adik ipar yang selalu di perhatikan suaminya.
******
Pagi harinya,sang suami barulah pulang dari rumah kontrakan sang ibu. sudah satu minggu ini,sang suami terus-menerus tidur di rumah kontrakan ibunya.
"ketiduran lagi,mas". tanya Zahra,kini sang suami sudah rapi siap berangkat kerja.
"maaf,dek. mungkin kecapean,makanya ketiduran lagi. makasih banyak,sayang. kamu sudan ngirim uang ke aku". Wahyu, mengecup kening istrinya.
"sampai kapan mas? kamu ketiduran lagi di tempat ibumu. aku nungguin kamu mas,sampai ketiduran.satu Minggu mas,kamu kek gini". kata Zahra,mulai meninggi Suaranya.
"Bisa diam gak,dek. aku capek,lagian aku ketiduran di tempat ibuku. kalau gak percaya, tanya sama ibuku. kamu ini,kenapa sih? marah-marah gak jelas,". Decak sang suami,ia menyantap sarapan pagi. "jangan buat aku gak mood makan,dek".
"baru dua hari mas,aku ngirimin kamu uang. kenapa sudah habis? kamu belanja apa sih". tanya zahra, kenapa seboros itu.
"Terserah aku,itu uangku sudah. mau aku habiskan untuk apa, katakan dimana kamu menaruh aset-aset berharga. aku mau, meletakkan BPKB ini".
"huuuff... seharusnya kamu berhemat mas,sudah tiga bulan pernikahan kita. tapi,selama ini kamu tidak pernah memberikan aku uang. bahkan aku memberikan uang kepadamu,gak wajar mas".
"Zahra,cukup yah.bukankah aku sudah menjelaskan semuanya kepadamu,masa kamu tidak mengerti juga. semua uangku,sudah pasti di berikan kepada ibuku". jawabnya Wahyu, dengan emosi.
"uang yang aku kirim malam tadi adalah terkahir aku mengirimkan uang kepadamu mas. Aku perlu uang mas,buat tambahan pemasukan lainnya. aku juga putar modal usahaku, seharusnya kamu malah membantu bukan malah seperti ini". keluh Zahra,ia memandang wajah suaminya.
"Aku pengen membantu kamu,dek. tapi semua gajihku di tangan ibu, bagaimana coba". kata Wahyu, tersenyum kecil.
"kenapa kamu tidak bilang, sebelum kita menikah mas? kenapa,kamu menyembunyikan ini,". tanya Zahra, membuat sang suami terkejut.
"ngapain bahas masalah ini sih?aku berangkat kerja dulu,". pamit sang suami,namun tidak ada adegan cium tangan punggung dan mencium kening Zahra.
Air matanya luruh sudah,saat kepergian sang suami. makan pun,tidak bernafsu sedikit pun.
"Bagaimana mas,apa istrimu mau beli mobil baru lagi,". Tanya Arini,kepada Wahyu.
"Gak dek, uangnya buat modal usaha lagi,". Jawab Wahyu, setelah pulang kerja. Ia tak langsung pulang ke rumah Zahra, melainkan ke kontrakan sang ibu.
"Seharusnya kamu desak dong,masa lemah sama istri. Kamukan kepala keluarga, seharusnya tegas. Biar mobil barunya zahra,buat ibu sama Arini jalan-jalan. Sampai kapan,kamu diam saja. Bergerak dong,ambil semua aset-aset berharga Zahra,". Decak sang ibu, nyatanya dalam tiga bulan tidak tanda-tanda apapun mengalihkan harta Zahra.
"Bu,ini sangat susah sekali. Aku tidak tahu dimana? Dia meletakkan aset-aset berharganya. Katanya di dalam lemari,tapi sudah aku cari gak ada,". Jawab Wahyu, dengan kesal.
"Ya sudah,ibu sama Arini. Mau pindah ke rumahnya Zahra,gak mau tau kamu harus bisa membujuk istrimu itu". Kata sang ibu, dengan kesal. "Kalau bukan ibu,tidak akan maju sama sekali,".
