Milka duduk termenung meratapi nasibnya yang akan menikah tiga hari lagi, pernikahan yang sangat membuatnya frustrasi. Bagaimana tidak, Milka yang masih duduk di bangku SMA kelas tiga itu harus menikah dengan seorang yang menurutnya sangat konyol bahkan tak masuk di akal.
Dan pernikahan yang bukan untuknya, yang seharusnya menikah itu adalah Melody saudara tirinya, namun karena Melody terus merengek dan menangis, menolak untuk menikah bahkan mengancam akan bunuh diri, jadilah Milka yang menggantikan tempatnya sebagai pengantin pengganti.
Seharusnya waktu di ajak untuk pulang ke desa dimanah orang tua dari ibu tirinya tinggal, harusnya Milka menolak ajakan itu, harusnya Milka tak datang ke tempat itu. Dan mungkin jika dia tetap berada di kota dia tak perlu menjalani pernikahan konyol ini. Jika menikah dengan manusia yang nyata mungkin dia sedikit bisa menerimanya, tapi ini adalah pernikahan yang di luar nalar menurutnya.
Dan semuanya berawal dari dua hari yang lalu, saat dia berada di kamar dan mendengar suara Melody menangis kencang dan suara benda jatuh dengan keras. Milka yang kaget dengan cepat keluar dari kamarnya dan melihat apa yang sedang terjadi di ruang tengah.
“Aku enggak mau nikah! Kalo kalian terus maksa aku buat nikah, aku akan bunuh diri !” Ucap Melody menangis dengan tangan yang memegang pisau siap untuk mengerat urat nadi di tangannya.
Semua orang yang berada di ruangan itu menjadi takut bukan main, saat melihat ancaman yang Melody ucapkan akan benar-benar dia lakukan.
Milka yang melihat guci antik dan gelas yang berhamburan pecah di lantai rumah itu hanya diam sambil menyaksikan drama yang di mainkan oleh Melody, dan Milka yakin benar, bahwa itu hanya sekedar ancaman yang tidak akan berani Melody buktikan.
“Jangan sayang, letakkan pisaunya ya,” Bujuk Sari, ibu tiri Milka.
“Aku enggak akan letakkan pisau ini sebelum kalian semua janji enggak akan menikahkan aku!” Melody meletakkan pisau itu di atas kulit tangannya siap untuk memutuskan urat nadinya.
Semua orang kembali kaget dengan aksi Melody, dalam hati Milka benar-benar kagum dengan akting yang di mainkan oleh Melody, dia benar-benar menghayati perannya yang ingin bunuh diri. Jika ini adalah film mungkin dia akan memenangkan piala Oskar, atas aktingnya yang luar biasa.
“Iya sayangnya Oma, kamu enggak akan Oma nikahkan. Letakkan pisaunya ya Melody sayang.” Ucap Oma Kunari khawatir jika Melody menjadi nekat.
“Janji,”
“Iya sayang, kita semua janji.” Sahut Sari.
“Sumpah.”
“Iya sumpah, Oma enggak akan menyuruh kamu menikah.” Kini Oma yang bicara, terlihat jelas kekhawatiran di raut wajahnya.
Karena telah mendapatkan apa yang dia inginkan dan semua orang yang ada di ruangan itu sudah mengucapkan janji dan bersumpah, perlahan-lahan Melody menurunkan pisau itu dari kulit tangannya. Dan dengan sigap Harman ayah Milka mengambil pisau itu dari tangan Melody.
Semua orang yang ada menarik nafas lega, dan Sari memeluk erat Melody, mensyukuri bahwa anak tersayangnya itu masih hidup dan tak jadi bunuh diri.
****
Saat selesai makan malam Milka yang memang malas untuk berkumpul keluarga langsung melangkah pergi ke kamarnya, dia akan lebih memilih rebahan di kasur sambil memainkan ponselnya daripada harus duduk mendengar orang-orang yang menurutnya menyebalkan itu bicara.
