NovelToon NovelToon

Menikahi Sahabatku

Bab 1 Perkenalan Pertama

Ammar adalah anak dari pengusaha ternama yang bernama Raka Dintara dan Rima Amanta yang mempunyai dua anak lelaki bernama Angga Diantara dan Rafan Dintara. Rafan Dintara di culik oleh rekan bisnis Raka yang sakit hati kepadanya, di saat keluarga tersebut berlibur ke Amerika Serikat.

Penculik itu membawa Rafan ke Indonesia.Tiba di Indonesia Rafan menerima siksaan hingga membuatnya merasa tidak kuat, ia pun melarikan diri. Dalam pelariannya bocah itu tertabrak mobil milik pengusaha hotel terbesar di kota Jakarta bernama Burhan.

Burhan yang hendak pulang kerumahnya sore itu terkejut melihat anak kecil tergeletak di depan mobil dengan luka fisik amat sangat, dengan baju berlumuran darah yang sudah mulai kering. Burhan membawanya ke Rumah Sakit. Selama 3 hari bocah lelaki kecil itu di rawat di Rumah Sakit, dalam keadaan koma.

Ketika sadar dia pun lupa ingatan, tidak tahu nama dan tempat tinggalnya. Karena tak tahu kemana harus mencari keluarganya, maka Burhan membawanya pulang dan memberikannya nama yaitu Ammar Raditsha.

Di sore itu sepulang dari hotel, Burhan datang kembali ke rumah sakit, menjemput Ammar dan mengajaknya tinggal di rumahnya.

Sesampainya di rumah di perkenalkannya Ammar dengan anaknya bernama Azizah dan istrinya Rina.

"Hai namaku Azizah, mulai sekarang kamu harus membantuku dan melindungi ku!" kata Azizah bocah berumur enam tahunan itu.

"B-baik, Nona Azizah, saya akan melindungi anda dengan segenap hati dan jiwa saya untuk Nona karena tanpa Tuan saya pasti sudah m-mati." kata Ammar terbata-bata.

Rina terharu mendengar ucapan Ammar lalu memeluk bocah kecil yang ringkih itu.

"Panggil saja saya Mama seperti Azizah yah Ammar," pinta bu Rina dan Burhan mengangguk.

"Maaf Tuan, Nyonya. Saya merasa tidak pantas," jawab Ammar.

"Kamu tidak boleh menolak!" perintah Rina penuh penekanan.

"Azizah dia sekarang akan menjadi saudaramu," kata Burhan.

"No Papa! Nanti kalau aku sudah besar, aku mau jadi istrinya Ammar! Jadi aku tidak mau jadi saudaranya, kita sahabatan saja ya sekarang," kata gadis kecil itu lagi sambil tersenyum pada Anak laki-laki itu.

Burhan dan Rina tertawa. Burhan hanya menggeleng-geleng kan kepalanya mendengar celoteh anaknya.

"Bik Siti, antar Ammar ke kamarnya ya." perintah Burhan kepada asisten rumah tangganya.

"Papa, biar Izah yang mengantar ke kamar ya," pinta Azizah pada orang tuanya lalu meraih tangan bocah lelaki kecil itu dan menariknya untuk mengikutinya berlari.

Setelah melewati berbagai macam ruangan di rumah besar itu, Azizah dan Ammar segera sampai pada ruangan yang dituju mereka.

"Nah ini kamar kamu, bagus bukan? Dan di lemari itu sudah di siapkan baju untuk mu loh, tadi sebelum kamu sampai di sini kami beli baju dulu untuk mu." jelas Azizah.

"Kata Papa kamu tidak punya pakaian dan pakaian mu hilang, bagaimana bisa hilang? Ayo cerita kan padaku." tuntut Azizah dengan raut wajah terheran, gadis kecil itu berbicara lagi. "Masak pencuri suka baju? Bukankah lebih enak mencuri uang dari pada baju?" celoteh Azizah tak pernah berhenti mengerakan kaki, tubuh dan tangannya berkeliling untuk memberi tau apa yang ada di kamar itu.

