NovelToon NovelToon

Enter The Sorcerers World "The Strongest Will Stand!"

Prologue: Long...Long Time Ago!

Sihir adalah kekuatan mistis yang biasa pada umumnya hanya dimiliki oleh para kaum penyihir. Kekuatan yang tidak terbatasi oleh realita dan logika. Dulu-dulu sekali_ jauh sebelum kehidupan dengan ponsel dan penuh ai ada seperti masa mederen sekarang ini, Kekuatan mereka dianggap berbahaya dan terkutuk bagi kebanyakan orang. Bahkan bagi semuanya. Bagi orang-orang yang dimasa itu, tidak ada dan tidak akan ada penyihir yang baik sebaik berhati melati. Semuanya kejam berdarah dingin.

Berpenampilan topi kerucut dan bersapu terbang?!

Tidak!

Mungkin hanya ada pada kebanyakan buku dongeng anak-anak saja lah yang memilik gambaran yang dominan seperti itu.

Faktanya! Sebagian para penyihir mengenakan pakaian yang sama, seperti para penduduk pada umumnya yang biasa sering dikenakan dimasa itu. Dan juga ada yang mengenakan jubah berkerudung khusus mereka_ yang hampir dipenuhi dengan simbol dan tulisan-tulisan, yang tidak akan bisa dipahami selain bagi hanya mereka kaum penyihir. Itu biasanya hanya dipakai oleh para penyihir yang sudah ditahap level dominasi. Atau bisa dibilang penyihir dengan kemampuan tinggi.

Masa-masa itu... para anak dan laki-laki lah yang sering menjadi korbannya. Para penyihir kejam menjadikan mereka sebagai bahan ritual mereka. Guna untuk memperkuat diri, keabadian, sampai yang ingin mendominasi dunia.

Dibalik kekejaman mereka terhadap para penduduk dimasa itu, mereka juga tidak pernah sepenuhnya saling mempercayai sebagai sesama penyihir. Siapapun bisa saja dengan diam-diam menikam dari belakang. Karena itu pernah dan juga sering terjadi.

Mereka bersaing. Berlomba menjadi yang terkuat dari yang terkuat.

Berduel mantra dan kekuatan sihir adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa yang jauh lebih hebat diantara mereka. Mereka biasa membuat keributan itu pada malam hari_ pada saat kebanyakan para penduduk sudah bersembunyi didalam rumah mereka, karena tahu kalau itu akan selalu terjadi.

"No Mercy!"

Adalah moto yang sering diucapkan dari mulut mereka. Itu berarti tidak ada ampun. Kata itu juga, mereka maksudkan disaat mereka melakukan duel kemampuan.

Dua, tiga, empat, atau lebih_ tapi akan ada hanya satu yang bertahan. Itu berarti yang lain akan mati dalam duel. Mayat para penyihir akan terlihat bergeletakkan dikeesokan harinya. Diberbagai sudut jalan_ diamanapun. Sampai yang berada diatap-atap rumah para warga_ yang siapapun akan khawatir dan penuh ketakuatan ketika para penyihir itu sedang berduel tepat diluar rumah mereka.

Dan bau busuk itu... Oh astaga! Seakan terus menghantui.

Mereka yang mati, akan dibiarkan dicabik-cabik oleh para kerumunan burung gagak yang rakus akan daging yang membusuk.

......................

Kekacauan terus berlanjut. Berulang ulang kali semua itu terus dialami para penduduk di masa itu. Mereka seakan tidak biarkan untuk diberikan satu menit pun nafas legah. Terus menghantui! Dan banyak yang mencoba untuk membunuh dirinya sendiri karena merasa tak kuat lagi dengan keadaan disekitar mereka.

Lelah dengan kondisi seperti itu, para penduduk mengadakan deklarasinya sendiri. Mereka ingin memburu para penyihir itu dengan atau tampa bantuan raja-raja diluar sana. Sampai saat itu tidak ada sedikitpun bantuan yang dikerahkan kerajaan dari timur, barat, maupun dari yang lainnya. Seolah mereka semua juga takut, dan tak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa duduk pesta minum teh_ bersembunyi dibalik dinding kokoh termakan umur mereka disaat para penduduk non kerajaan diluar sana benar-benar dalam bahaya dan membutuhkan bantuan.

Karena dominan semua para penyihir dimasa itu kebanyakan adalah wanita... jadi para wanita lah yang lebih terkena imbasnya. Mereka yang tak bersalah dicurigai sebagai penyihir. Secara masal para wanita_ terutama yang gelandangan diburu dan diintrogasi. Ketika para penduduk yakin dengan keputusan tergesah-tegesahnya, Kaki, tangan, dan seluruh badan mereka yang dicurigai akan diikat diatas sebuah kursi. Dan kursi itu diletakkan di atas semacam wadah tungku besar yang nantinya akan diselimuti kobaran bara api.

Mereka yang dicurigai sebagai penyihir yang bersembunyi diantara penduduk, satu persatu di eksekusi dalam bakaran api yang menghabis abukan.

Para penduduk tidak peduli lagi. Mereka mengubur dalam-dalam rasa takut mereka yang selama itu terus menjebaknya dalam kondisi seperti itu. Tak peduli akan terbunuh_ para penduduk juga berbondong-bondong keluar dari zona aman mereka_ memburu para penyihir pada setiap larut malam hari yang benar-benar sunyi mencekam dengan kabut yang hampir menutupi seluruh pandangan.

Sampai sekitar puluhan wanita tak bersalah akhirnya kehilangan kehidupan mereka. Itu berarti kehilangan nyawa. Termakan ketidak percayaan mereka yang padahal murni sesama darah manusia. Tapi para penduduk yang menjalani pemburuan seakan tak lagi memiliki rasa bersalah, takut, dan baik hati. Semakin lama mereka seperti manusia dengan otak primitif yang tidak memiliki hati yang manusiawi lagi terhadap sesamanya. Seakan mereka benar-benar menikmati apa yang mereka putuskan dan lakukan. Dan mereka pikir yang mereka lakukan adalah "Benar!"

Para penduduk selalu mengadakan pesta perjamuan setelah sehabis membakar abukan seseorang yang padahal belum terbukti itu adalah kaum penyihir.

Mereka semua saling melontarkan candaan dan tawaan. Juga menghambur-hamburkan minuman yang akan selalu memabukkan diri mereka semua.

Sampai pada malam pesta perjamuan yang entah sudah keberapa kalinya... seseorang mendatangi mereka. Mendatangi kerumunan penduduk yang tentu saja lagi-lagi sambil bermabuk-mabukan.

Datang menghampiri kerumunan orang yang sudah tidak lagi berotak dan berperasaan_ Dia mengenakan jubah panjang berkerudung menutupi kaki, dan memegang sebuah tongkat yang menyala.

Melihat kedatangannya_ Beberapa pria disana langsung berlari tergoyah-goyah memasang badan dihadapan yang diduga mereka kalau dia adalah seorang penyihir lainnya. Tetap berusaha menjaga jarak.

"Berhenti disana! Penyihir!" Kata seorang penduduk kepada yang hanya samar terlihat mulutnya. Berusaha mengancam dia yang berjubah abu, dan dengan jejeran simbol-simbol keemasan yang tidak akan bisa dipahami oleh mereka.

Sejenak suasana mensunyi. Para kerumunan warga mabuk itu sejenak hanya melihatnya berdiri terdiam dengan sinar tongkatnya yang seakan menghipnotis mata dan pirkiran.

"Memalukan sekali kalian! Kalian orang-orang yang tidak beradab. Perbuatan kalian ini benar-benar aib," ucap si berjubah yang belum memperkenalkan diri. "Apa yang telah membutakan kalian sehingga tega menghabisi sesamamu?! Sadarkah apa yang telah kalian perbuat?!"

Menodongkan obor api, "Berani sekali kau menggurui kami?! memangnya siapa kau?! apa kau samacam orang bijak?!..."

"Pendeta?!" Lanjutnya meledek_ yang berdiri paling depan. Membuat yang lainnya tertawa geli. "Mereka itu penyihir! Kaumu sendiri! Kami melakukan yang sudah seharusnya kami lakukan sejak dulu!"

Mendengar itu... Orang berjubah itu mendongakan kepalanya, yang tadinya masih terus ditundukan menyembunyikan tampang wajahnya. Mengangkat kedua tangannya, dan perlahan membuka kerudungnya.