"Ingat mas, awas kamu sampai jatuh cinta dengan Zahra. Aku ini istrimu dan anak dalam kandungan ku ini, anak kita mas. Calon cucu ibu, secepatnya kamu bergerak. Aku setuju apa perkataan ibu,kami pindah saja dari sini dan tinggal di rumah Zahra. Aku yakin,dia tidak akan keberatan kok. Kebetulan sekali,aku mengawasi dirimu mas. Awas kamu mas, jangan sampai tergoda dengannya". Ucap Arini, dengan emosi. "Gak mungkin istrimu itu,tidak memiliki uang kalau gak pelit sama kamu,".
"maafkan aku sayang, baiklah. Aku akan bicarakan masalah ini kepada Zahra,biar kalian bisa bantu-bantu cari barang berharganya,". Wahyu,hanya tersenyum kecil.
"Nah,bagus kalau gitu. Biar ibu sama Arini, beres-beres". Sang ibu, langsung meninggalkan mereka. Sedangkan Wahyu, pamit pulang.
"Baguslah mas, kami pindah. lagian di rumah ini,sumpek banget gak ada AC. aku juga gak sabar,mau memakai semua milik istrimu itu. awas kamu larang -barang,aku mas. akan aku bongkar siapa aku ini,mas" ancam Arini, menatap sang suami dengan tajam.
"iya, terserah kamu sayang. miliknya adalah milik kamu juga,kalau sudah satu atap. aku harap kamu bersikap baik, kepada zahra. agar rencana kita ini lancar". Wahyu, menjelaskan kepada istrinya.
Arini, sangat kesal kepada suaminya. Rela demi kehidupannya di masa depan,dia rela menjadi adik Wahyu. Padahal Arini adalah istri pertama Wahyu, sedangkan Zahra istri keduanya.
"ingat kamu zahra,akan aku buat kamu memiliki suami tapi berasa tidak punya suami". senyum semerik Arini.
Mereka sudah mengambil keputusan mantang-mantang, sebenarnya Zahra sudah lama mereka targetkan.
Sedangkan Wahyu dan Zahra,hanya menikah secara agama saja. Karena cinta hingga membutakan mata Zahar,apa lagi sang mertua sangat baik. Walaupun adik iparnya, sedikit judes sekali. Namun sampai detik ini, Wahyu tidak ada mengurus surat-surat pernikahan ke KUA. karena semuanya hanya, alibinya saja.
Arini,rela di madu dan di jadikan seorang adik. Asalkan uang jalan terus,ia bisa berbelanja apapun. Sekarang dia hamil 7 bulan,anak pertamanya dengan Wahyu.
Sesampai di rumah Zahra, Wahyu langsung tersenyum manis.
Saat berada di rumah Zahra,terasa damai dan tentram tanpa ada ocehan dari ibu dan istrinya. Ia memijit pelipis keningnya, kepalanya nyut-nyutan. Entah ini akting atau benar.
"kenapa mas? Sakit kepala,banyak kerjaan di kantor,". Tanya Zahra. Masa sih,mas Wahyu punya banyak pekerjaan. Bukankah,dia hanya staf kantor biasa.
"Mas mau bicara sama kamu dek,". Jawab sang suami,ia mengelus lembut tangan Zahra. Mampu menyentuh hati Zahra,ia langsung memeluk suaminya dengan erat.
"Bicaralah mas,aku akan mendengarkannya". Senyum manis zahra, walaupun baru-baru ini. Dia menaruh rasa curiga kepada sang suami, karena hatinya merasakan kejanggalan.
"sebenarnya ibuku dan Arini,mau pindah ke sini dek. Apa kamu setuju,aku tahu kamu keberatan dengan mereka. Aku mohon kamu mau,yah...apa lagi Arini, selalu minta apa-apa. Sampai-sampai malam-malam hari,aku rela cariin dia ini itu. Terus kerumah ibuku,bahkan aku sampai ketiduran karena kecapean. Di tambah lagi,Arini hamil besar sayang. Kamu mau yah,ini juga bisa berhemat dan kamu ada temannya di rumah,". Sang suami membujuk istrinya.
Zahra, melonggarkan pelukannya dari sang suami. Sebenarnya memang,dia keberatan dengan ibu mertua dan adik iparnya. Walaupun ibu mertua baik,tapi adik iparnya sangat pemarah kepadanya.