"Saya juga tidak tahu Nona mungkin karena saya tidak punya uang, pencuri mengambil semua baju saya," jawab Ammar seadanya.

"Mereka seharusnya tidak boleh begitu! Nanti kau tidak punya baju, terus kau pakai apa? bisa malu kau, gak pakai baju tahu!" Azizah terkikik sambil menutup mulutnya. "Sungguh kejam pencuri itu padamu sampai tidak menyisakan sedikit pun baju untuk mu," kata gadis kecil itu. Ammar hanya tersenyum saja.

"Hai Ammar kenapa dari tadi kamu hanya senyum-senyum saja, ayo jawab! aku baik kan?"

"Iya Nona anda baik," jawab Ammar diiringi dengan senyum manisnya pada Azizah.

"Jangan panggil Nona, panggil Izah!" teriak Azizah tak terima.

"Harus panggil Non Izah! Non!" jawab Ammar, ikut tak terima.

"Izah."

"Non Izah."

"Izah."

"Non Izah."

"Dibilang panggil Izah, kamu ngeyel aja! dasar kepala batu!" teriak Azizah sambil menjitak kepala Ammar lalu meninggalkan kamar Ammar sambil menutup pintu dengan keras.

Ammar hanya bisa menghela nafas dengan sikap gadis itu, dengan ragu ia rebahkan tubuhnya, matanya menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong, "Sebenarnya, siapa sih aku? Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak ingat apa pun?" gumamnya dalam hati.

Ammar bangun dari ranjangnya dan berjalan ke lemari pakaian. Ia mengambil handuk serta pakaiannya lalu melangkah ke kamar mandi.

Ia membuka pakaiannya, banyak memar dan sayatan seperti bekas cambukan, membuka sekelebat ingatan tentang kejadian yang mengerikan. Dipejamkan matanya sejenak lalu ia pun mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower.

Setelah selesai ia pun segera berpakaian dan keluar dari kamar mandi. Ia terkejut melihat Azizah yang sudah duduk di bibir ranjangnya dan menatapnya sambil bertopang dagu. Mata Azizah berbinar, senyum manis mengembang di bibir kecil gadis itu.

"Nona? apa Nona sudah lama ada disini?" Tanya Ammar lembut pada nona kecilnya. Ia tak bergerak, berdiri di depan ranjangnya.

"Lumayan lah, aku sampai ngantuk karena bosan menunggu mu mandi," kata Azizah.

"Kenapa Nona menunggu saya?" tanya Ammar dengan tatapan bingung

"Disuruh Papa menjemput mu untuk makan," jawab Azizah sambil berdiri dan menarik tangan Ammar mengajaknya berlari keluar.

Kaki kecil itu dengan lincah berlari dari kamar menuju ruang makan lalu berhenti tiba-tiba, membuat Ammar terseret ke depan menabrak tubuh Azizah kencang, membuat gadis itu terhuyung ke depan, namun sebelum terjatuh dengan reflek Ammar menariknya cepat membuat dirinya terpelanting ke belakang, tubuh Azizah menimpah tubuh Ammar dengan keras.

"Brakk!"

"Aduh Nona!" teriak Ammar, merasa kesakitan. Burhan langsung berdiri dan berlari menolong mereka dengan mengangkat tubuh Aziza lalu kemudian mengangkat tubuh Ammar di gendong dan di bawahnya ke tempat duduk. Azizah mengikuti langkah ayahnya dan duduk di kursi di samping Ammar, Burhan membelai rambut anaknya sambil berkata," lain kali jangan berlari ya."

Azizah tersenyum sambil mengangguk lalu menoleh ke Ammar menatap penuh penyesalan," maafkan aku Ammar."

"Tidak apa-apa Nona, saya baik-baik saja," katanya tersenyum sambil melihat Nona mudanya. Burhan dan Rina tersenyum dan menyuruh mereka segera makan.

