NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah Dengan Om Om Tampan

1. Mendadak Menikah

Perkenalan namaku Alisha Delia Paramitha. Teman-teman selalu memanggilku dengan Delia. Saat ini aku sedang mondok di pesantren Tahfiz. Alhamdulillah, sudah hafal 5 juz. Pagi ini aku di panggil oleh kakak pembina yang biasa mengurus segala keperluan para santri.

"Delia, ini ada telpon dari orang tua kamu." Aku lalu menerima panggilan telepon tersebut.

Kami para santri memang tidak diperkenankan membawa ponsel. Jadi apabila orang tua kami ada keperluan, kami akan menggunakan nomor pembina kami.

"Assalamualaikum, ayah, ada apa?" tanyaku.

"Delia, cepatlah pulang! Besok pagi kami harus sudah ada di rumah, penting sekali." ucap Ayahku di sebrang sana.

"Ada apa, Yah? Kok mendadak begini?" tanya Delia masih penasaran.

"Pulang saja Del, gak usah banyak tanya!" jawab ayahku terdengar ketus dan kesal.

"Baiklah, ayah! Delia minta ijin Pak Kiai dulu, semoga diperbolehkan pulang!" Delia lalu menutup telponnya, dan menghadap Kakak pembinaannya.

"Kak, ayah saya menyuruh saya pulang malam ini. Apakah Pak Kiai masih ada di dalam?" tanya Delia merasa gak enak hati, karena malam-malam mengganggu.

Biasanya, jam segini, adalah waktu istirahat Pak Kiai, setelah seharian beraktivitas. Sudah pukul 22.00 WIB, saat ini Delia sedang mondok di sebuah pondok pesantren di daerah Jawa tengah, dan orang tuanya tinggal di Jakarta.

Delia ragu apakah masih ada bus atau kereta yang bisa membawanya ke Jakarta. Ayahnya tadi menelpon memintanya supaya sampai ke rumah besok pagi. Sungguh frustasi rasanya. Ayahnya tidak menjelaskan kenapa dirinya harus pulang mendadak begini.

Aku menghadap Pak Kiai untuk meminta ijin pulang, "Maafkan saya Pak Kiai, malam-malam mengganggu. Saya disuruh pulang oleh ayah saya sekarang juga Pak Kiai. Mohon ijinnya!" ucapku dengan khidmat.

"Ada keperluan apa? Kenapa malam-malam begini di suruh pulang? Sangat berbahaya. Apalagi kamu seorang wanita!" ucap Pak Kiai dengan nada cemas.

"Maafkan, saya Pak Kiai! Saya tidak tahu, kenapa ayah saya mendesak saya untuk pulang secepatnya. Beliau hanya mengatakan kalau saya harus sampai di rumah, besok pagi!" ucapku sambil menundukkan kepala.

"Baiklah, kamu harus hati-hati di jalan. Mungkin orang tua kamu memiliki suatu hal mendesak yang tidak bisa dikatakan di telpon." Ucap Pak Kiai memberikan izin pulang untukku.

"Terima kasih banyak, Pak Kiai, saya permisi!" Aku kemudian k undur diri dan bersiap untuk berangkat ke Jakarta malam itu juga.

"Sri, kamu antarkan Delia sampai ke terminal, pastikan dia berangkat malam ini. Jangan pulang kalau Delia belum mendapatkan bus, kamu paham?" perintah Pak Kiai pada kakak pembinaku.

"Baiklah, Pak Kiai. Saya permisi!" ucap Sri lalu menyiapkan mobil milik pondok pesantren untuk mengantarkanku ke terminal.

Setelah memiliki ijin pulang dari Pak Kiai, aku bergegas beres-beres, karena niatnya hanya sebentar, aku hanya membawa dua setel pakaianku, menggunakan tas ransel. Biar gak ribet dalam perjalanan.

Alhamdulillah, kakak pembina berbaik hati mengantarkan aku ke terminal bus, dan menunggu diriku sampai dapat bus yang akan membawaku ke Jakarta. Sesuai dengan instruksi dari Pak Kiai.

Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, aku akhirnya sampai di rumahku. Yang aku heran, kenapa sangat ramai di sana? Apakah lagi ada acara atau bagaimana?

Dengan tergesa aku langsung masuk ke dalam rumahku, di sana, aku melihat seorang Om Om yang menggunakan pakaian Pengantin. Tammpan sekali. Aku jadi bingung, apa yang sedang terjadi di rumahku ini?