Menatap penduduk dengan tajam, "Kalian bisa memanggilku, Merlin!" Ucap yang berjubah itu. Akhirnya mengenalkan diri kepada mereka. Dan yang terdepan tadi samar terngangguk-ngangguk mendengarnya.

"Merlin?! Sungguh?!" Mendongak kepala menantang. "Merlin itu hanya takhayul! Bodoh!"

"Aku mengatakan, bisa! Dan aku tidak mengatakan, namaku!" Jelas lebih menekankan si yang mengenakan jubah_ yang jelas seorang penyihir pria tua berjanggut lebat. "Mencerna kata-kataku saja kalian tidak bisa! Pantas kalian seperti ini!

"Diamlah penyihir tua!!" Ucap yang si di depan lagi. Membentaknya. "Tutup mulutmu! Kenapa kau tidak langsung saja menjelaskan tujuanmu mendatangi kami?!

Merlin menyipit. Mengalihkan tongkat yang digenggam berdiri di tangan kanannya... ke tangan kirinya. "Aku menawarkan kalian...,"

"...Kedamaian!"

Tawar si penyihir Merlin. Dan penduduk mengerutkan alis dan dahinya. Saling menoleh kekanan dan kirinya sambil menggumam yang tak jelas. "Apa maksudmu?! Kedamaian macam apa?!"

"Ya! Kedamaian apa itu?!" Ikut salah satu dibelakang yang bersuara lantang.

"Aku akan pastikan tidak akan ada lagi penyihir yang mengganggu kalian! Selamanya! Tapi ingat! kalian harus berjanji untuk tidak lagi membakar sesama kalian!" Ujar Merlin benar-benar mengatakannya dengan serius.

"Termasuk dirimu, Pria tua?!" Tanya yang didepan_ menunjuk lurus-lurus kearah Merlin. Dan Merlin mengangguk pelan tapi yakin.

"Dan bagaimana kami bisa percaya padamu?! Kau adalah penyihir! Apa itu berarti kau akan membunuh sesamamu?!" Satu penduduk itu berusaha memastikan. Memastikan penawaran Merlin yang menurutnya janggal dan tak masuk diakal.

"Jangan samakan aku dengan mereka. Aku jauh berbeda. Tidak semua penyihir mempunyai niat jahat... "Omong kosong!" Putus yang didepan. Tak mempercayainya.

Dan yang lain serentak ikut memanas. Mereka semakin menggerutu tak jelas.

"Bruuush!" Tongkatnya di hentakkan kuat ke tanah. Sinar semacam berlian diujung tongkatnya sekejap menghempas suasana. Memterpakukan semua kerumunan penduduk memanas yang berada dihadapannya.

Matanya semakin menyipit. Menurunkan alis-alisnya tajam. "Cukup!!" Balasnya membentak. Merlin mendengus.

"Ini yang terakhir kalinya. Aku akan tetap memegang penawaran ini. Dan aku akan membuktikan kepada kalian semua, penduduk yang jahat! Aku akan menyegel semua kekuatan sihir para penyihir di berbagai penjuru. Termasuk Desa kalian. Dan agar kalian dapat kembali ke kehidupan kalian yang jauh lebih manusiawi."

"Malam ini aku akan pergi melakukannya. Dan ketika keesokan harinya aku tidak terlihat lagi dimata kalian, itu berarti aku sudah binasa demi kalian! Dan apa yang aku lakukan sudah berhasil terlaksana."

"Kalian tak perlu lagi melakukan semua ini. Percayalah padaku. Aku akan menghentikan semua ini," lagi jelasnya. Merlin memohon dengan tegas.

"Semoga Tuhan mengampuni kalian semua," akhir dari kalimatnya. Kembali mengenakan kerudungnya, penyihir Merlin langsung berpaling pergi menjauh dari sana. Pergi meninggalkan penduduk disana, ke tempat dimana dirinya akan melakukan penyegelan kekuatan sihir. Termasuk kekuatannya. Itu berarti akan membunuhnya.

...----------------...

Seperti apa yang dibicarakannya. Benar! Kalau dirinya bukanlah salah satu dari golongan para kaum penyihir jahat. Dan sebenarnya juga bukan hanya dirinya. Tapi penyihir baik yang jumlahnya tak lagi banyak seperti dirinya sudah menyepakati dan rela dengan apapun keputusan Merlin untuk mengatasi kekacauan itu. Kehilangan salah satu penyihir terhebat mereka. Sang penyihir Merlin itu sendiri.

Langit-langit semakin gelap bergemuruh. Penyihir itu terus melangkah menembus kabut dan hempasan badai disuatu tempat yang sudah jauh sekali dari kehidupan para penduduk. Hanya ada serangga-serangga berterbangan yang terbawa hempasan badai.

Melangkah berusaha tak goyah...

Sampai tibalah Penyihir Merlin di suatu tempat yang ditujunya. Tempat yang hanya terlihat ketika badai angin yang begitu kuat_ yang hanya terjadi setahun sekali. Dan tempat itu tepat berada di tengah-tengah badai yang seakan mengelilingi, menyembunyikan, dan melindungi keberadaannya dari orang-orang.

Tempat itu hanya diketahui oleh para penyihir. Dan tidak semua penyihir yang mengetahuinya. Mungkin hanya golongan Penyihir teratas dan kuat yang mengetahui dan dapat menembus badai disana. Seperti Penyihir Merlin itu sendiri. Yang baru saja berhasil menembus hempasan badai yang begitu kuat. Orang biasa tak akan bisa menembusnya hanya dengan berjalan kaki. Bahkan alat berat seperti tank yang ada dimasa sekarang pun juga belum tentu bisa menembusnya.

"Stormstones Teritori !" adalah nama tempat yang diberikan oleh para penyihir.

Terdapat tujuh batu berdiri memanjang dengan simbol-simbol terang menyala pada masing-masing batunya. Para penyihir yang pernah pergi kesana tahu kalau Itu sebenarnya adalah ketujuh simbol yang berarti bagus, tapi juga malapetaka.

"Bruuuussh!!" Tongkatnya kembali menghempas. Tapi lebih kuat.

Berdiri tepat ditengah-tengah ketujuh batu yang mengelilingi_ Sang Penyihir Merlin mulai melakukan apa yang akan dilakukannya. Penyegelan.

Mulutnya samar berbisik sedang merapalkan mantra. Tongkat yang ditancapkan ditanah tepat dihadapannya mulai bersinar. Begitu pula simbol-simbol pada ketujuh batu disekelilingnya_ yang juga ikut bersinar terang menyinari terang sekitarnya dan juga diri Merlin itu sendiri.

Tangan kanannya menelapak ketanah. Dan terlihat garis-garis terang muncul saling menghubung, membentuk suatu pola simbol lingkaran memenuhi tengah-tengah diantara Ketujuh batunya. Dan tepat diatas Merlin.

Kemudian petir mulai menyambar dari langit-langit. Turun menyambar dari satu batu kebatu lainnya seperti penghantar listrik. Dan terus begitu berulang-ulang kali sampai seluruh hempasan badai yang berada disekitar Stormstones Teritori mengepul ditengah-tengah. Badainya membentuk sebuah kubah begitu besar menutupi Stormstones Teritori. Sang Penyihir yang hebat, Merlin, berusaha tetap bertahan disana dengan dalam posisi masih menelapak tangannya di tanah.

Jubahnya terkoyak-koyak karena badai yang seakan mencabik-cabik. Dan terlepas. Terbawa hempasan angin badai yang terus hampir membuatnya tergoyah dan terbawa hempas. Tapi dia tidak sedikitpun panik. Merlin tahu kalau itu akan terjadi. Jadi dia benar-benar sudah sepenuhnya mempersiapkan dirinya dengan semua itu.

Tapi entah sampai seberapa lama lagi dirinya dapat bertahan. Suasana terlihat semakin kacau.

Daerah Stormstones semakin menggemah dan bergemuruh. Berlian pada tongkat Penyihir Merlin disana mulai meretak semakin retak seretak-retaknya. Sinar pada tongkatnya juga samar terlihat berkedip-kedip pertanda sihir yang dimilikinya tak bisa mampu bertahan lebih lama lagi. Tapi mau bagaimana lagi. Dia disana membutuhkan waktu yang diperlukannya, untuk melakukan penyegelan seluruh sihir dari para penyihir. Terutama para penyihir yang tunduk pada salah satu tuannya yang dijuluki sebagai "The Bloody Mary Witch!" Penyihir yang paling kejam di masa itu.

...----------------...

