Seseorang yang begitu gila kerja dengan tatapan dingin sedang duduk di kursi menatap layar laptop nya.
Ia sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan diluar dari pekerjaan nya.
Ayah nya sering berteriak untuk meminta nya segera menikah tapi Pria itu tak menjawab bahkan selalu mengalihkan pembicaraan yang berkaitan dengan pernikahan.
Para wanita yang melihat Pesona nya yang sangat luar biasa sampai meleleh, bagaimana tidak badan nya sangat ideal dan atletis, paras yang begitu tampan dengan mata coklat jernih serta bulu mata yang lentik alami, Kulit nya juga sangat bersih seputih susu. Apalagi Kesan wibawa nya yang jangan diragukan lagi, jabatan Ceo memang patut menjadi gelar nya.
Saking sempurna nya para pria yang merasa iri merumorkan dia bahwa ia adalah seorang Gay karena sama sekali tak ada wanita dalam hidup nya.
Sedangkan para wanita yang menyanjung nya merasa kecewa atas rumor yang mereka percayai seakan seperti mengejar angin yang tidak tahu arah kemana.
" Bro, Nikah lah rumor udah menyebar kemana-kemana di bilang nya kau homo lah, gay lah, fans kau pada kecewa noh."
Ucap Randy sahabat dekat nya yang langsung duduk di sofa tanpa meminta ijin.
Lagi-lagi ia sama sekali tak menggubris omongan orang lain tentang nya apalagi tentang pernikahan.
Ia malah sibuk memeriksa berkas-berkas tender bisnis nya. Sahabat nya itu adalah anak sesama rekan bisnis ayah nya, mereka adalah kaum kapitalis yang sangat di segani di kota jakarta.
" having yuk ntar malem, refresing lah jangan kerjaan terus di urusin ntar kepala meledak."
Ucap nya terus merayu sahabat nya itu. David menatap nya lalu menggelengkan kepala nya.
" Joe ikut loh." Ucap nya dengan menaik kan kedua alisnya.
David yang mendengar itu langsung kaget.
" Bukan nya Joe di korea..?" Ucap David kebingungan.
" Makanya ikut biar tahu temen kau yang satu itu beneran pulang atau tidak."
Ia masih tak menggubris ucapan Randy dengan terus berfokus pada lembaran-lembaran kertas di tangan nya tapi berbanding terbalik dengan kenyataan nya yang seakan acuh. Malam itu ia ikut serta datang ke Club malam, ia benar-benar penasaran apa benar sahabat nya yang satu lagi itu benar-benar pulang ke indonesia, biasanya Joe pulang ke indonesia bisa dihitung dengan jari dalam setahun.
Saat mereka berdua memasuki ruangan VIP, Dan benar Ada seseorang melambaikan tangan nya ia sedang bersama rekan bisnis nya seorang pria paruh baya dengan perut buncit, mereka sedang membahas sebuah tender besar.
David melongo, beneran sahabat nya itu sedang disini.
Randy langsung memeluk nya begitu pun David mereka berpelukan seperti teletubies.
" Sudah- sudah malu banyak orang." Tangan Randy melepas kedua sahabat nya itu.
Joe memperkenalkan sahabat nya kepada rekan bisnis nya Mr. Lim pengusaha kaya raya yang sangat terkenal di korea selatan. Ternyata maksud tujuan mereka membahas tender pekerjaan di Club malam karena Tuan Lim adalah seorang mata keranjang yang sangat menyukai gadis-gadis dan terkenal memiliki istri begitu banyak.
Bahkan malam itu secara khusus Joe di berikan hadiah oleh Tuan Lim seorang Wanita penghibur untuk menemani nya malam itu. Pria berperut buncit itu pamit setelah tender itu telah deal, ia pergi bersenang- senang dengan para gadis-gadis nya malam itu.
Sedangkan ketiga sahabat itu seakan reuni temu kangen setelah lama tidak bertemu apalagi Joe yang terkenal sibuk keliling dunia demi bisnis nya.
