NovelToon NovelToon

Kasih Di Timur Negeri.

1. Masalah

Kenapa kamu menganggap kesalahan kecil ini sebagai salah besar Bang. Kamu tau duniaku tidak biasa, aku wanita karir, aku bartender" pekik seorang perempuan bernama Tamara.

"Aku tidak mempermasalahkan pekerjaan kamu. Abang juga bekerja dengan berbagai kalangan, tapi kalau sampai tidur dengan lelaki lain.. maaf Tamara, aku tidak bisa terima" kata Bang Zeni

"Kamu terlalu kaku buatku Bang. Menyentuh ku pun kamu tidak mau. Munafik, tidak jantan, aku curiga jangan-jangan kamu tidak sanggup melakukannya?" sindir Tamara.

"Oohh, jadi itu arti dari hubungan kita? Hanya sekedar hubungan badan yang kau inginkan? Saya hanya akan bertanya satu kali. Apakah kamu mau merubah semua tingkah burukmu?" tanya Bang Zeni.

"Tidak, kamu pun juga tidak bisa membahagiakan aku Bang. Gajimu saja hanya kisaran angka di bawah sepuluh juta sedangkan gaji Bang Bram saja sudah lebih dari itu" jawab Tamara.

Bang Zeni mengangguk. "Baiklah Tamara. Selamat berbahagia dengan Bram." Bang Zeni melangkah pergi.

***

Hujan deras mengguyur ibu kota, terlihat seorang gadis menangis berjalan sendirian di tengah malam yang gelap.

Bang Zeni tak sanggup menguasai laju mobilnya dalam derasnya hujan. Hatinya berantakan, kepalanya sakit menghadapi pagi nanti dirinya harus membawa calon istri ke Batalyon karena berkas sudah masuk dalam personil kantor. "Astagfirullah..!!" refleks Bang Zeni mengerem laju mobilnya karena hampir menabrak seseorang. "Heeeehh.. kamu gila ya?? Mau mati??????" bentak Bang Zeni.

Samar mata Bang Zeni melihat orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang kemudian tiba-tiba saja pingsan tepat di depan mobilnya. "Lhoo.. eehh.. waduuhh pakai pingsan lagi." Bang Zeni segera turun dari mobil dan menolong gadis tersebut.

...

Gadis itu baru sadar dari pingsannya. Ia kaget sudah berada di dalam mobil bersama seorang pria. Ia merasa pakaiannya basah tapi tidak seberapa kedinginan, ternyata ia memakai jaket yang kemungkinan besar adalah milik pria di sampingnya.

"Bapak siapa???" tanya gadis itu ketakutan.

"Jangan takut, nama saya Zeni. Siapa namamu? Ayo saya antar pulang?"

Saat itu juga air mata gadis itu mengalir. "Saya nggak bisa pulang lagi. Saya di tipu. Saya nggak punya rumah, saya di pecat dari pekerjaan. Saya nggak punya apa-apa. Saya mau mati aja" gadis itu menangis histeris di dalam mobil.

Bang Zeni terdiam sejenak, ia bersandar memejamkan mata.

"Maukah kamu menikah dengan saya. Saya akan membayarmu untuk hal itu, anggap saja kamu bekerja untuk saya daripada kamu hidup di jalanan tanpa tujuan. Bahaya perempuan hidup di luar sana.

Gadis itu belum menjawabnya. Ia masih terdiam dan bingung.

"Ini sudah mau pagi. Saya beri kamu waktu untuk berpikir sampai besok dan malam ini ikutlah dengan saya..!!" Tak ada pilihan lain, waktu sudah menunjukan pukul setengah dua pagi. "Bagaimana?? Cepat jawab..!!"

"Iya Pak" jawab gadis itu karena tak punya pilihan, tapi melihat paras wajah pria tersebut.. ia pun langsung percaya.

Bang Zeni pun akhirnya membawa gadis itu ke asrama Batalyon.

...

"Ini saya.. tolong buka palangnya..!!" perintah Bang Zeni pada petugas piket jaga kesatrian.

"Siaapp..!!" tapi saat petugas piket jaga kesatrian menengok ke kursi samping kemudi Bang Zeni.. ia kembali bertanya. "Ijin.. bisa lihat identitas tamunya Dan?"

"Bukan tamu, ini calon istri saya..!!" jawab Bang Zeni.

"Siap.. silakan masuk Dan..!!"

:

"Kamu istirahat disini.. saya tidak bisa tinggal disini..!!" kata Bang Zeni.

"Baik Pak"

"Siapa namamu? Sejak tadi saya belum tau namamu" tanya Bang Zeni.

