Kalian tau makhluk mitologi yang bernama Naga? Sebagian dari kalian pasti sudah tau apalagi penyuka cerita fantasi. Yups... Makhluk yang pernah digambarkan sebagai salah satu puncak rantai makanan atas makhluk yang pernah ada di bumi, tampilannya yang ganas dan bengis simbol dari rasa takut itu sendiri. Meski ada yang digambarkan sebagai Naga baik juga, tapi tetap saja itu tidak merubah bahwa mereka adalah makhluk yang mengerikan.
Konon katanya Naga berasal dari kata Yunani kuno yaitu Draconta yang bisa diartikan mengawasi, hal tersebut selalu dikaitkan bahwa makhluk itu menjaga sebuah harta karun. Seperti gunung emas ataupun permata dan bisa dibilang itu adalah sebuah simbol kekayaan juga kekuasaan.
Tapi kita tidak akan menceritakan binatang penyembur api itu, karena ini bukan cerita novel fantasi ataupun isekai yang menampilkan pertarungan antara pahlawan dan Sang Naga. Namun tentang para keluarga bangsawan yang disebut Celestial Dragon yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh melebihi seorang raja maupun presiden dunia manapun.
Ini adalah cerita tentang gadis kecil putri dari salah satu enam penguasa bayangan yang disebut dengan keluarga bangsawan Naga Langit. Dimana keluarga tersebut dapat mempengaruhi perpolitikan dan ekonomi suatu negara. Tapi gadis ini, tidak mengetahui bahwa sebenarnya dirinya berasal dari keluarga yang berpengaruh. Sebab sejak usia belia, dia dititipkan di sebuah panti asuhan yang jaraknya sangat jauh dari tempat dia dilahirkan.
"Lariiiii semuanya lari..!! Ada kawanan serigala gila yang menuju kemari. tolong.! tolong.! Cepat panggilkan petugas keamanan.!" seru seseorang sambil berlari dari arah hutan bunyi. Sontak semua orang terkejut dan refleks melihat ke arah sumber suara, pakaian pria tersebut terlihat sudah terkoyak dengan noda darah yang melekat.
"Astaga..!" seru semua orang dan sedetik kemudian semua yang ada di kebun yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak, sontak langsung berlari tunggang-langgang untuk menyelamatkan diri. Mereka tak peduli lagi dengan keranjang bawaannya, yang penting segera menjauh dari tempat itu secepat mungkin untuk menyelamatkan diri. Kecuali dua gadis yang memang jauh dari rombongan pemetik teh lainnya, mereka masih santai saja memetik daun teh dengan senyum riang.
Beberapa jam sebelum kejadian penyerangan, segerombolan serigala terhadap para pemetik teh. Terlihat dua gadis remaja berusia sekitar lima belas tahun tengah berjalan terburu-buru dengan membawa keranjang di punggung mereka. Keduanya menelusuri jalanan yang masih sedikit remang dan basah karena pagi itu masih berselimut kabut tipis dan embun pagi pun masih belum menguap karena mentari belum menampakan wujudnya.
"Cepatlah Keiko.! Kita sudah kesiangan dan telah tertinggal jauh dari teman lainnya.!" seru gadis dengan rambut sebahu sambil menarik cepat gadis yang dia panggil Keiko. Netranya sangat awas meski jalanan masih remang.
"Hoammz.... Santai saja Ayumi, inikan masih terlalu pagi untuk dikatakan siang" timpal gadis yang bernama Keiko itu yang masih menahan kantuknya.
"Ish, Santai.! Santai.! Aku tidak mau seperti kemarin lagi, yang kehabisan jatah makan untuk sarapan pagi. Karena dihukum akibat tidak membawa hasil kebun untuk diserahkan pada para pengurus panti dan itu semua karena salahmu kemarin telat bangun pagi," gerutu Ayumi.
