“Yeaa…action!”
Suara sutradara terdengar menggema di telinga Rosemary yang sejak tadi menunggu gilirannya mengambil peran sebagai salah satu pemeran figuran di film bergenre roman.
Sebagai seorang bintang film yang baru memulai karirnya di dunia hiburan Rosemary sangat beruntung dirinya langsung mendapat peran walaupun sebagai figuran.
Rosemary bukan berasal dari keluarga bintang film yang sudah sangat populer dia hanya gadis remaja yang beruntung memiliki wajah cantik dan paras yang rupawan.
Rasa bangga menyelimuti Rose ketika dirinya mendapat panggilan kalau dia akan dikontrak untuk perannya yang tidak seberapa.
Rosemary sadar pada saat dia memutuskan mengikuti audisi untuk peran di salah satu rumah produksi sinema, dia harus bisa menerima mendapatkan jenis peran apa pun yang diberikan untuknya.
Sebagai seorang pemula sangat keterlaluan bila dia pilih-pilih. Mendapat panggilan untuk peran kecil saja sudah membuat Rosemary gembira. Bagaimana pun dia bukan orang kaya dan juga dari keluarga yang memiliki darah seni. Dia hanya seorang gadis remaja yang mimpi agar dirinya dikenal masyarakat luas.
Perannya sebagai anak orang kaya yang tertindas harus dimainkan dengan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan kalau dia tidak mau mengulang adegan.
Hari ini adegan yang harus dimainkan Rose adalah adegan saat dirinya harus masuk ke dalam kolam karena kakak tiri yang marah dan menuduh dirinya telah merebut kekasihnya.
“Dasar murahan. Kau jelas tahu kalau Fauzan adalah kekasihku tapi kenapa kau justru masuk ke dalam kamarnya, hah?!” teriak Alya.
“Aku bersumpah tidak masuk ke dalam kamarnya, Kak. Aku baru pulang sekolah,” ratap Dona dengan suara tersendat.
“Kau pikir aku tidak melihatnya? Kau pikir aku buta?” teriak Alya disertai dengan gerakan mendorong tubuh Dona yang berada di pinggir kolam yang mengakibatkan tubuh Dona tercebur.
“Cut!”
Suara sutradara kembali terdengar, membuat semua orang lega mendengarnya. Di pinggir kolam, beberapa orang membantu Rosemary yang berperan sebagai Dona, naik ke atas. Tubuhnya yang basah langsung ditutupi handuk tebal dan lebar yang diberikan oleh salah seorang kru.
“Terima kasih,” jawab Rosemary.
Dari sudut matanya Rosemary melihat Riska yang berperan sebagai Alya datang menghampiri. Wajahnya yang cantik mencoba memperlihatkan sikap peduli melihat keadaan Rosemary yang basah.
“Aku minta maaf harus melakukannya. Kau tidak marah padaku, kan?” katanya sembari mengulurkan tangan.
“Untuk apa aku marah. Kita bekerja sesuai dengan peran. Kecuali kau memang sengaja melakukannya,” jawab Rosemary menyambut uluran tangan Riska.
“Terima kasih,” sahut Riska dan langsung pergi kembali meninggalkan Rosemary yang harus segera berganti pakaian.
Setelah berkaca di cermin dan yakin kalau penampilannya sudah lebih baik, Rosemary segera mencari sutradara yang bernama Danur untuk menanyakan kapan dia mulai syuting lagi.
Dari kejauhan dia melihat Danur sedang bicara dengan seorang lelaki perlente yang sudah Rosemary kenal karena pria itulah yang sudah memberinya kontrak. Siapa lagi kalau bukan Produser film Anggoro Mulya.
"Mereka sedang ngapain ya, kalau aku menemui mereka ganggu tidak, ya," kata Rosemary membatin.
Tidak mau mengganggu 2 orang penting di film yang sedang produksi, Rosemary memilih berbalik menuju lokasi dan bertemu dengan bintang utama yang yaitu Alfaroz Dimitri yang berperan sebagai Fauzan.
"Eh, aku kira sudah pulang. Memangnya masih ada syuting?" tanya Alfaroz ramah.
"Tidak ada Kak. Aku menunggu Bang Danur," sahut Rosemary tidak kalah ramahnya.
"Mau ngapain nunggu Bang Danur?" suara tersebut di ucapkan oleh Riska yang baru datang dengan segelas minuman segar.
"Aku hanya mau tanya, besok apakah aku harus datang atau tidak," jawab Rosemary.
