"Lian, aku Hamil." Ucap seorang wanita muda, ketika menemui kekasihnya di rooftop sekolah mereka.
Tempat itu merupakan tempat favorit mereka saat ingin berduaan seperti sekarang ini. Tapi bedanya, wanita itu datang bukan untuk berduaan seperti kemarin-kemarin, ia datang untuk memberi tahu pria yang bernama lengkap Julian Aldrino Sandiego, yang tidak lain adalah kekasihnya sendiri itu, jika saat ini dia sedang hamil, bahkan wanita itu membawa hasil testpack-nya untuk di tunjukkan kepada pria berwajah blasteran itu
" Apa! Kamu ngeprank aku kan, Sena?" Pekik sang pria tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan wanita yang dia panggil Sena itu.
Tadinya pria itu mengira, Sena meminta mereka untuk bertemu di rooftop karena wanita itu merindukan dirinya dan ingin bersenang-senang seperti biasanya mereka lakukan disini, Namun wanita itu justru mengatakan candaan yang sama sekali tidak ada lucunya.
" Aku tidak ngeprank kamu! kamu pikir aku segila itu, Aku mengatakan yang sebenarnya Lian, kamu lihat ini." Wanita itu menghampiri kekasihnya kemudian menunjukkan testpack yang dia bawah, di mana dua garis merah itu terlihat dengan sangat jelas disana. " Bukankah aku sudah pernah mengatakan kepadamu jika aku sudah terlambat dua Minggu." Lanjutnya lagi.
"Nggak-nggak, aku nggak percaya. Bukankah selama ini kita melakukannya selalu aman dan kita sudah melakukan ini selama setahun. Tapi kamu tidak pernah Hamil, kenapa baru sekarang ini terjadi." Tanya pria itu, Masih tidak pernah dengan apa yang dia dengar.
" Tapi kenyataannya aku hamil sekarang Lian. Kamu harus tanggung jawab." Teriak Sena begitu histeris, kenyataan ini saja sudah sangat mengguncangnya, namun pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
Lian mengeleng kepalanya. " Tidak Sena, aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku punya masa depan dan cita-cita yang ingin aku raih. Dan dua bulan lagi aku akan berangkat ke Aussie untuk melanjutkan kuliah disana, kamu tahu itu. Katakan Sena, jika itu bukan anak aku! Kamu pasti melakukannya dengan pria lain juga, di belakang aku, iya kan? Ngaku kamu." Tuduhnya. Membuat Sena terdiam, Seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
Julian, pria yang selalu berteriak lantang mengatakan cinta kepadanya hingga membuatnya terlena dan mau menjadi kekasihnya. Pria satu-satunya yang ia izinkan untuk menyentuh tubuhnya, justru menuduhnya seperti ini. Sakit, shock dan tak percaya semuanya bercampur menjadi satu dan menggerogoti luka di hatinya semakin dalam. Apa Lian pikir Sena tidak punya masa depan dan cita-cita, Sena juga punya semua itu bukan hanya Lian saja.
Tapi siapa sangka diamnya Sena justru membuat Lian menyalah artikan dugaannya, pria itu justru mengiyakan ucapannya sendiri."Kamu tidak dapat menjawabnya, karena apa yang aku katakan benarkan, itu bukan anakku! Kamu membuat aku kecewa kepadamu Sena, kita putus." Ucap Lian lagi, kemudian meninggalkan Sena begitu saja.
Hati Sena di hancurkan se-hancur-hancurnya karena penolakan yang di lakukan Lian sungguh sangat melukai hatinya dan kini pria itu justru menuduhnya, ia juga tidak mau mengakui anak itu dan meninggalkan tanpa kejelasan.
" Julian," Teriak Sena, namun pria itu tidak menghiraukannya. Menengok ke arahnya saja tidak.
Andai bunuh diri bukanlah suatu dosa, mungkin saat ini Sena sudah melompat dari atas rooftop sekolahnya.
