NovelToon NovelToon

KIRANA

part 1. Ayah minta uang

"Ana mana uangmu? Ayah mau pinjam". Satu tangan ayah mengadah kepadaku. Selalu begitu dengan alasan meminjam uang tapi tidak pernah di bayar olehnya. Ini bukan yang pertama kalinya ayah meminjam uang ini adalah yang kesekian kalinya. Aku sudah hafal ayah akan meminjam uang kalau dia kalah judi atau sekedar ingin mentraktir teman-temannya minum di warung Mpok Yana

"Aku lagi ga punya uang yah, tadi uangnya sudah aku pakai untuk beli voucher listrik dan beras, ini sisa sedikit untuk beli makan besok". Tolakku pada ayah karena memang aku tak memegang uang lebih. Karena aku hanya bekerja sebagai pencari kerang di laut. Sehari cuma bisa menghasilkan uang rata-rata 50 ribu. Kalaupun lebih dari itu karena mendapatkan kerang lebih banyak, tapi sekarang mencari kerang agak susah. Sudah banyak orang yang ikut menjadi pencari kerang. Kebanyakan yang mencari adalah ibu-ibu rumah tangga dan ada beberapa gadis seperti ku. Mau bagaimana lagi aku hanya tamatan SMP. Banyak yang menolak bila aku melamar pekerjaan hanya karena ijazah ku. Di zaman sekarang mencari pekerjaan begitu sulit. Terlebih bila tidak ada kenalan atau orang dalam.

"Ah, banyak alasan mana uangmu semuanya ayah mau pinjam". Dengan terpaksa aku berikan karena bila tidak pasti aku akan di pukul ayah dengan dalil aku jadi anak yang durhaka tidak bisa membantu orang tua. Setelah uang di dapat ayah langsung meninggalkan ku, lalu pergi entah kemana.

"Ana, ayahmu pinjam uang lagi ya?" Tiba-tiba ibu keluar dari dapur. Ternyata ibu mendengar saat ayah meminta uang kepadaku.

"Iya Bu, tapi itu uang terakhir yang aku punya" ucapku sambil menghelas nafas panjang. Aku sangat sedih karena ayah tidak pernah berubah selalu seperti itu. Sebelum aku bisa kerja ayah selalu meminta uang kepada ibu. Kini ayah meminta uang kepada aku dan ibu. Ayah jarang kerja lebih banyak menghabiskan waktu bersama temannya di warung Mpok Yana

" Maafkan ibu ya nak, ini semua salah ibu" . Ibu berbicara dengan mata berkaca-kaca. Ini adalah hal yang paling tidak aku sukai. Aku tidak suka melihat ibu bersedih apa lagi sampai menangis hanya karena aku. Aku merasa gagal menjadi anak perempuan pertama di keluarga ini. Karena seharusnya aku yang bisa merubah keadaan keluarga ku. Walau aku mempunyai adik laki-laki yang dimana umur kami berbeda 5 tahun. Dia belum bisa membantu mencari uang, tetapi setidaknya dia tidak manja walau menjadi anak bungsu. Tidak seperti yang ku dengar kalau anak bungsu itu manja- manja.

"Ah ibu jangan ngomong begitu, ini adalah bukti tanda aku berbakti kepada kedua orang tua". Aku berkata begitu agar ibu tidak terlalu sedih. Aku lemah bila melihat air mata ibu.

"Ibukan selalu bilang harus jadi anak yang patuh, ini aku belajar jadi anak yang seperti ibu mau". Sambil tersenyum kepada ibu seolah aku tak bersedih.

"Tapi kamu terlihat sedih nak" . Ucap ibu lagi.

"Tadi itu iya Bu tapi sekarang sudah tidak karena memang benar kata ayah dan ibu aku harus berbakti, karena uang aku uang ibu dan ayah juga kan".

"Eh iya Bu, aku kedapur dulu ya mau menjahit kaos kaki ku yang bolong, besok aku mau ke laut mencari kerang" .  Ucapku pada ibu sambil berlalu. Perlengkapan ke laut memang harus punya kaos kaki karena bila tidak kaki akan sering terkena pecahan kulit simping (jenis kerang dengan bentuk pipih ). Aku sudah sering terkenal kulit simping atau tertusuk duri di laut, tetapi itu adalah hal yang lumrah terjadi. Bukan hanya ku yang sering mengalami semua orang yang pergi mencari kerang kerangan pasti merasakan.

