NovelToon NovelToon

ALENA Is My Sunshine

ALENA

Goresan pensil terdengar begitu nyaring. Sejak tadi tangan lincah gemulai itu tidak berhenti mengekspresikan sebuah ide dikepala nya. Wajah cantik nya sesekali mengernyit kecil, dan terkadang bergumam sendiri mengamati hasil karya nya. Gadis itu berada didalam sebuah ruangan kecil yang hanya ada beberapa meja yang terdapat tumpukan kain perca dan gulungan benang, terdapat juga mesin jahit tua dan juga sebuah lemari kaca dimana baju baju gaun tergantung rapi didalam sana.

"Seperti nya ini akan menjadi gaun terindah sepanjang rancangan ku, tinggal menambah aksen Tiara dibeberapa bagian, maka gaun ini akan sangat cantik" gumam nya dengan senyum yang merekah indah.

Suara Guntur dan hujan lebat diluar sana tidak menyurutkan semangat nya untuk menyelesaikan rancangan itu.

Hingga sebuah suara pintu terbuka yang langsung mengalihkan perhatian nya dari kertas ditangan nya.

"Ini sudah malam Alena, hujan diluar juga semakin deras. Tidak bisa kah kau menyelesaikan nya besok saja" ucap seorang wanita paruh baya dengan badan gemuk nya

"Ya bibi. Ini sudah selesai, aku akan beristirahat sekarang" jawab gadis yang bernama Alena itu

"Ya, cepatlah, karena besok pagi pagi sekali kau harus mengantarkan pesanan gaun yang dipesan nyonya Monic" ingat wanita itu lagi

"Iya bibi Grace, aku akan tidur sekarang, gaun itu juga sudah aku siapkan" jawab Alena sembari menyimpan kertas kertas rancangan nya kedalam laci meja nya

Bibi Grace hanya geleng geleng kepala melihat semangat gadis cantik itu.

Ya, Alena, keponakan nya yang telah berusia dua puluh tiga tahun itu, gadis cantik dengan mata biru indah dan rambut pirang nya yang sangat tebal dan panjang. Tubuh nya yang tinggi langsing dan sangat ideal seperti para model diluar sana.

Kulit nya yang putih bersih dan tidak ada cacat sedikit pun membuat nya terkadang merasa tidak cocok jika gadis itu hanya seorang penjahit, rasa nya dia lebih cocok menjadi model saja saat ini. Ya, meskipun dia menjahit rancangan nya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.

Alena meregangkan otot nya yang terasa kaku dan pegal karena duduk berjam jam dimeja nya. Setelah selesai merapikan alat alat nya, Alena segera beranjak dan kembali kekamar nya.

Dia langsung merebahkan tubuh nya diatas kasur nya sembari melirik kearah jam dinding yang berada disamping lemari pakaian nya

"Ah, ternyata sudah tengah malam. Pantas saja bibi Grace menyuruhku istirahat" gumam nya

Dia melirik kearah jendela dimana hujan, angin dan guntur masih turun dengan deras nya.

"Hujan nya deras sekali" gumam nya lagi sembari beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya terlebih dahulu, setelah itu dia langsung masuk kedalam selimut dan tertidur nyenyak disana tanpa terusik dengan suara guntur maupun hujan diluar sana.

...

Keesokan pagi nya, Alena bangun dengan semangat nya yang membara. Hal yang paling disukai nya tinggal didesa nya adalah saat pagi hari, dimana udara sejuk dan suara kicau burung yang selalu menyambut pagi nya.

Wajah nya sudah sangat segar meski tanpa polesan apapun.

Dia membuka pintu rumah itu dengan pelan, karena rumah itu hanya lah sebuah rumah kayu sederhana milik bibi nya.

Grieett

Suara decitan pintu yang selalu membuat nya tersenyum geli, dia merasa selalu ada didalam sebuah rumah tua jika membuka pintu itu. Ya, rumah yang sudah hampir satu tahun ini menjadi tempat nya bernaung, setelah dia melarikan diri dari kehidupan nya yang sesungguh nya.

Alena merekahkan senyum nya saat melihat pemandangan didepan mata nya yang terasa benar benar menyejukan hati dan jiwa nya yang sedang menyimpan luka itu. Luka yang hanya dia sendiri yang mengetahui nya.

Alena merentangkan tangan nya menikmati hembusan angin dan udara yang benar benar menenangkan. Tinggal dipedesaan, yang berada diatas bukit membuat nya benar benar senang dan tenang.

Apalagi setiap saat dia bisa menikmati pemandangan yang begitu memanjakan mata seperti ini.