“Non Milka, di panggil ke ruang tengah.” Kata bi Tino yang tiba-tiba muncul.
“Yang manggil siapa bi?” Tanya Milka.
“Nggak tau non, pokoknya bibi di suruh aja. Tapi semua udah pada kumpul nungguin non Milka.”
Bi Tino asisten rumah tangga itu langsung keluar kamar saat sudah mendapat jawaban dari Milka bahwa sebentar lagi dia akan keluar.
Milka meletakkan ponselnya lalu melangkah keluar, dalam hati dia bertanya-tanya apa yang akan di sampaikan padanya. Kenapa semua orang menunggunya, dan Milka mendapat firasat buruk bahwa akan ada sesuatu yang menyebalkan yang akan terjadi padanya.
Milka kini sudah berada di ruang tengah bersama Oma Kunari, Ibu tirinya, Melody, dan juga ayahnya. Dan terlihat dari ekspresi mereka semua,. Akan ada hal serius yang akan di bicarakan, dan hati Milka semakin yakin sesuatu akan di lemparkan padanya. Entah itu bom atom atau meriam, tapi yang pasti itu sesuatu yang akan membuat Milka sial.
“Mil, ada yang ingin kami bicarakan.” Kata Sari sesaat setelah Milka mengambil posisi duduk di sofa panjang itu.
“Mau bicara apa.” Tanya Milka.
Terlihat semua ragu ingin mengatakan apa yang ingin mereka sampaikan pada Milka. Dan perasaan Milka semakin tak karuan menunggu ucapan yang akan dia dengar itu.
“Kamu harus nikah menggantikan Melody.” Oma buka suara tanpa ragu.
“Apa! Nikah!” Milka yang kaget langsung berdiri.
“Oh, jadi gara-gara Melody nolak pernikahannya, aku yang jadi tumbal kalian!” Milka terlihat marah, firasatnya menjadi nyata.
“Milka jaga ucapan kamu!” Harman memarahi Milka yang menurutnya tak sopan.
Milka mengalihkan tatapannya pada ayahnya, yah, hal ini pasti akan terjadi, jika dia di pojokkan dan di jadikan tumbal agar Melody selamat, saat dia menolak dan melawan pasti ayahnya akan memarahinya. Milka sudah bisa menebaknya.
“Turuti saja apa yang di katakan Omamu Milka.” Ucap Harman mengatur nada bicaranya agar terdengar lembut, mungkin agar Milka luluh dan setuju.
“Dia bukan Omaku, dia enggak punya ikatan apa pun sama aku. Dia itu Omanya Melody, karna dia mamanya tante Sari, tante Sari itu cuman ibu tiri aku. Jadi biar aku perjelas di sini. Aku nggak akan pernah mau nurutin apa yang kalian minta!” Ujar Milka keras.
“Silakan kamu menolak, tapi jika menolak, kamu jangan pernah panggil saya ayah. Kamu nggak akan ayah anggap anak lagi!” Ancam Harman. Yah, ancaman yang membuat Milka tak lagi bisa berkutik.
Hati Milka benar-benar sakit mendengar ucapan ayahnya. Ayah yang selama ini dia sayang, ternyata lebih memilih anak tiri daripada dia, yang anak kandung.
Milka terduduk lemas dengan air mata yang berlinang. Kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya begitu meng-iris hatinya. Dan saatnya dia mengalah, mengibarkan bendera untuk menyerah meskipun perlawanannya hanya berlangsung tidak lebih dari sepuluh menit, karena dia tak ingin di buang oleh ayahnya.
“Kamu akan menikah dengan hantu.” Ledekan Melody itu terdengar konyol, mana mungkin dia di nikahkan dengan hantu.