Karena sudah diambang batas kemampuannya... dan sepertinya sudah cukup waktu yang diperlukannya, Merlin, kembali bangkit berdiri. Tubuhnya tegak berusaha menahan hempasan badai yang semakin kuat. Matanya menyala. Kedua tangannya saling mengkait membentuk suatu simbol di depan tubuhnya.

Dan... "ZRAAAAASH!!!" Badainya terhempas lenyap seketika. Gelombang hempasannya sampai dirasakan oleh para penduduk di desa yang sebelumnya didatangani oleh Sang Penyihir Merlin.

Proses mantra penyegelannya berhasil. Tapi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya_ kalau itu juga akan membuatnya kehilangan sihirnya sendiri.

Dan kehilangan kehidupannya. Nyawanya.

Tubuh Merlin yang masih kokoh tak tergoyahkan disana semakin menghitam dan mengeras menjadi batu. Tongkat miliknya_ sinarnya meredup padam. Kemudian tongkat itu terkubur dengan sendirinya, dalam posisinya yang masih berdiri tertancap ditanah. Dan terkuburlah dalam-dalam tongkat itu didalam tanah.

Setelah terkuburnya tongkat itu, tubuh Penyihir yang sudah sepenuhnya mengeras menjadi batu.... kemudian, langsung terpecah berhamburan menjadi bongkahan dan puing-puing batuan kecil.

Itu dia! Itu yang akan terjadi jika dirinya melakukannya. Nyawanya yang akan menjadi imbalannya. Stormstone Teritori adalah wilayah untuk penyegelan berbagai macam kekuatan yang kuat termasuk sihir. Tapi itu membutuhkan kekuatan dan sihir yang begitu kuat pula. Apalagi bertujuan untuk menyegel semua kekuatan sihir para penyihir yang tak terhitung, termasuk para penyihir pembuat kekacauan yang membuat para penduduk tadi menjadi kehilangan ketidak percayaan mereka terhadap sesama_ yang kebanyakan dari penyihir disana semuanya betipe penculik dan peritual.

Tipe penyihir yang kekuatannya sudah pasti telah tersegel oleh karena pengorbanan Merlin.

Jika Merlin hampir gagal dalam prosesnya, bagaimana jika yang melakukannya adalah penyihir yang masih di tahap awal atau menengah?! Siapapun itu, dia pasti akan terhempas termakan badai jauh sebelum waktunya selesai.

Dan tiba di keesokan harinya...

Saat matahari baru menunjukan kehangatan wajahnya, Ketujuh batu masih terlihat berdiri kokoh seolah tidak terjadi apapun. Padahal badai pada malam kemarin benar-benar memporak-porandakan Stormstones Teritori dengan begitu hebatnya. Bisa terlihat banyaknya tanah yang terbongkar dan berhamburan disekitarnya.

Tapi ketujuh batunya seakan tidak tersentuh sedikitpun. Itu semua tampak kokoh. Hanya saja ada satu perbedan pada simbol-simbol pada masing ketujuh batunya.

Simbolnya... lenyap. Sama sekali tidak terlihat lagi.

Mulai saat itu, Stormstones Teritori hanyalah wilayah dengan berdirinya ketujuh batu yang biasa. Tanpa sihir. Orang-orang biasa pun mungkin dapat pergi kesana. Karena Stormstones Teritori kini keberadaanya bisa terjangkau mata, walapun tanpa adanya badai yang biasanya menerjang pada setahun sekali.

Suasana tampak terlihat sunyi dan damai. Juga pada salah satu Desa itu.

Penduduk di desa yang pada waktu malam kemarin didatangi Merlin_ terlihat mulai beraktifitas. Tapi tak banyak. Sebagian dari mereka... mungkin masih tertidur di dalam kediamannya.

Entahlah....

Satu orang penduduk yang sebelumnya paling depan berhadapan dengan Merlin, melangkah memasang badan di tengah-tengah jalan yang sepi. Memandang sipit arah kemana Penyihir itu melangkah pergi pada waktu malam kemarin.

Dia mendengus. "Siapkan kayu-kayu dan minyak yang banyak untuk malam ini," titahnya kepada satu warga lain yang berada disebelahnya_ yang juga sejenak ikut memandang arah Penyihir Merlin itu pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

Sesuai apa yang dikatakannya_ setiap janji yang akan selalu di tepatinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Chapter 1: Barbara Hailey

"Teet! Teet! Teet!" alaram jam pengingat waktu sudah menunjuk pukul delapan pagi terus berdering.

Itu hari sabtu pagi. Jam meja digital yang lagi-lagi tidak seharusnya berdering dihari libur dari sekolah mengganggu tidur nyenyak gadis remaja cantik berumur enam belas tahun bernama "Barbara Hailey." Dia tertelungkup menyembunyikan wajahnya dibalik bantal sebelum ketika suara alaram berkali-kali terus berusaha membangunkannya.

Gadis yang biasa dipanggil "Hailey" oleh orang-orang yang dikenalnya Itu sudah siap siaga jikalau alaram jam malafungsi di kamarnya kembali berdering di waktu yang padahal tidak ia tentukan. Tapi sepertinya tetap saja. Suara alaram jam itu tetap terdengar cukup keras dari balik bantal kepala yang menutupinya.

"Emm!" Hailey mulai mengeluh. Setengah tersadar, dia semakin menutup rapat bantalan yang menutupi punggung kepalanya. Masih dalam posisi tertelungkup diatas ranjangnya yang sedikit tersorot cahaya matahari dari sela-sela korden jendela yang masih menutup gelap sebagian besar kamarnya.

Alaram terus berbunyi, "Emmm!!!" Hailey semakin mengeluh. Setiap satu kali giliran suara deringnya, Hailey merasa kalau alaramnya terdengar semakin kencang dan semakin kencang saja.

"Hentikan itu, Leprechaun!!!" Keluh perintahnya kepada jam meja digitalnya sendiri yang memang berwarna kehijauan, dengan suara Hailey yang masih lemas mengantuk terpendam dibalik bantal.

Tanpa lebih dulu menyingkirkan bantalannya, tangan kanannya berusaha meraih jam digital yang berada diatas meja_ tepat disamping sisi sudut ranjangnya yang berada posisi dekat dengan jendela kamar.

Bukannya mematikannya_ Hailey malah menjatuhkannya keras ke lantai. Tapi setidaknya itu menghentikan bunyi alaramnya yang menyebalkan.

Kemudian Hailey langsung menyingkirkan bantal yang menutupi punggung kepalanya.

Membalikan posisi tertelungkupnya diatas ranjang tempat tidurnya_ Hailey, menghela nafas berat. Sejenak menoleh-noleh ke arah kanan dan kiri ruangan, sebelum dirinya kemudian menggerak mengombak-ombakkan jari-jemari kirinya diatas ranjang double bed nya.

Bergerak lembut berombak-ombak_ sedikit aura asap cahaya merah terlihat samar mulai muncul bergerak mengelilingi jari-jemarinya.

Hailey memeramkan matanya. Dengan raut wajahnya yang terlihat seperti memaksakan_ Hailey berusaha lebih fokus lagi.

Sampai... aura asap cahaya merah semakin terlihat terang memekat hingga menyelimuti seluruh pergelangan tangan kirinya_ yang sudah diarahkannya pada arah jendela.

Dan setelah masih butuh waktu lama baginya, kemudian terbukalah lebar perlahan semua korden pada jendela kamarnya. Membuat lebih banyak cahaya matahari masuk memancar seluruh ruang kamarnya. Juga menyilaukan wajah dan matanya.

Dirinya tidak malas. Dan bukanlah tipe gadis yang sperti itu. Ia tahu kalau dirinya hanya berada jarak dua atau sampai tiga langkah dari jendela. Hailey hanya berusaha melatih kekuatan sihir aneh yang baru ia dapatkannya itu pada waktu sebulan yang lalu. Entah dari mana kekuatan itu, dirinya masih berusaha untuk membiasakannya.

Memperisaikan matanya_ Hailey bangun ke posisi duduk berselonjor diatas ranjang tempat tidurnya. Tak berselang lama kemudian juga ada yang mengetuk, dan membuka pintu kamarnya dari luar sana.

Dia, adalah Ibu Hailey. Sambil membawa segelas air putih, Ibu Hailey melangkah masuk mendekati si Hailey yang dilihatnya sedang mengucek-ucek matanya.

Hailey baru saja terbangun dari tidurnya. Pikir Ibunya menebak. Dan itu sudah jelas. Siapapun pasti tahu.