"Ooh, tapi di skrip kamu ada, kan? Kalau ada berarti harus datang," jawab Riska mengambil kursi kosong yang ada di samping Alfaroz.
Tengah mereka bicara, Danur, orang yang ditunggu Rosemary datang menghampiri tempat mereka berkumpul.
Matanya menatap Rosemary dengan pandangan berbeda.
"Sepertinya gadis ini bisa membuat-nya tertarik. Dia adalah jenis wanita yang diinginkan seorang lelaki untuk berada di atas ranjangnya," batin Danur tanpa melepaskan tatapan menilai yang tertuju pada Rosemary.
"Hari ini syuting selesai, tetapi bos minta kalian semua hadir nanti malam di rumahnya.” Beritahu Danur setelah penilaian sekilasnya terhadap Rosemary selesai.
"Ke rumah Pak Anggoro? Untuk apa?" tanya Riska mengeluh.
"Malam nanti, sponsor yang mendanai film ini sudah menghubungi bos. Beliau minta dikenalkan kepada seluruh pendukung film ini. Ada pertanyaan?"
Suara Danur yang berat saat menjawab pertanyaan Riska membuat yang lainnya diam. Sampai Rosemary mengangkat tangannya.
"Apa saya sebagai figuran juga harus datang?" tanya Rosemary dengan menyebut perannya sebagai orang yang tidak penting.
"Apa kau sudah tanda tangan kontrak sebagai pemain? Kalau ya, kau juga wajib datang."
"Bagaimana kalau aku tidak bisa?" suara Alfaroz terdengar menantang.
"Aku yakin kau bukan anak kemarin sore seperti Rosemary yang masih memerlukan jawaban," sahut Danur membuat beberapa pemain pendukung mengeluh.
"Kenapa, harus mendadak Bang? Terus terang aku sudah ada janji," kata Riska menyalahkan Danur.
"Kau pikir hanya dirimu ya punya janji? Beliau adalah Pengusaha Asing bernama Lev Grigory dan baru menyampaikan permintaan begitu mendarat di tanah Jakarta. Kalau ada yang bertanya emang penting harus patuh sama orang asing? Aku jawab sangat penting. Beliau adalah satu-satunya orang yang bersedia memberikan uangnya untuk produksi film ini. Paham?!"
"Paham Bang. Lalu jam berapa acaranya?" tanya Riska lagi.
"Jam 7 malam. Aku harap kalian tiba tepat waktu!"
Setelah menyelesaikan tugasnya menyampaikan pesan dari Produser film, Danur meninggalkan mereka yang secara perlahan juga membubarkan diri.
Sama seperti yang lain, Rosemary juga meninggalkan lokasi syuting tetapi dia tidak seperti mereka yang pergi dengan mengendarai mobil mewah, Rosemary cukup berjalan kaki menuju pangkalan ojek dadakan yang keberadaannya sangat membantu mereka, terutama Rosemary.
"Eh, mau kemana Ros? Kamu ga pulang?" suara sapaan terdengar dari sebuah mobil membuat Rosemary berpaling.
Dia melihat di dalam mobil mobil mewah dengan kaca jendela yang terbuka sehingga terlihat wajah seorang Anggoro Mulya yang berada di dalamnya bersama seorang wanita cantik.
"Saya mau beli gado-gado di sana Pak," Rosemary menunjuk ke arah jalan yang berada di ujung persimpangan.
"Jauh?"
"Saya jalan kaki, jadi bisa lewat rumah orang Pak," jawab Rosemary malu.
"Bagaimana kalau kita makan siang di restoran terkenal. Kebetulan akun dan Desy mau makan," ajak Anggoro dengan mata merayu.
"Terima kasih Pak. Perut saya perut gado-gado yang ga bisa menerima makanan berupa salad," jawab Rosemary menunduk.
"Ya sudah kalau kau menolak. Kalau kau tidak keberatan nanti malam kau beri penilaian untuk gado-gado yang kamu makan hari ini!" perintah Anggoro tajam sebelum dia menaikkan kaca jendela seiring mobilnya yang melaju.
Setelah mobil yang membawa Anggoro Mulya tidak terlihat lagi, Rosemary berjalan cepat, kembali menuju pangkalan ojek.
“Aku minta maaf sudah membuat bapak kecewa, tapi saya bukan siapa-siapa hingga aneh rasanya kalau saya ada di sana,” kata Rosemary melamun dalam hati.