Desa terpencil dan yang letak nya sangat jauh dari kota Newyork.

Langkah kaki nya berjalan riang dengan sesekali berlari kecil dan melompat bahkan terkadang dia memutar tubuh nya untuk menikmati keadaan disekeliling nya. Jalanan perbukitan dengan padang rumput yang menghijau seluas mata memandang, dihiasi dengan tanaman tanaman dan bunga bunga liar yang tumbuh dibeberapa titik, membuat perdesaan itu benar benar indah apalagi malam tadi sehabis hujan, semua nya benar benar tampak menyegarkan. Suara suara ternak penduduk juga mulai bersahutan, karena disana terdapat sebuah peternakan kuda dan juga sapi.

Tangan kanan Alena sesekali meraba beberapa bunga liar dan rumput liar yang dilewati nya, sedangkan tangan kiri nya memegang sebuah keranjang dimana terdapat beberapa gaun pesanan pelanggan nya.

Meski sepi dan hanya ada beberapa rumah yang dilewati nya, namun tidak membuat semangat gadis cantik itu menciut. Hidup nya terasa lebih baik sekarang, dia tidak lagi dihantui oleh perasaan takut setiap hari nya, ya meskipun dia tahu, suatu hari nanti kehidupan nyaman nya ini pasti akan terusik, terusik oleh seseorang yang berniat merebut segala yang dia punya.

Setelah hampir setengah jam berjalan kaki, akhir nya Alena tiba disebuah rumah yang lumayan besar. Rumah itu adalah rumah keluarga pemilik peternakan kuda didesa nya. Istri pemilik peternakan itu sudah menjadi langganan tetap Alena untuk memesan gaun maupun pakaian lain nya. Meski awal nya hanya membuat gaun untuk diri nya sendiri, namun siapa sangka, ketika dia sedang menjahit wanita itu datang kerumah nya untuk memesan susu pada bibi Grace, dan melihat Alena tengah menjahit sebuah gaun yang terlihat sangat bagus dan indah.

Dan dari situlah nama Alena menjadi diketahui oleh banyak orang sebagai penjahit dipedesaan mereka yang jauh dari pusat kota Newyork.

"Selamat pagi nyonya, ini gaun pesanan anda sudah selesai" kata Alena dengan senyum manis nya

"Ah, terima kasih Alena, aku memang sangat membutuhkan gaun ini. Untung saja cepat selesai, siang ini aku akan kekota untuk menghadiri acara rekan bisnis suami ku" jawab nyonya Monic

"Wah, semoga anda suka nyonya" kata Alena lagi

"Tentu saja, gaun mu tidak kalah bagus dari perancang busana ternama" puji nyonya Monic membuat Alena tersipu malu

"Anda terlalu berlebihan nyonya. Baiklah kalau begitu saya pamit, mau membantu bibi memerah susu" ungkap Alena

"Baiklah, terima kasih banyak Alena. Oh ya, apa kau sudah memikirkan tawaran ku tempo lalu" tanya nyonya Monic membuat Alena mematung

"Tawaran yang mana?" Tanya nya bingung membuat nyonya Monic tergelak

"Tentang putra ku" jawab nya membuat Alena tersentak dan langsung tersenyum canggung

"Ah maaf nyonya, saya masih senang sendiri seperti ini" jawab Alena tidak enak, pasal nya nyonya Monic sudah berulang kali menjodohkan nya dengan anak lelaki nya yang tampan

"Oh, baiklah, tapi jika kau mau menikah, cari saja anak ku itu, dia pasti senang mendapatkan istri seperti mu, pintar ,berbakat dan sangat cantik" kata nyonya Monic lagi

"Iya nyonya, kalau begitu saya permisi" kata Alena langsung cepat cepat pergi dari hadapan nyonya Monic.

Bisa pusing kepala nya berada disana lebih lama. Memang putra nya itu tampan dan seksi, apalagi jika sedang ada dipedesaan itu pasti putra nya selalu berusaha mendekati Alena, namun Alena masih tidak ingin membuka hati nya untuk siapapun. Atau memang dia belum menemukan seseorang yang mampu merebut hati nya.

Alena berjalan dengan penuh semangat kembali, dia sungguh tidak memperdulikan omongan nyonya Monic tadi. Dia hanya ingin menikmati kehidupan nya saja saat ini.

Alena berjalan menyusuri jalan setapak , namun langkah nya terhenti ketika melihat beberapa tangkai bunga dandelion yang bermekaran diujung mata nya, tepat dibawah kaki bukit.