***

Malam ini suasana pantai sangat indah, deburan ombak terdengar saling kejar mengejar. Bintang-bintang berhamburan berkelap-kelip di atas langit yang agak redup, rembulan sedikit sembunyi di balik awan malam dengan angin yang sepoi-sepoi. Sungguh malam yang indah bagiku. Hampir setiap malam aku menghabiskan waktu di sini hanya sekedar menenangkan diri atau sekedar mendengarkan lagu di handphone android ku yang ku beli satu tahun yang lalu. Sambil duduk dengan tempat duduk yang terbuat dari papan dan kayu yang di paku aku merasakan tenang menikmati alam ini. Belum sempat mejamkan mata terdengar adikku memanggil.

"Kak Kirana, sini kak cepat pulang ayah marah-marah sama ibu" . Aku tersentak saat tau ayah sedang marah kepada ibu dengan secepat mungkin aku lari dari tempat dudukku. Jarak pantai dan rumah tidak terlalu jauh hingga tak perlu waktu lama aku sampai kerumah.

"Gimana sih jadi istri tidak bisa membantu suami, seharusnya kamu itu berbakti kepadaku bagi uangmu aku sangat butuh sekarang." Terdengar suara ayah membentak ibu karena tidak memberikan uang kepadanya.

"Bukan begitu mas, uang hasil nyuci baju mbak Tina sudah aku pakai bayar hutang pada bapak." Ga enak mas hutang kita sama bapak sudah lama tidak di bayar". Jelas ibu pada ayah.

"Kamu ini yah, kenapa harus di bayar sekarang kan bisa nanti, lagian bapak tidak akan nagih juga kan? Kamu aja yang berlebihan mentang-mentang aku pinjam sama bapakmu". Celoteh ayah mendengar alasan ibu saat tau uang hasil kerja ibu di bayar untuk membayar hutang pada kakek.

"Kenapa sih ayah selalu minta uang kepada ibu kadang juga pada kak Kirana? Bapak kan kepala rumah tangga, tulang punggung keluarga, apa ayah tidak malu selalu begitu?". Ternyata adikku ikut geram karena ayah yang seharusnya bisa jadi panutan baginya malah memberi contoh yang tidak baik. Noval tampak sangat tidak menyukai sifat ayah seperti anak gadis yang manja selalu minta uang kepada orang tua.

"Alah anak kecil, tau apa kamu ? Lebih baik kamu cari kerja bantu ibu sama kakakmu cari uang emang kamu pikir makan tidak pakai biaya?". Bentak ayah pada anak bungsunya. Bukannya sadar dengan ucapan Noval, malah memberi saran supaya adikku bekerja. Padahal Noval masih bersekolah SMP, mana mungkin bisa membagi waktu untuk belajar dan bekerja. Kalaupun bisa tidak akan ku perbolehkan lebih baik aku yang mencari uang. Tapi terkadang Noval ikut paman ku pergi melaut pada saat libur sekolah atau tanggal merah, hanya untuk mencari uang jajan.

"Ayah tau sendiri aku masih sekolah, hanya pada saat liburan atau tanggal merah baru aku bisa cari uang. Ayah seharunya menasehati diri sendiri, cari kerja kasih uang pada ibu, jangan terbalik". Balas Noval dengan kesal.

"Yah, apa yang di bilang Noval itu benar, seharunya ayah yang kerja bukan ibu. Kalau soal aku memang harus membantu tapi di posisi ayah atau ibu sudah jelas ayah salah". Ucap ku menyambut ucapan adikku. Terlihat ibu hanya menyimak dengan raut sedih.

"Kakak ,adik sama saja di tambah dengan ibunya model seperti ini, bikin aku tidak betah di rumah". Bentak ayah sambil berlalu keluar rumah dan pergi entah kemana.

"Astaghfirullah ". Ucap ibu sambil mengelus dada.

"Udah ya Bu, tidak perlu di pikirkan suami seperti itu tidak ada tanggung jawab sama sekali, aku sangat benci sikap dan sifat ayah seperti itu". Ucap adikku pada ibu.

"Sudahlah nak jangan di bahas, ibu mau kekamar dulu. Kalian belum makan kan itu di atas meja ada lempah kuning ( masakan kuning khas Bangka Belitung) dimakan ya, panasin dulu biar enak". Ibu selalu saja membuat lauk itu karena masakan itu kesukaan aku dan adik. Seminggu sekali pasti ada lempah kuning yang di buat ibu untuk lauk makan.