Rosemary baru saja selesai mandi dan dia harus bergegas kalau tidak mau terlambat tiba di rumah Anggoro Mulya, produser film tempatnya bermain peran.
Rosemary menyadari bahwa seharusnya dia pergi ke salon agar bisa mendapatkan penampilan yang lebih baik, tetapi dia tidak punya waktu untuk melakukannya sehingga dia hanya bisa mengandalkan keahliannya yang dia peroleh setelah mengikuti kursus merias sebelum akhirnya dia tertarik dengan tawaran bermain film yang diberikan oleh salah satu teman SMA-nya.
“Tidak terlalu mengecewakan,” katanya bangga melihat hasil kerjanya melalui cermin yang ada di depannya.
Rosemary melihat jam dinding dan waktunya semakin mendekat dan dia tidak mempunyai waktu banyak untuk mengagumi penampilan dirinya.
Mengenakan gaun terusan serta sepatu yang dikirim ibunya dari luar negeri, Rosemary menjadi gadis yang berbeda. Dia bukan lagi gadis remaja yang culun dan tidak mengenal mode melainkan seorang gadis yang cukup dewasa. Penampilannya kali ini berhasil menipu usianya yang baru melewati usia 18 tahun.
Rosemary baru saja keluar dari kamarnya dan berusaha mencari ayahnya saat dia bertemu dengan Husna, kakak tirinya yang juga mau pergi.
Husna menatap iri penampilan Rosemary dan dia bertanya penuh kedengkian pada adik tirinya, “Mau kemana sudah rapi?” tanyanya sinis.
“Aku mau ke rumah Pak Anggoro Mulya, dia produser film tempat aku bekerja,” jawab Rosemary pelan.
“Mau ngapain?” Husna menatap dengan pandangan menuduh membuat Rosemary mengangkat wajahnya.
“Pak Anggoro mengundang kami semua para pendukung film agar hadir di rumahnya. Kebetulan sponsor dana utama akan datang dan beliau ingin mengenal semua pemainnya,” kata Rosemary berusaha menjelaskan.
“Mau pergi sama siapa?” tanya Husna lagi sementara dari arah luar, terlihat ayahnya berjalan masuk.
“Waah, anak-anak ayah mau kemana, sudah rapi dan cantik,” tanya Ayah Rosemary yang bernama Sion dengan bangga.
“Kalau Rose ada acara di rumah Pak Anggoro. Ayah, ayah punya waktu buat nganter Rose tidak, soalnya kalau naik kendaraan umum takut tidak cukup waktunya,” kata Rosemary berusaha membujuk ayahnya.
“Jam berapa acaranya?” tanya Sion melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Sekitar 1 jam lagi,” jawab Rosemary pelan.
“Ya sudah, ayah antar, tapi ayah mandi dulu ya,” katanya beranjak pergi ke kamar.
“Ayah, aku juga minta antar. Ayah bisa juga, kan? Aku mengalah diantar terakhir juga tidak apa-apa,” kata Husna ikut bicara.
“Kalau tujuannya searah tidak masalah. Tapi kalau tujuan kalian berlawanan, ayah minta maaf tidak bisa melakukannya,” jawab Sion tenang.
Kemudian secara bergantian Rosemary dan Husna menyebutkan alamat tujuan mereka membuat Sion mengangguk, “Akan ayah antarkan, tapi ayah mau mandi dulu. Tidak masalah, kan?” jawab Sion melirik wajah Rosemary yang selalu tenang.
“Tapi jangan lama-lama. Aku tidak mau terlambat tiba di tempat undangan,” jawab Husna dengan sengaja melihat jam dinding.
Berbeda dengan Husna yang merupakan anak yang dibawa istrinya sekarang, Rosemary yang merupakan putri kandungnya justru lebih banyak diam. Seringkali Sion menduga kalau sifat Rosemary ini seperti ibunya. Wanita yang lebih memilih diam tanpa memberikan alasan yang masuk akal saat dia menuntut bercerai darinya.
Malam itu cuaca sangat cerah sementara lalu lintas sangat mendukung hingga mobil yang dikendarai Sion tiba 5 menit sebelum waktu yang sudah disebutkan Danur.
Berjalan dengan langkah lebih cepat dari seharusnya membuat napas Rosemary memburu dan dia harus membuatnya kembali normal lagi sebelum masuk ke dalam rumah besar yang memiliki taman tidak kalah luasnya.