"Wow, cantik sekali" gumam nya. Langkah kaki nya begitu girang dan berlari kecil menuruni sedikit jalanan yang agak terjal, meski banyak bebatuan disana namun dia tidak perduli. Dress pendek dengan motif bunga bunga nya terlihat berkibar terkena angin di pagi itu.

Mata nya berbinar indah saat tiba dibawah sana, bunga itu bermekaran indah, dan langsung saja tangan gemulai itu memetik beberapa tangkai untuk dibawa nya pulang, dan sesekali dia meniup kelopak bunga itu hingga bertaburan terkena angin.

"Kalian begitu cantik meski tumbuh ditengah semak seperti ini" gumam nya lagi

Setelah memetik beberapa tangkai, Alena mencuci tangan nya disebuah danau kecil yang ada disana. Air nya benar benar sejuk dan begitu jernih. Bahkan kabut dingin masih mengepul diatas permukaan danau itu.

Dia menatap keatas bukit, bukan seperti bukit pada umum nya, melainkan diatas sana adalah sebuah jalanan yang dilintasi oleh orang orang yang akan berangkat kekota. Sangat tinggi, bahkan Alena tidak dapat melihat ujung nya.

Mata nya kini kembali mengedar menikmati pemandangan asri disana, meski semak belukar masih banyak tumbuh, namun tidak mengurangi daya tarik nya.

Alena ingin membalik tubuh nya untuk kembali kerumah, namun mata nya menangkap sesuatu yang aneh dibalik semak, tepat dibelakang pohon dan bebatuan

"Apa itu" gumam nya menilik bingung

Meski awal nya ragu, namun kaki nya melangkah perlahan mendekati sesuatu yang menarik penglihatan nya itu.

Alena berjalan perlahan, sedikit naik keatas melangkahi bebatuan. Mata yang awal nya memicing kini melebar sempurna saat melihat sebuah tangan terkulai pucat.

"Astaga, apa itu tangan manusia" gumam nya begitu takut.

Namun nurani nya terus melangkah, dan benar saja, bola mata nya terbelalak sempurna saat melihat seorang pria tersandar dipohon itu dengan banyak luka dan dengan keadaan tubuh yang mengenaskan.

Alena mencoba menepuk nepuk pundak pria yang kini masih tengkurap itu dengan ragu

"Tuan, tuan" panggil nya dengan suara yang terdengar bergetar karena dia benar benar takut.

Penasaran, akhir nya dia membalikan tubuh pria itu dengan susah payah dan mata nya langsung memicing saat melihat pria itu memakai topeng diwajah nya yang sudah terbelah dua.

...

welcome to my story'....

😊

selamat membaca

Lelaki Misterius

Dengan susah payah Alena meletakan pria itu diatas tempat tidur nya dibantu oleh bibi Grace dan seorang anak remaja yang kebetulan sedang mencari rumput sekaligus mengembalakan ternak nya tidak jauh dari tempat Alena menemukan pria bertopeng itu.

"Terimakasih Peter, aku sungguh berhutang Budi padamu" kata Alena pada Peter yang mengangguk dengan senyum manis nya

"Tidak apa Alena, aku senang bisa membantu" jawab nya

Alena kemudian hendak membuka topeng yang masih tersangkut diwajah pria itu namun segera dihalangi oleh bibi Grace

"Alena, kau yakin dia bukan orang jahat" tanya bibi Grace yang terlihat khawatir, pasal nya penampilan pria ini benar benar terlihat seperti bukan orang sembarangan, pakaian serba hitam dengan jas yang terlihat mahal namun sudah robek dibeberapa bagian.

"Bibi, dia terluka dan membutuhkan pertolongan, aku rasa dia bukan orang jahat. Lihat saja penampilan nya begitu rapi dan kulit nya yang bersih" kata Alena membuat bibi Grace menghela nafas pasrah

Dengan perlahan Alena melepas topeng yang menutupi separuh wajah pria itu.

Dan seketika pandangan nya membeku menatap wajah itu.