"Ayah, apa yang sedang terjadi? Siapa Om Om yang menggunakan pakaian Pengantin tersebut?" tanyaku pada ayahku yang langsung menyambut kedatanganku.

"Dia calon suami kamu, Delia! Cepatlah pergi ke kamar kamu, di rias dan gunakan pakaian Pengantin kamu, kasihan Pak kaisar sudah menunggu dari tadi!" ucap ayahku, aku yang terkejut dengan apa yang di sampaikan oleh ayahku, hanya bisa melongo saja. Syock tingkat dewa! Bagaimana mungkin, aku di paksa menikah dengan Om Om Tampan tersebut? 

"Apa ayah sedang bercanda? Gak lucu tahu gak, sih!" protesku agak kesal. Aku melirik sekilas kepada Om Om yang kini menatapku dengan intens, seketika aku merasa benci dengan Om Om yang saat ini masih menatapku. 'Dasar Om Om gak tahu diri!' umpatku dalam hati.

"Delia, ayo cepat! Penghulu sebentar lagi akan datang! Cepat ganti pakaian kamu!" aku lihat Om Om itu masih melihat ke arahku dengan mata elangnya.

Aku berusaha berontak, menolak mengikuti kemauan orang tuaku, tapi ibuku sudah mendorongku masuk ke kamarku. Disana seorang penata rias wajah sudah menungguku.

"Mba, pakai dulu kebayanya, baru setelah itu kita rias wajahnya biar cantik!" ucapnya santai.

"Aku gak mau menikah, ibu!" rengekku dan air mata mulai mengalir dari kelopak mataku.

"Jangan membangkang, Delia! Cepat, itu penghulu kayaknya sudah datang!" aku lalu dipaksa menggunakan kebaya dan di rias pengantin juga. 

'Ya Allah, apa yang terjadi kepadaku?' bathinku merintih sedih.

Setelah sekitar setengah jam wajahku di rias, ibuku membawa aku ke depan Om Om tadi, yang terpesona saat melihat aku selesai di rias. 

"Ayo cepat! Saya masih banyak mau menikahkan pasangan lain!" ucap Pak penghulu tidak sabar.

"Anak saya sudah siap, Pak!" ucap ayah sambil tersenyum manis ke arah penghulu.

"Baiklah, Pak Kaisar, saya akan menikahkan Anda, apakah Anda siap?" tanya penghulu tersebut.

"Saya siap, Pak!" jawab laki-laki yang bernama Kaisar itu.

"Apakah akan dinikahkan sendiri atau di wakilkan?" tanya penghulu tersebut.

"Diwakilkan saja, Pak!" jawab ayah Delia mantap. Delia sudah putus asa. Air mata berlinang membasahi pipinya.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Kaisar Eka putra Nugraha bin Kenshi Yamada dengan Alisha Delia Paramitha binti Maimun Riansyah dengan Mas Kawin seperangkat alat sholat dan uang sebanyak 50 juta, dibayar tunai!" ucap penghulu tersebut.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Alisha Delia Paramitha binti Maimun Riansyah dengan Mas Kawin tersebut di bayar tunai!" ucap Kaisar dengan sekali tarikan nafas.

Seketika Aku berubah status menjadi istri dari Om Om Tampan yang asing bagiku.

Seketika dunia rasanya berputar, aku hilang kesadaran saat itu juga. Saat aku sadar, aku sudah berbaring di dalam kamarku. Om Om yang tadi siang telah resmi menjadi suamiku saat ini tengah menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

"Kenapa Om melakukan pernikahan dadakan seperti ini? Kita gak kenal sebelumnya!" ucap Delia berharap pernikahan itu hanya sebatas mimpi.

"Kamu nanti bisa bertanya kepada kedua orang tua kamu, perihal pernikahan kita!" jawab pria asing yang kini berstatus sebagai suamiku.

Kepalaku rasanya pusing, gak percaya dengan apa yang terjadi dalam hidupku saat ini. Bagaimana mungkin, dirinya yang baru berusia 18 tahun, menikah dengan Om Om berusia 35 tahun? Walaupun tidak di pungkiri pria itu sangat tampan sekali. Tapi tetap saja, Aku syock dengan menikah dadakan ini.