"Iya Bu". Jawab kami serentak.

part 2 terimakasih tuhan

Pagi ini cuaca cerah dan seperti biasa aku bersiap-siap pergi kelaut untuk mencari kerang.  Setelah selesai mandi aku menyiapkan nasi serta lauk yang masing-masing aku bungkus dengan kertas plastik putih, kenapa hanya dengan kertas plastik putih agar mudah membawanya karena bila membawa kotak nasi akan sedikit repot. Sebotol air putih juga tidak ketinggalan. Pergi mencari kerang harus menggunakan baju lengan panjang serta celana panjang, menggunakan penutup muka serta topi andalanku dan yang terakhir tidak lupa membawa kaos kaki di tambahkan juga dengan sarung tangan. Oke sudah lengkap cusss berangkat.

"Pagi ini lumayan cepat air laut surut, baguslah agar tidak terlalu panas saat sudah di tengah laut". Ucap ku pada diri sendiri. Hari ini aku berangkat sendiri karena mbak mawar pagi ini tidak bisa ikut harus mengantar anaknya untuk masuk sekolah hari pertama masuk. Biasanya kami selalu berdua kalau mencari kerang. Anaknya mbak Mawar akan di titipkan pada ibunya kalau kami pergi ke laut mencari kerang. Mbak Mawar adalah besti ku kalau ke laut ada saja cerita lucu saat kami mencari kerang, sekedar hiburan agar tidak jenuh saat di laut.

"Bismillahirrahmanirrahim yaallah semoga hari ini dapat kerang banyak aamiin". Ucapan itu tidak pernah lupa saat memulai mencari kerang. Ibu selalu bilang sebelum memulai aktivitas apapun dahuluin dengan bismillahirrahmanirrahim. Karena telah terbiasa dengan kebiasaan itu, sampai-sampai tidak pernah lupa mengucapkannya.

****

Hampir 2 jam aku di laut mencari kerang baru sekitar 2 kg kerang yang aku dapatkan, akhirnya aku putuskan untuk beristirahat sebentar karena lelah. Mengambil nasi yang ku bawah lalu memakannya, di akhiri dengan minum tidak lupa mengucap Alhamdulillah setelah selesai makan. Saat asik duduk sambil melihat kerang yang ku cari tadi tiba-tiba datang seorang ibu-ibu yang kira-kira seumuran dengan ibuku.

" Assalamualaikum dek, boleh minta tolong tidak ya?". Ucapnya sambil terlihat ngos-ngosan. Sangat tampak kelelahan dengan muka sedikit pucat.

" Wa'allaikumsallam ". Dengan antusias aku menjawab karena terkejut melihat ibu itu seperti orang sakit.

"Ibu sakit ya? terlihat sangat pucat sekali Bu".

"Ibu tidak sakit kok dek, cuma ibu lupa bawa minum ibu sangat haus makanya muka ibu tampak pucat. Boleh ibu minta sedikit airnya?". Jelas ibu itu kenapa mukanya sangat pucat.

"Oh boleh-boleh kok Bu, ini minumnya. Tapi saya tidak bawa cangkir Bu langsung minum aja tadi". Jelasku agar ibu itu tau kalau aku tidak bawa cangkir.

"Oh iya tidak apa-apa dek, kan bisa di tuang tampak terkena bibir". Jelasnya lagi.

"Oh yasudah ini diminum Bu". Tawarku pada ibu itu yang memang sangat membutuhkan air minum. Terlihat ibu itu minum dengan tergesa-gesa mungkin saking hausnya. Terdengar beliau mengucapkan Alhamdulillah setelah minum.

"Terimakasih ya dek atas bantuannya ibu jadi tidak enak, air minum mu untuk ke laut harus ibu gunain kerena lupa bawa tadi".

"Iya Bu tidak apa-apa, saya senang bisa bantu ibu". Ucapku lagi.

"Oh iya dek kamu umurnya berapa? Dari pada kamu kerja begini lebih baik kerja yang lain. Ini terlalu berat untuk mu".