Sekarang keluarga Burhan di penuhi kebahagian setelah kehadiran Ammar. Hari-hari yang ceria di lalui dengan perdebatan kecil dan derai tawa Ammar dan Azizah.

Ammar di sibukkan dengan sekolah, latihan beladiri, bermain bersama dan menjaga nona kecilnya itu.

Ammar selalu menjaga Azizah layaknya seorang kakak yang siap membela dan membantunya setiap saat. Layaknya bodyguard yang selalu maju ke depan ketika teman Azizah mengganggu nya.

Bab 2 Jebakan Untuk Ammar

Enam belas tahun kemudian di usia 23 tahun Azizah menjadi CEO dan memegang beberapa hotel di Jakarta. Sedangkan Ammar menjadi wakilnya. Kebersamaan mereka menumbuhkan cinta di hati Azizah.

Di saat makan siang bersama Ammar di restoran sederhana. Aziza tak mengira ada seorang gadis menunggu di meja pesanan mereka.

Rasa heran menyeruak di hatinya. Sebelum rasa itu hilang ia di kejutkan oleh perkataan Ammar padanya, "Nona, perkenalkan ini Rika Putri kekasih saya."

Azizah melebarkan matanya menatap tajam ke arah Ammar lalu ke arah gadis itu secara bergantian. Ia menghela nafas panjang, rasa kecewa mendera hatinya, ia pun berbalik arah berjalan keluar restoran tanpa bicara dan tanpa menyambut uluran tangan Rika.

Ammar terkejut dan langsung berlari menyusul Azizah tanpa berpamitan pada Rika, sampai di luar ia tidak mendapati mobil Azizah. Ia pun segera memesan taxi untuk mengejar mobilnya.

Sementara di dalam Rika sangat kecewa pada Ammar yang lebih mementingkan Azizah di banding dirinya, ia memutuskan untuk pulang setelah membayar minumannya.

Sesampai di rumah Ammar dengan langka lebar memasuki ruangan dan bertemu Rina mama Azizah, " Ma, Non Izah sudah pulang?"

"Sudah ada di kamarnya, apa kalian bertengkar?" tanya Rina sambil menatap Ammar.

"Tidak Ma hanya ada sedikit masalah saja, saya akan menyusul," jawab Ammar berjalan cepat menuju kamar Azizah, Rina hanya tersenyum mengangguk.

Setelah sampai di kamar Azizah, Ia pun mengetuk pintu kamar Azizah.

"Tok tok tok."

"Nona maafkan saya tolong buka pintunya dulu." Tidak ada jawaban sama sekali.

Ammar pun pergi mengambil kunci serep, ia kembali kamar Azizah dengan membawa kunci serep dan sepiring nasi juga lauknya.

Ia membuka pintu kamar Azizah dan melihat gadis terlungkup di ranjangnya sambil menangis tanpa membuka sepatunya. Ammar menaruh makanan di atas meja. Mendekati Azizah dan duduk di bibir ranjangnya. Ia membuka sepatu Azizah lalu menyimpan di dalam rak sepatunya.

"Nona maafkan saya, saya sudah membuat kesalahan," kata Ammar.

Azizah membalikan badannya lalu menatap Ammar dengan tajam "Ya kau telah membuat kesalahan besar, Aku sahabatmu dan kau tak pernah cerita sedikit pun tentang kamu!" kata Azizah penuh dengan penekanan.

" Maafkan saya Nona," kata Ammar.

"Benarkah kau ingin aku memaafkan mu?" tanya Azizah dan Ammar pun mengangguk.

" Dua hari lagi ulang tahunku kau harus menemaniku merayakannya." Kata Azizah menatap tajam Ammar dan ia mengangguk.

Ammar mengambil piring yang ada di meja dan menyuapkan makanan pada Aziza, ia menerimanya walaupun dalam ke adaan marah.