2. Pindah Ke Rumah Suami

Setelah ijab Qabul, suamiku langsung memboyong diriku untuk tinggal di rumahnya. Duniaku berubah 180° sejak hari ini. Aku seorang istri sekarang.

'Usiaku baru 18 tahun, tapi suamiku berusia 35 tahun. Om Om!' jeritku dalam hati.

Entah punya dosa apa diriku di masa lalu, sehingga mengalami nasib seperti ini. Ayah dan ibu terlihat sangat bahagia, dengan pernikahan ku yang tiba-tiba.

Mereka tidak perduli dengan air mataku yang meleleh gak mau berhenti.

"Jangan-jangan aku bukan anak kandung mereka, makanya mereka tega menikahkan aku dengan Om Om Tampan ini! Ckckck!" Aku masih belum percaya dengan semua kenyataan ini.

"Aku tahu kalau aku tampan!" ucap pria disebelah ku dengan begitu PD nya.

"Ya Allah!" ucapku terkejut.

Entah sejak kapan pria itu naik ke mobil, tiba-tiba sudah ada di sampingku.

"Pindah ke depan, aku bukan sopir kamu!" ucapnya keras, suara berat khas lelaki dewasa. 

'Ah.. Hidupku kayaknya gak akan mudah lagi mulai saat ini!' bathinku frustasi.

"Cepatlah, aku sudah gak sabar dengan malam pertama kita!" ucapnya sambil tersenyum manis kepadaku.

"Astagfirullah, siapa yang mau malam pertama denganmu?" jawabku ketus.

"Tentu saja kamu, masa aku mau malam pertama sama Mamah kamu? Kamu ada-ada saja!" ucapnya dengan nada bercanda tapi terdengar garing di telingaku.

"Gak lucu!" ucapku masih tidak bersahabat.

"Kamu harus membiasakan diri dengan suami tampan kamu ini!" ucapnya dengan nada narsis, sambil meraih tanganku lalu menciumnya dengan lembut.

Ya Allah! Tiba-tiba hatiku berdebar-debar, sepertinya darahku berpacu dengan kencang. Nafasku agak sesak. Pria yang kini berstatus sebagai suamiku, dia tersenyum dengan begitu manisnya kepadaku. Seumur-umur ini adalah kali pertama aku dekat dengan mahluk bernama laki-laki sedekat ini.

"Ya Allah, cobaan apa lagi ini?" rutuk Delia mulai pusing dengan kelakuan suaminya. Kami berkendara dalam sepi. Kami sibuk dengan pemikiran kami sendiri. Lagi pula, memang tidak ada bahan pembicaraan. Lebih baik aku diam saja. Itu lebih baik menurut ku.

"Ayo turun, kita sudah sampai!" suamiku membukakan pintu mobilnya untukku, aku terpesona dengan rumah mewah yang ada dihadapanku.

"Rumah ini sungguh jauh dari ekspektasi ku! Ya Allah, apakah sekarang aku jadi istri seorang Sultan?" tanyaku repleks.

"Kamu istri seorang Kaisar!" ucap suamiku sambil meraih tanganku dan mengajakku masuk kedalam rumah kami.

"Apa ini benar-benar rumahmu?" tanyaku masih terpesona.

"Mulai sekarang ini adalah rumah kita. Kita akan mendidik anak-anak kita bersama di rumah ini!" ucap Kaisar sambil mencium bibir Delia sekilas. Delia yang belum siap, hanya mengerjakan matanya, kaget dengan sikap romantis suaminya.

"Ayo kita ke kamar kita!" Kaisar menggandeng tanganku dan membawaku ke sebuah kamar yang sangat mewah dan besar. Sungguh berkelas dan berkualitas.

"Ya Allah! Apa ini benar kamarmu?" tanyaku kaya orang katro baru lihat kamar sebagus ini. Memang ini kali pertama aku masuk ke kamar seindah ini.

"Mulai sekarang, ini adalah kamar kita! Kita akan memulai segalanya di sini! Apakah kamu sudah siap dengan malam pertama kita?" tanya Kaisar lalu mendekati ku yang masih terpaku melihat keindahan kamar ini.

"Kau mau apa?" aku terkejut saat suamiku sudah berdiri di dekatku dan sudah membuka jas yang tadi dia gunakan.

"Ini malam pertama kita! Ayo kita mandi dulu, lalu kita sholat sunah, agar anak-anak kita kelak jadi anak Sholeh dan Sholehah!" dia lalu menggendong diriku ke dalam kamar mandi. Jantungku gak usah ditanya bagaimana kabarnya. Dia gak baik-baik saja. Berdebar pokoknya!