" Umur saya 21 tahun bu. Bukannya tidak mau mencari kerjaan lain Bu, aku hanya tamatan SMP. Mana ada yang mau memperkerjakan saya. Sekarang cari kerja susah sekali Bu". Jelasku agar ibu itu tau alasan ku memilih pekerjaan ini. Selagi halal aku tak mempermasalahkan apapun pekerjaannya. Walau harus berjemur di terik matahari yang bisa membakar kulit. Banyak gadis seumuran dengan ku di desa ini tapi tidak ada yang mau mancari kerang, hanya ada gadis dari desa sebelah yang kadang jarang-jarang terlihat mencari. Mereka lebih suka meminta uang kepada orangtuanya dari pada harus merelakan rusaknya kulit mereka. Memang benar cuaca laut sangat panas sangat tidak cocok untuk mereka yang menjaga tubuh agar tetap sehat. Tapi tidak untuk ku mengisi perut lebih penting dari pada menglowingkan tubuh.

" Begini saja dek ibu punya kenalan katanya lagi cari orang yang bisa menjaga serta merawat ibunya yang sudah jompo. Sebulan akan di gaji 3 atau 4 juta, makan pun akan di tanggung. Sudah banyak yang mencoba bekerja di situ tapi kebanyakan tidak betah, alasannya sih karena yang di jagain lumayan cerewet". Aku hanya menyimak dan ada rasa tertarik karena bayarannya besar, aku bisa bantu ibu untuk biaya rumah serta bisa meminta ibu untuk berhenti bekerja. Aku sangat kasian bila lihat ibu harus bekerja pontang-panting mencari uang tapi ayah yang menghabiskannya.

"Wah besar sekali upahnya Bu, apa tidak kemahalan?

"Untuk pekerjaan seperti itu memang seperti itu upahnya dek, kamu bukan hanya menjaga nya tapi juga merawatnya, mulai dari makan, mandi serta beraknya kamu yang urus. Jadi wajarlah harga segitu. Ditambah anaknya itu sangat sibuk, dia harus mengurus 2 tempat bilyard sekaligus. sedangkan cucunya belum bisa membantu karena semua masih sekolah".

"Oh jadi seperti itu, aku sepertinya tertarik Bu". Ucapku penuh yakin

"Kalau kamu mau ibu kasih kamu nomor WhatsApp nya. Mana nomormu nanti ibu chat".

"Oh iya dari tadi ngomong kita belum kenalan, saya Kirana kalau ibu?"

" Iya nih saking serunya ngobrol Sampai lupa berkenalan hahah saya Ida". Tampak ibu Ida tertawa yang akupun tertawa kecil. Kamipun bertukar nomor WhatsApp, setelah itu ibu Ida pamit pulang karena sudah sangat letih, kakinya sampai sangat sakit. Bu Ida bilang akan chat aku nanti nomor orang yang nanti akan aku tanya masih memerimah atau tidak bila melamar kerja menjaga ibunya. Alhamdulillah rejeki tidak akan tertukar. Insyaallah.

Hampir 5 jam aku mencari kerang di laut, di rasa sudah lumayan cukup dapat hari ini aku memutuskan untuk pulang. Alhamdulillah aku mandpatkan sekitar 7 kg kerang segar hati ini. 7 kg di kalikan 15 ribu satu kilo jadi pendapatan hari ini 105 ribu, Alhamdulillah yaallah.

Jam 1 siang aku sudah di rumah, pekerjaan ini sungguh nikmat walau harus panas-panasan hanya setengah hari kerja aku bisa mendapatkan 105 ribu. Hari ini lumayan aku mendapatkan penghasilan lebih dari kemarin. Ya beginilah pekerjaan seperti ini terkadang banyak terkadang sedikit, namanya juga barang di laut. Tidak bisa menerka kapan akan dapat banyak atau sedikit. Yang terpenting sudah usaha, aku yakin usaha tidak menghianati hasil. Tidak lupa pula aku selalu menyisihkan sebagian uang untuk di tabung, sebagian untuk rumah dan memberi ibu ada sedikit bagian adikku serta menyelipkan sedikit uang jajanku sendiri. Alhamdulillah yaAllah  terimakasih atas rejeki hari ini, semoga uangku ini membawah berkah untuk semua. Pulang dari laut membuat tubuhku sangat capek dan lelah lebih baik aku istirahat, mungkin lebih baik aku tidur siang untuk memulihkan tubuh yang sangat lelah ini sambil menunggu kabar dari Bu Ida