“Berapa usianya?” Milka bertanya langsung, dalam pikirannya jika bukan om-om pasti laki-laki itu berwajah jelek, namun yang pasti dia mestinya seorang yang kaya. Kalau tidak mana mungkin Sari dan Oma Kunari mau menikahkan Melody dengan orang itu. Dan pastinya karena wajah jelek atau tua makanya Melody menolak untuk menikah.
Semua diam sejenak sebelum Melody kembali mengulangi perkataannya bahwa yang akan menikah dengan Milka itu adalah sosok hantu.
“Apa yang di katakan oleh Melody itu benar Milka, kamu akan menikah dengan makhluk gaib.” Milka yang masih tak bisa mempercayai apa yang di dengarnya tersenyum kecut. Mencoba untuk menetralisir perkataan itu. Seperti makanan yang akan di cerna oleh perut, dan dia perlu mencerna perkataan itu di otaknya.
Dan disinilah Milka di dalam kamar meratapi nasib yang menurutnya malang itu. Ternyata di keluarga ibu tirinya ada suatu tradisi dimana jika seorang anak perempuan sudah berusia tujuh belas tahun dia akan di persembahkan pada mereka yang ada di underworld. Dan itu sudah ada sejak zaman dahulu kala, jika ada yang melanggar maka nasib malang akan di dapatkan oleh keturunan mereka.
Milka bergidik ngeri, antara percaya dan tidak. Namun jika itu benar maka dia akan menjadi istri dari makhluk gaib. Yang berarti dia akan punya suami hantu. Milka merasa seluruh bulu yang ada di tubuhnya berdiri karena merasakan bahwa hidupnya benar-benar akan berakhir.
Milka menatap pantulan dirinya di cermin, sangat lebih mirip seperti badut daripada pengantin perempuan. Milka menghela nafas berat, meskipun pernikahan ini tak ia ingin, dan meskipun dia akan menikah dengan hantu setidaknya mereka membuatnya terlihat cantik di hari pernikahannya bukannya malah terlihat seperti badut yang akan menghibur anak yang tengah berulang tahun. Milka merasa dia sangat kasihan.
Semua yang ada di dirinya dan hidupnya adalah nasib malang. Ibunya meninggal saat dia berusia delapan tahun, dan ia, di situ-lah awal kesialan dalam hidupnya.
Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu, dan semenjak itu sikap ayahnya padanya perlahan-lahan mulai berubah, bahkan di rumah dia yang bagaikan anak tiri, tidak! Bukan lebih tepatnya anak pungut, karena ayahnya lebih menyayangi Sari, ibu tirinya., dan Melody saudara tirinya.
“Kasihan kamu Milka,” Gumamnya pada diri sendiri sambil masih menatap pantulan dirinya yang memakai gaun merah menyala itu. Di hari pernikahan dirinya benar-benar hancur.
“Eh, udah siap belom?” Suara Melody mengagetkan Milka.
“Di tungguin tuh di ruang tengah ama semuanya.” Sambungnya lagi.
“Uda, ini mau ke sana” Sahut Milka lalu berdiri.
“Ha ha ha” Melody yang melihat penampilan Milka tertawa terbahak-bahak.
“Ngapain ketawa kayak kesurupan gitu?” Tanya Milka walaupun dia tahu jawabannya.
“Kamu mau nikah apa mau atraksi badut?” Melody masih tak berhenti tertawa.
“Mau aku kayak badut atau apa pun, itu bukan urusan kamu!” Ujar Milka lalu pergi meninggalkan Melody yang masih tertawa.
****
“Kamu sudah siap?” Tanya Omah saat Milka sudah berada di ruang tengah.
“Sudah,” Jawab Milka pendek, dan dengan nada tak senang.
“Kok jawabnya kayak enggak Happy gitu? Happy dong, kamu uda cantik gitu.” Ucap Sari, namun ucapan itu lebih kepada meledek, dan bisa terlihat jelas oleh Milka bahwa Sari sedang menahan tawanya.
