NovelToon NovelToon

Guruku Suamiku

Part 1. Sosok berbeda

Gladisia putri maharani bisa di panggil juga Glasdis, gue anak kelas 12 IPS ya kelas tingkat terakhir.

Semua orang tak ada yg tak tahu tentang gue bahkan bisa dibilang gue adalah cewe yg paling terkenal di sekolah ya begitulah bisa dibilang karena gue cantik, cerdas, ya dan satu lagi gue kaya.

Kaya lah itu nilai plus soalnya gue bisa traktir banyak orang bahkan gue juga bisa sogok orang buat kerjain tugas gue. Hahaha emang sih gue cerdas cuman gue terkadang males aja buat ngerjain tugas hidup gue terasa sempit banget gitu kalau gue harus habiskan buat ngerjain tugas kan kasihan juga yg butuh uang jajan bisa bagi-bagi rejeki kali ya. Ya itu juga pendapat gue sih kalau lo ya gak tahu lah kan kalau gue kayak hahaha.

Eh ya gue itu punya teman dekat namanya Clarisa dan Selena mereka berdua itu ya antek-antek gue lah satu sampai lima gue berada di peringkat satu dan mereka di peringkat lima ya wajarlah gue kan cantik di atas mereka tapi mereka memang sahabat baik gue sejak masuk SMP dan sampai sekarang.

''Gladis!'' panggil Clarisa dan Selena bersama.

Mereka berdua berlari menghampiri cewe terpopuler di sekolah mereka itu yg tidak lain adalah sahabat baik mereka berdua.

''Ih gila lo yah, gue udah nunggu lo dari tadi pagi nyatanya lo berangkat sendiri katanya mau barengan kebiasaan deh!" protes Clarisa dengan cerocosan nya yg udah seperti petasan yg hampir semua meledak.

Sementara Gladis ia malah terus berjalan tanpa memperdulikan kedua sahabat baiknya itu.

Ya seperti itulah sikap dirinya namun meski begitu dirinya masih beruntung karena masih mempunyai kedua sahabat baik yg masih setia mau menemani dirinya bahkan sudah hampir enam tahun itu.

''Gladis gue ngomong kamu itu kebiasaan deh." Kesal Clarisa masih mengejar cewe super duper angkuhnya bahkan sama sahabatnya itu saat ini.

Gladis berhenti sejenak ia memutar tubuhnya dan menatap acuh pada kedua sahabat baiknya membuat Clarisa dan Selena diam seketika. ''Gue mau kalian diem bisa gak sih untuk kali ini aja kalian gak usah bikin pagi gue makin kesal.'' Tegas Gladis dan langsung memutar tubuhnya kembali ia langsung kembali berjalan tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yg merasa bingung.

''Kebiasaan deh tuh anak pasti ada yg sesuatu,'' tebak Clarisa menduga.

Selena hanya diam namun ia mengangkat bahunya acuh dan memilih berjalan tanpa memusingkan sahabat nya itu.

''Ih kok malah di tinggal sih,''

.

''Pagi anak-anak,'' sapa ibu Arumi yg baru saja masuk ke kelas.

''Pagi bu,'' balas semua siswa siswi dengan serempak.

Pembelajaran pun kembali di mulai seperti biasa.

Tak ada yg spesial bahkan semua terasa seperti biasa saja seperti hari-hari sebelumnya.

''Oh ya ibu lupa apa pembagian kelompok penelitian kalian udah di bagi?" seru bu Arumi.

''Belum bu, bukannya ibu yg akan bagikan?" sahut Frans ketua kelas.

Frans adalah sosok laki-laki yg banyak di kagumi para siswi ia juga adalah ketua OSIS yg tidak bukan adalah sosok yg mengagumi Gladis.

Hanya saja dirinya cukup tahu diri ia merasa tidak yakin pada cintanya atau ia takut jika dirinya akan ditolak oleh wanita separuh bidadari sombong itu.

Bu Arumi mengangguk ia kembali teringat akan ucapan dirinya minggu lalu.

''Ya sudah kalau begitu ibu bagikan dulu tiap kelompok dan kalian nanti akan menentukan penelitian nya tapi satu yg harus kalian ingat ibu tidak ingin ada laporan jika penelitian kalian tidak real.'' Tukas bu Arumi.