part 3 gara-gara voucher

Dubrakkk... Terdengar suara benda jatuh membuatku terkejut.  Ternyata kucingku menjatuhkan kardus bekas di atas lemari pakaian. Mataku masih perih rasanya perasaan baru tidur sebentar dan ada saja gangguan untuk istirahat. Ku lirik jam dinding yang terpajang di kamar tidur ternyata sekarang hampir jam setengah 4 sore. Astaghfirullah hampir lalai lagi aku sholat, iya memang sholat ku masih bolong-bolong tapi aku berusaha untuk belajar menyempurnakan 5 kali sehari sholat wajib. Beda dengan ibuku yang tidak pernah bolong terkecuali sedang menstruasi saja. Aku merasa payah sekali tapi bagaimana lagi pulang dari laut terkadang sore baru pulang. Tapi masih aku sempatkan untuk menggantikan sholat yang tertinggal. YaAllah maafkan hamba ini belum bisa menjadi manusia yang benar-benar taat. Ampuni hamba yaAllah. Lalu ku lihat handphone untuk mengecek ada pesan atau tidak dari ibu Alna. Tetapi belum ada nomor baru masuk ke handphone ku mungkin saja Bu Alna lupa atau memang lagi sibuk pikirku. Ku lihat ada beberapa pesan dari grup alumni SMP dan ada beberapa pesan pribadi. Salah satunya dari sahabat ku Nita

[ Ana, kamu punya uang gak aku pinjam dulu ya mau beli voucher paket internet. Aku belum punya uang lebih, semua uangku udah aku pakai untuk ambil barang costumer ku]. Terlihat chat dari Nita meminta tolong. Nita memang jualan online semenjak menikah dengan pacarnya dulu. Kini dia sudah menjadi ibu dengan 2 anak padahal umurnya masih sangat muda. Umur Nita sekarang 20 tahun, dia menikah di umur 17 tahun. Dia bilang pada ku anak yang kedua karena kebobolan bukan kerena mau nambah anak lagi. Pernah dia curhat sambil nangis karena hamil lagi padahal anaknya masih kecil, tapi mau bagaimana lagi itu sudah takdir dari Allah. Anggap saja itu anugerah waktu itu untuk menenangkannya karena aku pernah dengar kalau wanita hamil tidak boleh stres nanti berpengaruh ke janin yang di kandung.

[ Ada Kok Nit, kamu mau yang berapa GB ?]  Terlihat langsung centang 2 biru ternyata dia melihat langsung chat yang aku kirim.

[Kalau ada tolong kirimin yang 9 GB ya Ta. Aku perlu banget sekarang, kalau costumer aku sudah ada yang bayar langsung aku ganti uang kamu Ta]. 9 GB lumayan besar sebenernya terpaksa aku menggunakan uang jajan ku karena tidak mungkin menggunakan uang yang sudah aku simpan. Menolak permintaan tolong Nita juga tidak mungkin karena dia adalah sahabat ku, tidak enak rasanya bila tidak membantu.

[Oh yaudah aku ke konter pulsa dulu ya? Tunggu nanti aku kirim]. Balas ku lagi padanya.

[Oke Ana aku tunggu ya]. Chat terakhir aku dengan Nita di tambah dengan emoticon senyum lebar.

Setelah membalas pesan Nita aku mengangkat kardus yang terjatuh tadi lalu langsung ke kamar mandi untuk mandi lalu sholat. Sehabis sholat baru aku akan ke konter terdekat untuk membeli voucher pesanan Nita

***

[Nit, ini voucher nya].  Sambil ku kirimkan foto voucher yang ku beli tadi pada Nita. Tapi belum ada balasan walau centang 2 sudah terlihat. Mungkin saja masih sibuk mengurusi kedua anaknya, karena setauku dia sudah ngontrak sendiri dan suaminya selalu bekerja kalau siang. Jadi agak sibuk kalau cuma sendiri, suaminya kalau pulang kerja hampir selalu selesai magrib. Aku berkata begitu karena Nita sendiri yang bilang.

"Na..Ana ... Mana sih ni anak". Terdengar suara ayah memanggil namaku. Aku agar terkejut karena ayah setengah berteriak padahal ngomong biasa saja sudah terdengar karena rumah ini tidak begitu besar hanya terdapat 3 kamar yang hanya terhalang tembok saja.