Setelah peristiwa itu Ammar tak pernah menyinggung nama Rika di depan Azizah.

Tibalah hari di mana Aziza merayakan pesta ulang tahunnya di restoran hotelnya sendiri. Ia telah mempersiapkannya tanpa sepengetahuan Ammar. Di sinilah Ammar duduk bersama Azizah di depan meja yang sudah di siapkan minuman untuk mereka.

"Ammar mari bersulang denganku, mungkin setelah kau menikah kau akan sibuk dengan istrimu tidak mempedulikan aku lagi" kata Azizah.

"Tidak Nona, anda tetap prioritas utama saya saat hari pertama kita bertemu dan untuk selamanya."

"Jika ku suruh kau putus dengan kekasihmu, apa kau mau?" tanya Azizah sambil tersenyum sinis.

Ammar pun terdiam dan menunduk. ia mengambil gelas minumannya lalu mengangkat gelas itu sambil berkata "Selamat ulang tahun nona semoga anda mendapatkan pria yang lebih baik dari saya, saya selau ada buat nona kapanpun nona butuhkan." Lalu Ia meneguk minumannya hingga habis.

Azizah pun meneguk minumannya tanpa mengalihkan tatapannya pada Ammar, tersunging senyum misterius di bibirnya.

Tanpa di ketahui Ammar, nona mudanya telah merencanakan sesuatu pada dirinya yang akan merubah kehidupannya selamanya.

Beberapa saat kemudian terlihat Ammar mengeryitkan dahinya lalu mengerjapkan matanya.

Azizah melakukan hal yang sama untuk menipu Ammar, "Nona apa anda pusing seperti saya? Lalu bagaimana kita pulang nona? Nona kenapa kepala saya sakit sekali?" tanya Ammar berusaha bangkit dari duduknya namun sebelum ia berdiri dengan sempurna tubuh terduduk kembali dengan kepalanya yang terkulai di meja.

Azizah menyuruh seorang pelayan pria untuk memapah Ammar menuju ruangan yang sudah dibikin berantakan. Pelayan itu melucuti pakaian Ammar lalu membaringkannya di atas ranjang dan menyelimutinya. Kemudian pelayan itu keluar.

Azizah masuk keruangan itu dengan seorang MUA profesional. Ia meminta di buatkan tanda kepemilikan di bagian tertentu tubuhnya. Setelah selesai MUA itupun keluar dari ruangan itu.

Azizah pun masuk ke dalam selimut Ammar, tanpa mengenakan pakaian apapun. Semua pakaian di biarkan berserakan di atas lantai. Azizah memandang wajah Ammar yang terlelap, "Ammar aku rela merendahkan diriku sendiri untuk mendapatkan mu," gumamnya dalam hati.

Ia meringkuk membelakangi Ammar, menangis meratapi kemalangan yang tak mendapatkan hati Ammar meski ia yang lebih dulu masuk di kehidupan Ammar.

Ammar mulai tersadar mendengar tangisan di sampingnya. Pelan-pelan di bukanya matanya, ia pun terkejut telah berada di sebuah kamar dengan seorang wanita.

Ruangan itu cukup gelap tak bisa membuatnya mengenali wanita yang ada di sampingnya, ditajamkan pendengarannya untuk mengenal suara tangisan itu. " Nona, apa itu nona?" tanya Ammar pada wanita itu, tak ada jawaban ia pun panik dan menyalakan lampu meja dekat ranjangnya.

Ia mendekati wanita itu ingin membalikan tubuh itu agar bisa mengenalinya.

"Jangan Ammar aku malu pada mu, juga pada diriku sendiri kau sudah menodai ku bagaimana aku bisa menatap dunia Ammar," Kata Azizah membuat hati Ammar terpukul.

Bagaimana mungkin ia lakukan ini pada Azizah nona mudanya. Belum hilang rasa terkejutnya tiba-tiba pintu terbuka tampak Burhan dan Rina berdiri di depan pintu terkejut melihat keadaan putri dan putra angkatnya itu.