Sementara Harman, ayahnya hanya diam tak bersuara. Entahlah Milka tak tahu apa yang tengah di pikirkan oleh ayahnya, apakah saat ini ayahnya menyesal menyurunya menikah dan mulai merasa bersalah, atau mungkin ayahnya merasa malu melihat penampilan Milka malam ini. Yah, hanya ayahnya yang tahu apa yang tengah ia pikirkan.
“Sebentar lagi jam dua belas malam, kamu harus berada di tempat itu sebelum jam dua belas.” Ucap Omah.
Lalu tanpa kata Milka hanya mengikut, begitu pun yang lainnya. Dan sampai-lah mereka di sebuah tempat. Dimana, begitu banyak lilin di sekeliling rumah itu. Dan, telah banyak orang-orang desa yang telah berkumpul, mungkin ingin menyaksikan pernikahan Milka dan hantu, atau mungkin ingin menjadi saksi pernikahan manusia dengan hantu yang sudah menjadi tradisi turun temurun di desa itu.
Milka menatap rumah itu, Milka mendelik sedikit merasa takut, dia menjadi ingat film-film horor Thailand yang ia tonton. Rumah itu persis dan sangat mirip seperti rumah-rumah yang berhantu di film Thailand. Buluh-buluhnya mulai berdiri, dan Milka merasa angin tak enak mulai berembus, atau mungkin itu hanya perasaannya saja.
Melody ikut merasakan hal yang sama seperti Milka, buluh-buluhnya pun ikut berdiri, dan dalam hati dia merasa lega, untung bukan dia yang akan menikah dengan hantu.
“Selamat yah Mil, kamu bakalan nikah, nikah ama hantu. Ha ha ha.” Bisik Melody meledek.
Milka hanya melirik tak senang pada saudara tiri yang selalu membuat dia menjadi sial itu.
“Aku sih mending mati deh, daripada nikah ama hantu, iiih serem tau Mil. Dab kamu tau kan hantu itu buruk rupa, jadi selamat yah, selamat menempuh hidup baru sama hantu buruk rupa,” Ucap Melody begitu bahagia diatas kesialan yang di perolehi oleh Milka akibat ulahnya.
“Ngomong noh ama tanah,” Ujar Milka dongkol, karena Melody terus meledeknya, padahal semua itu terjadi karena Melody yang mengancam akan bunuh diri.
“Ikut saya,” Ucap Omah meminta untuk di ikuti.
Langkah Omah terhenti tepat di depan rumah itu. dan orang-orang yang ada di sana begitu heboh membahas pernikahan itu. Mereka tak menyangka jika pengantin wanitanya di ganti, dan pengantinnya bukan darah yang terlahir dari desa Under. Mereka juga khawatir jika pengantin hantu itu akan menolak. Dan jika itu terjadi maka nasib sial akan mendatangi desa Under.
Namun orang-orang itu tak berani untuk protes dan mengutarakan tak suka mereka, karena Omah Kunari adalah tetua yang di percaya mampu berkomunikasi langsung dengan orang-orang yang berada di Underworld. Dan orang seperti itu sangat di segani di desa Under.
“Kamu harus masuk ke rumah itu sendiri.” Ucap Omah Kunari pada Milka.
“Sen...sendiri Omah?” Tanya Milka tergagap karena merasa takut.
“Iya, cepat masuk, kamu sudah harus berada di dalam sebelum jam dua belas!” Ucap Omah Kunari dengan suara keras.
“Ayah?” Panggil Milka pada Harman, se-olah itu adalah kode untuk meminta pertolongan pada Harman agar dia tak perlu melakukan hal bodoh itu. Menikah dengan hantu, karena itu benar-benar tak masuk akal.
Namun hanya diam yang Milka dapatkan, bahkan Harman memalingkan wajahnya se-olah tak peduli lagi pada Milka.
Dengan berat hati Milka memaksa melangkahkan kakinya memasuki rumah itu tanpa menoleh lagi. Baginya jika memang hantu itu nyata dan akan menjadi suaminya, itu lebih baik daripada tinggal dan membuat hatinya terluka akibat sikap ayahnya.