"Saya Nafia Pak"

"Panggil saya Bang Zeni. Nggak lucu khan kalau tetangga sampai dengar kamu panggil saya Pak" tegur Bang Zeni.

"Ii_ya Pak Ze.. eehh.. Bang Zeni" Nafia menunduk malu.

"Biasakan dulu..!! Ngomong-ngomong kamu nggak bawa pakaian? Apa isi tas mu??"

"Hanya dokumen penting dan data diri. Saya sudah nggak punya baju dan nggak bawa baju lagi" kata Nafia.

"Hmm.. kamu pakai baju saya saja. Nanti saya ambilkan. Besok baru kita cari kebutuhanmu" Bang Zeni melangkah menuju lemari dan mengambil bajunya agar Fia bisa memakainya. "Kamu pakai ini ya..!!" Bang Zeni menyerahkan pakaian itu pada Fia.

Fia menunduk dengan wajah memerah.

"Kenapa.. cepat ganti..!!"

"Bang Zen jangan disini.. soalnya........" Fia menautkan dua jempol kakinya dengan gelisah.

"Astaga.. iya..iya.. saya pergi ya. Besok saya kesini lagi. Kalau kamu lapar saya ada beberapa bahan makanan di lemari es..!!"

"Iya Bang."

Bang Zeni segera berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan Fia.

Benarkah keputusanku ini Tuhan, tapi keluargaku akan malu kalau aku sampai mengambil jalan yang salah dengan menikahi Tamara.

.

.

.

.

2. Belajar menyesuaikan.

Fia mencuci dan mengeringkan pakaiannya agar besok bisa di pakai. Usai mencuci perutnya terasa lapar, ia melihat ada mie instan di lemari penyimpanan di rumah itu da ia pun segera memasaknya.

Sambil memasak, ia melihat keadaan sekitar. Rumah dengan cat berwarna kalem. "Rumah ini berantakan sekali. Apa tidak pernah di rawat?" gumam Fia. Ia pun melangkah membuka satu kamar yang masih tertutup rapat. Perlahan ia membukanya. Tangan Fia meraba mencari tombol on untuk menyalakan lampu. Begitu lampu menyala, Fia sungguh terkejut sampai menutup mulutnya yang ternganga saking kagetnya melihat isi kamar tersebut penuh dengan pakaian loreng. "Ya Tuhan.. Bang Zeni tentara????"

~

Fia menghabiskan mie instannya dengan tangan gemetar, ia sedikit menyesali karena baru terbangun saat mobil yang di kemudikan Bang Zeni sudah masuk garasi.

Bagaimana ini? Bang Zeni memintaku untuk jadi istrinya, tapi ini lingkungan tentara.. bagaimana aku harus bersikap?.

:

Usai makan Fia mencari tasnya karena sejak Bang Zeni pamit tadi, ia tidak melihat tasnya lagi.

Tapi karena dirinya sudah terlalu lelah, ia pun memilih untuk mengistirahatkan diri lebih dulu dan usai subuh nanti akan mencarinya lagi.

...

Suara subuh sudah terdengar. Fia bingung bagaimana harus melaksanakan ibadah karena tidak ada mukena di rumah itu. Ia melihat ada dua buah sarung di atas ranjang.. sangat wangi khas pemiliknya.

"Kurasa wangi seperti ini sangat menenangkan." Wangi khas lelaki yang baru kali pertama ini menyeruak dalam hidungnya dan sangat nyaman ia hirup. "Astaga.. aku nggak sopan banget di rumah tentara" gumamnya ketakutan.

Ia pun segera memakainya dan menggunakan untuk sholat.

~

"Assalamu'alaikum..!!" sapa seseorang yang kemudian masuk ke dalam rumah dinas itu.

Belum ada jawaban sampai Bang Zeni tau Fia sedang sholat di dalam kamar, ia pun memilih duduk menunggu gadis itu menyelesaikan ibadahnya untuk berserah pada sang pencipta.

"Wa'alaikumsalam" jawab Fia saat sudah selesai sholat. Fia menoleh tapi kemudian menunduk melihat pria yang ia lihat tadi sudah rapi berganti pakaian seragam loreng.

"Maaf tadi saya sempat kembali lagi untuk mengambil tas mu waktu kamu mandi"

"Ii_ya Bang, nggak apa-apa" jawab Fia.

"Maaf, saya butuh data diri kamu untuk pengajuan nikah" kata Bang Zeni juga merasa tidak enak. "Saya lihat dari asal usulmu.. sepertinya kamu mungkin tidak begitu paham dengan dunia militer.. saya ajarkan sedikit agar kamu paham. Dengarkan saya baik-baik..!!"

...