"wah tampan sekali" ucap Peter langsung, dan tentu saja itu mewakili isi hati Alena dan bibi Grace

"Kau benar Peter, lelaki ini benar benar tampan" timpal bibi Grace, sedangkan Alena masih terdiam mengamati wajah tampan yang rahang nya terluka itu, seperti nya luka gores karena terperosok dari atas bukit

"Kepala nya terluka Alena" kata bibi Grace membuyarkan tatapan kagum Alena

"Ah iya bibi, sebaik nya kita mengobati nya. Denyut jantung nya juga lemah, apa kita harus membawa nya kerumah sakit?" Tanya Alena sedikit cemas dengan keadaan pria tampan ini, sebisa mungkin dia menepis rasa kagum nya pada wajah tampan yang terlihat sangat pucat itu

"Rumah sakit sangat jauh, memerlukan waktu berjam jam, lagi pula kita tidak punya uang untuk membawa nya, kita juga tidak tahu dia siapa" jawab Bibi Grace membuat Alena langsung mengangguk setuju dan menatap iba pria itu

"Kau periksa tubuh nya yang lain, siapa tahu ada luka lagi, bibi akan membuatkan ramuan untuk membantu menyembuhkan luka nya" kata Bibi Grace , dan Alena langsung mengangguk

"Tolong bantu aku Peter" pinta Alena pada Peter yang langsung mendekat

Mereka mulai membuka jas yang dikenakan pria itu dengan sedikit kesulitan, karena tubuh pria itu begitu besar dan kekar

"Seperti nya aku pernah melihat nya, tapi dimana ya" gumam Peter sembari membantu Alena melepaskan kemeja pria itu, kemeja yang sudah dipenuhi oleh bercak darah

"Jangan mengkhayal Peter, mana ada orang setampan ini didesa kita, kerjaan mu setiap hari juga hanya mencari rumput dan bergembala, bagaimana bisa kau melihat nya" ledek Alena membuat Peter mendengus kesal

Mata Alena dan Peter terbelalak kaget saat melihat bahu bagian atas pria itu terluka.

"Astaga, ini luka apa," tanya Alena meraba bahu bidang itu

"Seperti luka tembak" jawab Peter yang juga ikut melihat kesana

"Astaga, ini pasti sakit sekali" gumam Alena, dia langsung beranjak kedapur meninggalkan Peter yang tengah kebingungan dan masih menatap takjub pria tampan itu

"Benar benar menakjubkan, baru ini aku melihat pria setampan dia. Gagah, tubuh nya juga kekar. Ada roti roti sobek nya juga. Tato nya juga keren, seperti batu permata atau apa ya, hmm, ini juga ada mawar kecil nya" gumam Peter masih menelisik tato didada pria itu.

Hingga sebuah tepukan mendarat sempurna dibahu nya membuat nya terkesiap kaget

"Apa yang sedang kau lihat Peter" tanya Alena sembari meletakan sebuah pisau kecil dan seember air diatas meja, dan beberapa perlengkapan obat obatan lain nya

"Tato nya keren" tunjuk Peter pada dada bidang pria itu membuat Alena juga ikut melihat kearah sana. Dada bidang yang dipenuhi oleh bulu bulu halus itu benar benar menggoda mata nya, hingga membuat Alena tidak tahan melihat nya jika lebih lama lagi

"ck, diam lah, sekarang tolong bantu aku, pegang ini" kata Alena meletakan sebuah baskom berisi air pada Peter

Dia mengusap kepala pria itu yang dipenuhi oleh darah hingga bersih. Luka nya tidak lebar, tapi cukup membuat sebagian daging nya menjadi lunak, dan itu pasti sangat sakit.

Alena juga mengusap seluruh tubuh pria yang sudah bertelanjang dada itu, dia tahu seperti nya hanya luka dibahu dan dikepala saja, kaki nya masih baik baik saja karena dia sudah memeriksa nya tadi.

Tidak lama kemudian bibi Grace datang dengan membawa dua mangkuk ramuan ditangan nya.

"Tempelkan ini diluka nya Alena, lalu lilitkan dengan perban" kata bibi Grace menyerahkan sebuah mangkuk berisi ramuan yang seperti dari dedaunan yang ditumbuk nya

Alena pun langsung mengambil sedikit ramuan itu dan menempelkan nya dikepala sipria dengan perlahan, setelah itu dia melilitkan kepala nya dengan perban

"Bibi, seperti nya bahu nya tertembak" kata Alena saat bibi Grace memeriksa luka dibahu pria itu

"Ya, kita harus mengeluarkan peluru nya" jawab bibi Grace sembari mengambil pisau kecil diatas meja, membuat Alena dan Peter meringis ngilu

"Apa tidak apa apa?" Tanya Alena ragu

"Tidak, bibi sudah pernah melakukan ini saat paman mu tertembak dulu" jawab Bibi Grace yakin

Dia membakar sebentar pisau itu dengan pemantik api dan setelah panas langsung menghunuskan nya kedalam luka lelaki itu.