"Loh.? Bukankah kamu juga senang, saat malam kemarin kita menyelinap untuk melihat opera jalanan di desa sebelah itu. bahkan kau pun menyukai pertunjukan tersebut, tenang saja kalau kita tidak dapat jatah makan lagi. Lebih baik kita ke kedai makanan yang ada di pasar distrik tetangga untuk meminta makanan sisa dari mereka," ucap santai Keiko sambil terus mengikuti Ayumi dari belakang.
Kedua gadis tersebut memang cukup lama berteman karena mereka berbagi kamar yang sama di panti mereka tinggali saat ini, Ayumi memang yang lebih tua dari Keiko yang selalu bertindak sebagai kakak bagi gadis tersebut. Meski Keiko datang ke panti tiga bulan lebih dulu darinya.
Panti yang berada di distrik daun yaitu salah satu bagian dari distrik Negeri bambu. Yang memang kawasan dengan latar ekonomi masih cukup sulit, tidak seperti distrik lainnya yang sudah mulai berkembang pesat. Apalagi panti asuhan yang di tempati kedua sahabat itu sudah tidak lagi mendapatkan bantuan dari donatur sejak empat tahun yang lalu, maka dari itu semua penghuni panti yang berumur lebih dari sepuluh tahun diharuskan membantu mencari biaya tambahan untuk pemasukan keuangan panti.
"Hei, katanya nanti di alun-alun kota akan diadakan seleksi ujian masuk ke sekolah menengah. Apa kau akan ikut?" tanya Keiko memecah keheningan.
"Entahlah" jawab singkat Ayumi.
"Kenapa? Apa kau tidak ingin sekolah lebih tinggi?" tanya Keiko kembali.
"Aku sangat ingin sekolah lebih tinggi bahkan ingin menjadi seorang sarjana, tapi itu pasti membutuhkan biaya tak sedikit. Apalagi kita hanyalah anak panti yang tidak mempunyai uang, ingat biaya pendidikan itu sangat mahal. Sudah bisa makan setiap hari saja, kita masih syukur," ucap Ayumi lagi, mengungkapkan alasan kenapa dia ragu untuk ikut ujian seleksi masuk ke sekolah menengah.
"Ya kau benar, tapi kita jangan patah semangat. Semoga aja ujian seleksi itu punya jalur beasiswa," timpal Keiko dan tidak terasa mereka berdua sudah sampai di kebun teh, sudah banyak anak panti yang bergabung dengan warga sekitar.
"Hey.! Kalian terlambat, segeralah memetik daun teh selagi cuacanya masih segar. Jangan malah bengong.!" teriak salah satu perawat mereka yang bertugas mendampingi semua kegiatan anak-anak panti tersebut.
"Baik Sus, santai aja kali. Jangan marah-marah nanti cepat jadi nenek-nenek," ucap Keiko dengan raut wajah sebal.
"Keiko, dibilangin malah ngeledek ya.!" seru sang suster geram, sebab diantara semua anak-anak panti Keiko salah satu anak yang cukup usil.
"Maafkan kami Suster Mei, kalau begitu kami permisi mau memetik daun yang di sebelah sana. Ayoo cepat.!" ucap Ayumi dan langsung menarik lengan Keiko agar dia tidak terus berdebat dengan suster Mei.
Seperginya mereka berdua Suster Mei hanya menggelengkan kepala, meski dia tau Keiko anaknya agak usil. Tapi dia tau Keiko itu anaknya penurut dan tidak pernah neko-neko, apalagi semua pengurus panti tau. Sebenarnya diam-diam Keiko suka pergi ke pasar distrik sebelah untuk menjadi buruh harian lepas, meski hasilnya tidak seberapa tapi selalu dia berikan pada ketua panti untuk tambahan keperluan sehari-hari.
___
"Ada apa ini? Terasa sangat hening sekali" tanya Ayumi yang mengedarkan pandangan ke sekitar dan kekhawatirannya pun muncul Seketika.