Burhan menguatkan hatinya, di ajaknya istrinya masuk kedalam lalu menguncinya kemudian ia duduk di sofa bersama dengan istrinya.

"Ammar, Papa kecewa padamu, kenapa kau tak mengatakan kalau kau menyukai putri papa, akan papa nikahkan dengan cara baik-baik. Papa akan menyetujuinya." Kata Burhan dengan lemah, matanya yang tajam menatap kedua nya.

"Maafkan saya Papa saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya tetap akan menikahi Nona muda," Kata Amar sambil menunduk.

"Ya kau harus menikahinya Ammar, Besok pagi kalian akan menikah, surat-surat biarkan menyusul, segera selesaikan masalah ini. Jangan sampai ada yang tau kalian berbuat ini sebelum menikah." Kata Burhan sambil berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan itu bersama istrinya.

Ammar pun bangun dari ranjang dan memunguti pakaiannya yang tergeletak di atas lantai lalu memakainya sambil berkata,"Nona di sini dulu saja, saya akan pulang ke rumah jika Nona yang keluar dari kamar ini mungkin akan banyak yang curiga, besok pagi saya menjemput Anda."

Azizah hanya mengangguk lalu ia turun dari ranjangnya di lilitkan selimut pada tubuhnya di berjalan perlahan sambil mulutnya berdesis menahan sakit. Ammar tak tega melihat itu langsung menggendongnya membawanya ke kamar mandi dan pergi meninggalkan nona mudanya sendiri menenangkan diri di kamar mandi itu.

Ammar melajukan mobilnya menuju rumah dan bergegas masuk ke kamarnya lalu ke kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan shower tanpa melepaskan pakaiannya, menghilangkan rasa sesak dan kecewa pada dirinya sendiri.

Ke esokan harinya tepat pukul 9 diadakannya akad nikah, yang di hadiri oleh beberapa tetangga dan kolega terdekat termasuk Angga Dintara. Angga menatap nanar gadis yang duduk di sebelah lelaki yang baru saja mengucap hijab kobul.

Gadis yang sejak dulu ingin di dekatinya kini telah bersanding dengan pria lain. Ia melangkah pelan menghampiri Burhan dan Rina memberinya selamat lalu beralih kepada Ammar dan Azizah, kemudian berpamitan kepada tuan rumah. Dengan hati hancur Di tinggalkan rumah itu.

Sesampainya di rumahnya Angga bergegas masuk ke kamar ibunya terlihat wanita paruh baya duduk di depan jendela dengan tatapan kosong menatap keluar. Angga menghampirinya dan mencium kening ibunya, "Rafan, Ang," gumam wanita paruh baya itu

"Sabar Ma, aku akan membawa pulang Rafan, asal mama cepat sembuh," kata Angga lalu pergi dengan mata basah. Melewati perawat ibunya, lalu melangkah kan kakinya keruangan kerja ayahnya. Ia masuk tanpa mengetuk pintu dan duduk di depan meja kerja Ayahnya.

"Dadd besok aku akan pergi ke Jerman mengambil beasiswa S2 ku," kata Angga sambil menunduk.

"Apa karena gadis itu? Baiklah, pergilah setelah itu kembali dan teruskan bisnis Daddy, hanya kau harapan Daddy Ang!" pinta Raka pada anaknya dengan menepuk bahu Angga dan meninggalkannya sendiri di ruangan itu.

Hatinya terluka kembali setelah kehilangan anak bungsu Rafan dan sekarang Angga pun akan pergi.

Bab 3 Memutuskan mu

Di rumah Azizah sudah mulai sepi. Ammar yang berada di kamar Azizah meminta ijin pada Azizah untuk menemui Rika.

Ammar yang duduk di pinggir ranjang, melihat Azizah yang duduk di depan meja rias sambil membersihkan makeup di wajahnya.