Bir yang cukup berakhohol tersaji di meja mereka, Joe dan Randy tidak bisa mentolerin akhohol maka nya mereka membatasi untuk minum, namun tidak untuk David yang terkenal peminum berat. Ia menenggak beberapa gelas bir tanpa berfikir panjang.
" Tuan Joe, ini titipan dari Mr.Lim." Seorang pelayan memberikan sebuah kunci kepada Joe lalu berpamitan.
Randy dan David yang sudah mengerti langsung mengalihkan pandangan mereka seolah tak melihat.
" Ahh, jangan berpikiran yang tidak-tidak ini sebuah hadiah bisa diterima, bisa juga di tolak." Ucap Joe menjelaskan.
" Tunggu sebentar di sini." Imbuh Joe meninggalkan mereka sambil membawa kunci itu, ia berjalan menuju lantai atas tempat hotel and lounge dan berjalan menuju kamar yang tertera di gantungan kunci itu.
Kamar nomor 211 Joe mengetuk nya pelan dan membuka kunci kamar itu, disana terduduk seorang wanita dengan rambut panjang terurai membelakangi kasur.
Joe hanya masuk sampai di ambang pintu dan langsung berkata.
" Pulang lah Nona, aku menganggap mu sudah melayani ku malam ini, terimakasih sudah datang malam ini." Ucap joe dengan nada sangat lembut.
Joe mengeluarkan sepuluh lembar uang pecahan merah dan meletak kan nya di atas meja sebagai tip nya selain bayaran dari Mr.Lim.
Joe lalu meninggalkan kamar tersebut tanpa melihat wajah wanita itu. Ia lantas kembali ke teman-teman nya untuk melanjutkan temu kangen mereka.
" Kemana David..?" Ucap Joe yang celingukan mendapati teman hanya tersisa satu.
" Toilet katanya, tuh anak bener-bener deh minum nya banyak banget." Geleng Randy yang juga sedikit mabuk.
Joe menenggak sloki bir nya sambil mengangguk tersenyum melihat tingkah lucu Sahabatnya.
Sedangkan David seakan hanya berputar-putar tak kunjung menemukan toilet, kepala nya benar-benar berat, keseimbangan nya goyah tak biasanya pria itu mabuk berat, padahal sejak dulu ia terkenal peminum berat.
" Mana kata kamu, kenapa David nggak muncul-muncul." Gigit bibir cemas seorang wanita berlipstik merah menyala berjalan mondar-mandir tidak karuan.
" Karyawan aku sudah masukin obat kedalam minuman tuan David nyonya dan sudah mengarahkan nya ke sini."
" Mana, David nggak datang-datang, awas ya kamu mencoba nipu aku, aku udah bayar kamu mahal."
Spontan lawan bicara nya mengangguk dengan muka kecemasan.
David memang datang naik ke lantai atas namun sayang nya ia memasuki kamar yang salah. Kamar nomor 211 sedikit terbuka.
Wanita yang di dalam kamar itu sedang mengganti baju nya setelah pelanggan nya membatalkan nya dan malah menyuruh nya pulang.
Tiba-tiba seseorang memeluk nya dari belakang
" Sasa, kenapa kamu tak kunjung pulang, aku kesepian dan sangat merindukan mu." Peluk seseorang yang berbicara dengan nada sedikit melantur.
Sontak Vani, Gadis yang dalam ruangan itu kaget, pasalnya ia sedang setengah telanjang.
Tanpa basa-basi David mencium bibir dan leher nya.
Vani berusaha menghindar namun tenaga David sangat kuat. Vani seakan bingung bukan kah pelanggan nya yang membatalkan sepihak kenapa tiba-tiba malah menyerang nya secara mendadak.
Namun malam itu tak terelakkan David memeluk dan menindih Vani, malam itu kedua insan itu beradu kenikmatan di atas ranjang, Seorang Pria yang di yakini tak menyukai wanita itu ternyata meneguhkan hati dengan satu wanita di hati nya.
Namun malam itu ia meniduri seorang Wanita yang tidak di kenal nya.