Ia pun langsung menuliskan pembagian kelompok di papan tulis dengan yakin membagikan satu persatu nama ke tiap kelompok.

''Yah gue pisah sama kalian,'' ucap Selena memelas.

Selena merasa tidak puas dengan pembagian kelompok yg bu Arumi tuliskan karena dirinya terpisah dari kedua sahabat baiknya itu.

''Yah gak apa-apa lah Selena, lagian buat penelitian ini doang kok.'' Tutur Clarisa berusaha menghibur sahabatnya itu.

Bu Arumi yg sudah selesai ia pun membalikan tubuhnya.

''Ini berlaku untuk setiap pertemuan ibu jadi ibu harap kalau ada tugas kalian harus kerjakan bersama secara kelompok.'' Jelas bu Arumi.

Gladis mencebikan bibirnya ia merasa kasihan juga pada sahabat baiknya itu.

''Kenapa mesti di bagi kelompok sih buk,'' protes Gladis mengutarakan ketidak setujuan dirinya.

''Ya kalian kan kelas IPS harusnya memang begitu kalian harus banyak berkompromi membangun rasa musyawarah dalam setiap penyelesaian tugas bukan begitu?" tanya bu Arumi meminta pendapat dari para siswanya.

Gladis hanya diam kali ini ia tidak banyak bertingkah cukup sudah mood nya hilang di pagi hari ia tidak ingin mood nya seharian ini hancur karena masalah sepele.

Sebenarnya ia sendiri ingin protes tapi apa daya dirinya memang sedang malas saja beradu argumen dengan guru nya itu. Padahal biasanya ia paling sering memprotes tindakan gurunya yg tidak ia harapkan dan selalu berakhir dengan guru yg mengalah tapi berbeda untuk kali ini ia seolah tidak menghiraukan kesedihan sahabatnya itu.

.

''Ke kantin yuk," ajak Clara yg langsung mendekati bangku Gladis.

Gladis hanya menghembuskan napas beratnya ia seolah berat untuk melangkah semangat nya terasa hilang sejak pagi datang.

''Kok diem sih, ayo.'' Ajak Clara menarik tangan Gladis.

''Males ah, gue nitip aja ya,''

''Gak mau, ayo lagian kamu mau apa di kelas sendiri biasanya juga paling males diem di kelas sendiri.'' Cerocos Clara lagi.

''Males aja, lagian gue gak lapar.'' Bohong Gladis.

Dirinya memang sedang tidak mood terlebih untuk saat ini pagi tadi saja ia sudah puas dengan mood buruknya karena sang ayah kembali pergi untuk pekerjaan nya ia hanya tinggal bersama ayahnya karena ibunya dan sang ayah bercerai saat dirinya duduk di bangku SMP sejak saat itu ia selalu merasa sendiri bahkan setelah dirinya menginjak usia sekarang ia tidak pernah merasa dirinya memiliki kehidupan yg baik.

''Kenapa sih? ayah lo berangkat lagi kan?" tebak Clara yakin.

''Dis, kenapa?" tanya Selena yg sama tidak senang melihat raut sedih sahabatnya.

Gladis tersenyum miring menjelaskan hati yg saat ini sakit memang tidak perlu ia hanya ingin sendiri benar-benar sendiri seperti yg selalu ia rasakan di rumah besar milik nya sendiri.

''Ya udah gue duluan ya,'' Clara langsung berlalu dari hadapan sahabat baiknya itu.

Ia yakin jika memang saat ini sahabat baiknya memang sedang membutuh kan waktu untuk sendiri.

Kini hanya dirinya sendiri di kelas hanya keheningan yg ia kembali rasakan andai saja ia tumbuh dengan penuh kasih sayang mungkin saat ini ia adalah sosok wanita yg paling sempurna tapi apa daya ia hanya seorang anak yg lemah.

Gladis hanya bisa menangis ia kembali rapuh di sekian hari yg ia lewati ya itu hanya beberapa saat ia akan kembali seperti Gladis biasa wanita yg sangat angkuh bagi orang lain dalam hidupnya.

Bersambung....