"Nona, boleh saya minta ijin untuk menemui Rika sebentar," tanya Ammar ragu

Azizah menoleh ke Ammar dengan tatapan tajam," pergilah! Jika kau ingin pergi."

"Nona, dia belum tahu kalau kita sudah menikah," kata Ammar sambil menunduk.

Azizah memejamkan matanya sejenak, "Pergilah Ammar!"

Ammar menatapnya sendu lalu mengecupnya keningnya dan mengusap lembut rambutnya, "maaf Nona, saya akan segera kembali," kata Ammar lalu pergi keluar kamar dan menghilang di balik pintu.

...****...

Di sebuah rumah makan sederhana, di sinilah ammar dan Rika duduk saling berhadapan, mereka saling menunduk. Ammar berbicara dengan suara gemetar, "Maaf Rika, kita tidak bisa bersama lagi aku sudah menikah."

"Dengan Azizah?" tanya Rika dan Ammar mengangguk. Seketika buliran air matanya menetes tanpa bisa di bendung.

"Aku mengerti, satu minggu yang lalu Rumah Sakit memintaku untuk menjadi dokter sukarelawan di desa terpencil.

Ada wabah di sana, aku belum memutuskannya. Itu karena kamu, Ammar. Akan tetapi sekarang berbeda aku yakin akan pergi ke sana, karena di sini aku sudah tidak terikat apapun dengan mu," kata Rika sambil membuka cincin pemberian Ammar dan meletakkan di meja di depan Ammar.

Rika terdiam sesaat lalu meneruskan kembali ucapanya, "Aku tak berhak memiliki cincin ini. Selamat semoga kalian bahagia," kata Rika kembali sambil mengulurkan tangannya.

Ammar menyambut uluran tangan Rika dengan tangan yang gemetar. Ia tak berucap sepatah katapun pada Rika dan hanya bisa menunduk menyembunyikan lukanya.

Rika berdiri dari tempat duduknya dan pergi tanpa menoleh kebelakang.

Ammar terdiam dan mengambil cincin itu lalu di masukannya di dalam saku celananya, mengusap sudut matanya yang sedikit basah, ia pergi setelah membayar minuman mereka.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di suatu tempat.

Beberapa menit kemudian ia sudah sampai ke pantai itu, gulungan ombak saling berkejaran, buih-buih ombak yang pasang surut menerjang kaki telanjangnya. Tak tahu kemana hati berlabuh takdir lah yang membawa kita di tempat kita berlabuh. Ammar berjalan menyusuri tepi pantai, duduk di atas pasir putih. Merenungi kisah hidupnya yang malang hingga larut malam.

Sementara itu, Azizah gelisah di kamarnya menunggu Ammar pulang. Ia tak berhenti menangis sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, Ammar belum juga pulang. Ia meringkuk di atas ranjang di tariknya selimut sampai batas leher, mencoba memejamkan matanya. Hingga akhirnya terdengar suara deritan pintu terbuka, Azizah pura-pura tertidur kembali, kemudian terdengar langkah kaki mendekatinya lalu terasa ada tangan yang menyentuh rambutnya sesaat, kemudian terdengar lagi langkah kaki berjalan dan suara pintu yang tertutup, berganti dengan suara kucuran air dari kamar mandi lalu berganti lagi dengan suara deritan pintu lemari yang di buka, tak lama kemudian gelap.

Azizah melirik ke sofa terlihat Ammar sudah meringkuk di sana, kemudian terdengar dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. Azizah tertidur setelah lelah menangis.

Ammar melalui harinya dengan kesibukan kerja, setelah Burhan menyerahkan kepemimpinan hotel padanya.

Ia selalu pulang ketika sudah larut malam dan pergi sebelum fajar datang. Setiap malam ia hanya mencium kening istrinya lalu tidur di sofa.

Di tempat lain di Jerman Angga mulai sibuk dengan kuliahnya dan berkutat dengan buku-buku tebalnya.