"Gak tau, biarin aja deh. Lebih baik kita terus memetik daun teh ini, biar cepat penuh agar tidak kena omel Suster Mia lagi" timpal Keiko yang terus dengan lincah memetik pucuk daun teh. Dia tidak tau ada bahaya yang mendekati keduanya saat ini.
"Awass..!" Teriak Ayumi yang menubruk tubuh Keiko dan langsung berguling di tanah.
"Ughh, Ada apa?" tanya Keiko yang mengaduh kesakitan.
"Ya ampun, kenapa banyak anjing liar disini?" lanjut Keiko yang kaget. Mereka kini telah dikepung oleh sekawanan serigala hutan.
"Itu bukan anjing liar Kei, itu adalah serigala" jelas Ayumi yang terus waspada dan memperhatikan kawanan serigala yang mengelilingi mereka tanpa rasa takut.
"Ouh.! Bukankah mereka masih saudara, hmm... Tapi kalau saudara kenapa si anjing gak ikut ya? Apa mereka lagi bertengkar?" Ucap Keiko dengan tampang bodohnya, andai ini bukan situasi yang membahayakan ingin sekali Ayumi menjitak kepala temannya itu.
WHUSSS
BRAKKK
Ketika salah satu serigala melompat ke arah mereka, dengan sigap Ayumi mengayunkan keranjangnya dan langsung telak menghantam serigala tersebut dan tubuhnya langsung tersungkur ke tanaman teh.
"Sial ini terlalu banyak," gumam Ayumi. Sikap begitu tenang dan waspada dalam mengantisipasi bahaya, dirinya seperti seorang yang berpengalaman saja dalam menghadapi situasi tersebut.
Kawanan serigala masih tersisa cukup banyak apalagi diantara kawanan terdapat satu yang lebih besar di antara yang lainnya. Serigala itu memperlihatkan gigi runcing dan air liur yang menetes seolah sedang melihat sarapan pagi yang sangat empuk.
Bagaimanakah nasib kedua gadis tersebut? Akankah mereka bisa lolos dari bahaya yang ada di depan mata mereka?
Setelah salah satu serigala terhempas. Rombongan serigala yang ternyata berjumlah lima ekor itu mendengus seperti sedang marah, ketika melihat teman mereka terbanting dan terluka karena tersungkur dan tertusuk ranting tanaman teh.
"Merunduk.! Loncat ke sebelah kiri, lariii..!" Seru Ayumi memberi arahan pada Keiko ketika kembali satu serigala hendak menerkam mereka. Bagaikan seorang komando yang tengah memberikan intruksi pada bawahannya dan Keiko hanya bisa menuruti perkataan sahabatnya itu, karena bagaimanapun dia sudah lama mengenal Ayumi yang mempunyai insting tajam sejak dari kecil. Jadi Keiko percaya itu hal terbaik untuk saat ini.
Meski kedua gadis itu sempat lari, tapi kembali mereka terkepung bahkan sekarang lebih berbahaya dari sebelumnya. Sebab mereka berdua berada di tempat yang sedikit lebih lapang tanpa ada tanaman teh terdekat.
"Sial.! Dari semua tempat yang ada, kita malah terkepung di sini" gumam Ayumi yang masih ngos-ngosan untuk mengatur nafasnya dan di tangan kanannya tetap memegang erat keranjang karena itu adalah satu-satunya alat perlindungan diri sekaligus bisa berfungsi sebagai senjata.
"Keiko, kau baik-baik saja kan?" Tanya Ayumi pada Keiko yang sejak tadi hanya diam.
"Ya aku baik-baik saja, meski setiap inci kulitku terasa seperti menggigil kedinginan tapi gak dingin," timpal Keiko sambil terus menatap nyalang pada makhluk buas yang ada di hadapanya.
"Ah.. Pasti kau ketakutan ya?" tanya Ayumi lagi.
"Ish.. Kau mengejekku, mana mungkin aku takut. Hanya ngeri doang" Jawab Keiko. Posisi mereka sekarang saling memunggungi, meski Keiko tak seberani Ayumi tapi dia tidak sepenakut orang lain.