"Apakah kamu bahagia dengan pernikahan kita?" tanya suamiku saat kami berendam di bathtub bersama.

Jantungku dari tadi rasanya hampir mau copot. Ini kali pertama aku berdekatan dengan seorang pria selama 18 tahun hidupku. Sejak lulus SMP aku langsung masuk pondok pesantren dan disana, pergaulan kami benar-benar terjaga. Tidak bersentuhan atau bertemu dengan seorang pria.

Yang harus datang, maka datanglah?! Mau menghindari macam apa juga gak ada gunanya. Aku juga tahu kewajiban seorang istri yaitu melayani kebutuhan ranjang suaminya. Dan disinilah aku sekarang, di atas kasur kami. Melaksanakan kewajiban sebagai seorang istri untuk pertama kalinya.

Suamiku sangat senang kayaknya, melihat bercak darah di seprai kami. Entah kenapa tiba-tiba hatiku merasa sangat bahagia, suamiku benar-benar membuat aku merasa seperti seorang ratu, dia memperlakukan aku dengan sangat lembut. Aku sampai melayang ke langit ketujuh.

Malam pertama kami terasa sangat indah bagiku. Aku yang baru berusia 18 tahun, tapi kini bersuami seorang Om Om yang tampan. Sungguh luar biasa rasanya. Apalagi melihat rumah suamiku yang seperti istana. Hatiku sangat bahagia.

Setelah menghabiskan malam pertama yang mengesankan bagiku, kami terlelap karena kelelahan. Suamiku sangat tampan, aku masih tak percaya dengan kehidupan yang kini aku jalani.

Saat aku terbangun pertama kali di rumah ini, aku mendapatkan diriku tengah memeluk suamiku. Suamiku yang tampan ini, terlihat sangat damai dalam lelapnya. Aku terus memandangi wajahnya yang maha sempurna.

"Apakah benar, pria tampan ini sekarang adalah suamiku?" tanyaku sambil menyentuh hidung mancungnya. Aku mengecup bibir seksinya yang begitu menggoda. Namun tiba-tiba tangan suamiku sudah melingkar di pinggangku.

Mata suamiku terbuka dan menatapku dengan sahdu. Aku jadi malu rasanya, karena kepergok sedang mengagumi ketampanan suamiku.

"Aku tahu kalau aku ini tampan, kamu pasti sangat bangga menjadi istriku bukan?" tanya suamiku dengan senyum manisnya.

"Siapa bilang? Gak usah GR!" ucapku lalu bangkit dari tempat tidur, tapi suamiku gak mau melepaskan tangannya dari pinggangku.

"Kamu mau ke mana?" tanyanya.

"Mau mandi lalu sholat shubuh!" jawabku.

"Ini masih jam lima. Temani aku tidur sebentar lagi, aku masih mengantuk!" tanpa meminta persetujuan dariku, suamiku langsung menarik ku dalam pelukannya.

"Dasar suami mesum!" protesku, suamiku hanya tersenyum mendengar protesku.

Aku yang memang masih mengantuk juga, akhirnya lelap kembali dalam pelukan hangat suamiku. Saat aku terbangun lagi, aku melihat suamiku masih terlelap dalam tidurnya.

"Semoga aku bisa mencintaimu, sehingga pernikahan ini tidak terlalu berat aku jalani!" ucapku tanpa aku sadari.

"Kamu pasti akan jatuh cinta kepadaku, percayalah!" ucap suamiku dengan percaya diri, sambil mencium bibirku sekilas. Aku terpana dengan kelakuan romantis yang ditunjukkan oleh suami Om Om tampanku.

"Dari mana sumber kepercayaan diri kamu itu? Dasar Om Om!" ucapku ketus, sambil bangkit dari tidurku, sekaw sudah mau jam 6, jadi aku harus bangun untuk mandi dan sholat shubuh.

"Biar Om Om, tapi tampan bukan?" tanyanya sambil mengikuti diriku ke kamar mandi.

"Mau apa kau?" tanyaku heran, sambil mendorong nya agar keluar dari kamar mandi.

"Tentu saja mandi bersama dengan istriku. Masa aki harus mandi dengan pembantuku? Nanti kamu ngamuk kalau aku lakukan hal itu!" ucapnya dengan senyum liciknya yang sialnya malah menambah kadar ketampanan nya.