"Ada apa yah?". Aku langsung keluar dari kamar dan menjawab sautan ayah. Ayah tampak beda seperti orang yang menahan amarah. Mukanya merah padam seperti orang baru saja minum sampai mabuk.

*Kamu jangan pura-pura bodoh ya, kamu kira ayah gak tau kalau kamu beli voucher paket internet untuk teman kamu si Nita itu. Bodoh sekali kamu ini dia itu sudah punya suami kenapa harus bantu dia segala?". Dari mana ayah tau kalau aku membeli voucher paket internet? Padahal saat membelinya aku tidak melihat ada ayah di situ atau di di area konter itu. Atau Jangan-jangan Eva yang memberi tahukan ayah. Karena seingatku aku dan Eva sama-sama membeli voucher di konter itu. Dan aku juga tau kalau dia tidak menyukai ku karena Anton terlihat menyukaiku, sedangkan dia selalu mengejar Anton.

"Ayah tau dari mana aku beli voucher?" Tanyaku pada ayah yang masih terlihat marah padaku.

" Kamu ga usa banyak tanya ayah tau dari siapa yang terpenting kamu jangan bantu Nata lagi, lebih baik kamu bantu ayah mu ini karena ayah juga membutuhkan uang. Rokok ayah sudah habis minta sama ibumu sangat pelit". Ayah enggan memberi tahu siapa orang yang mengaduh padanya. Pikiran ku hanya tertuju pada Eva tapi aku berusaha berfikir positif mungkin ayah melihat ku di konter tanpa sepengetahuan ku. Bisa saja setelah aku pergi bapak menanyakan ke pada tukang konternya. Karena aku sempat cerita kalau aku beli voucher pesanan teman ku. Tidak biasa kau membeli voucher dengan jumlah yang agak besar jadi mungkin si penjaga konter agak heran. Makanya dia bertanya lalu aku menjelaskan.

"Nita kan sahabatku yah, lagian dia sering juga bantu aku jadi sudah seharusnya saling tolong menolong". Jawab ku menjelaskan pada ayah dengan sedikit meninggikan suara karena saking kesalnya.

"Bodoh jangan dipelihara ya Ana, pokonya ayah gak suka kamu berteman dengan Nita". Bapak melarang ku berteman dengan Nita. Aku tidak suka di atur-atur begini aku berhak memilih harus berteman dengan siapa saja. Aku suka dengan Nita karena aku merasa kami sangat cocok tidak ada kata berbicara di belakang. Tidak seperti teman yang lain selalu menjadikan kita bahan gosip bila sedang tidak di tongkrongan mereka. Kurang lebih seperti orang yang bermuka dua, di depan kita terlihat baik tapi di belakang kita selalu menjelek-jelekkan. Aku sunggu tidak suka berteman orang seperti itu.

"Ayah jangan atur-atur aku, aku sudah besar tau mana yang baik atau tidak. Ayah ngurusin hidup sendiri saja tidak bisa jadi jangan atur hidupku". Aku tersulut emosi sehingga berkata kasar pada ayah.

Pakkk terdengar nyarik tamparan ayah di pipiku. Ayah melotot mendengar ucapan ku, terlihat ayah semakin marah padaku.

"Dasar anak bodoh, menyesal aku punya anak seperti kamu". Setelah menampar pipi ku ayah pergi keluar rumah entah kemana. Aku masuk kekamar sambil memegang pipi kiri ku yang agak merah serta bengkak.  Tamparan ayah sangat kuat tapi tidak membuatku menangis aku sudah terbiasa seperti ini ayah selalu main tangan bila marah jangankan hanya tamparan bahkan pernah tendangan di hantam kan ke tubuhku dan meninggalkan lebam biru. Rasa sakit di pipi ku ini tidak seberapa yang sangat sakit aku rasa adalah dalam hatiku. Kenapa aku tidak bisa merasakan kasih sayang ayah seperti teman-teman ku yang lain, mereka sangat di manja ayahnya. Terkadang aku iri dengan kedekatan mereka aku iri mengapa ayah ku berbeda. Untung saja ibu dan adikku tidak melihat kejadian ini. Ibu masih menyelesaikan kerjaannya di rumah mbak Tina dan Noval di jam segini masih membantu paman Erik membersihkan jaring ikan di pantai. kalau tidak bisa membuat ibu semakin sedih dan adikku semakin membenci ayah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!