"Selamat Pagi, Hailey!" Sambut seru ibunya membuatnya terpancing menoleh. "Mau bercerita apa mimpimu kali ini, Hailey?!"

"Ya...," balas sumbangnya. Suaranya masih terdengar lemas.

"Hitam," lanjut Hailey. Itu berarti tidak ada mimpi yang menghiasi tidur malamnya kali ini. Hanya ada layar proyeksi hitam gemerlap yang terasa hanya berlangsung sedetik.

Tidak mempunyai kakak atau adik_ hanya Hailey_ tidur di kamarnya seorang diri. Lebih tepatnya di loteng rumahnya. Lantai tiga. Atau bisa juga disebut Etic Room. Terlahir dikeluarga yang bisa dibilang serba keterbatasan juga sudah pasti tidak_ sangat kaya juga tidak, bersama seorang lagi yang tidak lain ialah Ibunya sendiri yang berkarir sebagai fotografer pemandangan alam. Seseorang yang paling disayanginya, dan juga yang tersisa di kehidupan keluarganya.

Ayahnya sudah lebih dulu pergi meninggalkannya, sebelum dirinya menginjak diumurnya yang keempat tahun. Maksudnya... Ayahnya untuk selamanya benar-benar pergi meninggalkannya. Meninggal dunia. Ibunya juga pernah memberitahunya, kalau Ayahnya dihabisi oleh sesorang yang entah siapa.

Sampai sekarang masih belum diketahui siapa, atau mungkin siapa sajakah orang-orang itu.

Tidak perlu dibahas lagi. Hailey bahkan tidak bisa menilai seperti apakah sosok ayahnya sendiri. Seberapa baik_ atau seberapa buruk. Dirinya tidak mendapatkan waktu lebih lama untuk berbagi kehidupan bersamanya. Yang Hailey fokuskan sekarang hanya pada sosok Ibu yang di sayanginya, lebih dari siapapun yang pernah dikenalnya, selama masih ada nafas yang tersisa dalam dirinya.

Duduk berjuntai menyamping diatas ranjang Hailey, "Oh, Hailey!" Samar terkekeh_ Ibunya menaruh tangannya diatas pundak Hailey.

"Kurang dari seminggu lagi adalah hari ulang tahunmu. Ayolah! berikan ibu wajah barumu!" Berusaha menyemangati Hailey yang terlihat menatapnya dengan muram. Dan Hailey berusaha mengangkat bibirnya_ tersenyum tipis pada Ibunya. Sebagai bukti rasa sayang dan patuhnya.

"Nah, Itu yang aku mau," lirih ibunya. Ikut tersenyum melihatnya.

Menoleh-menoleh mencari sesuatu..., "Ngomong-ngomong... dimana si Leperchaun?!"

"Ibu tidak melihatnya pagi ini," Ibunya penasaran. Sampai Hailey kemudian menunjuk kebawah lantai di sisi dekat dengan jendela kasurnya. Dan Ibunya pun mendongak memeriksa. Berusaha menjangkau sisi seberang ranjang tempat tidur Hailey. Sisi yang ditunjuk Hailey disana.

"Oh tidak, Hailey... kamu seharuanya jangan lakukan itu padanya. Aku tahu dia kadang mengganggumu. Tapi dia juga satu-satunya yang selalu menemanimu di atas sini ya kan?"

"Dia sebuah jam tak bernyawa, Ibu! Dia tidak akan merasakan apa-apa. Dan sudah seharusnya aku mendapatkan teman sekamar yang baru."

"Leprechaun lagi?!" Tanya canda ibunya. Menoleh ikut Hailey yang beranjak dari ranjangnya, dan menaruh jam meja digital yang sengaja dijatuhkannya kembali pada tempatnya.

Hailey juga langsung tergerak membuka semua jendela kamarnya.

"Seekor kuda poni merah muda mungkin jauh lebih baik," balas candanya. Membuka jendela yang terakhir.

Ikut duduk menyamping di sisi seberang kasur sana seprti yang dilakukan Ibunya_ Hailey, dengan rileksnya menghirup udara yang baru saja berhembus masuk ke dalam ruang kamarnya. Sedikit menghempas lembut rambut kecoklatan panjang sepunggungnya yang bergelombang, tapi sedang kondisi kusut tak beraturan.

Lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Ibunya yang terlihat terus terpaku memandangnya dengan aneh.

"Um...,Ibu?!" Berusaha menyadarkan.

"Oh Oya! Ini minumlah!" Ibunya sontak tersadar. Langsung menyodorkan segelas air putih yang masih dipegangnya dari tadi. Dan diberikannya pada seorang putrinya, Hailey, setelah Ibu Hailey untuk sesaat seperti terhanyut dalam pikirannya_ yang entah apa yang sedang dipikirnya.

Menerimanya, "Terimakasih, Ibu!

"Hey, apa Ibu baik-baik saja?!" Sela Hailey hanya memastikan_ Sebelum tegukan pertamanya.

Sambil tersenyum, Ibunya dua kali mengangguk mantap. Memberitahu pada Hailey kalau semuanya baik-baik saja.

Tanpa berpikir yang macam-macam, Hailey kemudian membasahi tenggorokannya yang kering dengan segelas air putih yang baru saja diberikan oleh Ibunya tadi. Mungkin hanya beberapa tegukan untuk kembali membasahi tenggorokannya.

Sampai... "Ah! Sss..." Hailey tiba-tiba merasakan sakit sesaat di seluruh lengan kirinya. Sedikit menjatuh tumpahkan segelas air yang baru dua tiga teguk diminumnya ke atas kasur dan lantai kamarnya.

"Ada apa, Hailey?!" Ibunya memastikan. Melihatnya kesakitan_ dengan tangan kanan Hailey memegang lengan kirinya sendiri yang sedang memegang segelas air yang baru saja diberikannya. "Tidak apa, Ibu! Aku baik-baik saja," balasnya.

"Jangan terlalu dipaksakan, Hailey! Semua butuh proses. Bahkan mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama. Jangan terlalu memaksakan sihirmu untuk berkembang cepat, "ujar Ibunya.

"Ingatlah, Hailey! Apa yang kamu butuhkan akan datang dengan sendirinya pada waktu yang tepat. Jadi ikuti saja arusnya, lalui yang seharusnya kamu lalui, dan jangan khawatir tentang apapun yang sedang kamu hadapi sekarang dan yang akan datang nanti," tambahnya lagi. Ibunya berpesan padanya. "Oke?! Percayalah!"

Tanpa menjawab_ Hailey mengangguk. Menaruh gelas yang masih menyisahkan setengah gelas air di atas meja kamarnya. Disamping si Leprechaun, yang sebenarnya sudah dijatuhkannya lebih dari dua kali dalam setengah bulan terakhir.

"Hey! Cuaca sedang bagus pagi ini. Jadi rapihkan kamar, mandilah, dan carilah lebih udara segar diluar selagi ibu menyiapkan sarapan pagimu," ujar Ibunya mengingatkan.

"Biar aku sendiri saja... ."

"Tak apa, Hailey!" Cegat Ibunya cepat. Sudah keputusannya. "Biar Ibu saja kali ini."

"Setelah selesai sarapan bantu Ibu untuk mencari spot tempat yang bagus untuk Ibu foto oke?!"

"Kamu biasa berpergian bersama teman-temanmu setelah sepulang sekolah bukan?! Ibu yakin kamu pernah melihat tempat yang bagus diluar sana," lagi dari Ibunya sambil lalu_ melangkah berpaling, sebelum keluar melalui pintu kamar Hailey yang dibiarkan terbuka sebelum pembicaraan panjang.

"Mungkin beberapa!" sela Hailey mengingat hari-hari sebelumnya. "Bagus! Beberapa sudah cukup untuk Ibu!" seru balasan dari ibunya yang belum jauh diluar sana.

...----------------...

Pagi kali ini jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Terlihat cerah dan hangat. Karena biasanya akan terlihat mendung begemuruh dan turun hujan di setiap paginya. Dan juga sengatan hawa dingin yang akan membuat seluruh lengan dan betis siapapun menggigil walaupun berada di dalam rumahnya dengan pakaian serba berlengan panjang. Padahal akhir-akhir itu bukanlah musim hujan.

Setidaknya berharap akan ada hari cerah untuk dua sampai tiga hari kedepan, sudah cukup bagi Ibu Hailey mendapatkan penghasilan yang dibutuhkannya mulai hari di akhir pekan itu.