Wanita itu terduduk dilantai dan menangis, meraung sejadi-jadinya, menyesali semua yang telah ia lakukan, mengingat apa yang telah ia perbuat selama ini. Masa Remaja yang dia sebut indah dan menyenangkan. Justru berakhir dengan sebuah penyesalan.
Apa yang harus dia katakan kepada kedua orang tuanya, sanggupkah ayah dan ibunya menerima semua ini. Dia yang menjadi anak satu-satunya serta harapan kedua orang tuanya justru berakhir dengan mengecewakan mereka, hanya karena pergaulan bebas, serta ungkapan cinta dari pria yang tak bertanggung jawab itu.
Sanggupkah seorang Senara Cecilia Aditama menjalani semuanya, di usianya yang masih sangat belia. 17 tahun adalah usia yang masih manis-manisnya.
Sena adalah gadis yang ceria serta cerdas, memiliki paras yang cantik. Semua yang melekat pada diri seorang Sena bisa di bilang sempurna walaupun tidak ada kesempurnaan, yang sebenar-benarnya sempurna di dunia. Karena sehebat apapun dan sebagus apapun ciptaan Tuhan, ada masanya di mana kita akan di perlihatkan kekurangannya.
Seperti yang terjadi kepada Sena saat ini, dia yang selalu di puja sebagai primadona di sekolah, karena fisik, otak serta hatinya. Semuanya hancur begitu saja karena rayuan manis pria tidak bertanggung jawab Seperti Lian, seperti kata pepatah, Habis manis sepah di buang.
Setelah lelah menangis seorang diri, Sena memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Tak lupa menghapus jejak basah di wajahnya berharap tidak ada yang menyadari jika dia baru selesai menangis, sayangnya, hidung dia yang merah, mata yang sedikit bengkak dengan wajah sembab, tidak bisa menutupi jika dia habis menangis.
" Apa yang aku bilang, dia dan kak Lian udah putus, lihat aja wajah sembabnya itu! dia pasti habis menangis." Bisik seorang siswi kepada teman wanita, sembari melirik kepada Sena.
"Berarti yang di ucapkan kak Lian di kantin itu benar, kalau dia dan Sena sudah putus, kasihan sekali padahal kemarin mereka masih terlihat manis-manisnya." Siswi lain pun ikut berkomentar, membuat Hati Sena semakin sakit.
Karena berita putusnya Sena dan Lian telah pria itu sebar luaskan. Hingga hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah itu mengetahuinya.
Tidak hanya menolak untuk bertanggung jawab dan tidak mau mengakui hasil perbuatannya, pria itu juga dengan sengaja mendorong Sena untuk menjauh sejauh-jauhnya. Tanpa menghiraukan perasaannya.
" Dimana kata-kata manisnya dulu saat mengejar-ngejarnya, dimana semua sikap manis serta bujuk rayu pria itu saat ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari Sena. Dimana semua itu! Kenapa semua menjadi seperti ini." Tanya Sena pada dirinya sendiri. Hatinya begitu hancur se-hancur-hancurnya, tadinya dia tidak ingin menangis lagi, tapi melihat tatapan iba serta ejekan dari teman-temannya membuat Sena tidak dapat lagi membendung air matanya.
Wanita itu berlari kembali ke kelasnya. Sena duduk pada tempat duduknya, melipat kedua tangannya di atas meja, menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya sendiri, setelah itu ia kembali menangis sepuasnya. Teman-teman sekelasnya begitu peduli, karena di jam berikutnya tidak ada guru yang masuk. Mereka langsung menutup pintu kelas hingga tidak ada siswa dari kelas lain yang masuk ke kelas mereka untuk melihat Sena, mengingat dia dan Lian adalah pasangan paling fenomenal di sekolah itu.
Teman-teman Sena tidak ada yang berusaha untuk menenangkan Sena, bukan karena mereka tidak peduli, tapi mereka sengaja membiarkan Sena meluapkan perasaannya sepuas hatinya. Berharap setelah ini Sena akan menjadi lebih baik. Mereka Diam di temani nyanyian tangisan Sena yang memenuhi kelas itu, bahkan ada beberapa teman wanita maupun pria ikut menitihkan air mata mereka saat mendengar tangisan Sena yang begitu menyayat hati.