"Selama pagi. Mohon ijin memperkenalkan diri, nama saya Nafia Genna.. calon istri dari Lettu Zeni Elgash Narotama."

"Oohh.. seingat saya kemarin namanya Tamara, ini Nafia ya?" tanya salah seorang perwira yang menangani pengajuan nikah Bang Zeni.

"Siap tidak Bang. Yang kemarin salah memasukan data" jawab Bang Zeni dengan tegas.

"Baiklah, kita lanjut saja acaranya..!!"

...

Fia gemetar sampai menangis, ia sungguh takut berhadapan dengan dunia baru yang sampai saat ini belum familiar dengannya.

"Fia nggak berani berhadapan dengan mereka Bang, Fia takut salah" kata Fia.

"Nggak apa-apa, ada Abang." ucap itu terdengar begitu manis dan membuat dada Fia berdesir.

"Fi_a hanya bisa membuat Abang malu karena Fia tidak tau apa-apa tentang dunia militer, Abang tau.. Komandan tadi saja sampai tertawa karena Fia tidak tau soal kepangkatan" Fia terlihat begitu sedih.

"Sabar, nanti kamu akan tau dengan sendirinya. Manusia yang terlahir tidak akan langsung bisa berdiri, tapi harus melalui proses merangkak kemudian berdiri dan berjalan. Sama seperti kamu, kamu akan mengalami fase seperti itu. Abang akan terus mengajarimu sampai kamu paham" kata Bang Zeni kemudian mengambil tissue dan menghapus air mata Fia.

Beberapa anggota yang sedang menuju kantin memberi salam hormat pada Bang Zeni. "Selamat siang Komandan..!! Selamat siang ibu..!!"

"Selamat siang Pak..!!" jawab Fia.

"Selamat siang. Sudah jam istirahat ya?" Bang Zeni melihat ke arah jam tangan.

"Siap..!!" jawab beberapa anggota tersebut.

"Ya wes silakan di lanjut istirahatnya..!!" kata Bang Zeni.

~

"Kamu panggil anggota Abang tadi 'om', di sini lazim menyebut begitu untuk menghormati." Bang Zeni mulai mengajari Fia mulai dari hal yang paling kecil.

"Abang juga om-om ya?" tanya Fia.

"Abang ini om-om hanya untuk kalangan istri perwira saja dan tentunya untuk kamu."

"Fia panggil Om juga?" mata Fia berkedip lentik.

Bang Zeni tertawa mendengarnya. "Umurmu berapa ndhuk?"

Fia nyengir memasang wajah malu mengingat umurnya yang pasti terlihat sangat muda.

deg..

Ada desir menyelinap dalam hati Bang Zeni. Wajah Fia mungkin biasa saja, tapi wajah polosnya sudah menunjukan bahwa sebenarnya Fia adalah gadis yang cantik.

Bang Zeni pun refleks juga menunduk menyembunyikan senyum dan pipinya yang memerah.

.

.

.

.

3. Menjalani prosesnya.

Fia terlihat kesulitan menyesuaikan diri. Bang Zeni sudah mengajarinya hymne dan mars kebanggaan istri prajurit tapi Fia belum juga bisa menghapalnya.

"Fia pergi saja, Fia nyerah.. lagipula Fia hanya istri pura-pura" kata Fia.

"Kamu belum berjuang untuk mencobanya. Kenapa sudah menyerah? Ya beginilah rasanya perjuangan untuk jadi istri abdi negara" jawab Bang Zeni.

"Tapi Bang....!!!!"

"Mau pura-pura atau tidak, kamu tetap akan jadi istri Abang. Istri seorang perwira. Tunjukan ketegasan mu..!!!" ucap tegas Bang Zeni.

Fia hanya bisa mendesah pasrah karena saat ini tidak ada lagi tempat untuknya berlindung dari kejamnya dunia luar sama seperti ucapan Bang Zeni semalam.

Bang Zeni menahan senyum geli melihat ekspresi wajah Fia. "Ayo cepat bersiap.. pakai seragam mu. Tanpa lencana ya, kita menghadap Intel. Lainnya Abang urus, lompat di bagian kesehatan terus Komandan dan beres semua..!!" kata Bang Zeni.

"Sebanyak itu Bang? Fia capek..!!" rengek Fia terdengar manja di telinga Bang Zeni. Rengekan wajar khas seorang perempuan.

"Sabar dek, ini sudah Abang ringankan." Bang Zeni mengambil dompet kemudian mengambil isinya yang berlembar-lembar itu. "Ini deh.. bonus untuk kamu. Bonus di awal nih.. di luar Abang penuhi kebutuhan mu, di luar honor hasil kerja kerasmu..!!" Bang Zeni mengibaskan lembar uang berwarna merah dan biru untuk membujuk Fia.