Dan kali ini Hailey juga akan bersamanya. Menemani langsung disaat biasa waktu-waktu panjang setengah hari tidak bersama Ibunya. Separuh waktu dimana saat Ibu Hailey sedang sibuknya mengambil gambar-gambar luar ruangan keren nan indah, yang sama sekali tidak ahli untuk dilakukannya.

Hanya bakat kreatifitasnya dalam menghiasi cantik papan mading di sekolahnya yang tidak tertandingi, dan juga beberapa trik sulap kartu klasik sederhana yang mungkin akan cukup mudah untuk ditiru oleh kebanyakan orang.

"Hffffp... Fuuuhhh!" Berulang-ulang kali dengan perlahan dan rileks_ Menghirup hembuskan udara dipagi hari, usai dirinya melakukan beberapa yang disarankan oleh Ibunya. Yang sebenarnya memang sudah seharusnya ia jalankan.

Berdiri di dekat pinggir sisi pagar dalam teras taman sepinggang depan rumahnya, Hailey, merentangkan kedua tangannya. Dan juga melemaskan otot-ototnya.

Sejauh itu baik-baik saja. Suasana tampak terdengar tenang. Hailey sedang fokusnya. Sampai kemudian ada yang menginterupsi suasana damainya. "Kring! Kring!" Bunyi bel sepeda terdengar jelas ditelinganya. Itu ketika Hailey yang untuk sesaat, sedang menutupkan kedua matanya karena terhanyut dalam meditasi pagi.

"Kring! Kring! Kring!" Semakin jelas keras mendekat, dan berulang-ulang kali dibunyikannya lagi. Hailey membuka matanya terganggu.

"Selamat pagi penyihir!! Dekorasi wadah kuali macam apa lagi yang kamu gunakan pagi ini?!" Seru ledek seseorang sambil lalu. Suaranya mungkin cukup terdengar hingga kanan kiri dan para rumah tetangga depan keluarga Hailey.

Dia adalah salah satu teman sekelas Hailey. Dan juga bersama kedua komplotan hiena lainnya yang mengekor dibelakangnya_ mengayuh pedal-pedal sepeda mereka di sepanjang jalanan perumahan yang tampak masih sepi.

Melewati dari arah kanan pagar halaman taman depan rumah Hailey_ Dan itu juga berarti dihadapan Hailey itu sendiri..., "Abracadabra, Witches!!" Tambahnya. Kata terakhir lebih ditekankannya, sambil terus mengayuh pedal sepedanya menjauh ke arah kiri jalan. Disusul tawaan berdengek dari kedua yang mengekor.

Hailey samar menggeleng. Menurunkan alis dan dahinya, "Kamu pikir itu lucu, Jer?!!" Kesalnya, tapi berusaha tak terpancing amarah yang hanya akan membuatnya seperti orang rendahan. Hailey mencoba lebih sabar. Terus menatap fokus kemana arah teman yang sudah jelas tidak bersahabat melintas di hadapannya semakin menjauh.

Tanpa melambatkan laju sepedanya, teman memuakannya yang satu itu juga membalas. Setengah menoleh kebelakangnya, Jerry, sambil menunjukan jari tengahnya itu pada Hailey. Dan Hailey mendengus.

Bagus! Rusak sudah paginya. Diganggu oleh trio hiena, yang menertawakan dirinya lagi untuk yang kesekian kalinya dengan jejeran gigi kekuningan mereka. Hailey yakin kalau mereka tidak pernah lebih dahulu menggosok giginya dipagi hari, sebelum mereka berpergian keluar rumah untuk memamerkan wajah-wajah dan tingkah idiot mereka.

Dan mungkin hanya perasaan dirinya saja atau... Hailey selalu mencium bau daging busuk tak lama setelah mereka bertiga melintas di depan halaman rumahnya. Astagaaaa!! Benar-benar menyengat! Hailey sampai menjepit rapat-rapat hidungnya. Entah itu bau sarapan pagi salah satu mereka atau aura dari penghinaan mereka yang berterbaran.

Sudahlah! Lupakan itu! Hailey samar beberapa kali mendengar Ibunya memanggil dari arah punggungnya, setelah untuk beberapa saat dirinya masih terpaku memandang arah kemana trio hiena tadi sudah menghilang dari pandangan di ujung jalan sana.

"Hailey, sarapan pagi sudah siap!" lagi, Ibunya memanggil.

Hailey berbalik menoleh. Dari kejauhan Ibunya berdiri diambang pintu depan rumah. Memanggilnya, karena hidangan sudah disiapkan oleh Ibunya yang juga sudah dianggapnya sebagai sang maestro keluarga bagi Hailey.

"Mau makan di dalam bersama Ibu atau mau dilu... ," kalimatnya tiba-tiba menggantung. Hidung Ibu Hailey berkedut-kedut mengendus sesuatu. "Di dalam saja!" Lanjutnya. Tidak jadi melanjutkan kalimat sebelumnya. Mutlak memutuskan untuk mengajak Hailey sarapan di dalam saja. Sekalian ingin lebih banyak berbincang-bincang lagi dengan Hailey.

...----------------...

Kendaran yang biasa dinaiki Ibunya adalah sebuah mobil. Jangan pernah berpikir kalau keluarga Hailey mempunyai mobil Bugati atau Lamborghini mewah keluaran terbaru. Hanya sebuah "Chevrolet" pickup merah bata keluaran lama milik sang mendiang Ayahnya dahulu. Kerena itulah yang dikendarai Ibunya bersama Hailey setelah usai menyelesaikan urusan sarapan paginya_ yang apa yang dihidangkan Ibunya itu sebenarnya membuat Hailey menagih.

"Ada bekas mayones di bibirmu," Ibu Hailey beberapa kali menoleh kedepan dan kesamping. Tanpa sengaja melihat yang janggal di bibir Hailey.

Beralih menoleh dari kaca mobil yang sepenuhnya dibuka lebar, "Hah?!" Hailey tidak terlalu mendengar karena suara cukup keras deru laju mesin mobil milik mereka.

"Bibirmu!" Lebih menguatkan suaranya. Tangan kiri ibunya sedikit memperagakan usap tunjuk di bibirnya sendiri. Sambil menoleh kepada Hailey yang tepat duduk disamping bangku pengemudi, tapi dengan pandang bola matanya yang tetap fokus pada arah depan jalanan yang sedang dilalui. "Oh!" Hailey seakan tersengat.

Menyadari_ Hailey langsung mengusap bibirnya. Tapi tetap dan tidak merubah posisi santai tubuhnya_ yang dari tadi menepi di pintu menikmati hembusan angin yang menerpa masuk mengenai wajahnya. Hailey menikmatinya. Itu mengibas-ngibaskan juntaian rambutnya_ yang beberapa helainya sampai terkibas keluar jendela.

..."ASTAGA KAMERANYA!"...

Teriak ibunya menggelegar. Baru menyadari. Untuk sesaat pandangan Hailey teralih pada Ibunya.

Hailey, memutar matanya_ kembali memandang luar. Menggeleng, sambil samar tertawa geli karena kebiasaan Ibunya yang sering kembali kerumah, karena hampir selalu melupakan peralatan Pro Photographer- nya saat tiba waktunya untuk bekerja. Tapi kali ini Hailey bisa melihat langsung ekspresi wajah terkejut Ibunya ketika melupakan sesuatu. Dan itu menggelitik perutnya.

Tiba kembali di jalur yang sama sebelum Ibu Hailey menyadari kameranya yang tertinggal di rumah... Ibu Hailey tertawa kecil. Mungkin menertawakan dirinya sendiri. Dan Hailey kembali dalam posisi menikmati hempasan angin yang sama. Seakan tak terjadi apapun yang sudah membuang kurang lebih 15 menit waktu di perjalanan mereka. Juga suara deru mobil yang sama di jalanan yang serasa hanya milik mereka sendiri.

"Hailey, Ibu mau memintamu sesuatu boleh?!"

Berpaling dari jendela mobil, "Apa itu?" tanyanya penasaran apa yang ingin diminta ibunya.

"Buatkan satu pesawat kertas untuk Ibu," jawab Ibunya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan lurus. "Untuk apa?"

"Buatkan saja. Gunakan kertas yang ada di tas Ibu," titahnya lagi. Sedikit mendesak sambil menunjuk apa yang ada dibawah kursi pengemudi. Bangku dimana ibunya duduk mengemudi. Dan Hailey menurutinya. Meraih dan mengambil sebuah tas selempang milik Ibunya.