Terimakasih atas dukungan nya, selamat membaca ❤️❤️❤️❤️
Flashback kejadian sebelum nya
Tim Debtcollector mendatangi kediaman Vani pagi itu, ia hendak bergegas berangkat kerja, namun kedatangan 2 orang berbadan tinggi besar menghalangi aktivitas rutinitas nya. Salah seorang nya menyodorkan selembar perjanjian hutang yang di tanda tangani mantan suami nya yang bernama Doni. Bahkan kini suami nya itu telah pergi entah kemana seperti di telan bumi setelah Vani memergoki nya berselingkuh di sebuah hotel beberapa minggu yang lalu.
Sudah pergi entah kemana masih juga meninggalkan setumpuk hutang kepada mantan istri nya. Vani langung lemas memandangi deretan urutan nominal angka nol yang begitu banyak.
" Nyonya Vani, tolong segera di lunasi dalam tenggat waktu satu minggu, atau rumah ini sebagai jaminan nya."
Rumah hasil kerja keras nya selama ini ia bangun dengan jerih payah sebagai buruh pabrik harus rela di sita bank, ia seperti tidak yakin bisa melunasi hutang yang menggunung itu. Air mata terus mengalir di pipi nya, beberapa kali ia mencoba meminjam uang ke beberapa sanak saudara dan rekan kerja nya namun yang di dapat hanya hinaan dan caci maki.
" Memang nya kamu bisa mengembalikan uang nya nanti, sudah biarkan saja bank menyita rumah mu dari pada kamu dikejar-kejar hutang." Celetuk salah seorang yang di hubungi Vani.
Disaat kebingungan nya yang memuncak seseorang menghubungi nya dan berjanji melunasi hutang nya.
*Datang ke Bar Ane**lise di pusat jakarta lantai atas nomor 411*.
Konsekuensi itu telah di pikirkan nya matang-matang, Vani terpaksa menjual kehormatan nya demi bisa melunasi hutang-hutang nya. Malam itu sesuai intruksi dari informan.
Ia mendatangi Club malam itu dengan nomor kamar yang di berikan bahkan disana tersedia baju untuk nya berganti, sebuah gaun malam hitam yang sangat sexy.
Entah apa yang ada di benak Vani ia memberanikan diri malam itu dengan pasrah, lalu seseorang yang datang seolah malaikat yang turun dari langit membebaskan nya dengan cuma-cuma malam itu namun tak berselang lama ia kembali lagi dan melampiaskan hasrat nya.
Dasar manusia plin-plan gerutu vani dalam hati, Vani memandangi pria yang tidur disamping nya itu meski begitu tampan bak seorang pangeran tapi pria itu hanya lah pria hidung belang yang ingin di puaskan hasratnya bagi Vani.
Tepat pukul 05.00 dini hari Vani memakai kembali baju nya dan berkemas meninggalkan pria itu sendirian di kamar, ia membawa amplop coklat berisi ceck senilai jumlah hutang yang sudah di janjikan. Ia menaiki taksi pagi itu dan kembali ke rumah nya yang berjarak lumayan jauh.
Sesampai nya di rumah Ia membakar Gaun malam hitam itu dengan sengit, di lihat nya dirinya dalam pantulan cermin bekas ciuman begitu banyak di sekitar dada dan leher nya. Ia merasa dirinya begitu hina telah menjual diri nya.
Ia membasahi badan nya dan terus mengguyurkan air ke tubuh nya dengan perasaan yang bercampur aduk.
Hampir tiga hari setelah kejadian itu Vani tidak bekerja ia masih berbaring di kasur nya dengan melamun menatap langit-langit kamar nya.
Dan di sebrang sana Seseorang juga merasakah hal yang demikian, ia terus melamun hanya terus menerus membolak-balik kertas tender nya, Pria yang dikenal fokus bekerja itu terlihat aneh belakangan ini.
Kala itu ia terbangun dengan keadaan tanpa busana hanya tertutup selimut tanpa seorang pun disamping nya, yang ia ingat malam itu ia seperti melihat Sasa, mantan kekasih nya yang telah lama meninggalkan nya pergi ke luar negeri, namun setelah ia ingat-ingat kembali ternyata ia meniduri wanita lain malam itu, ia menyayangkan kenapa ia bisa begitu mabuk semalam dan bisa ceroboh meniduri seorang Wanita.