TING! TING! TING!
Saat sudah berada di dalam rumah itu. Jam dinding berbunyi dengan nyaring membuat Milka terloncat kaget.
“Jam kurang ajar, enggak ada sopan santunnya!” Marah Milka pada jam yang berwarna emas yang ada pada dinding rumah itu. Jam yang terlihat begitu antik. Milka menatap pada jarumnya yang menunjukkan bahwa sudah jam dua belas tepat.
Dan tiba-tiba angin bertiup kencang membuat semua lilin yang ada menjadi padam, Milka yang tak dapat melihat apa pun karena begitu gelap. Tangannya mencoba meraba-raba agar tak menabrak barang-barang yang ada disana.
“Aduhh! Kenapa pake acara mati lilin sih!” Geramnya masih meraba-raba.
“Aduuuh” Milka mengaduh sakit karena menabrak sesuatu.
Tiba-tiba lilin-lilin yang tadi padam akibat hembusan angin kini kembali menyalah..
“Ka...kamu si...siapa?” Mata Milka membulat takut karena melihat sosok asing yang ada di sana, sosok yang ia tabrak tadi.
“Aku suamimu.” Sahut laki-laki berambut panjang yang di kucir hampir mencapai pinggangnya.
“Su..suami? Ka...kamu hantu?” Tanya Milka dengan penuh ketakutan.
Milka yang tak mampu mencerna perkataan laki-laki itu dengan otaknya hanya diam membatu, tiba-tiba pandangannya menjadi gelap dan.
BRUKKKK!
Milka pingsan, Dan, laki-laki itu hanya menatap Milka dengan ekspresi yang sulit di mengerti. Tak lama kemudian dia mengangkat Milka yang tak sadarkan diri, lalu tempat itu berubah.
kini mereka berada di ruangan yang di penuhi dengan bunga bunga berwarna merah darah.
Lalu seorang pria tua muncul, dan Milka di baringkan di atas sebuah ranjang besar yang di taburi bunga mawar berwarna merah. Pria tua itu membaca mantra memulai ritual pernikahan.
"Dia telah menjadi Istri anda Yang Mulia." Ujar Pria tua itu.
Dan, laki-laki tadi hanya diam tanpa kata menatap Milka yang masih tak sadarkan diri.
Terlihat Milka tengah berbaring tak sadarkan diri di atas kasur king size dengan seprai berwarna merah maroon bercorak emas, disana ada dua wanita yang tengah menungguinya. Menatapnya lekat-lekat, entah apa yang mereka pikirkan.
“Apa dia sudah sadar?” Tanya seorang wanita tua yang baru saja masuk.
“Belum nyonya West,” Sahut kedua wanita itu yang ternyata adalah dayang istana.
“Baiklah, kalau nanti dia sadar panggil aku.” Ujar nyonya West. Kedua dayang itu mengangguk lalu membungkuk sedikit saat nyonya West pergi.
Kembali kedua dayang tadi melanjutkan kegiatan mereka, ia itu menatap Milka lekat-lekat tanpa berkedip, se-akan takut jika mereka mengalihkan pandangan maka, Milka akan hilang dari pandangan mereka.
****
“Apa dia sudah sadar nyonya West?” Tanya laki-laki yang tadi mengagetkan Milka dengan tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai suaminya.
“Belum yang mulia” Sahut nyonya West menjawab pertanyaan laki-laki yang duduk di singgasana yang begitu megah.
“Baiklah, nyonya West kau boleh pergi.” Ucap Laki-laki itu dengan nada dinginnya.
Nyonya West membungkuk, memberi hormat lalu dengan perlahan meninggalkan laki-laki yang ternyata adalah raja itu.
Orang-orang di istana mulai bergosip membicarakan tentang selir raja yang baru. Dan bahwa kali ini selir raja adalah seorang manusia lagi.