Hailey langsung mengambil salah satu selembar kertas yang terselip diantara peralatan kerja di dalam tas Ibunya. Membuat sebuah pesawat kertas.

Setelah jadi, "Lalu?" Tanya Hailey. Bertanya apa yang harus ia lakukan setelahnya, dengan secarik kertas yang sudah diubahnya menjadi pesawat-pesawatan klasik.

"Terbangkan keluar!"

"Hah?!"

"Dengar, Hailey. Cobalah untuk menerbangkan pesawat kertas itu diluar jendelamu. Gunakan sihirmu untuk membuatnya tetap beriringan disamping mobil kita, dan juga usahakan jangan sampai terlempar oleh hempasan angin! Anggap saja ini tantangan dari ibu untuk melatih kemampuan sihirmu, Hailey! Cobalah!"

"Ayo cobalah, Edith!" Lagi desak Ibunya sambil menunjukan senyum digiginya .

Memutar matanya, "Yaampun Ibu! Kenapa Ibu selalu menghubungkan aku dengannya?! Penyihir itu hanya dongeng anak-anak! Tidak ada darah keturunan," selip Hailey walaupun tergerak untuk menuruti apa yang diminta Ibunya. Menurutnya itu adalah kepercayaan turun menurun keluarganya yang tidak benar dan tidak bisa ia percaya. Karena ia benar-benar yakin, kalau tidak ada sama sekali hubungan kekuatan sihir yang didapatkannya dengan sesuatu yang berbau penyihir dari masa lampau. Tapi Ibunya seakan adalah salah satu orang jauh dari masa lampau yang mempercayai kepercayaan itu.

Mencoba mengeluarkan sihirnya lagi. Aura asap cahaya merah kembali menyelimuti jari-jemari Hailey. Membuat pesawat-pesawatan kertas yang dipegang Hailey perlahan melayang diudara. Masih di dalam mobil. Tapi setelah itu Hailey perlahan mengeluarkannya melalui jendela mobil yang sudah dibuka lebarnya dari awal-awal perjalanan. "Jangan tegang," selip Ibunya. Disaat Hailey yang sedang begitu perlahannya mengeluarkan pesawat kertas itu keluar jendela mobil dengan sihirnya.

Pesawatnya terselimuti Aura-Aura sihir Hailey. Dan Hailey terlihat menggigit bibir bawahnya.

Tapi baru sebentar pesawat kertas itu terbang beriringan disamping mobil mereka_ bahkan belum lima detik... "Fuuush!" Pesawatnya terhempas kuat angin dan lenyap seketika.

Bersender mantap pada bangku mobil yang didudukinya_ bibirnya memanyun dengan tatapan sipit kecewa. Posisi duduknya pun semakin merosot.

"Tak apa! Akan selalu terjadi dalam pertama kali mencoba," hibur Ibunya. Berusaha menahan tawa ketika sejenak melihat ekspresi wajah Hailey. Juga berusaha membujuknya lagi. "Coba lagi!"

Dan Hailey kembali menuruti apa yang diminta Ibunya. Jadi dibuatnya lagi satu pesawat-pesawatan kertas. Lalu dicobanya lagi.

Tapi...,"Fuuush!" Lagi terhempas kuat oleh angin. "Coba lagi!"

"Coba lagi!"

Dan Hailey mencobanya lagi. Lagi dan lagi tapi tetap saja gagal. Karena kegagalan berkali-kali yang membosankan itu Hailey mendongak lelah.

"Haaaarg!" Keluhnya, mencendur lemaskan dahinya pada dashboard mobil di hadapannya.

Tapi Ibunya menyuruh dirinya untuk mencobanya lagi.

Mengambil secarik kertas untuk yang kesekian kalinya, "Ini kertas terakhir," muramnya benar-benar lesuh. Menunjukan secarik kertas dengan cap stampel tagihan listrik tepat disamping wajah Ibunya. "Ouh... uum, tak apa pakailah!"

"Sungguh?! Sudah delapan tahun yang lalu tapi Ibu masih menyimpannya?" Menatap Ibunya dengan tatapan kantuk. Ibunya hanya bisa tersenyum canggung sambil tetap memandang lurus kedepan.

Hailey pun kembali dalam percobaan ke tujuh belas kalinya. Dirinya sekarang serasa seperti seorang penemu gila dari zaman dahulu yang berusaha menciptakan kendaraan terbang untuk yang pertama kalinya di masa itu. Penemu yang dianggap sebagai "Nuts Inventor!" oleh orang-orang disekitarnya.

"Kali ini cobalah untuk mendorong kuat sihirmu melawan arah hempasan angin," selip saran Ibunya tetap fokus menyetir.

Perlahan, dikeluarkannya "pesawat tagihan listrik" itu keluar melalui jendela. Hailey mencoba apa yang baru saja disarankan Ibunya. NGGAK DARI TADI! Bukan Hailey_ tapi Ibunya kali ini yang menggigit bibir bawahnya. Sambil sesekali pandangan matanya mengerling pada pesawat-pesawatan kertas yang sedang diusahakannya terbang menembus angin oleh Hailey.

Hailey, memperkuat sihirnya.

Aura-aura asap merah terlihat semakin pekat, dengan adanya cahaya merah terang yang terus berombak-ambik. Sampai menyelimuti seluruh kedua lengan tangannya.

Pandangan Ibu Hailey sempat teralihkan pada aura-aura sihir di kedua lengan Hailey. Menahan nafas tegang. Mungkin juga takut kalau itu terlalu memaksakan. Dan ada rasa khawatir kalau itu akan berdampak buruk pada lengannya.

Tapi Ibunya harus percaya padanya. Dan juga apa yang sudah menjadi kepercayaannya. Karena pasti ada alasan mengapa Hailey yang dianugrahi kekuatan dari salah satu penyihir terkuat dari masa lampau_ sedangkan dirinya yang berdarah sama tidak.

Sihir dan jiwa Edith seakan memilihnya.

...----------------...

Sepuluh detik, sampai lebih dari tiga puluh detik pesawat itu terbang beriiringan diluar sana. Sempat sesekali terombang-ambing tapi tidak terhempas.

Hailey sama sekali tidak menyangka.

Hailey menarik bibirnya tersenyum setelah ternganga untuk beberapa saat. Dan Ibu Hailey akhirnya bisa melepas nafas legahnya juga.

"Kamu berhasil, Hailey!" Seru Ibunya. Hailey menoleh girang.

Setelah sudah cukup lama pesawat kertasnya terbang hampir terombang-ambing di udara, aura-aura sihir Hailey perlahan berangsur meredup.

Sampai kemudian... lenyap.

Membuat pesawat kertas terakhir yang dibuat oleh Hailey langsung terhempas jauh kebelakang. Lenyap seketika termakan oleh angin.

"Hooouh!" Suara Hailey terdengar memelas manja. Sangat mesayangkannya ketika sudah sejauh itu. Dia pikir bisa bertahan lebih lama lagi.

Mengelus bahu Hailey, "Rekor lima menit! Itu bagus!" Hibur Ibunya.

"Sekarang istirahatlah," lagi dari Ibunya_ melihat jelas dada Hailey naik turun dengan nafas yang terengah-engah. Sepertinya itu sudah batas kemampuannya. Untuk sekarang.

"Bagus, Edith!" lirih Ibunya menambahkan. Menaruh satu nama itu lagi di kalimatnya, hanya untuk menggoda Hailey.

"Haaaargh!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Chapter 2: Barbara Hailey(Part 2)

Ibu Hailey melambatkan laju mobilnya. Dengan perlahannya, diparkirkannya tepat dibawah pohon rindang mempayungi di suatu taman yang tidak pernah di datanginya sebelumnya. Bahkan belum pernah dikenalinya. Tapi Hailey yang menyarankannya. Jadi pergilah mereka berdua ketempat itu. Ketempat yang dipandukan arah jalannya oleh Hailey.

Apapun tempat yang disarankan putrinya, Ibu Hailey yakin itu akan bagus untuk dijadikan tempat pengambilan gambar yang cantik. Jepretan gambar yang berharap akan bernilai cukup tinggi untuk dapat membelikan Hailey mobilnya sendiri ketika sudah tepat pada waktunya. Lagipula tabungannya masih jauh dikatakan cukup. Ibu Hailey tidak mau membelikan Hailey mobil ronsokan, hanya karena itu akan menjadi mobil pertamanya.

Itu hadiah. Hailey sama sekali tidak mengetahui rencana Ibunya. Walaupun akan jauh melewati tiba saatnya Hailey berulang tahun, tapi berharap itu akan menjadi "Surprise!" nantinya.