...💜💜💜💜...
Saat jam pulang sekolah tiba, Sena langsung bergegas untuk pulang ke rumahnya. Dia harus segera pulang untuk memberi tahu kedua orang tuanya karena masalah ini tidak dapat ia simpan lebih lama lagi, cepat atau lambat orang tuanya pasti akan tahu, Sena juga tidak ingin orang tuanya sampai tahu dari orang lain. Dimana hal itu dapat membuat orang tuanya semakin kecewa kepadanya.
Walaupun dia tahu apa yang nantinya dia katakan tetap saja akan membuat orang tuanya kecewa, bahkan Sena sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan dia dapatkan dari orang tuanya.
Sena berjalan dengan lunglai, memasuki rumahnya, setelah ia melepas sepatu dan menyimpannya pada rak sepatu yang sengaja mamanya letakkan di teras rumah mereka.
" Sayang kamu sudah pulang?" Tanya mamanya Sena, sembari melangkah untuk menghampiri putrinya itu. " Kok tumben nggak salam dulu_ ini kenapa? kamu kenapa habis nangis ya." Tebak sang mama sembari mengusap wajah putrinya, begitu menyadari wajah sembab Sena.
"Maaf ma_"
"Sstthhtt. Sena masuk ke kamar dulu ya, ganti baju terus kita makan siang sama-sama, kalau perasaannya udah lebih baik dan siap untuk bercerita baru cerita ke mama." Sambung wanita paruh baya itu lagi, sembari mengecup kening putrinya itu.
Sesungguhnya wanita itu sudah tahu apa yang terjadi kepada putrinya. Karena pagi tadi, begitu ia masuk ke kamar Sena untuk mengambil pakaian kotor serta membersihkan kamar putrinya itu, ia mendapati dua buah testpack yang sengaja Sena selipkan di bawah tempat tidurnya.
Kecewa, marah serta sedih bercampur menjadi satu. Namun semua itu dikalahkan oleh rasa sayangnya kepada putri semata wayangnya itu. Yang membuat wanita paruh baya itu cemas adalah suaminya.
" Ma_"
"Ada apa sayang?" Tanya wanita itu pada akhirnya, sembari mengusap rambut Sena.
" Ma maaf_ ma ak_aku Hamil."
" Apa!"
BRUK.
Sena dan mamanya begitu terkejut! Saat menengok kebelakang dan mendapati Aditama Hendrawan, Papanya Sena. Jatuh tak sadarkan diri, saat mendengar ucapan Sena barusan, bahkan pria itu sempat bertanya walaupun hanya satu kata.
"Papa." Teriak Sena dan mamanya begitu kompak, keduanya segera menghampiri Aditama untuk mengecek kondisinya. " Papa, bangun papa." Panggil mamanya Sena.
Wanita itu tidak menyangka suaminya itu akan pulang Hari ini, karena yang dia tahu jadwal pertukaran ship-nya besok.
Keluar Sena bukanlah keluar kaya raya seperti Lian mantan kekasih Sena. Sena juga bukan keluarga miskin, sebab papanya adalah seorang karyawan di tambang minyak milik PT Pertamina. Gaji yang di dapatkan sang papa pun belasan juta perbulan, itu baru gaji pokoknya saja, belum termasuk gaji lainnya. Walaupun sang papa hanya-nya lulusan sekolah kejuruan. Tapi papanya sudah berulang kali melewati pelatihan kesana-kemari, sertifikatnya pun banyak hingga layak mendapatkan upah sebesar itu.
Selain upah yang besar, Sena dan mamanya juga harus sering-sering menahan rindu dengan papanya. Karena sistem kerja papanya. Tiga Minggu kerja. Tiga Minggu off!