Bahkan keberadaan wanita itu tidak ia ketahui, David dibuat stres karena memikirkan wanita itu, dimana ia sekarang. David terus memikirkan keadaan wanita itu bahkan ia menyewa orang untuk mencari keberadaan nya namun hasil nya masih nihil. Ia sama sekali tak bisa menemukan nya.
" Pak David." Seseorang melambaikan tangan dan seketika membuyarkan lamunan nya.
David memandang sekretaris nya yang telah menyodorkan berkas-berkas untuk ia tanda tangani.
" Ah, hari ini seperti nya aku pulang cepat tolong rapat di tunda dulu." Ucap David yang langsung menyambar Jaz dan tas kantor nya. Sekretaris itu lalu mengangguk dan sedikit kebingungan oleh perubahan sikap ceo itu. Dalam perjalanan pulang nya ia berpapasan dengan Joe di lobby kantor
" Bro, kemana saja." Ucap Joe yang langsung menghampiri David, kebetulan Joe sedang ada kunjungan di kantor itu.
" Apa..?" Ucap David kikuk kebingungan menjawab.
" Tempo hari saat kita di club malam, kamu tiba-tiba menghilang begitu aja, akhirnya aku pulang karena Randy sangat mabuk semalam."
"Ahh, aku di jemput asisten ku malam itu, aku juga mabuk berat soalnya." Ucap David sedikit terbata.
Joe hanya tersenyum dan berkata Syukurlah lalu berpamitan karena masih ada kunjungan di kantor itu.
Joe memejamkan mata nya sedikit kuat dan menghela nafas panjang saat sahabat nya itu tidak menaruh kecurigaan apapun padanya. David masih terus menghubungi informan sewaan nya namun masih sama jawaban nihil yang ia terima.
Dalam apartement nya ia terus memikirkan peristiwa malam itu nomor kunci yang di bawa Joe sama persis dengan kamar yang ia datangi malam itu. " Ahh, benar." David baru menyadari nya.
Dalam hati nya ia berkata Gila loe David, Joe menolak hadiah wanita itu loe malah yang dantang nidurin.
Tak berselang lama ada telpon masuk dari informan sewaan nya yang telah menemukan keberadaan orang yang di cari nya. David langsung menyambar hodie dan kunci mobil nya ia langsung melaju menuju cafe tempat janji temu bersama informan sewaan nya.
" Nama nya Vani Natali, usia 25 tahun bekerja di pabrik textile pinggir kota Jakarta, status nya seorang Janda."
Informan itu memberikan kertas data diri Vani beserta Foto nya. David menganga setelah melihat wajah dalam foto itu, wajah yang sama persis dalam ingatan nya semalam.
" Kabarnya suami nya meninggalkan hutang yang banyak dengan agunan Rumah mereka." Informan itu mengimbuhkan lagi tentang Vani. David melamunkan mata nya sejenak dengan sedikit berfikir.
" Uang nya sudah aku transfer ke rekeningmu, terima kasih atas informasi nya." Informan sewaan itu mengangguk memberi hormat. David langsung meninggalkan Cafe itu dan menancapkan lagi Gas nya ke alamat yang tertera di kertas itu. Sebelum sampai di depan rumah Vani, Pria itu tiba-tiba kebingungan.
" Apa yang harus aku katakan pada nya, meminta maaf lalu memberi uang atau aku harus menikahi nya, Gila-gila gua." Sambil mengacak-acak rambut.
David terus menggerutu cemas tak karuan dalam perjalanan itu. Sesampainya ia disana, ia melihat Vani keluar dari rumah nya dan pergi menaiki sebuah angkutan umum. David langsung mengikuti nya dari belakang hingga Vani turun di sebuah tempat yang membuat David terkejut.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan yang membangun ❤❤❤
Suasana angin yang dingin tiba-tiba menerpa dengan kencang di sebuah lokasi pinggiran kota Jakarta. Vani turun dari angkutan umum itu menuju sebuah pabrik textile. David yang melihat pabrik itu langsung melotot karena terkejut.