Wajah Alena pucat saat membayangkan betapa sakit nya saat mata pisau panas itu menusuk kedalam luka itu, namun dia heran melihat laki laki itu yang tidak menunjukan respon apapun, wajah nya masih terpejam rapat dan sangat pucat.

Bahkan dapat Alena lihat bahwa banyak bekas luka ditubuh kekar nya. Apa dia seorang penjahat, batin Alena, tapi apa ada penjahat setampan ini, batin nya lagi.

Dan tidak berapa lama kemudian sebuah peluru berhasil dikeluarkan dari bahu lelaki itu membuat darah nya langsung merembes keluar. Dan Alena dengan sigap menahan laju darah nya agar tidak terlalu banyak yang keluar.

Bibi Grace langsung menutup luka itu dengan ramuan nya dan Alena juga membantu melilitkan perban disana.

"Ah selesai" ucap nya sembari mengusap keringat didahi nya

"Pasti itu sangat sakit" gumam Peter yang sedari tadi memperhatikan bibi Grace mengobati pria tampan itu

"Hmm, aku sampai lemas melihat nya" gumam Alena

"Seperti nya dia akan lama tertidur. Tubuh nya benar benar lemah dan penuh luka" kata Bibi Grace saat sudah meminumkan ramuan kedalam mulut lelaki itu, entah sampai masuk kedalam tenggorokan nya atau tidak, yang terpenting mereka sudah berusaha untuk menyelamatkan nyawa manusia itu, yang entah orang baik atau orang jahat.

"Seperti nya, dia jatuh dari atas tebing bi" ungkap Alena

"Bisa jadi, tubuh nya benar benar penuh luka" jawab bibi Grace

"Tidak ada apapun yang bisa kita lihat, dia tidak memiliki satupun tanda pengenal" kata Peter sembari meletakan jas dan kemeja pria itu

"Ya, mau tidak mau kita harus menunggu sampai dia sadar" kata Alena dan langsung diangguki oleh bibi Grace

Setelah proses pengobatan selesai, Peter pamit pulang dan bibi Grace kembali kepertenakan untuk melanjutkan pekerjaan nya memerah susu.

Dan kini tinggallah Alena dengan pria yang tidak dikenal nya itu

"Dia tampan sekali, laki laki misterius bertopeng" gumam Alena memperhatikan wajah tampan nan datar yang masih terpejam dengan rapat.

...

Keesokan hari nya, Alena baru saja bangun dari tidur nya. Saat sudah membasuh wajah nya, dia langsung keluar kamar untuk menghirup udara pagi yang sangat menyegarkan.

Namun ketika tiba diruang tengah, kepala Alena langsung menoleh kearah kamar tamu, dimana pria tampan yang ditemukan nya semalam berada.

"ah iya, bagaimana keadaan nya, aku juga harus memeriksa luka luka nya" gumam Alena yang seakan lupa jika ada orang asing dirumah mereka

Alena membuka pintu kamar itu, dan mendapati jika pria itu masih saja terpejam dan belum menunjukan kesadaran nya.

"tuan" panggil Alena pelan

Dia mengernyit karena pria itu tidak menunjukan reaksi apapun.

"bertahan lah, jangan mati disini, kau harus cepat bangun, keluarga mu pasti mencari mu" gumam Alena lagi.

Tangan nya menyibakan selimut yang menutupi dada telanjang pria itu. Kain perban nya masih rapi, mungkin besok pagi baru akan diganti nya.

Alena beranjak dan keluar dari kamar itu, dan beberapa saat kemudian dia datang lagi dengan sebuah wadah berisi air dan handuk kecil.

Alena meletakan wadah berisi air itu diatas meja disamping tempat tidur pria itu.

Dia kembali menatap pria itu dengan wajah yang merona.

"emm maafkan aku tuan, tapi tubuh mu perlu dibersihkan" ucap nya sembari membasahi handuk untuk membersihkan tubuh pria itu

Alena mulai membersihkan wajah pria itu dengan perlahan dan sangat hati hati, wajah nya masih sangat pucat seperti tidak dialiri darah, namun tetap saja sangat tampan bagi Alena.