"Heh..! Itu sama saja keles.!" ledek Ayumi.
"Beda kalee, Kalau takut itu awalannya K tapi ngeri hurup pertama N, hehee..." timpal Keiko yang malah menanggapi perkataan temannya itu dengan sedikit bergurau.
"Terserahlah, kau ini disaat begini masih saja sempat-sempatnya bercanda," ucap sebal Ayumi.
"Tapi bersiaplah, sepertinya mereka semakin marah dan bisa jadi hari ini kita tidak akan selamat dari kepungan serigala-serigala gila ini," lanjutnya memperingati sahabatnya itu.
"Hmm.... Semoga kita selamat, aku tak ingin jadi sarapan kawanan anjing jelek ini," timpal Keiko yang juga bersiap melakukan perlawanan pada kawanan serigala tersebut. Meski tidak dapat dipungkiri ia merasa takut akan situasi yang tengah ia hadapi saat ini.
WHUSSS
Kembali kawanan serigala itu menerjang mereka dan keduanya menggunakan keranjang sebagai alat pertahanan diri. Tapi sayangnya taring dan cakar serigala itu menggigit dan mencengkram begitu kuat, keduanya pun terhempas cukup jauh.
"ARGGH"
BUKK
BRUGH
Teriak keduanya mengerang kesakitan saat tubuh mereka terhempas dan terjatuh ke tanah yang keras, meski begitu Ayumi sempat mendaratkan pukulan di leher serigala yang melakukan perbuatan tersebut pada dirinya.
"Sial apa ini akhir dari hidupku?" gumam Ayumi yang mulai menyerah.
"Arrrghh..! Dasar serigala sialan, lepaskan aku.! aarggh.!" teriak Keiko yang berada cukup jauh dari tempat Ayumi dan salah satu kakinya digigit oleh serigala yang menyergapnya. Lalu ia diseret semakin menjauh, teriakan kesakitan Keiko tidak sama sekali diindahkan oleh si serigala.
"Keikooo..! Dasar kalian serigala busuk!" umpat Ayumi sambil berlari, namun dirinya kembali diserang oleh serigala yang tengah mengepungnya dan sebuah cakaran tepat mengenai perut dan membuat ia terjatuh ke tanah lagi.
Tepat ketika dia terjatuh, di sebelahnya ada sebuah katana yang tergeletak. Entah katana siapa, tapi teriakan Keiko yang semakin terdengar pilu membuatnya tanpa pikir panjang langsung menyambar katana tersebut. Sementara suara Keiko seperti sudah hilang entah apa yang terjadi padanya dan itu semakin membuat Ayumi khawatir.
Ayumi berdiri mematung memegang erat katana yang baru saja dia temukan. Sorotan matanya begitu tajam, suasana sekitar secara tiba-tiba seperti hening seketika. Aura di tubuh Ayumi seperti menguap dan dia tengah merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, semua panca indra seolah-olah semakin menajam, matanya bisa melihat dengan jelas butiran embun yang tertempel di daun yang mulai menguap dengan gerakan seperti melambat.
SLASH
Sebuah sayatan tepat mengenai leher serigala yang hendak menyerangnya, yang mana mampu membunuh binatang buas tersebut dengan sekali tebas. Setelah itu Ayumi kembali bergerak dengan sangat cepat dengan berpindah dari satu serigala ke serigala lainnya untuk menghabisi semuanya dengan cara yang sama yaitu memenggal kepala serigala tanpa disadari oleh mereka.
"Hosh..Hosh..Hosh... Sensasi apa yang barusan aku lalui? Itu sangat mengagumkan namun mengerikan" gumamnya sambil menancapkan katananya ke tanah, setelah menghabisi serigala terakhir yang paling besar dengan waktu lebih lama dibandingkan lainnya.