“Menunggu sesuatu?” terdengar suara seorang lelaki menyapanya membuat Rosemary tersentak dan nyaris melompat.
“Ya Tuhan…Alfa kau membuatku terkejut,” pekik Rosemary tanpa sadar.
“Sorry. Sedang apa, kenapa tidak masuk ke dalam. Kau tidak bermaksud menunggu aku datang, kan?” tanya Alfaroz dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi.
“Aku tidak menunggu siapa-siapa. Aku hanya istirahat sejenak,” jawan Rose mulai berjalan masuk.
“Memangnya kau berlari kemari?” goda Alfaroz tertawa.
“Tidak dari rumah. Aku berlari dari pintu gerbang yang jaraknya ke rumah ini begitu jauh,” jawab Rosemary membuat Alfaroz menghentikan langkahnya.
“Kau serius? Memangnya kau tidak bawa kendaraan?” tanya Alfaroz seolah-olah semua orang harus mempunyai kendaraan sendiri.
“Keuanganku tidak cukup untuk memiliki kemewahan tersebut,” jawab Rosemary tertawa.
Melihat tawa Rosemary membuat Alfaroz ikut tertawa. Sejak bertemu dengan Rosemary pada awal acara syukuran awal syuting, Alfa sudah tertarik pada Rose yang menurutnya semua sikapnya tidak ada yang dibuat-buat, apa adanya.
“Jadi kau diantar atau naik taxi?” selidik Alfa menjajari langkah Rosemary.
“Diantar, tapi ayahku harus segera pergi karena masih ada kakakku yang harus diantar juga,” jawab Rosemary.
“Pulangnya boleh aku antar?” tanya Alfa tertarik.
“Terima kasih. Nanti ada ayahku yang akan menjemput,” jawab Rosemary sebelum kedatangan mereka di sambut dengan suasana ramai yang berasal dari tamu-tamu yang sudah hadir.
“Mereka ternyata tepat waktu semua, tidak seperti kita,” bisik Alfa di telingan Rosemary membuatnya sedikit jengah.
Seorang bintang utama tidak perlu berada di samping pemain figuran dan itulah yang dilakukan oleh Alfa. Begitu mereka bertemu dengan tamu yang lain, dia langsung menemui orang-orang yang bisa mendukung kariernya.
“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka, apa aku memang tidak bisa bersosialisasi layaknya seorang bintang film?” batin Rosemary.
Rosemary memperhatikan sekelilingnya, dia melihat hampir seluruh pemain sudah hadir, hanya seorang yang masih di tunggu kedatngannya. Orang paling penting yang membuat mereka semua harus hadir di rumah Anggoro Mulya pada malam hari ini.
Mengikuti yang lainnya, Rosemary mengambil minuman berupa air jeruk yang begitu segar mengalir di tenggorokannya setelah dia memasukkan sebuah kudapan sementara yang lainnya menyebar di setiap tempat khusus yang lebih mirip lapak yang menyediakan berbagai macam kuliner.
“Menurutku kau harus segera menyelesaikan kegiatanmu berkeliling untuk mencoba setiap makanan karena kita akan segera beraksi,” terdengar suara yang begitu dekat di telinga Rosemary yang lagi-lagi berasal dari Alfaroz.
“Aku heran sama kamu, kenapa sih tidak bicara dengan normal, selalu saja buat aku kaget. Untung saja aku tidak menuang minuman ini ke bajumu,” tegur Rosemary jengkel.
Rosemary antara keberuntungan atau kemalangan berteman dengan bintang film setenar Alfa. Sudah banyak film yang sudah dia bintangi dan meraih kesuksesan hingga dia merasa beruntung bertemu dan berteman dengan Alfa yang sikapnya selalu apa adanya. Khususnya terhadap dirinya yang selalu melihat dan mendapati Alfa tidak jaim.
Namun. karena sikapnya tersebut juga yang sering membuat Rosemary mendapat masalah dari para fansnya dan mendapat tuduhan bahwa dia mendekati Alfa untuk mencari ketenaran. Apa dia sudah menjadi bintang yang bersinar tenar sejak hubungannya dengan Alfa menjadi konsumsi public?
Tidak ada yang berubah dalam kehidupan Rosemary. Dia adalah actris baru di dunia film dan pengalaman yang dimiliki lebih tipis daripada kulit ari sehingga dia merasa malu kalau berkata bahwa dia adalah bintang film.