Dan bahkan mereka bertanya-tanya seperti apa wajah selir raja yang baru itu. Apakah mungkin dia lebih cantik dari selir-selir yang lain, atau bahkan lebih jelek.
Namun tak ada yang berani membandingkan atau yang berani bertanya apakah dia lebih cantik dari Permaisuri. Karena bagi mereka Permaisuri adalah wanita tercantik yang ada di Underworld, atau bahkan di seluru penjuru dunia.
“Apakah selir ke enam telah sadar yang mulia?” Tanya Permaisuri saat dia datang berkunjung ke kediaman raja.
“Belum, itulah yang di sampaikan nyonya West padaku.” Ucap raja.
“Mungkin dia sangat terkejut saat bertemu denganmu yang mulia. Dan tubuhnya juga baru beradaptasi di tempat ini.” Permaisuri dengan nada suara yang begitu lembut. Wajahnya yang cantik begitu terlihat berseri-seri. Dan mahkota di atas kepalanya menambah lagi nilai kecantikannya.
“Aku juga tak menyangka bahwa dia akan sekaget itu.” Sahut Raja.
Lalu suasana menjadi hening, Permaisuri tak lagi bertanya, dan Raja tak lagi bersuara.
Milka membuka matanya perlahan-lahan, kepalanya terasa pusing dan tubuhnya terasa sakit. Membuat dia bertanya-tanya apa yang terjadi, dan mencoba mengingat-ingat kejadian yang dia alami.
“Arkkkkk!!!” Teriaknya karena ingatannya tentang apa yang terjadi sudah berhasil di ingat.
“Nona, ada apa?” Tanya kedua dayang yang menjaga Milka terkaget melihat Milka yang panik berteriak.
“Arkkkk! Kalian siapa?” Tanya Milka dengan teriakan kencangnya membuat kedua dayang itu mengerutkan dahinya.
“Kami adalah dayang istana, yang menjaga kediaman nona,” Ucap salah satu dayang.
“Dayang? Istana?” Milka seperti ling-ling mengulang perkataan yang di ucap dayang tadi.
Milka diam sebentar menjernihkan otaknya, untuk mencerna semuanya. Melihat sekelilingnya. Dia berada di sebuah ruangan yang cukup besar, tidak! Milka meralat ucapannya, bukan cukup besar tapi sangat besar.
Ruangan itu sangat besar hampir sepulu kali kamar miliknya yang ada di rumah. Milka mengubah posisinya yang tadi berbaring menjadi duduk.
“Ini dimana? Ini rumah siapa dan ini kamar siapa?” Tanya Milka sekaligus namun kali ini dengan pelan dan waswas.
“Nona ada di U derworld, dan ini adalah kediaman nona. Dan kamar ini adalah kamar Nona.” Ujar dayang yang memakai pakaian putih.
“Apa!” Kembali nada suara Milka memekakkan telinga ke dua dayang itu.
“Underworld? Apa itu?” Tanya Milka yang memang tak tahu.
“Sebaiknya nyonya West yang menjelaskannya kepada nona.” Lalu dayang yang berbaju kuning itu pergi meninggalkan Milka dan dayang yang berbaju putih.
“Nyonya West itu siapa?” Tanya Milka.
“Dia adalah kepala dayang di kediaman anda nona.” Sahut dayang berbaju putih.
Milka masih tak mengerti apa sebenarnya yang terjadi, karena seingatnya dia masuk ke sebuah rumah untuk menjalani ritual pernikahannya dengan hantu. Dan, kenapa saat bangun dia sudah ada di tempat ini. Atau jangan-jangan ini adalah dunia hantu. Pikirnya.
Tak lama kemudian datanglah dayang tadi bersama dengan nyonya West, nyonya West menunduk hormat pada Milka membuat Milka mengernyit heran.
“Baguslah nona telah sadar,” Ucap Nyonya West.