Di Jerman ia sudah mulai bisa melupakan sedikit tentang Azizah karena Ada seorang gadis yang sering mengganggunya dari pertama ia tiba di jerman, gadis itu selalu usil walau ia pun baik dan membantu kesulitan Angga. Nama gadis itu Anjani Permata.

Tak ubahnya dengan keadaan Rika di tempat kerja barunya selalu sibuk dengan pasien-pasiennya hingga larut malam dan terlelap di saat ia lelah.

Hari berjalan terus tanpa di sadari 1 tahun telah terlewati namun kehidupan ke empat anak manusia belum bisa bergerak maju, Rika, Angga dan Ammar dengan hati yang belum selesai lalu Azizah yang selalu ingin meraih cinta Ammar yang tak kunjung berbalas.

Sikap Ammar masih tetap manis seperti dulu namun ada batas dinding yang tidak bisa dilalui dan tidak bisa di masuki Azizah tapi ia tak bisa berhenti mencintai Ammar.

Setiap hari di waktu makan siang Azizah datang di kantor Ammar dengan membawa makan siang, namun Ammar tak ada di ruangannya ketika makan siang, menunggu Ammar sampai ia tertidur di sofa hingga sore hari.

Azizah beranjak dari sofa dan berjalan keluar dengan membawa pulang kembali rantang makanan yang belum tersentuh, dengan langkah gontai ia memasuki lift dan menghilang di balik pintu yang tertutup dengan rapat.

Setibanya di lantai dasar pintu lift terbuka kembali. langkah kakinya berdetam seirama hatinya yang gusar, kaki-kaki jenjang itu melangkah melewati pintu keluar menuju mobilnya.

Azizah masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan hotel, ia melajukan mobilnya tanpa arah mengitari jalanan yang mulai sedikit gelap, hingga memutuskan kembali kerumahnya.

Setibanya di rumah ia menaruh rantang makanan di meja dan langsung pergi ke dalam kamarnya tanpa sepatah kata pun.

Di suatu malam Ammar menyiapkan pakaian untuk perjalanan dinasnya ke Surabaya.

Tiba-tiba saja Azizah terbangun, "Mas, lagi apa? Kenapa belum tidur?" tanya Azizah dengan suara serak sehabis bangun tidur pada Ammar.

Ammar menoleh lalu tersenyum kemudian melangkahkan kakinya ke ranjang menghampiri istrinya di kecupnya kening istrinya dengan lembut " Maaf membuatmu terbangun, aku mau ke Surabaya pagi ini, hotel di sana bermasalah, tidurlah kembali ini masih petang!" kata Ammar lembut.

Azizah menggeleng sambil terus menatap Ammar, " Boleh aku ikut?" pintanya pada Ammar

"Jangan akan berbahaya buatmu, aku tidak ingin terjadi suatu hal denganmu. Kau tahu bukan, dari dulu aku menyayangimu tidak ingin kau terluka," jawab Ammar sambil merebahkan tubuh istrinya kembali ke ranjang dan memasang selimutnya.

"Hanya sayang? Tidak bisakah lebih dari itu?" tanya Azizah sambil menatap sendu ke wajah Ammar.

"Maaf, jangan memaksa, Ku mohon! Aku akan berusaha," kata Ammar menenangkan Azizah.

"Kau menghindari ku, Ammar," kata Azizah sambil memiringkan tubuhnya membelakangi Ammar.

"Tidak, aku hanya sibuk. Nanti jika ada waktu aku akan menemanimu kemanapun kau pergi, aku tetap sahabatmu Izah. Apa kau senang aku memanggil nama mu?" tanya Ammar sambil merapikan selimut istrinya menariknya sebatas leher.

Azizah mengangguk dan hanya terdiam mencoba memejamkan matanya kembali. Ammar memadamkan lampunya lalu membaringkan tubuhnya di sofa, tak seberapa lama kemudian terdengar dengkuran halusnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!