Harusnya besok baru sang papa pulang, tapi papanya sengaja bertukar jadwal lebih cepat dengan temannya kerja untuk pulang lebih lebih awal dari biasanya, mengingat hari ini adalah hari Anniversary papa dan mama Sena yang ke 28 tahun.
Tapi siapa sangka sang papa, akan mendapatkan kejutan sehebat ini hingga membuatnya berakhir tidak sadarkan diri.
Sena berlari keluar rumah untuk mencari pertolongan, bersyukurnya ada beberapa muda-mudi yang lewat sehingga mereka bisa membantu Sena dan mamanya, saat wanita itu meminta pertolongan. Para muda-mudi itu di bantu Sena dan mamanya mengangkat papanya ke mobil mereka untuk di bawa ke rumah sakit.
" Terima kasih ya mas." Ucap Sena kepada mereka yang telah membantunya, setelah mengunci pintu rumah mereka, sedang sang mama sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, karena sang mama yang akan menyetir mengingat Sena tidak memiliki SIM.
Setibanya di rumah Sakit papanya langsung di tangani oleh para medis di ruang UGD. Sementara Sena dan mamanya di minta untuk menunggu di luar.
Satu jam menunggu, seorang perawat keluar untuk memanggil mamanya Sena, sebab papanya telah sadar dan mencari Istrinya. Mamanya Sena pun masuk kedalam ruangan itu, meninggalkan Sena yang menunggu sendiri di luar.
Di dalam ruangan itu, Ningsih Mamanya Sena dapat melihat tubuh suaminya terbaring lemah, dengan berbagai macam kabel yang menempel di dada, selang oksigen yang menempel di hidungnya serta beberapa alat lainnya yang menempel di kaki suaminya itu.
Saat melihat Ningsih masuk, Aditama memberi kode kepada istrinya itu untuk mendekat dengan mengedipkan matanya. " Apa benar?" Tanya Aditama begitu pelan hampir tidak terdengar namun gerakan bibirnya dapat di mengerti oleh Ningsih.
Wanita itu mengangguk dengan air mata yang telah membasahi kedua pipinya. Tatapan matanya tergambar jelas kekecewaan di sana." Anak kita salah, kita gagal. Tapi kamu jangan menjauhinya, jangan membuangnya. kami Ingat bagaimana sulitnya kita mencari dan menunggunya." Ucap Aditama lagi, dengan nafas yang tersengal-sengal, kata perkata pun terasa berat untuk ia ucapkan. Namun pria itu masih ingin memastikan satu hal untuk Sena-nya, putri kecilnya, yang begitu ia sayangi. " Sepuluh tahun, sembilan bulan, sepuluh hari kau menangis untuk memilikinya. Jangan karena di salah melangkah kamu melepaskannya." Pesan Aditama, Sementara Ningsih hanya diam dan mendengarkan saja dengan air mata yang terus menetes.
Dokter dan perawat sudah beberapa kali melarangnya untuk berbicara, namun pria yang terlihat sekarat itu tidak mendengarkan mereka, seakan dia tahu waktunya sudah tidak lama lagi. " Apa yang harus aku lakukan? Aku bingung." Ucap Ningsih, pada akhirnya
Bukannya menjawab, pria paruh baya itu justru berkata," Jangan membenci_" Namun ia tidak dapat menyelesaikan ucapannya, nafas terlihat memburu dengan tubuh yang kejang. Sebelum bunyi panjang dari mesin EKG. yang menandakan pria itu sudah tidak ada.
Entah dosa apa yang pernah Ningsih lakukan di masa lalu, hingga di hari ulang tahun pernikahannya yang ke 28 tahun, ia di tinggal pergi oleh suaminya untuk selama-lamanya, belum lagi aib yang di bawah putrinya. Sungguh Ningsih tidak sanggup untuk ini semua dan pada akhirnya wanita itu berakhir tidak sadarkan diri.
Sementara di luar sana, Sena masih menunggu dengan cemas. Berharap mamanya keluar nanti dengan membawa kabar baik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!