“Apa ada yang nona keluhkan atau nona inginkan?” Sambung nyonya West lagi.
“Saya cuman punya pertanyaan, kok saya bisa ada disini yah?”
Nyonya West mendekat ke arah Milka dan duduk di atas kasur besar tempat Milka. Meminta dayang yang berbaju kuning memberikan dia cangkir yang dayang itu bawa bersamanya tadi.
“Sebaiknya nona minum dulu, ini akan mengurangi sakit pada tubuh nona, dan pusing yang nona rasakan.” Nyonya West memberikan cangkir yang berisi ramuan obat itu pada Milka untuk di minum.
Milka menatap cangkir yang kini sudah berada di tangannya, dan dalam hati dia berharap itu benarbenar obat dan bukan racun yang akan membuat dia mati mendadak.
Milka menatap wajah Nyonya West, dan yang bisa di simpulkan oleh Milka bahwa nyonya West bukanlah wanita parubaya yang jahat. Milka meneguk ramuan obat itu dengan wajah aneh. Karena rasanya sangat pahit hingga membuat lidahnya serasa kebas. Namun, perlahan-lahan rasa sakit pada tubuhnya dan juga rasa pusingnya menghilang, membuat dia takjub pada ramuan itu.
“Apa nona sudah merasa lebih baik?” Tanya nyonya West.
“Ampuh, mujarab banget obatnya.” Sahut Milka enteng. Nyonya West hanya tersenyum menanggapi ucapan Milka. Sementara kedua dayang hanya diam.
“Baiklah, mari kita mulai membahas yang nona ingin ketahui.” Kata Nyonya West.
Perlahan-lahan dan dengan lembut nyonya West menjelaskan semua, bahwa Milka kini berada di Underworld, dunia bawah. Dan, Milka telah menikah dengan raja Underworld. Milka menjadi ingat laki-laki yang tiba-tiba muncul dan mengagetkannya itu. Dan, juga seingat Milka dia memang menikah. Tapi, dia menikah dengan hantu, bukan dengan raja.
“Hantu yang nona maksud itu, dia adalah Raja Underworld.” Kata nyonya West, membuat Milka semakin tak mengerti.
“Apa, hantu juga punya raja?” Pertanyaan Milka yang membuat nyonya West merdehem.
“Raja bukanlah hantu nona,dia adalah penguasa tempat ini.” Sahut nyonya West.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi, nyonya West pamit untuk keluar dari kamar itu. Namun sebelum pergi, nyonya West memperkenalkan kedua dayang tadi pada Milka.
“Ini adalah dayang Clona,” Dan dayang berbaju kuning itu membungkuk menghormat pada Milka.
“Dan ini adalah dayang Grasil, dia adalah dayang dan sekaligus pengawal pribadi nona.” Dayang berbaju putih yang sedari tadi terlihat kalem itu juga membungkuk hormat.
“Mereka berdua akan menjaga nona, dan melayani nona.” Ucap nyonya West kemudian pamit dan membungkuk hormat, membuat Milka menjadi canggung karena di perlakukan seperti itu. Selama ini dia hanya melihat yang seperti itu hanya di film-film saja.
Milka masih tak menyangka dan masih tak percaya dengan apa yang dia dengar dari nyonya West diam berpikir. Dan, kedua dayang hanya berdiri menatap Milka tanpa suara.
“Raja tiba !” Suara prajurit yang menjaga pintu mengumumkan kedatangan raja.
Mendengar itu, cepat-cepat Clona dan Grasil mengatur posisi mereka untuk menyambut kedatangan raja.
Suara langkah kaki raja mendekat, membuat Clona dan Grasil membatu takut pada sosok itu. Clona dan Grasil menunduk tak berani, Milka hanya diam melihat sosok laki-laki yang di katakan adalah suaminya itu berjalan mendekat. Namun wajahnya tak terlihat, karena wajah sang raja yang tertutup oleh topeng hitam yang ia kenakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!