Part 2 Di tembak

''Ekhm," Frans berdehem seraya mendekati Gladis yg masih duduk di kursinya.

Terlihat ia seperti sehabis menangis membuat langkah Frans sedikit ia pelan kan.

"Lo diem aja disini tumben gak ke kantin bareng temen lo itu?" tanya Frans sedikit canggung.

Sebenarnya ia ingin mengutarakan maksud nya tapi melihat wanita yg ia cintai itu seperti bersedih membuat ia merasa tidak tepat waktunya.

"Ekhemmm," Gladis mengatur dirinya agar terlihat biasa saja di hadapan siapapun meski sepertinya itu tidak bisa ia sembunyikan dari lelaki yg kini sudah duduk di dekat dirinya.

"Lo nangis ya?" tanya Frans mengangkat sebelah alisnya.

Gladis mengangkat wajahnya hingga mata mereka saling bertemu namun beberapa detik kemudian ia mengalihkan pandangan nya dari lelaki yg sudah sangat dekat dengan dirinya dan itu hanya sekedar teman karena memang mereka sekelas dan satu organisasi membuat dirinya memang dekat dibandingkan dengan lelaki lain.

"So tau." Ketus Gladis pada akhirnya.

Ia tidak mungkin berkata jujur gengsinya memang sangat tinggi.

Frans yg mendengar itu seketika tertawa kecil namun ia buru-buru diam kembali karena kini Gladis menatap dirinya kesal.

"Mau apa ko kesini bukannya sana aja sama temen lo lagian ada apa kamu nyamperin aku kesini?" selidik Gladis pada akhirnya.

Sebenarnya ia memang tidak nyaman berduaan di kelas dengan lelaki meski ia memang bergaul bebas tapi ia tidak seperti yg mereka duga.

Frans menghembuskan napas nya dengan kasar namun ia menggaruk tengkuknya yg merasa mendadak gatal jelas tidak mungkin ia mengatakan jika dirinya hendak mengungkapkan perasaan nya jelas sekali bukan waktu yg tepat.

"Enggak jadi gini nanti sehabis jam sekolah habis kita adakan pertemuan OSIS lagian masa jabatan kita udah mau abis kita harus segera buat pemilihan OSIS baru." Ungkap Frans mencari topik lain.

Memang sebenarnya ia juga hendak merencanakan itu tapi seharusnya jadwalnya besok tapi ia tanggung bingung dan mengatakan nya sekarang.

"Oke," Gladis menyetujui nya.

Ia pun segera bangun dari duduknya namun ia bangun di saat waktu yg tidak tepat membuat ia hampir saja terjatuh karena tidak seimbang.

Frans yg melihat itu ia pun segera membantu Gladis karena ia hampir saja terjatuh.

"Sorry, aku gak sengaja," cicit Gladis merasa malu karena hampir saja jatuh di depan Frans.

"Lo gak apa-apa kan?" tanya Frans pada akhirnya.

Gladis menggeleng ia pun segera bangun dan membenahi pakaian nya.

"Hai kalian berdua aja udah kayak orang lagi pacaran," celetuk Clarisa yg baru saja datang dengan membawa makanan di tangan nya.

Gladis mendadak gugup ia sedikit kaget karena tuduhan dari sahabat nya itu sementara Frans ia juga tidak jauh beda merasa gugup karena tuduhan dari teman kelasnya.

"Ih apaan sih lo Clar gue lagi ngobrolin buat nanti rapat OSIS ya kan Frans?" tanya Gladis meminta agar Frans mengatakan yg sebenarnya.

Frans menatap Gladis sebelum akhirnya ia menjawab. " Ya itu benar nanti sehabis pulang sekolah," jelas Frans lagi.

Frans pun segera pergi meninggalkan ketiga wanita itu.

Dadanya terasa berdebar seolah sedang ketahuan maling padahal ia tidak melakukan apapun.

"Kok gue lihat si Frans kayak beda yah," ucap Selena yg dari tadi hanya diam.

Ia hanya melihat tingkah Frans sama Gladis terlihat ada sesuatu yg mereka sembunyikan.

Gladis menatap Selena yg seolah sedang mengintrogasi dirinya membuat ia sedikit terkejut.