"Tapi mas,aku boleh minta gak uang gajih kamu. Buat nambah belanja bahan makanan, bulanan kita". Pinta Zahra, walaupun dia tahu jawab sang suami pasti tidak mau.
"Kamu perhitungan gitu sih,sama ibu dan adikku. Jangan sampai mereka tahu, bisa-bisa ibuku kecewa dengarnya. Ini terakhir kalinya yah,kamu ungkit-ungkit gajihku. Sebenarnya kamu itu enak, ngapain mikir masalah begituan. Kamu punya supermarket, lumayan besar. Tinggal ambil-ambil saja,toh..itu milikmu sendiri,". Ucap Wahyu,mampu mengiris hati Zahra.
"Mas,aku gak sembarang loh. Ngambil barang di supermarket,aku harus ngeluarin uang juga. Biar perhitungan perbulan,gak mumet mas . Kasian karyawan aku,". Jawab Zahra, dengan cemberut bercampur rasa kecewa.
"Alahhhh....ribet amat, intinya mereka besok akan pindah ke sini dan kamu Zahra. Jangan pernah lagi, ungkit-ungkit masalah gajihku. Semua gajihku di bagi sama ibuku dan adekku Zahra,paham kamu". Wahyu, beranjak pergi meninggalkan ruang tamu.
Zahra, mendengus kesal. Entah kenapa sang suami,lebih mementingkan adiknya. Apa-apa selalu, tentang adiknya. Rela malam-malam hari,mencari makanan. Tapi,saat Zahra meminta belikan sesuatu selalu menolak. "Kenapa sih? Harus mengutamakan adiknya,kalau gak ibunya". Gumam Zahra.
**********
"sebelum berangkat tadi,ibu sempatkan memasak untukmu". bu Yuni, memberikan sebuah rantang yang berisi menu-menu kesukaan Zahra.
"wahhh... makasih banyak,bu. malah repot-repot segala". kata Zahra,ia menghirup aroma masakan sang mertua.mampu menggoda laparnya.
"apa sih,yang enggak buat menantu ibu," kata bu Yuni,mengelus rambut Zahra. sebentar lagi,kamu akan aku tendang. tersenyum lah zahra, menantu kesayanganku.
Zahra, calingukan mencari sesosok Suaminya. kenapa lama sekali,tidak keluar-keluar. bukankah sang suami,ijin membawa koper Arini. sebenarnya di lubuk hati yang paling dalam,zahra sangat cemburu. entah perasaan darimana,kenapa cemburu dengan adik iparnya.
"kamj cari Wahyu,yah. biasa mungkin mereka, sedang bercanda. maklum adik kesayangannya Wahyu,". kata sang ibu mertua, mencoba mengalihkan perhatian Zahra.
"mereka dekat banget bu, walaupun aku belum pernah merasakan jadi seorang kakak". senyum manis Zahra, sebenarnya ia ingin sekali menghampiri suaminya ke dalam kamar Arini.
"maafkan ibu dan Arini yah,jadi ngerepotin kamu. kami malah menumpang di rumahmu,nak". lirih sang ibu mertua, seakan-akan menguba wajahnya sesedih mungkin. "semuanya pada naik,nak. apa lagi Arini,dia lagi hamil. banyak minta ini itu,ibu kewalahan makanya minta bantuan dengan Wahyu,".
Zahra, tersenyum kecut. ia juga paham apa yang di maksud sang ibu mertua, meskipun semuanya ia ragu.
"Mawar,apa kamu mau mengajarkan aku untuk menyadap WhatsApp. Aku ingin tahu,isi WhatsApp suamiku. Diam-diam dia memiliki Ponsel dua, katanya milik temannya. Padahal aku sering sekali melihat ponsel itu, di dalam tas kerjanya ". Kata Zahra,kepada Mawar.
"Oke,akan aku ajarkan Zahra. Itu masalah mudah bagiku,". Senyum semerik Mawar,ia mengajarkan semuanya.
"kamu curiga kepada suamimu,apa dia selingkuh atau tidak? Bukankah,kamu percaya kepada suamimu itu". Tanya Mawar,kenapa tiba-tiba zahra meminta bantuan kepadanya. "walaupun dia sudah menjadi seorang suami, jangan sepenuhnya percaya Zahra. karena pikiran orang-orang berbeda,ada yang tulus ada juga yang modus.