Senyum di bibir Rosemary tidak hilang saat dia mendengarkan semua kalimat yang keluar dari mulut Alfa. Sebagai seorang pemain film yang namanya tidak diragukan lagi, sikapnya lebih sering seperti angin. Dia selalu berhembus sesuai dengan keinginannya. Tidak ada yang bisa menahannya.
“Kenapa? Kau marah karena aku meninggalkan dirimu tadi?” selidik Alfa melihat Rosemary hanya tersenyum.
“Tidak Alfa. Kau adalah pemain utama dan aku sangat yakin kalau kau harus menyapa orang penting yang hadir di sini,” sahut Rosemary tertawa.
“Syukurlah. Tapi kenapa kau tidak menyapa mereka?” tanya Alfa tertarik.
“Entahlah. Aku merasa kalau aku sebenarnya salah masuk,” jawab Rosemary kembali mengambil kudapan yang bentuknya begitu kecil tapi rasanya begitu nikmat.
“Apa semua makanan yang enak itu selalu lebih kecil ukurannya,” katanya membatin saat dia mengambil kembali lalu mengunyahnya dengan nikmat.
“Memangnya seenak itu?” tanya Alfa tertarik melihat cara makan Rosemary.
“Kau coba saja!” perintah Rosemary sambil menyuapkan kudapan yang sama ke dalam mulut Alfa.
“Kalian ini seperti pengantin saja. Kalian lihat bos sudah datang,” tegur Riska yang tiba-tiba sudah berada di belakang Rosemary.
Dalam hati Rosemary berkata, “Kenapa kedua bintang utama yang dia kenal selalu bicara mengagetkan, apa mereka tidak bisa memperlihatkan diri lebih dulu sebelum bicara?”
“Ya Tuhan…kalau memang dia yang akan menjadi pendamping hidupku, aku akan meninggalkan semua pekerjaan yang aku lakukan dan hanya akan melayani dia seorang,” suara Riska yang memuja membuat Rosemary dan Alfa mengikuti arah pandangan Riska.
Apakah Rosemary harus melakukan hal yang sama seperti Riska dan sebagian besar pemain wanita lainnya. Terpaku melihat ketampanan lelaki asing yang berdiri di samping Anggoro Mulya.
Laki-laki itu terlihat berbeda dengan penampilannya. Rosemary tidak tahu mengapa kehadiran laki-laki itu membuatnya waspada. Dia belum pernah melihatnya tetapi sudah berhasil menguncang ketenangan dirinya.
“Dia milikku dan jangan pernah menggodanya,” bisik Riska di telinga Rosemary.
“Tidak perlu khawatir, aku sama sekali tidak berminat,” jawab Rosemary berusaha menjadi tidak terlihat.
“Kamu mau ngapain? Memangnya yakin kalau dia peduli padamu?” goda Alfa membuat Rosemary tertawa dengan kebodohannya.
Rosemary hanya mampu tersenyum malu dengan tindakan bodohnya hanya karena ucapan Riska. Siapa dia mengapa dia tidak sadar diri?
Rosemary adalah wanita yang belum pernah berhubungan dengan lelaki secara serius, tetapi mengapa malam ini dia merasa seperti seseorang telah berhasil menyentuh tubuhnya? Di dalam hati terkecilnya Rosemary seperti merasakan ada tangan yang menyentuh ke dalam dirinya membuatnya tidak aman.
Seperti sebuah daya tarik yang sangat luar biasa terjadi pada mereka berdua pada saat lelaki itu mengangkat kepalanya mengalihkan perhatiannya pada orang-orang yang sudah menunggu kehadirannya dan matanya berhenti cukup lama pada Rosemary.
“Mengapa dia menatapku seperti itu? Apa aku melakukan kesalahan?” kata Rosemari dalam hati hingga dia bergerak ke belakang Alfa tanda dia sadari.
“Kau yakin tidak mengenalnya?” bisik Alfa pelan.
“Tidak, aku malah baru melihatnya,” balas Rosemary dengan cara yang sama yaitu berbisik.
“Tapi kenapa dia sepertinya mau memakanmu?”
“Mungkin pengaruh makanan tersebut sudah membuatku semakin manis dan memikat,” jawab Rosemary membuat Alfa tergelak.
“Apa ada yang lucu?” tanya Danur memberi peringatan pada Alfa dan Rosemary yang terlihat begitu sibuk bicara.