"Apaan sih sel, lagian gak ada apa-apa kok," celetuk Gladis pada akhirnya.

Selena dan Clarisa saling pandangan dan pada akhirnya mereka saling melempar senyum.

"Apaan sih kalian itu gak jelas banget tahu lagian ada apa coba?" tanya Gladis yg sedikit gusar karena seolah dirinya sedang di hakimi oleh kedua sahabatnya.

"Kalau gak ada apa-apa ya biasa aja kali kan gue ngomongnya juga si Frans bukan sama lo," cetus Selena sambil tertawa kecil.

Clarisa yg mendengar ucapan Selena ia pun tak kalah senang nya. "Yap betul sekali gue yakin kalian udah jadian ya?" tebak Clarisa pada akhirnya.

Sontak Gladis membulatkan matanya seolah kaget dengan tuduhan yg lebih jauh lagi. "Apaan sih kalian itu gak jelas banget," kesal Gladis lagi.

"Cie yg udah jadian," goda kedua sahabatnya itu membuat Gladis semakin merasa malu padahal dirinya tidak jadian dengan Frans.

Sebenarnya Gladia sendiri ia memang naksir pada Frans tapi mana mungkin ia mengutarakan nya lagian dalam kamus hidupnya ia tidak boleh sampai nembak seorang lelaki hanya ada lelaki yg nembak duluan itulah yg ia harapkan tapi sudah hampir tiga tahun ini ia memendam perasaan nya pada Frans nyatanya belum juga terjadi membuat hanya dirinya saja yg sampai saat ini jomblo berbeda dengan kedua sahabatnya yg sudah sering pacaran.

.

"Oke jadi kita itu harus segera menentukan siapa saja kandidat yg akan di pilih untuk menjadi bakal calon ketua OSIS dan juga wakil OSIS." Papar Frans dalam rapat kerjanya.

Semua orang yg hadir sudah merekrut siapa saja yg mereka pilih.

"Apa gak sebaiknya kita beri kesempatan pada siapa saja yg ingin mencalonkan diri untuk jadi ketua dan wakil OSIS? soalnya gimana kalau kita tunjuk para kandidat eh mereka gak bisa memenuhi nya?" seru Gladis berpendapat.

Frans yg mendengar itu mengangguk paham ia pun merasa apa yg di ucapkan Gladis ada benarnya juga karena tak semua orang sanggup akan tanggung jawab itu.

"Kalau menurut yg lain gimana?"

"Ya benar juga kalau untuk tahun ini gimana kalau seperti itu jadi siapa saja yg mau boleh mencalonkan dirinya tapi jika tidak ada yg berminat ya sudah kita pilih para kandidat seperti tahun-tahun sebelumnya." Seru salah seorang anggota OSIS.

"Oke kalau begitu kita ambil kesimpulan seperti itu dan kita akhiri saja rapat kali ini. Oh ya dan untuk acara lengser kita langsung adakan acara minggu depan aja gimana?"

"Ya minggu depan aja lebih baik lagian kan mepet juga kalau minggu ini," seru anggota lain.

"Ya sudah kalau begitu rapat selesai dan kita akhiri dengan doa."

Acara rapat telah selesai dan semua para anggota sudah pulang kini hanya tinggal Gladis yg sedang merapihkan barang bawaan nya dan juga Frans yg sedang membereskan berkasnya juga.

Gladis yg sudah selesai ia pun bangun dari duduknya namun baru juga beberapa langkah kini Frans memanggil dirinya membuat Gladis seketika menghentikan langkahnya.

"Ekhm dis, boleh aku ngomong sebentar?" tanya Frans yg mendadak canggung.

Gladis sendiri ia sedikit gugup namun ia cukup bisa mengontrol dirinya ia hanya mengangguk mengiyakan permintaan dari Frans.

"Dis, ekmmm sebelumnya aku eh gue minta maaf ya sama lo tapi emmm... "

Ucapan Frans menggantung membuat Gladis mengerutkan kening nya.

"Ya?" sahut Gladis bingung.

"Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Frans pada akhirnya.

Frans memang sudah tidak bisa lagi menahan dirinya ia sungguh ingin mengatakan itu sejak tadi siang.