Harapnya begitu.

Ibu Hailey mematikan mesin mobilnya. Suara mesin mobil yang sejujurnya bagi diri Hailey sendiri cukup berisik membuat telinganya berdengung_ terasa seperti ada kawanan lebah yang bersarang di dalam telinganya.

Keluar dari mobil Ibunya, Hailey, mengorek-ngorek kedua telingannya karena itu. Dengungan lebah akan terus membekas sampai lima menit kedepan.

Keluar dari mobil tak lama setelah Hailey, "Tidak buruk!" Ibu Hailey mengkalungi kamerannya. Menoleh-menoleh luasnya taman yang seratus persen asing baginya_ setelah kurang lebih satu jam lamanya momen membosankan seperti terapung tanpa arah di satu jalur aspal daerah Kansas yang tampak sepi.

Tidak banyak roda kendaraan yang menggesek panas aspal jalan di pagi itu.

Masih sesekali mengorek-ngorek telinganya, "Bagaimana kalau Ibu memulainya dari sana?!" Hailey menunjuk. Menunjuk pada air mancur taman yang berada di kejauhan.

Hailey sudah kesekian kalinya pergi ketaman itu bersama rombongan gadis sekelasnya. Jadi Hailey tahu persis dimana letak-letak spot yang indah disana. Saking indahnya, di taman itu anak-anak pasti akan merasa dirinya seperti hidup di dunia para peri. Hailey yang akan menginjak umur tujuh belas tahun pun merasakannya.

Jangan tanya!

Air mancur yang ditunjuk Hailey adalah air mancur harapan. Orang-orang yang berkunjung ketaman di sana selalu meluangkan waktunya untuk melempar koin-koin demi mengharapkan sesuatu yang mereka inginkan_ yang bahkan belum tentu terbukti dapat terwujud. Benar atau tidaknya... tapi mereka menyukai tradisi lempar koin kedalam air mancur taman yang berukuran cukup besar itu.

Beberapa orang pengunjung juga terlihat sedang berfoto dan melakukan tradisi lempar koin di sana. "Kalau begitu ayo!" Gegas Ibunya.

"Tunggu apa lagi!" Lagi gegasnya. Dan Hailey melangkah mengekor dari belakang_ menyusul Ibunya yang melangkah benar-benar cepat di depannya.

Menghentikan langkah tepat berada dekat di depan Air mancur harapan sana_ mereka berdua sejenak mendongak. Merasakan percikan-percikan air yang jatuh kewajah Hailey dan juga Ibunya. Rasanya dingin menyegarkan wajah. Ditambah lagi hembusan angin sejuk tanpa ada bau-bau daging busuk seperti saat mereka masih berada di sekitar rumah.

Airnya yang tertampung tampak bening. Tak ada yang terlihat selain ratusan atau bahkan sudah ribuan lebih koin-koin perak berkilauan yang terkumpul berada di dasar air mancur.

Berharap saja tidak ada orang yang iseng mengambil sekarung kepingan koin disana diam-diam, dan digunakannya untuk mengganti biaya bahan bakar perjalanan pulang pergi mereka dari taman itu. Mengingat tempat itu jauh dari perkotaan dan perumahan_ tempat rumah keluarga Hailey berada_ yang sudah pasti menguras cukup banyak bahan bakar kendaraan milik siapapun yang berkunjung.

"Hailey...!!!"

Ada yang meneriaki namanya_ memanjangkan suaranya diakhir. Membuat menarik perhatian beberapa pengunjung yang lain. Terpancing menoleh ketika mendengarnya. Termasuk Hailey.

Memanggilnya dari kejauhan... itu adalah Caesy. Dia berlari menghampiri Hailey dengan cepatnya.

Caesy bukan hanya sekedar orang kenalan yang biasa disebut teman. Tapi dia adalah sahabat baik Hailey dari sejak diumurnya yang menginjak tujuh tahun, dan sampai saat ini. Dia juga sekelas dengan Hailey.

"Caesy!" Sahut Hailey memeluk sapa sahabatnya yang baru tiba menghampirinya. Tidak menyangka bertemu dengannya disana. Kebetulan sekali. "Datang bersama rombongan gadis?"

"Tidak," balasnya, kemudian menunjuk seseorang yang sedang duduk bermain ponsel di salah satu deretan kursi taman arah punggungnya.

"Aku bersama saudaraku. Dia tidak tahan dengan semua suara kebisingan pesta peresmian rumah baru tetangga kami. Jadi aku mengajaknya kesini," jelasnya. Sambil menyelipkan lambaian sapa kepada Ibu Hailey yang berdiri tepat di arah pukul sepuluhnya. Dan Ibu Hailey membalasnya dengan senyuman.

Caesy juga kemudian menanyakan keberadaan mereka disana.

Jadi Hailey menjelaskan.

"Mau berkeliling?!" Ajak Caesy. Setelah secara singkat Hailey menjelaskan apa yang sedang ingin dilakukan ibu dan dirinya disana.

Tapi Hailey ragu. Pandangannya seakan menjadi terapung dengan isi kepalanya yang kosong.

"Tidak apa, Hailey! Pergilah!" Putus Ibunya_ menepuk bahu Hailey.

"Tenanglah! Ibu bisa melakukannya sendiri," Mencoba tidak memberatkan putrinya, yang masa remajannya itu sedang berada di puncak mengeksplor dunia. Dan lagipula, saat ketika diumurnya sama seperti Hailey dahulu, dirinya hanya ingin tidak terlalu terbatasi dan bisa lebih leluasa untuk mengambil kesenangannya. Jadi Ibu Hailey sama sekali tidak keberatan.

"Ayo!" Ajaknya lagi. Menarik tangan Hailey, seperti seorang nelayan yang berusaha dengan sekuat tenaga menarik kembali kail pancingannya yang baru saja mendapatkan "Strike!" Dan Caesy membawanya menjauh dari sana_ meninggalkan Ibunya seorang diri bersama beberapa pengunjung lainnya.

Sebelum semakin menjauh, "Bersenang-senanglah para gadis!" Selip Ibunya melambai kepada mereka berdua.

...----------------...

"Bagaimana?"

"Apanya?" Hailey tak mengerti apa maksudnya.

Tanpa menghentikan langkahnya, "Sihirmu!" Caesy menguncir ekor kuda rambutnya yang terurai berantakan kedepan. Dia terus terang.

"Maksudmu asal sihirku?" Hailey memastikan. Menoleh_ Caesy mengangguk.

Caesy sudah mengetahui tentang sihir Hailey. Faktanya! Caesy adalah orang kedua setelah Ibunya, yang mengetahui keanehan dengan diri Hailey. Lebih tepatnya sebelum kemudian mereka mengetahui kalau itu adalah kekuatan Sihir.

Itu terjadi saat seluruh murid masih terjebak ditengah-tengah waktu pelajarannya di sekolah, yang membuat mata seakan seperti sedang terbebani beratnya barbel jim para rumus.

Hailey tiba-tiba merasakan kegelisahan. Merasakan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.

Terpaksa untuk meninggalkan pelajaran untuk sementara, Hailey, bergegas pergi menuju ke ruang wc wanita sekolahnya. Berdiri di depan salah satu jejeran wastafel_ Hailey menatap wajahnya sendiri melalui pantulan cermin tepat di hadapannya. Berusaha menahan sesuatu yang dirasannya terus memberontak dan semakin memberontak di dalam dirinya.

Hailey belum memahami betul apa yang terjadi dengan dirinya. Apapun itu, dirinya masih belum bisa mengontrolnya saat itu.

Membuatnya begitu gelisah, dan juga depresi.

Bagaimana tidak?! Mengingat satu insiden sebelum saat itu terjadi_ yang seakan masih terus menghantuinya.

"Melkior." Adalah nama dari anjing kesayangannya. Dan satu-satunya yang dimilinya.

Sepulang dari katedral bersama Ibunya, Hailey, tergerak memeluk sapa Melkior. Itu hanya salah satu kebiasaan spontannya setelah sepulang beribadah. Menunjukan ikatan yang kuat diantara mereka berdua.

Semuanya terasa baik-baik saja. Sampai kemudian, Hailey, merasakan rasa pusing yang semakin terasa sangat dikepalanya. Pandangannya juga semakin meredup.

Meredup dan semakin meredup dalam waktu singkat.

Setelah itu, Hailey tidak mengingat apapun lagi. Seakan terlelap dalam kegelapan.