Mereka kembali memberi perhatian lebih pada kedua lelaki yang berdiri dengan sikap yang begitu berbeda. Anggoro sebagai tuan rumah terlihat tegang seolah menanti keputusan apakah hidupnya akan selamat sampai besok pagi sementara pria yang memiliki tubuh lebih tinggi dan juga kekar daripada semua lelaki yang berada di halaman belakang rumah Anggoro terlihat santai. Seolah-olah malam ini adalah miliknya.
Segala macam kalimat yang berisi sanjungan dan pujian diberikan oleh Anggoro tentang film yang tengah mereka lakukan serta para pemainnya yang selalu mendapatkan penghargaan. Anggoro mendadak menjadi pria yang sangat berbeda.
“Menurutmu tamu itu mau ngasih dana ga?” tanya Alfa kembali berbisik.
“Entahlah. Tapi yang dikatakan Pak Anggoro ada benarnya juga. Kau dan Riska adalah dua orang bintang yang seringkali mendapat penghargaan. Kau tidak mungkin mengatakan tidak benar, kan?” jawab Rosemary kembali.
Sebuah nama sudah disebutkan, nama yang terdengar berbeda di telingan mereka diikuti seruan tertahan dari beberapa orang, khususnya pada wanita saat pekerjaan yang menjadi sumber keuangan pria itu di sebutkan. Leb Gregori, putra tunggal pemilik pertambangan batu mulia yang berada di benua Eropa Timur.
“Kau dengar apa yang membuatnya berbeda, kekayaan yang dia miliki,” suara Alfa terdengar berbeda begitu mendapati bahwa lelaki asing yang lebih darinya ternyata memang memiliki kelebihan yang tidak mungkin dia miliki.
“Dan aku sama sekali tidak peduli. Kenapa? Karena aku tidak memiliki hubungan dengannya,” jawab Rosemary pelan dari belakang bahu Alfa.
“Serius kau tidak peduli? Kau tidak lihat kalau dia sepertinya tertarik padamu?” goda Alfa terkekeh.
“Lalu? Apa aku harus tidak sadarkan diri karena tahu dia tertarik, atau aku harus histeris mendengarnya?” jawab Rosemary lebih memilih memperhatikan ke arah lain daripada ke depan.
“Tentu saja aku memilih kau tidak sadarkan diri daripada harus berteriak histeris,” jawab suara dengan bahasa yang membuat Rosemary melihat ke arah depan melewati bahu Alfa.
“Kau…bagaimana bisa Anda bisa berada di sini, bukannya tadi Anda masih berada di depan?” tanya Rosemary gugup.
“Menurutmu berapa jarak tempatmu berdiri ke tempat aku berdiri tadi?” kembali terdengar pertanyaan dari mulut lelaki yang dikenalkan dengan nama Lev.
“Saya tidak tahu, tapi saya minta maaf kalau suara saya sudah membuat Anda terganggu,” jawab Rosemary pelan.
“Aku tidak yakin kalau sudah terganggu dengan semua obrolan kalian. Aku lebih terganggu dengan sikapmu yang bersembunyi di balik punggung seorang lelaki,” sahut Lev melirik Alfa seolah bertanya apakah Rosemary adalah gadisnya atau bukan.
Dalam hati Rosemary mengutuk ucapan yang keluar dari mulut Lev. Kenapa dia harus terganggu saa dia lebih memilih berlindung di belakang Alfa. Dan bila dia terganggu kenapa dia tidak melepaskan pandangannya terhadap dirinya? Tidak mungkin seorang wanita akan diam mematung kalau seorang pria yang sangat menarik seperti Lev memandang tubuhnya sehingga membuat tubuhnya bergetar hingga kedua kakinya terasa lemah.
“Aku minta maaf, tetapi mengapa aku yang berdiri di belakang Alfa mengganggu Anda sementara banyak orang yang menatap penuh kagum?” tanya Rosemary berani membuat Anggoro yang berdiri di samping Lev terkejut.
“Karena kau berbeda. Kau adalah satu-satunya wanita di halaman ini yang justru menghindariku. Apakah ini caramu menarik perhatian?” pertanyaan penuh tuduhan yang diberikan oleh Lev pada Rosemary.
“Hah? Sebelumnya Anda berkata kalau saya sudah mengganggu Anda dan sekarang Anda berkata kalau saya mencoba menarik perhatian Anda dengan cara yang berbeda. Boleh saya bertanya?”
“Silahkan?”
“Apakah Anda akan memberikan dana yang cukup besar untuk film ini?” tanya Rosemary membuat Anggoro dan Danur yang sejak tadi berdiri di samping Alfa melotot galak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!