"Aku tidak tahu,sudah seringkali aku mengikuti Suamiku. Selama satu minggu lebih,tidak ada tanda-tanda dia menemui wanita lain. Takutnya kekasih mas Wahyu,hanya dunia maya". Jawab Zahra, dengan cemberut karena melihat temannya cekikikan.
"Maaf,habisnya lucu sih. Mana ada kekasih gelap,di dunia maya. Seandainya kamu mengetahui jika suamimu selingkuh, apa yang kamu lakukan? Apakah ada tindakan lainnya".
"Tentu saja aku akan menggugat cerai,enak saja. Aku lelah Mawar,semua gajihnya di serahkan ke ibunya. Selama kami menikah,dia tidak pernah memberikan aku nafkah". Gerutu Zahra,ia tipe wanita tegas. "walaupun aku memiliki banyak uang, salahkah seorang istri menikmati uang nafkah dari Suaminya. seperti suami pada umumnya, aku tidak masalah berapapun dia memberi uang nafkah kepadaku. aku ikhlas Mawar,namun ini tidak ada sama sekali,"
"Aahhh...kamu serius Zahra,Oh my God.....kamu memang sahabatku yang bodoh, mau-maunya di kibulin. Terus,kamu mau aja". kata mawar, dengan ekspresi serius.
Zahra, mengangguk pelan dan Mawar menepuk jidatnya lalu menggelengkan kepalanya. "Harus bagaimana lagi, apakah cinta sesakit ini dan harus berkorban. Aku rela selama ini tidak di berikan nafkah,apa lagi suamiku meminta uang kepadaku. Di tambah lagi suamiku, memboyong ibu dan adiknya satu atap denganku. Kepalaku hampir pecah, memikirkannya. Kalau memang benar suamiku selingkuh,aku tidak main-main memberikan pelajaran sebelum aku tendang mereka,". Tegas Zahra, memendam rasa dendamnya.
"kamu harus ingat Zahra, apakah kamu menyimpan aset-aset berharga kamu.takutnya sih, kenapa-kenapa nantinya. aku gak sanggup satu rumah dengan mertua,apa lagi punya adik ipar yang tidak baik dengan kita,".
"Soal itu,sudah aku pikirkan. Aku yakin mas Wahyu,ada sesuatu yang di rahasiakan. Aku harus waspada,tidak salahkan aku mencurigai suamiku. Aku juga berencana memasang cctv dirumah, sudah meminta bantuan sama Meta. mau bagaimana lagi Mawar? Awalnya memang mertua dan adik ipar ku, ngontrak. tapi, Suamiku sekarang berbeda,".
"Baguslah kamu bergerak cepat Zahra,kamu cantik kaya juga. Sudah pasti banyak menunggu dirimu, walaupun status janda". Kasian kamu Zahra, memiliki suami sok polos tapi aslinya penipu. "semoga ada jalannya,kamu jangan terlalu stres mengahadapi orang-orang seperti itu,".
"Hemmm.... akhir-akhir ini mas Wahyu, sering berubah sifatnya. Bahkan tak seperti dulu, selalu lembut jika berbicara dengan ku. Sekarang dia kasar,bahkan dia juga sering membentak keras. Selalu yang di utamakan ibu dan adiknya,rela hujan-hujanan menuruti kemauan adiknya. Heran aku,wajar gak sih? Aku cemburu sama adik ipar, perlakuan suamiku kaya gak wajar gitu". Zahra, menaruh rasa curiga kepada keluarga suaminya.
"Hemm...lebih baik kamu secepatnya masang cctv,biar lebih jelas deh". Kata Mawar, tersenyum manis.
Zahra, langsung menghubungi Meta. Ia tersenyum kecil, karena kapanpun siap harus di pasang. Kini Zahra,harus menyusun rencana agar mereka tidak ada di rumah.
********
"Aaahhh...mass...hemm ..geliii...". Rengek Arini, seperti mende-sah.
"Ngapain kalian, malam-malam begini di dapur? Mana gelap-gelapan". Zahra, menegur suaminya dan adik iparnya. Apa telinga Zahra,tidak salah mendengar suara desa-han dari dapur.