Sementara Keiko sepertinya sudah tidak sadarkan diri, akibat luka yang diderita dari serigala yang mengoyak betisnya. Beruntungnya waktu dirinya diterkam, dia sempat menendang kepala serigala dan langsung berguling lalu terjatuh ke lubang yang sedalam lima meter dan itu membuatnya lolos dari santapan serigala buas tersebut.
Tapi tetap saja itu membuatnya tidak sadarkan diri, lalu dengan sisa-sisa tenaganya Ayumi mengangkat tubuh Keiko dari lubang dalam sumur dengan menggunakan sulur-sulur pohon tuba yang merambat sekitar area lubang tersebut.
"Keiko syukurlah kau tidak apa-apa," ujar Ayumi setelah berhasil mengeluarkan sahabatnya dari dalam lubang dimana dia terperosok. Beberapa detik kemudian diapun terjatuh tak sadarkan diri di samping sahabatnya itu.
Sepasang mata sedang memperhatikan mereka dari arah yang cukup jauh. Mereka berdiri diantara ranting-ranting pohon yang cukup besar, senyum puas terlihat mengembang di bibirnya yang sensual dengan warna merah jambu, menambah aura kecantikannya meski terhalang oleh topeng.
"Hmmz.... Sepertinya ini adalah waktu yang pas buat kita membawanya pulang kembali," ucap perempuan tersebut.
"Tapi Nona bukankah ini masih terlalu cepat baginya?" tanya orang yang berada di dahan satunya lagi.
"Tidak perlu sampai menunggu beberapa tahun lagi, lihatlah ketika dirinya secara alami mulai mengaktifkan teknik membunuh keluarga kita. Gerakannya cukup luwes meski masih belum beraturan, tapi itu sudah cukup. Kita tinggal mengasahnya" jawab perempuan yang dipanggil nona tersebut.
"Lagi pula sepertinya pergolakan di dunia bawah semakin terasa dan konflik antar keluarga Naga langit sudah semakin nampak, meski hanya baru satu-dua keluarga yang terlihat jelas mulai saling mencoba menghancurkan. Meski keluarga yang berafiliasi dengan kita tidak sedang dalam masalah, tapi seiring berjalan bisnis mereka yang semakin besar terlihat ada sebagian keluarga lain mulai tidak menyukainya," lanjutnya lagi.
"Baiklah saya mengerti nona, apa harus kita bawa sekarang?" tanya orang tersebut yang nampak menggunakan topeng berwajah serigala.
"Jangan melakukan hal seperti itu, kita harus membawanya secara baik-baik dari panti itu. Ayo..! Lebih baik kita pergi dulu dari tempat ini, sepertinya para aparat keamanan mulai menuju kemari" ucapnya. Kemudian dengan cepat mereka menghilang dari tempat tersebut bak tersapu oleh angin berhembus.
"Aku akan sangat merindukanmu, jaga dirimu baik-baik" ucap Ayumi sambil memeluk tubuh Keiko temannya yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
"Hiks.. Hiks.. Kau juga, jaga dirimu baik-baik di luaran sana dan sampai bertemu lagi. Jangan lupa selalu berkirim surat," timpal Keiko yang tidak bisa menahan air matanya kesedihan karena akan berpisah dengan teman satu kamar dan juga sahabat terbaik yang selalu menjaganya.
Dua hari sejak peristiwa yang terjadi di kebun teh yaitu saat penyerangan yang tiba-tiba dari sekelompok serigala hutan terhadap para pemetik daun. Cukup menyita perhatian para penduduk kota distrik tersebut, pasalnya akibat insiden itu banyak sekali yang orang yang terluka bahkan ada yang jatuh terperosok ke dalam tebing karena berusaha melarikan diri dari kejaran serigala dan ada pula yang terkena gigitan dari makhluk buas tersebut.
Butuh beberapa jam agar petugas keamanan kota untuk sampai di lokasi kejadian, karena tempatnya berada di area bukit dan hutan yang cukup jauh dari pusat rumah penduduk.