Bola mata Fia mengikuti arah uang itu ke kiri dan ke kanan. Jujur ia tidak pernah melihat tumpukan uang sebanyak itu.

Tau gadis itu sudah terkesima dengan lembaran uang yang di bawanya, Bang Zeni meraih tangan Fia lalu meletakan uang itu di tangannya. "Ambil lah, tapi tolong bantu Abang. Kasihan orang tua Abang, malu kalau sampai anaknya nggak jadi nikah"

Mau tidak mau Fia mengambilnya, ia terus memperhatikan lembar uang itu dan kembali mendesah.

...

"Apa Mbak Fia mencintai Lettu Zeni dengan tulus? Mencintai pasukan tidak mudah" tanya perwira Intel yang juga senior Bang Zeni.

Dengan menarik nafas panjang, Fia mencoba menjawab pertanyaan sesuai dengan kewajaran lelaki dan perempuan yang sedang memiliki hubungan. "Saya mencintai Lettu Zeni sejak pertama bertemu dengannya. Lelaki bertanggung jawab yang pernah saya temui." ucapnya mengingat pertemuan pertamanya dengan Bang Zeni.

"Bagaimana dengan anda Lettu Zeni?"

"Saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Hati saya tergerak meskipun awalnya belum percaya dengan apa yang saya rasakan. Tertidur sejenak kemudian melanjutkan mengadu dalam sepertiga malam, wajahnya yang lugu, tingkahnya yang polos di kirim Tuhan untuk mengetuk hati saya. Saya memaksa menepisnya tapi.. waktu yang lama belum tentu membuat kita saling mengenal pasangan dan saya lebih percaya cinta dari Tuhan.. hingga bisa saya katakan.. saya mencintai Nafia"

"Baiklah kalau begitu. Silakan lanjut ke tahap selanjutnya dan selamat menempuh hidup baru Letnan..!!" jawab perwira Intel.

"Siap.. terima kasih Bang"

...

Setiap usai menjalani satu bagian, Fia selalu menangis ketakutan hingga Bang Zeni harus menggenggam tangannya yang gemetar.

"Mereka tidak akan memakanmu, kenapa kamu bisa setakut ini?"

"Kalau Fia salah, Fia hanya akan memalukan Abang saja. Abang salah pilih perempuan" kata Fia.

"Tuhan tidak pernah salah mengirim seseorang datang dalam hidup kita.. meskipun awalnya harus bertemu dengan orang yang salah. Perjumpaan kita tidak perlu di persalahkan" jawab Bang Zeni. "Sudahlah, Ayo kita makan siang dulu.. setelah itu lanjut tes kesehatan..!!"

...

Fia menjerit saat dokter menyuntik lengannya, Bang Zeni pun sigap menenggelamkan wajah Fia pada perut six pack nya.

"Istri perwira kok takut suntik, nanti ada yang lebih ngeri lagi lho Bu Zeni..!!" ledek senior Bang Zeni.

Bang Zeni menyimpan senyum tampannya dan membenahi cepol rambut Fia yang berantakan. "Kalau yang itu aman Bang, di jamin minta di suntik lagi" jawab Bang Zeni menanggapi seniornya.

Dokter pun ikut tertawa mendengarnya.

Bang Zeni tidak tega melihat Fia, wanita yang ia minta harus berpura-pura menjadi istrinya tapi harus mengalami proses seperti layaknya pengajuan nikah yang sesungguhnya. "Sudah nggak apa-apa. Nggak ada bekas sakitnya dek" bujuk Bang Zeni. "Jangan nangis..!! Nanti Abang tambah uang jajan..!!" bisik Bang Zeni tapi masih terdengar di telinga senior.

"Beneran Bang??"

"Iya, nanti Abang tambah uang saku mu..!!"

Fia menghapus air matanya sambil mengusap lengan sebelah kiri. "Lagi nggak apa-apa dok.!!" kata Fia pasrah menyiapkan lengan sebelah kanan.

"Apa nih? demi uang jajan?" tanya Bang Zeni.

Fia mengangguk polos.

"Astaga Zeni.. istrimu..!! Hahahaha.." dokter tidak bisa menahan tawanya.

"Cepat di halalkan biar kamu bisa suntik sendiri..!!" kata dokter.

Bang Zeni tersenyum menyimpan wajahnya yang memerah. Tiba-tiba denyut nadinya berdesir melihat polosnya Fia.

Duuuh.. bagaimana kalau Fia sudah jadi istriku nanti, kalau begini terus.. benteng imanku jebol nggak nih?

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!