3. Daftar Kuliah

Pagi ini, setelah sholat shubuh, aku bergegas pergi ke dapur, niatnya mau buat sarapan. Tapi suamiku sepertinya belum mau melepaskan aku dalam genggamannya. Dia masih menahan aku di kamar ini.

"Mas, aku mau siapkan sarapan dulu!" ucapku sambil berusaha untuk melepaskan tangannya dari pinggangku.

"Tugas kamu cuma melayani aku, pekerjaan rumah, biar pembantu yang kerjakan! Paham, hmmm?" ucapnya dan mulai menciumi aku lagi. Ya  Allah, baru selesai mandi. Masa disuruh mandi lagi? Gak lucu bukan?

"Apa Mas gak kerja?" tanyaku sambil merapihkan rambut suamiku yang berantakan.

"Aku bosnya, terserah aku. Mau berangkat jam berapa." ucapnya dan tangannya mulai nakal, menggerayangi tubuhku. Aku tertawa geli karena perbuatan nakalnya.

Punya suami Om Om Tampan, mimpi apa aku ini? Sungguh masih belum percaya sama sekali. Dengan jalan hidupku saat ini.

"Sayang, nanti Mas antarkan untuk daftar kuliah, ya?" ucapnya sambil mencium pucuk kepalaku.

"Kuliah? Aku gak mau! Aku ini seorang santri, aku ingin menjadi seorang hafizah! Aku mau kembali ke pondok?" ucapku mantap sambil menatap suamiku yang masih usil gerayangi tubuhku.

"Tidak bisa, kamu sekarang istriku! Harus nurut dengan segala aturan ku!" ucapannya sungguh membuat hatiku seketika sedih. Mataku sudah berkaca-kaca. Air mata siap meluncur, tapi masih bisa aku tahan.

"Tapi aku masih ingin mondok! Hiks hiks!" aku frustasi karena memikirkan diriku harus meninggalkan Pondok dan juga teman-teman ku di sana.

"Mas mau kamu kuliah, agar kamu bisa jadi wanita yang hebat! Itu juga salah satu syarat kedua orang tua kamu, waktu mengijinkan kamu menikah dengan ku!" ucap suamiku.

"Kenapa mereka jahat sekali kepadaku? Mereka jelas tahu impianku adalah menjadi seorang hafizah. Bukan menjadi wanita hebat dengan versi mereka!" tidak terasa air mataku sudah menetes. Sedih rasanya.

"Kalau kamu kuliah, nanti aku bukakan perusahaan yang bisa kamu kelola sendiri setelah kita bercerai!" aku terkejut saat suamiku mengatakan kata bercerai.

"Cerai? Baru menikah sehari dan kamu sudah bicara masalah bercerai dengan ku?" tanyaku heran.

"Apa orang tua kamu gak bilang? Pernikahan kita hanya lima tahun saja. Setelah itu kita akan bercerai! Itulah perjanjian nya!" bagaikan di sambar petir di siang bolong, mendengar pengakuan pria yang baru satu hari menjadi suamiku. Aku seketika bangkit dari pelukannya.

Dengan amarah yang memuncak aku menuding wajahnya dengan telunjukku, dia tampak anteng saja melihat kemarahanku.

"Apakah, bagimu pernikahan adalah sebuah permainan?" hatiku sudah sakit rasanya.

Kepala sudah pusing tidak karuan. Ternyata pernikahan paksa ini hanya sebuah permainan baginya. Ya Allah, punya dosa apa diriku?

"Pernikahan bukanlah mainan! Perjanjian di hadapan Allah, bagaimana kamu berani sekali mempermainkan ikatan sakral seperti pernikahan?" aku sudah tak kuasa lagi, air mata sudah berderai tidak terbendung.

Begitu teganya pria dihadapanku ini, setelah dia datang tiba-tiba dalam hidupku, dan mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupku, sekarang dengan seenaknya dia mengatakan tentang perceraian.

"Aku tidak mencintai kamu, aku hanya butuh seorang pewaris bagi perusahaan ku, kalau selama pernikahan kita kelak kamu berhasil melahirkan seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan bonus 10 M buat kamu, kalau kamu bisa memberikan dua anak pria, bonusmu akan berlipat. Kalau anak perempuan, dia boleh ikut denganmu setelah pernikahan kita. Karena aku tidak butuh anak perempuan!" ucap Kaisar dengan tegas dan tanpa berpikir bahwa kata-katanya akan menyakiti hatiku, istrinya.