Dan yang lebih menjadi topik utama dari kejadian penyerangan itu adalah ketika ditemukannya Keiko dan Ayumi dalam keadaan tidak sadarkan diri yang dikelilingi oleh kawanan serigala yang telah menjadi bangkai dengan kepala sudah terpisah dari badan binatang buas itu. Semua orang bertanya-tanya siapa yang melakukan hal tersebut dan untuk memastikan semua orang aman. Sejak hari itu perkebunan teh ditutup sementara waktu sampai suasana kembali kondusif.
"Ayo Ayumi, kita harus segera pergi. Karena jadwal penerbangannya siang nanti," ucap seorang perempuan yang terlihat masih berumur 25 tahun itu.
"Baik Nona. Keiko selamat tinggal, kau harus tetap semangat bukankah kau ingin terus belajar agar bisa melihat dunia? Teguhkan cita-citamu itu, karena siapa tau kita akan bertemu lagi suatu hari nanti di suatu tempat yang berbeda," ucap Ayumi mengucap salam perpisahan dan tak lupa memberinya semangat.
"Hiks... Hiks... Kau benar, semoga kita bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik. Aku berjanji akan terus belajar lebih giat agar lebih cepat bertemu denganmu di dunia luar sana," timpal Keiko dan dengan berat hati dia melepaskan pelukan pada temannya itu.
"Ayo lebih baik segera kita pergi Nona," ajak Ayumi setelah dia mengucap perpisahan pada semua orang ada di rumah panti asuhan yang sudah lama menjadi rumah untuknya pulang dan telah menjadi bagian dari keluarganya selama ini.
"Baiklah, mari semuanya kami pamit undur diri. Terimakasih, sampai bertemu lagi. Jack tolong bawa tasnya Ayumi!" ucap Sang Nona dan dia memerintahkan pengawalnya untuk membawa tas yang berisi pakaian Ayumi.
Setelah berada di dalam mobil Ayumi menatap kembali wajah Keiko untuk terakhir kalinya. Sebab dia tidak tau kapan mereka akan bertemu lagi dan Keiko yang ditatapnya hanya mengangguk dengan seulas senyum seperti mencoba meyakinkannya bahwa dia akan baik-baik saja.
Jack yang berada di belakang kemudi pun mulai menjalankan mobilnya, Ayumi yang duduk bersebelahan dengan Nona. Tidak lama kemudian mobil pun melaju meninggalkan panti asuhan tempat dimana Ayumi dibesarkan hingga usia enam belas tahun.
"Suster saya berniat untuk mengikuti ujian masuk sekolah menengah besok lusa," ucap Keiko pada kepala suster panti asuhan setelah mobil yang ditumpangi Ayumi hilang di kelokan jalan.
"Boleh saja, karena itu semua terserah padamu. Tapi maafkan kami hanya bisa mendukung cita-citamu dan tidak bisa mendukungmu secara finansial," timpal kepala Suster menunduk malu karena tidak bisa membantu semua anak yang ingin bersekolah lebih tinggi. Keuangan mereka masih tidak stabil meski Nona yang membawa Ayumi telah memberikan sejumlah uang cukup banyak ketika dia menemui dirinya untuk mengadopsi Ayumi, tapi itu semua hanya bisa menutupi uang dapur sampai satu tahun lebih dan mungkin hanya mampu menyekolahkan sebagian anak-anak di sekolah dasar saja.
"Tidak apa-apa, nanti saya sambil sekolah akan mencari pekerjaan sambilan" ucap Keiko. Dia sudah sangat senang mendengar Kepala Suster mendukung maksudnya itu. Ia pun mengerti keuangan panti memang tengah sulit, jadi mana mungkin dia akan tega meminta uang untuk bersekolahnya nanti.
***
"Inilah rumah tempat tinggalmu sekarang," ujar Nona setelah mereka sampai di tempat tujuan yang memerlukan waktu hampir satu jam lebih dari bandara utama Negeri Bunga menggunakan helikopter dan itu lebih cepat dibandingkan ketika berangkat dari bandara Negera Bamboo menuju negeri tersebut.