Bersambung.........

Part 3. jadian

Gladis seolah kaget dengan apa yg saat ini ia dengar namun tak dapat di pungkiri dirinya begitu senang karena akhirnya apa yg ia tunggu terjadi juga meski Frans mengungkapkan nya tanpa embel-embel romantis.

''Dis, gimana kamu mau kan jadi pacar gue?" tanya Frans lagi.

Gladis tersenyum ia pun mengangguk pelan menjawab pertanyaan Frans.

Frans tersenyum gembira sungguh ia juga merasa begitu bahagia.

''Ih anak itu dimana sih kebiasaan deh ditungguin gak nongol-nongol.'' Kesal Clarisa.

Clarisa pun segera melangkah kembali ke kelas dimana tadi di adakan rapat OSIS di ikuti oleh Selena yg sedang asik memainkan ponselnya.

''Lo masih belum beres dis?" tanya Clarisa yg hendak masuk ke kelas tapi ia sedikit kaget karena kini sahabat baiknya sedang bersama dengan Frans berdiri di ambang pintu.

Frans dan Glasis seketika terkejut meski Gladis sedikit masih syok akan kenyataan jika saat ini dirinya sudah jadian dengan lelaki yg sudah sangat lama ia kagumi.

"Eh udah kok ayo,'' ucap Gladis dan segera berjalan lebih dulu meninggalkan kedua sahabatnya yg sedang menatap selidik pada Frans.

''Dis ih tunggu!" teriak Selena mengejar Gladis.

Kini mereka sudah berada di parkiran Gladis masih memegangi pipinya yg terasa begitu panas membuat Clarisa dan Selena merasa heran dengan tingkah sahabatnya itu.

"Lo kenapa sih senyum-senyum gitu udah kayak orang gila aja.'' Gerutu Clarisa.

Gladis masih tersenyum ocehan sahabatnya itu tidak berpengaruh sama sekali ia masih merasakan bahagia yg saat ini ia rasakan.

Selena segera menempelkan tangan nya pada Gladis mengecek apa sahabatnya itu baik-baik saja atau tidak.

Gladis segera menepis tangan Selena ia sedikit kesal karena tingkah Selena. ''Ih apaan sih gue baik-baik aja kok.'' Ketus Gladis tapi ia masih tersenyum dengan manis.

''Ya lagian lo udah kayak orang kesurupan tahu.'' Kesal Selena lagi.

''Ada apa sih?"

''Ayo tebak?" ucap Gladis lagi.

''Hmmm males ah gue capek,'' seloroh Clarisa yg memang tidak lagi mood.

''Yah gak seru, tapi kalian penasaran kan?" tanya Gladis lagi dengan senyum yg masih saja mengembang.

''Ya coba deh cerita yg benar jangan sampek gue kesal.'' Gerutu Clarisa.

''Jadi, gue jadian sama Frans,'' Ucap Gladis jujur.

Seketika kedua sahabatnya itu langsung memeluk Gladis dengan gembira mereka memang sudah tahu kalau Gladis mencintai Frans dan dia belain jomblo sampai akhirnya kini terbalaskan juga.

''Aaahhh gue ikut senang dis,''

''Iya gue juga senang,'' ucap Selena juga yg masih saling berpelukan.

''Iya gue juga senang tapi udah dong gue pengap nih,'' keluh Gladis yg memang sudah merasa sesak.

Kedua sahabatnya pun melepas pelukan nya dengan tawa kecil mereka.

''Ya udah kita pulang yuk udah hampir sore juga.'' Kata Gladis pada akhirnya menyudahi acara mereka.

''Kamu pakai motor tadi kesini? hah gue gak percaya sama kamu nanti yg ada kamu nabrak loh.''

''Enggak lah nih buktinya gue gak apa-apa kan? lagian gue udah dapat sim jadi kalian gak usah khawatir gitu,'' kata Gladis dengan percaya diri.

Sebenarnya ini juga adalah kali pertama dirinya naik motor lagi karena a memang sebenarnya ia bisanya naik mobil namun karena pagi tadi ia merasa kesal membuat dirinya nekat untuk naik motor dan akhirnya ia bisa dengan selamat sampai sekolah.