"Apalah kamu melakukan hal ini juga terhadap wanita lain?" tanyaku sambil menatap benci kepadanya.

"Sebelumnya, aku telah menikahi seseorang, tapi dia tidak memberikan aku seorang anak, karena wanita itu mandul, jadi di tahun ke dua pernikahan kami, aku menceraikan wanita itu!" ucap Kaisar tanpa dosa. Tanpa beban sama sekali. Aku takjub dengan pria yang baru satu hari resmi menjadi suamiku ini.

"Rupanya kamu adalah seorang petualang, penghancur masa depan para wanita? Menggunakan alasan ingin memiliki pewaris, untuk memudahkan aksi bejat kamu! Kamu dasar penjahat kelamin!" Delia langsung berdiri dan menghajar Kaisar membabi buta, guna melampiaskan kekesalannya. Kaisar diam saja tidak melawan sama sekali dengan amuk kemarahanku yang seperti hilang kendali.

"Laki-laki bejat macam kau memang layak di hajar! Aku yang akan mewakili para perempuan yang telah jadi korbanmu! Penjahat kelamin!" kini aku bukan hanya menendang Kaisar, tanganku juga mukul kepala Kaisar tanpa ampun, hingga akhirnya Kaisar berhasil menangkap tanganku, dan meraih kemenangan, Kaisar langsung mencium bibirku dengan ganas tanpa memberikan jeda untuk bernafas, hingga aku tersengal-sengal.

"Itu hukuman buat istri liar macam kamu! Sekali lagi kau berbuat kurang ajar, aku pastikan hukuman kamu akan lebih berat lagi! Paham, kamu?" Kaisar mendorong tubuhku ke ranjang, lalu dengan kasar dia melucuti semua pakaianku, tidak ada lagi pria lembut di malam pertama ku, ternyata itu hanya kepalsuan. Kini suamiku yang sedang menggila ini menunjukkan jati dirinya yang asli, sebagai penjahat kelamin!

Begitu sesak rasa hatiku, hingga tidak aku nikmati sedikitpun percintaan kami. Hatiku merintih kesakitan dengan semua penghinaan yang di lakukan suamiku ke atas tubuhku hari ini.

"Demi Allah, aku tidak akan pernah memaafkan kelakukan kamu hari ini!" ucapku sambil menarik selimut setelah dia selesai dengan nafsu bejatnya tersebut.

Aku hanya diam saja, saat Kaisar, suamiku mengajakku untuk mendaftar kuliah di sebuah universitas ternama di kota ini. Aku sudah kehilangan energi untuk berdebat dengan suamiku yang ternyata hanya seorang penjahat kelamin.

Hatiku rasanya mati seketika. Aku benci dengan diriku, yang terjebak dalam pernikahan konyol tak masuk akal ini. Aku di paksa menikahi seorang Om Om, hanya untuk di jadikan pabrik anak olehnya. Yang aku heran, kenapa Om Kaisar harus repot-repot menikah dengan ku? Bukan dengan wanita lainnya.

Nanti aku akan bertanya kepada orang tuaku, alasan mereka begitu tega menjerumuskan hidupku yang berharga kepada Om Om jahat ini.

"Ayo kita masuk, kamu pasti nanti suka, disini adalah universitas terbaik di kota ini!" ucapnya sok ramah. Tapi aku tidak merespon apapun yang dia katakan. Aku tak perduli sama sekali.

"Bicaralah, apa kau bisu?" protesnya tampak tidak suka dengan diam ku.

"Aku benci sama Om! Gak usah sok baik, lebih baik Om segera ceraikan aku! Karena aku gak sudi di jadikan pabrik anak sama Om!" ucapku dengan amarah tingkat dewa.

"Om? Kamu panggil suami kamu dengan Om?" tanyanya tampak terkejut.

"Kenapa? Kamu memang Om Om bukan? Gak terima? Ceraikan aku saja! Beres urusan kita!" tanganku sambil melotot ke arahnya.

"Jangan bermimpi! Sampai kamu memberikan anak laki-laki untukku, jangan bermimpi akan lepas dari tanganku! Paham kamu?" Kaisar lalu memaksaku untuk mengikuti dirinya masuk ke kampus baruku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!