"tampan sekali" gumam dengan senyum yang merekah indah

kini tangan nya mulai membersihkan dada bidang pria itu yang dipenuhi tato

"tato apa ini" gumam nya lagi namun tangan nya masih terus bekerja

Dan Alena langsung terhenti saat melihat bagian bawah pria itu

"apa harus dibersihkan juga, tapi bagaimana mungkin" kata Alena ragu

dan dia langsung terkesiap saat pintu terbuka dan menampakan bibi Grace disana

"oh Alena, kau sudah disini, aku baru saja ingin membersihkan tubuh pria itu" ungkap bibi Grace. Ditangan nya terlihat sebuah celana kain bewarna hitam

"aku sudah membersihkan tubuh nya bibi. Tapi bagian ini" kata Alena merona, dia sangat malu sekarang, namun bibi Grace malah tertawa melihat nya

"tidak apa apa, jika kau malu, jangan melihat nya. Celana nya perlu diganti, jika tidak bagian itu nya bisa iritasi" ungkap bibi Grace

"emm baiklah" jawab Alena

"ayo tolong aku membuka celana nya" ajak bibi Grace. Alena terasa begitu canggung, namun benar kata bibi Grace, jika tidak diganti, kasihan pria itu. Dan membiarkan bibi Grace bekerja sendiri juga tidak mungkin, karena tubuh pria itu begitu besar dan gagah.

Akhir nya Alena membantu bibi Grace membuka celana pria itu dan membiarkan bibi Grace yang membersihkan bagian itu.

Alena benar benar malu untuk melihat nya, dan tentu saja , dia ditertawakan oleh bibi Grace, apalagi wajah Alena yang memerah seperti udang rebus. Sungguh gadis yang sangat polos.

Setelah selesai membersihkan tubuh nya, Alena mengoleskan cairan pengobat luka, sedangkan bibi Grace meminumkan kembali ramuan herbal buatan nya, dia hanya berharap, ramuan itu bisa masuk ketenggorokan pria itu sedikit demi sedikit.

...

next jangan lupa like dan komen nya ya guys. terimakasih sudah membaca

Lupa Ingatan

Sudah satu minggu pria misterius itu terbaring diatas ranjang. Dan selama itu pula Alena merawat nya dengan penuh kesabaran. Luka luka disekujur tubuh nya sudah mengering, bahkan luka dikepala dan dibahu nya juga sudah mulai tampak tertutup. Perban dibahu nya sudah dibuka oleh bibi Grace, kini hanya tinggal perban yang melilit kepala nya saja yang tersisa.

Mungkin karena hanya memakai metode ramuan tradisional dari bibi Grace yang membuat kesehatan nya lambat pulih, atau mungkin luka dikepala nya yang benar benar cukup parah sehingga pria itu belum menunjukan kemajuan hingga saat ini.

Alena meminta bantuan Peter untuk merawat pria itu, karena dia sungguh canggung untuk mengganti pakaian ataupun membersihkan daerah sensitif nya. Sudah cukup sekali dihari pertama, dan setelah hari itu, dia benar benar tidak ingin lagi, karena dia sangat malu.

Saat ini Alena baru saja selesai menjahit sebuah pesanan pakaian milik salah satu penduduk desa. Dia meregangkan otot nya perlahan dan mulai beranjak dari duduk nya menuju kamar tamu, kamar dimana pria misterius itu berada. Kegiatan yang menjadi kebiasaan baru bagi nya

Rasa lelah nya tiba tiba meluap entah kemana setiap kali melihat wajah tampan itu. Apalagi kini luka diwajah nya sudah mulai hilang, sehingga ketampanan pria dewasa itu benar benar membuat nya terpana. Meski kini pria itu hanya memakai pakaian lusuh milik suami bibi Grace yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Alena duduk dikursi disamping tempat tidur nya sembari menatap pria itu dengan intens. Senyum nya merekah indah, bahkan lebih indah dari pada sebelum nya.

Disentuh nya hidung mancung pria itu dengan jari telunjuk nya, dan tentu saja tidak sampai disitu, jari nakal itu mulai menjelajahi setiap ruas wajah tampan nan tegas itu, rahang yang tegas dan mulai dipenuhi oleh rambut halus, alis yang tebal namun tertata rapi, bibir indah yang sangat seksi serta hidung yang mancung bak perosotan, dan jangan lupakan kulit wajah nya yang benar benar bersih terawat membuat Alena benar benar tidak pernah bosan melihat nya.

Jari telunjuk nya menekan nekan pipi pria itu dengan nakal sembari bibir nya tersenyum tanpa henti

"Hei, kapan kau akan bangun, ini sudah satu minggu kau tertidur" gumam nya dengan tangan kiri menekan dagu nya sedangkan tangan kanan masih asik menjelajahi wajah pria itu.