Ayumi sangat terpukau dengan bangunan yang ada di hadapannya. Bangunan yang berada di pulau terpencil yang berjarak hampir 400 km lebih dari pusat pemerintahan negara bunga yang berada di lautan lepas.
Setelah masuk ke dalam bangunan tersebut, Ayumi terkejut karena semua orang langsung membungkukan badan tanda penghormatan pada perempuan yang membawanya itu.
"Dimana kakak pertama?" Tanya Nona pada salah satu pelayan.
"Beliau sedang ada misi ke negera gurun, mungkin besok baru datang," jawab pelayan tersebut.
"Ooh... Begitu ya.!" timpalnya. Ayumi sangat heran melihat bangunan sebesar ini hanya di huni oleh puluhan orang saja, bahkan hampir semuanya perempuan. Jack yang ikut bersamanya pun diturunkan sampai dikaki bukit saja, tidak ikut bersama mereka ke bangunan yang berada di tengah-tengah bukit.
"Besar dan megah sekali, rumah ini 50 kali lipat lebih besar dibandingkan bangunan dan seluruh halaman panti sekalipun," gumam Ayumi yang terus melihat bangunan bagian dalamnya.
"Baiklah, lebih baik kau segera mandi dan para pelayan akan mengantarkan makan malammu nanti. Kalian berdua antarkan Ayumi ke kamarnya.!" seru Nona yang memerintahkan kedua pelayannya untuk mengantar Ayumi.
"Tapi Nona pakaian saya masih ada di helikopter tadi.!" timpal Ayumi yang bingung karena semua pakaiannya ada di dalam tas yang tertinggal di kendaraan terbang tersebut.
"Apa ada barang penting yang tertinggal di tas tersebut?" tanya Nona padanya. Ayumi hanya menggelengkan kepala, karena barang yang paling penting sudah melingkar di pergelangan tangannya.
"Tenang saja, di kamar itu sudah ada pakaian yang telah disediakan untukmu, tapi bila ada barang penting yang tertinggal besok bisa kau ambil," lanjut Nona dan dia pun melangkah ke ruangannya yang berada di lantai atas.
***
Saat kilauan Sang Surya mulai menampak dari ufuk timur seorang gadis tengah berlarian membelah pejalan kaki lainnya. "Sial aku kesiangan, semoga aja pendaftarannya belum tutup" umpatnya dalam hati. Dan gadis yang tengah berlari itu tidak lain adalah Keiko yang akan mengikuti ujian seleksi masuk ke sekolah menengah yang diadakan di alun-alun kota.
Sejak bangun dari tempat tidur, dirinya tergesa-gesa karena bangun hampir kesiangan. karena biasanya selalu ada Ayumi yang selalu cerewet disetiap pagi untuk membangunkannya.
"Hosh..Hosh..Hosh... Pak saya juga mau ikutan daftar untuk ujian seleksi," ucap Keiko ketika sudah sampai di meja pendaftaran dengan nafas yang masih tersengal.
"Kau hampir telat nak, tapi kau cukup beruntung pendaftaran masih dibuka. Andai kau telat beberapa detik lagi, mungkin aku sudah menutupnya dan tidak mau menerimanya. Jadi ini kertas pendaftarannya dan segeralah isi formulir, sebab waktumu hanya tiga menit saja" ucap petugas bagian pendaftaran dan menyerahkan formulir kepada Keiko.
Sementara jauh di tempat Keiko sekarang, terlihat Ayumi sedang berlari menaiki bukit dengan membawa keranjang yang berisikan pasir yang dicampur kerikil. Nafasnya tersengal tapi dia harus tetap berlari, karena bila dia berhenti kurang dari tiga detik saja. Sebuah anak panah akan melesat mengarah ke tempatnya berpijak.
Sekarang kedua sahabat itu mulai menapaki jalan yang berbeda, apakah mereka akan bertemu kembali seperti yang mereka harapkan? Entahlah hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!