Pasalnya pabrik itu adalah anakan perusahaan yang di pimpin nya sekarang ini, dalam artian pabrik itu adalah milik orang tua nya.
Jadi Vani adalah karyawan dalam pabrik ini, dunia memang begitu sempit, Guman David. Ia lantas memarkirkan mobil nya dan memasuki kawasan pabrik itu. Satpam yang langsung mengenali nya langsung memberi hormat padanya.
" Pak David, selamat datang pak, ada yang bisa kami bantu pak..?" Ucap salah seorang Manager yang terkejut atas kedatangan David secara mendadak.
" Ahh, santai saja, Aku hanya datang melihat-lihat tidak sedang bersama Ayahku." David menepuk pelan pundak manager yang membungkuk memberi salam pada nya." Tidak seperti biasa nya yang berpakaian Formal dengan kesan kewibaan nya David datang dengan pakaian casual anak muda pada umum nya dengan celana training sport dan hodie.
Ia meminta manager itu menemani nya berkeliling di ruang produksi perusahaan itu.
" Kamu tahu karyawan yang bernama Vani Natali..?". Tanya David kepada Manager itu.
" Ah, akan saya segera carikan pak David, mohon di tunggu sebentar." Manager itu langsung menghubungi bawahan nya untuk mencari Vani.
David dan Manager itu terus berjalan berkeliling pabrik itu.
Para karyawan yang tak sadar kalau itu adalah Ceo perusahaan mereka, merasa terkagum akan paras nya yang tanpa embel-embel pakaian formal nya. Manager menatap tajam siapa saja yang menatap David dengan tatapan tak biasa. Hingga sampai di bagian paling ujung terdengar suara amarah seseorang yang sedang meneriaki bawahan nya.
" Kamu pikir ini perusahaan nenek moyang kamu bisa seenak nya tidak masuk tiga hari lalu meminta keringanan."
" Saya tidak enak badan bu selama tiga hari itu, saya juga melampirkan surat keterangan dokter." Ucap nya sembari memberikan amplop berisi surat itu kepada salah seorang atasan itu. Namun amplop itu ia tolak mentah-mentah dan langsung merobek nya.
" Kamu aku kembalikan ke HRD, cepat pergi." Ucap ketus tanpa berbelas kasih. Ia lantas memunguti kertas yang telah robek berkeping-keping itu namun sebelum beranjak seorang Pria mendatangi nya dan membantu memunguti kertas-kertas yang berserakan di lantai itu.
" Pak David....". Ucap Gugup atasan itu lalu memberi hormat dengan sedikit membungkuk.
Vani yang mendengar suara lantang atasan nya itu langsung menoleh menatap Pria itu, Vani langsung terkejut Pria itu adalah sebuah ingatan yang ingin ia lupakan.
Vani langsung beranjak pergi namun David mencegah nya dengan memegang sebelah lengan nya.
" Ikut aku sekarang." Ucap David membawa Vani ke arah ruangan kantor, tak sedikit yang menatap heran pemandangan janggal itu.
Sesampai nya di sebuah ruangan kantor yang sepi tanpa seorangpun di sana, ia menutup pintu dan mengunci nya Vani lalu melepaskan paksa genggaman tangan nya.
" Apa mau mu..?" Ucap Vani lantang. David yang memandang dengan seksama wajah Vani seketika langsung luluh, paras cantik itu sedikit memprihatinkan dengan wajah pucat pasi dan terdapat lingkaran hitam di kedua mata nya.
" Kamu sakit Van..?" David memegang kening Vani yang terasa hangat itu. Vani terus menolak berkontak fisik dengan nya, seakan Vani memang tak mau berurusan lagi dengan David.
" Aku David, pria yang tempo hari bersama mu dalam kamar hotel club malam itu." David terbata mengatakan itu kepada Vani.
" Aku tahu, hubungan kita hanya sebatas malam itu saja dan tidak lebih, tolong jangan campuri urusan ku." Ucap Vani lantas pergi meninggalkan David.