"Keluarga mu pasti merindukan mu saat ini" tambah Alena, tangan nya masih berada diatas wajah tampan itu, wajah tampan yang membuat nya semangat berada dirumah, wajah yang mengalahkan keindahan alam diluar sana

"Aku penasaran dengan mata ini" ucap nya lagi sembari mengusap mata pria itu

"Aku juga penasaran dengan senyum mu" kali ini tangan nya jatuh pada bibir merah muda yang sudah tidak sepucat beberapa hari yang lalu

Senyum Alena terus mengembang sempurna hingga sebuah suara membuat nya terhenyak kaget

"Jangan kau ganggu Alena!" seru bibi Grace dari luar kamar, membuat Alena berdecak kesal

"Ini sudah larut, sebaik nya kau tidur" seru nya lagi

"Iya iya bibi" jawab Alena kesal

Alena menghela nafas sejenak dan kembali menatap pria itu

"Bibi mengganggu saja, selagi orang nya tertidur kan aku bisa memandang nya, jika dia sudah bangun aku tidak akan bisa memandang nya lagi seperti ini" gerutu nya kesal, dia langsung berdiri dari duduk nya

"Selamat malam tuan tampan, cepat bangun ya" kata Alena sembari menarik gemas hidung pria itu namun dia sendiri yang tertawa geli

Alena kemudian memutar tubuh nya, namun belum lagi sampai didekat pintu suara gumaman menghentikan langkah nya

"Euggh"

Mata Alena mengerjap pelan, dan tubuh nya langsung berbalik menatap pria yang masih terbaring diatas ranjang itu. Dan mata nya langsung melebar sempurna saat melihat tangan pria itu mulai bergerak perlahan

Dan langsung saja Alena melangkah dengan cepat mendekati pria itu

"Tuan, kau bangun" kata Alena saat melihat mata pria itu berusaha untuk terbuka

"Eummh" gumam pria itu lagi

"Rose" lirih nya begitu pelan, membuat Alena mengerjap cepat, antara senang dan bingung. Dia senang akhir nya pria itu mulai sadar, tapi dia juga bingung siapa yang disebutkan oleh pria itu, apa dia kekasih nya atau mungkin istri nya, batin Alena

Dan tidak lama kemudian mata pria itu berhasil terbuka perlahan, meski terlihat begitu sayu namun lama kelamaan dia dapat membuka mata nya dengan sempurna.

Tangan nya terjulur kearah kepala nya dengan kernyitan yang begitu jelas didahi nya, seperti nya dia benar benar kesakitan.

"Tuan anda sudah sadar?" Tanya Alena lembut, namun dia begitu canggung untuk menyentuh pria itu saat ini

"Siapa kau?" Tanya nya dengan suara yang terdengar berat dan serak

"Saya Alena tuan" jawab Alena

"Alena" gumam nya menatap Alena dengan lekat hingga membuat gadis itu begitu canggung dan salah tingkah

"Aku dimana?" Tanya nya lagi dengan tangan nya yang masih mengusap kepala nya yang terasa berat

"Anda ada dirumah saya, saya menemukan anda dibawah tebing dan tidak sadarkan diri seminggu yang lalu" ungkap Alena membuat pria itu tertegun sesaat dengan wajah bingung nya

"Tebing, jatuh,aku" gumam nya tak jelas membuat Alena yang bingung saat ini

Hingga tidak lama kemudian bibi Grace masuk kekamar itu ketika mendengar Alena tengah berbicara dengan seseorang

"Dia sudah sadar ?" Tanya bibi Grace pada Alena yang langsung mengangguk

"Tuan apa yang anda rasakan saat ini?" Tanya bibi Grace pada pria itu

"Kepala ku sakit" jawab nya membuat bibi Grace langsung mendekat kearah nya dan memberikan sebuah cangkir berisi ramuan nya

"Minumlah tuan, kepala anda terluka parah, dan karena itu anda merasakan sakit" kata bibi Grace sembari memberikan pria itu minuman nya. Alena membantu pria itu untuk duduk dan bersandar dikepala ranjang nya. Karena tubuh pria itu benar benar lemas dan tidak berdaya, sebab seminggu ini tidak ada sedikitpun makanan yang masuk kedalam tubuh nya, hanya ramuan bibi grace, itupun entah bisa masuk kedalam tubuh nya atau tidak.