Wahyu dan Arini, langsung menjaga jarak. mereka nampak terkejut,apa zahra mencurigai mereka. untung lampu dapur gelap, jadi zahra tidak melihat apapun.
Apa lagi Arini, dengan cepat merapikan pakaiannya. "Sayang,kami lagi bercandaan kok. Lagian kamu ngapain ke sini,ha". Tegur Wahyu,kepada istrinya.
"Makanya mbak,gak usah asal tuduh deh. Mbak,kan anak tunggal. Mana tau rasanya punya adik,bercanda barengan. Aku masuk ke kamar dulu mas,bad mood aku". Arini, melongos pergi meninggalkan dapur.
"Liat adikku marahkan,itu semua karena kamu Zahra. Wanita hamil, sangat sensitif terhadap apapun. Jadi,kamu harus ngalah dong. Heran sama adik ipar saja,marah. Aku tidur di kamar Arini,membujuk dirinya supaya tidak marah ". Decak Wahyu, menyenggol bahu Zahra.
"Apa mas? Kamu tidur di kamar Arini. Kalian itu sudah besar,tidak pantas tidur bersama. Mas....bukaaa...mas...". Teriak Zahra, menggedor pintu kamar Arini.
Semakin ke sini,aku curiga mas. Ada hubungan lebih antara kalian berdua,bahkan hatiku yakin sepenuhnya. Memang wajah Arini,tidak persis sama dengan ibumu. Apa jangan-jangan mereka....tidak mungkin,aku segera mungkin cari bukti, batin Zahra. Ia meninggal pintu kamar Arini,ia masuk ke dalam kamarnya.
Malam begitu dingin,hujan deras dan petir. Menemaninya malam ini, memiliki suami namun lebih perhatian kepada sang adik.
*****
Pagi hari yang cerah. Zahra memasak bersama bu Yuni,ibu mertua.
"Biasanya Arini,suka cumi pedas manis sama tumis kangkung campur udang. Kamu potong dulu yah, cuminya. Ibu,mau bikin bumbunya". Zahra,hanya pasrah mengikuti perkataan ibu mertuanya. "Kamu masak menu lainnya saja,kalau mau makan. Arini,gak mau masakan untuknya di makan sama orang lain kecuali keluarganya,".
Membuat Zahra, terkejut mendengar ucapan sang mertua. "Apa bu? Ini banyak lo,cukup untuk makan kita bersama-sama. Kalau masak lagi, kebanyakan bu. Belum tentukan,ini habis,". Bantah Zahra,ia bingung dengan jalan pikiran Arini. kenapa sih? Arini,terus. bikin kesal aja,emang dia bisa apa.
"Kamu harus mau Zahra,ibu gak mau Arini gak makan. Sama saja, mencelakai cucu ibu. Kamu harus nurut dong,di kulkas masih ada tempe sama ikan asin. Kamu masak itu aja,pas untuk kamu sendiri. Kamu gak hamil,gak usah belagu masak ini itu biar hemat".
Dengan hati kesal. Zahra, langsung meninggalkan dapur. "Gak ibu atau mas Wahyu, sama saja selalu mengutamakan Arini ".
"Zahraaaa... kamu Kemana? Bantu ibu Zahra,dasar menantu tidak tahu di untung ". Bentak bu Yuni,kini melanjutkan meracik bumbu masakan.
Zahra,tak menghiraukan teriakkan ibu mertuanya. Ia melongos masuk ke dalam kamar dan mengambil tas beserta kunci motornya. Sedangkan di rumah juga ada ART,yang bisa membantu.
"Mbak,di panggil sama ibu tuh". Ucap Arini, sedang ongkang-ongkang di ruang tamu. Menikmati secangkir teh hangat dan beberapa cemilan sambil menonton televisi. Seakan-akan dia adalah nyonya besar di rumah ini, membuat hati zahra memanas melihatnya.
"Mbak, kemana kamu? Masakkan untukku,belum masak loh. Main kabur aja". Gerutu Arini,ia tersenyum semerik. "Rasakan kamu Zahra,emang enak di suruh-suruh. Apa lagi suami kita,gak bakalan ada waktu untukmu". Kini Arini, melanjutkan acara santai-santainya sambil menunggu masakan masak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!