Wanita itu mendatangi HRD untuk mengurus surat pengunduran diri nya tanpa menggubris David. Vani langsung pergi meninggalkan pabrik itu setelah berkas-berkas pengunduran diri nya telah selesai, namun David terus mengikuti nya, ia sudah menunggu Vani di sebuah parkiran pabrik itu.
" Vani tunggu sebentar aku mau bicara." David menghalangi jalan Vani.
" Aku benar-benar minta maaf malam itu, aku benar-benar tidak sadar karena mabuk berat malam itu, kau boleh meminta kopensasi apapun dariku."
Vani menatap David dengan wajah kesal dan terus membuang muka.
" Pergilah aku sudah tak ingin ada urusan dengan mu."
Vani terus meminta David pergi, namun sebelum Vani benar-benar beranjak David memberikan kartu nama pada nya.
" Segera hubungi aku jika kamu meminta apapun."
Ucap David terus menatap mata Vani.
Vani akhirnya pulang menaiki angkutan umum lagi, perasaan nya benar-benar kesal hari itu, sudah di pecat dari pekerjaan nya malah bertemu pria menyebalkan itu lagi.
Dalam lamunan penyesalan nya ia tak sengaja melihat mantan suami nya Doni dalam jendela angkutan umum itu. Mantan suami nya itu sedang asyik duduk ngobrol mesra dengan wanita lain dalam sebuah Caferia outdoor.
Sudah jatuh tertimpa tangga itulah yang pantas di berikan kepada Vani, Wanita bodoh itu langsung turun setelah melihat mantan suami nya itu. Namun sayang nya mereka sudah beranjak pergi menaiki mobil, saat Vani akan mengejar nya, sebuah mobil melintas dan menyerempet nya.
Ia langsung jatuh dengan sedikit luka di siku tangan dan lutut nya, seseorang dari dalam mobil itu langsung keluar menghampiri Vani.
" Nona, Kau tak apa-apa, apakah ada yang terluka."
Ucap Seseorang yang seakan dikenal oleh Vani.
" Hanya luka ringan, tidak apa-apa. Ucap Vani menutup sedikit darah di siku tangan nya.
" Mari kita ke klinik untuk mengobati nya." Ucap Pria itu segera memapah Vani masuk ke mobil nya.
Vani merasa familiar dengan suara nya tapi dimana ia mendengar nya, Vani terus mengingat-ingat tapi tetap tidak mengingat nya.
" Sekali lagi maaf ya Nona, aku akan membayar semua pengobatan mu." Ucap pria itu dengan masih fokus menyetir. Vani diobati dan diperban di bagian siku serta lutut nya yang sedikit memar, Pria itu bertanggung jawab dengan masih setia menunggui Vani sampai keluar dari ruangan klinik dan mengantar nya pulang sampai kerumah nya.
" Nona aku sudah membayar biaya pengobatan nya, ini kartu namaku hubungi kapan saja jika terjadi sesuatu padamu." Memberikan kartu nama kepada Vani lalu berpamitan pulang.
Vani menatap kartu nama itu dan mencocokan nya dengan kartu nama yang di terima nya dari David. Ada sebuah logo berlambang yang sama dari kartu nama itu, mungkinkah mereka bekerja di sebuah Perusahaan yang sama, Gumam Vani. Sebuah kebetulan yang aneh. Vani meletakkan kedua kartu nama itu di laci kamar nya.
Tapi kalau di fikir-fikir lagi kenapa David bisa masuk ke pabrik tempat ia bekerja dengan mudah bahkan atasan nya seperti tunduk kepada nya. Vani masih terheran karena selama ia bekerja disana tidak pernah sekalipun melihat sosok pemilik pabrik itu, biasa nya hanya atasan-atasan yang bisa melihat langsung pemiliknya.
" Apa David dan Pria ini bekerja di sebuah perusahaan yang berkaitan dengan pabrik tempat ku bekerja kemarin."
Gumam Vani berfikir lagi.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan yang membangun. ❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!