Pria itu langsung meminum ramuan itu dengan pelan sedikit enggan karena rasa nya benar benar pahit. Alena masih menatap nya dengan heran karena melihat wajah pria itu yang seperti kebingungan

"Tuan, anda sudah seminggu tidak sadarkan diri, apakah ada seseorang yang bisa kami hubungi untuk memberi tahukan keberadaan anda disini" tanya bibi Grace begitu lembut dan hati hati

"Aku, aku tidak tahu" jawab nya menggeleng pelan membuat bibi Grace dan Alena saling pandang heran

"Maksud anda tuan?, Anda tidak mempunyai keluarga lagi?" Tanya Alena, namun pria itu kembali menggelengkan kepala nya

"Aku tidak tahu, bahkan aku tidak tahu aku siapa" ungkap nya membuat Alena dan bibi Grace terkejut. Mereka saling pandang dengan tatapan tidak mengerti

"Apa dia lupa ingatan bibi?" Tanya Alena begitu prihatin

"Seperti nya iya, dia terlihat seperti orang linglung saat ini, mungkin karena benturan dikepala nya" ungkap bibi Grace

"Astaga," Alena langsung menutup mulut nya dengan wajah syok.

"Lalu bagaimana kita bisa menemukan keluarga nya jika begini" tanya Alena lagi, namun bibi Grace hanya menggeleng pasrah, sebenar nya bisa saja dia menyebarkan selebaran dibeberapa sudut jalan mengarah kekota, namun itu tidak mungkin dia lakukan mengingat siapa pria ini, entah dia orang baik atau orang jahat, jangan sampai mereka terkena imbas nya nanti

"Tuan, apa anda tidak mengingat sedikitpun tentang diri Anda, atau tempat tinggal anda" tanya Alena lagi

Pria itu terdiam beberapa saat seolah mencoba mengingat dan mencari serpihan memori nya yang hilang, namun tiba tiba dia memekik kuat dan memegang kepala nya yang terasa sakit membuat bibi Grace dan Alena semakin panik

"aaarrggh" teriak nya tertahan, wajah nya kembali pucat, dan tubuh nya terhuyung namun dengan sigap Alena langsung menahan nya. Mereka kembali merebahkan tubuh pria itu yang masih kesakitan dan sedang mengontrol pernafasan nya

"Sudah jangan dipaksa, kondisi nya belum benar benar pulih" kata bibi Grace sembari menepuk pelan bahu pria itu

Alena menatap iba pria itu, dia mengusap pelan pucuk kepala nya, dan dapat dia lihat pria itu masih mengernyit menahan rasa sakit dikepala nya.

"tenang lah tuan, beristirahat lah dulu, dan jangan fikirkan apapun untuk saat ini" kata Alena dengan begitu lembut

Pria itu hanya terdiam dan memejamkan mata nya, namun Alena tahu, nafas pria itu masih tersengal dan wajah nya yang masih pucat menahan rasa sakit.

"biarkan dia istirahat Alena" kata bibi Grace sembari beranjak untuk keluar kamar

Alena hanya mengangguk, namun dia belum juga beranjak dari duduk nya. Dia masih mengamati pria itu.

Sedangkan bibi Grace sudah keluar dan kembali kekamar nya.

Alena menatap iba pria ini, didalam hati nya dia hanya berfikir bagaimana nasib pria tampan ini. Bagaimana cara nya dia mencari tahu siapa pria ini. Dan bagaimana cara nya dia menemukan keluarga nya, Alena yakin jika pria ini pasti bukan pria sembarangan, apalagi jika mengingat saat ditemukan pertama kali, pria ini memakai jas mahal dan juga sebuah topeng.

"apa masih begitu sakit tuan?" tanya Alena lagi, dan pria itu hanya menggeleng pelan dengan mata yang masih terpejam

"jika begitu saya keluar dulu. anda beristirahat lah, jika ada perlu panggil saja saya, kamar saya ada disebelah" ungkap Alena lagi.

Pria itu hanya mengangguk membuat Alena menghela nafas nya sejenak

Setelah dirasa pria itu baik baik saja, Alena pun meninggalkan pria itu agar dia bisa beristirahat dan memulihkan keadaan nya.

Setelah Alena keluar, pria itu terlihat membuka mata nya. Pandangan mata nya menatap kosong keatas langit langit kamar itu. Dia berusaha keras untuk mengingat siapa sebenar nya diri nya, dan apa yang terjadi pada nya. Kenapa dia sama sekali tidak mengingat apapun saat ini.

Rasa sakit di kepala nya kembali menggigit hingga dia memutuskan untuk memejamkan mata nya sembari mengatur nafas nya, dan lama kelamaan dia tertidur dengan nafas yang mulai beraturan.

...

Sementara Alena terbaring dikamar nya, sembari masih mengingat tentang keadaan pria tampan yang ternyata lupa ingatan itu. Bagaimana selanjut nya? apa yang harus dia lakukan?

..

next

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!