''Ikut kita aja yuk biar motor lo nanti di ambil aja sama supir lo?" seloroh Clarisa yg merasa khawatir pada sahabat baiknya itu.

''Udah gak apa-apa lagian kalian masih gak percaya apa sama gue.''

''Ya udah gue duluan ya bye,'' ucap Gladis yg langsung menaiki motornya dengan yakin hingga akhirnya motor itu menghilang dari pandangan mereka.

Gladis begitu bahagia ia menjalankan motor nya dengan kecepatan sedang saja dan menikmati perjalanan.

Hatinya masih berbunga-bunga memikirkan kejadian yg sungguh tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Namun karena keasyikan melamun membuat dirinya tidak konsen di jalan dan ia hampir saja menabrak sebuah mobil dan ia malah terjatuh dari motornya.

''Awww,'' pekik Gladis yg masih belum bisa bangun karena tubuhnya tertimpa motor nya sendiri.

Seseorang itu pun segera keluar dari dalam mobilnya dan segera menghampiri dirinya di ikuti oleh beberapa orang yg ikut menolong dirinya.

''Gadis.'' Seru seorang lelaki itu dan segera menghampiri dirinya.

''Kamu gak apa-apa?" tanya lelaki itu dengan khawatir.

Ia pun segera membangunkan dirinya dan beberapa orang membantu membenarkan posisi motornya.

''Mbak, motornya sedikit lecet kayaknya gak bisa di pakai kalau di pakai juga bisa membahayakan.'' Seru salah seorang lelaki.

''Ya sudah pa bisa bawa motor itu ke bengkel depan aja ya pa saya minta tolong.'' Ucap Irfan yg sedang menyangga Gladis.

Lelaki itu pun mengangguk dan segera membawa motor milik Gladis ke bengkel yg tepat dekat dengan dirinya berdiri.

''Kamu gak apa-apa kan?" tanya Irfan lagi pada Gladis.

Gladis menggeleng ia sedikit syok karena jika saja mobil di belakang nya tidak segera berhenti ia akan terlindas tapi ia cukup beruntung.

''Ya sudah biar saya antar pulang.'' Ajak Irfan yg langsung membawa Gladis ke dalam mobil miliknya.

Gladis tidak banyak bicara ia masih sedikit syok.

''Kenapa bisa sampai jatuh?" tanya Irfan pada akhirnya memecah keheningan.

''Aku gak tahu pak,'' balas Gladis jujur karena jika saja ia jujur tentu lelaki di sampingnya mungkin akan memarahi dirinya karena lelaki yg menolong dirinya adalah guru nya di sekolah.

Irfan menghembuskan napasnya namun matanya menatap kaki Gladis yg sedikit terluka karena tadi tertimpa motor nya.

''Loh kok kesini, pak bukan kesini tapi jalur sana,'' protes Gladis yg baru sadar jika dirinya di bawa ke arah yg berbeda.

''Diam saja mana mungkin saya membawa kamu pulang dengan kami terluka seperti itu.'' Balas Irfan dengan nada dingin nya.

Gladia kembali diam ia tidak lagi bisa berkutik ia bahkan baru sadar jika kakinya terluka pantas saja ia tidak bisa berjalan bahkan berdiri saja ia merasa sakit.

''Ayo turun,'' perintah Irfan saat sudah sampai di tempat tujuan nya.

Gladis menatap klinik yg terlihat di depan nya ia pun segera membuka pintu dan hendak turun tapi apa daya kakinya sangat sakit bahkan air matanya keluar begitu saja.

Irfan yg melihat itu ia pun segera menghampiri Gladis dan membantu Gladis berdiri dan memapahnya untuk masuk ke dalam klinik.

''Awww,'' pekik Gladis lagi ia menghentikan langkahnya karena sakit yg ia rasa.

Irfan merasa tidak tega ia pun langsung menggendong Gladis ke ruangan yg akan ia tuju.

''Pak aku bisa sendiri,'' cicit Gladis merasa tidak nyaman karena kini ia berada dalam gendongan sang guru bahkan ia dapat mencium bau wangi tubuh gurunya.

Bersambung........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!