Hanya setelah itu kemudian, Hailey sudah dalam keadaan terbaring di atas ranjangnya. Dia kebingungan. Tubuhnya terasa lemas, sakit, dan masih ada rasa pusing yang membekas dikepalanya. Tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya sebelumnya_ tapi Ibunya tahu.

Jadi diceritakanlah yang terjadi kepada Hailey. Semua yang tidak diketahui Hailey.

Dari mulai hempasan yang dengan sekejap memporak-porandakan halaman depan rumahnya, luka di beberapa sekujur tubuh ibunya, sampai kabar kematian Melkior, anjing kesayangan Hailey.

Bersamaan dengan kejadian itu Hailey juga langsung terjatuh tak sadarkan diri.

Dan semua kekacauan itu ternyata berasal dari tubuh Hailey. Darinya!

...Karenanya!...

Kerenanya... Melkior terenggut. Yang ditakukannya adalah, jika itu juga akan terjadi dengan semua orang yang berada di dekatnya. Ibunya saja hampir terbunuh karenanya.

Ibunya tidak mengetahui persis apa yang terjadi. Tapi saat itulah Ibunya menyinggung nama "Edith" untuk pertama kalinya. Kisah si penyihir dari masa lampau milik keprcayaan turun menurun keluarganya. Yang baru diungkapkan kepada Hailey saat itu juga oleh Ibunya, kalau darah keluarga mereka... adalah darahnya.

Walaupun Ibu Hailey berusaha meyakinkannya_ tapi bagi Hailey itu hanyalah...

..."Fairy Tale!"...

Ia sama sekali tidak mempercayainnya. Bahkan saat diumurnya yang menjelang tujuh belas sekarang pun Hailey masih.

Tidak peduli jika itu semacam anugrah atau kutukan, Hailey hanya hanya ingin segalanya kembali seperti normal. Hidup sebagai remaja normal _ dengan tidak terbebani apa yang didapatkannya secara tidak terduga.

Hailey merasa saat itu seperti bukanlah dirinya sendiri. Melihat tangannya sendiripun menjadi asing baginya.

Sewaktu-waktu tanganya bergemetar takut.

Setelah kejadian yang juga merenggut Melkior, mulailah Hailey semakin depresi. Tapi Ibunya tak pernah lelah untuk berusaha menguatkannya.

Ibunya menyarankan Hailey untuk mencoba mengindar dari publik jika nantinya merasakan ada yang tidak beres dengannya.

..."Dan itu akhirnya terjadi!"...

Terasa semakin memberontak...

Hailey berusaha mengendalikannya tapi tetap kesulitan. Bahkan terasa mustahil baginya. Melalui pantulan cermin dari wastafel tadi, Hailey bisa melihat wajahnnya mulai terselimuti aura-aura merah aneh_ keluar melalui sela-sela pinggiran matanya. Membuatnya hanya bisa terpaku panik dengan nafasnya terengah-engah tak terkendali.

Ketakutan! Tapi tetap berusaha untuk tenang.

Sepasang bola matanya menjadi merah menyala. Aura-aura itu juga sampai menyelimuti kedua tangannya.

Sampai kemudian tanpa sepengetahuan Hailey, seseorang yang ternyata Caesy masuk ke sana_ tempat dimana Hailey yang sendirian dalam keadaan hampir lepas kendali.

Bertujuan hanya untuk mengecek keadaan Hailey yang sempat dilihatnya berekspresi aneh saat di dalam kelas_ Caesy, malah melihat itu semua di dalam sana. Tidak menduga itu.

Caesy pun akhirnya tahu.

Untung saja itu hanya sahabatnya, Caesy. Jadi dia bisa merahasiakannya. Tanpa ragu terlukai_ sahabatnya disana membantu untuk menenangkannya.

"Memeluknya"

Entah apa jadinya jika seisih sekolah nantinya tahu. Mungkin mereka akan menganggapnya orang aneh, atau bahkan jauh lebih buruk. Mungkin akan dianggap sebagai salah seorang penganut sekte sesat.

Pola pikir yang sungguh primitif!

...----------------...

Dua hari setelahnya, mulailah langsung ramai ada kabar berita tersebar dimana-mana, mengenai orang-orang yang ternyata mengalami kejadian hampir serupa seperti dengan yang dialami Hailey. Adanya itu, banyak yang menganggapnya sebagai kekuatan mistis. Atau juga bisa dibilang Sihir.

Belum ada satupun yang dapat benar-benar mengungkap dari mana asal usul kekuatan sihir tersebut.

Sampai sekarang.

Itu terjadi mendadak dan secara serentak. Seakan langsung tertanam begitu saja di dalam diri orang-orang_ yang kebanyakannya berumur remaja_ yang seakan merekalah menjadi yang terpilih.

Lima hari berlalu setelah tersebarnya kabar berita tersebut... yang dikhawatirkannya malah harus terjadi.

Seisih sekolahnya akhirnya tahu kalau Hailey yang berpangkat sebagai ketua osis kepercayaan sekolah mereka adalah salah satu dari para "penderita" kekuatan aneh.

"Witches!" Sudah resmi. Julukan itu diberikan pada mereka yang memilikinya.

Kejadian dimulai ketika dirinya berada di ruang perpustakaan saat jam istirahat bersama belasan pelajar lainnya. Juga bersama Caesy yang akan mulai berusaha selalu membuatnya tetap terkendali selama berada di sekolah.

Melakukan yang biasa ia lakukan disana_ seperti membaca buku-buku yang merangkum para tokoh dunia yang paling gemar ia jelajahi.

Salah satunya adalah kisah seniman legendaris, Leornado Da Vinci. Walaupun tidak ada jiwa seni seperti melukis didalam dirinya. Jika ingin tahu... Hailey menggambar tenda sirkus pun akan terlihat lebih mirip dengan sebuah payung tak berbentuk.

Ngomong-ngomong apa sihir juga termasuk seni?! Hmm... tak usah dijawab!

Yang pasti, terkadang Hailey juga sedikit meluangkan waktunya untuk mengasah trik sulap kartunya melalui fasilitas komputer perpustakaan. Mempelajari secara autodidak lewat video. Tentu saja dengan menggunakan headphone yang sudah tersedia di sana, agar tidak mengganggu murid lain dan pengawas yang akan berdesis memperingatkan seperti ular jika merasa terganggu.

"Hailey, Arachnophobia." Itu fobia. Atau bisa dibilang itu adalah rasa ketakutannya yang sangat terhadap laba-laba. Rasa ketakutan yang berlebihan.

Disaat yang lain berusaha tak membuat suara deheman atau sedikitpun deritan lantai kayu saat melangkah di dalam perpustakaan, Hailey, malah melakukan yang jauh lebih buruk. Sangat buruk.

Sedang fokusnya membaca buku yang sudah pasti akan enggan dibaca oleh murid yang lainnya, Hailey tidak menduga jika ada seekor laba-laba jatuh dari langit-langit perpustakaan. Tepat terjatuh dan merayap di lengan tangan kirinya.

Walaupun itu hanyalah laba-laba biasa tidak berbahaya yang berukuran kecil, tapi itu cukup membuatnya begitu panik ketakutan.

Sekali lagi... Karena Hailey "Arachnophobia."

Dikiranya sudah bisa lebih mengendalikan diri karena dirasa sudah tidak terjadi apapun selama lima hari akhir-akhir itu... ternyata belum.

Mau bagaimana lagi! Fobianya seakan membuat satu lonjakan listrik_ membuat kekuatan yang seharusnya ia sembunyikannya dari publik itu terpicu kembali.

Hailey berteriak panik. Spontan_ ia langsung menyingkirkan laba-laba yang merayap dilengannya. Tapi itu juga malah membuat satu hempasan_ seperti sinar tembakan_ cukup kuat yang berasal dari tangannya.

Tidak ada yang terlukai. Hanya saja, itu membuat lululantak semua deretan rak lemari buku yang berada lurus di hadapannya. Lebih tepatnya di seberang meja yang ditempatinya dan beberapa murid lainnya, termasuk sahabatnya yang berada duduk di sampingnya.

Karenanya, satu rak buku hancur membekas seperti kawah, dan menembus dua rak lemari lainnya. Lembaran kertas-kertas buku menjadi berhamburan dan berterbangan di hampir seisih ruang perpustakaan.

"Tamat sudah riwayatku!" Pikirnya saat itu. Mengingat nasib kisah para penyihir pada sejarah umumnya. "Mereka akan membakarku hidup-hidup!"

Seisih perpustakaan sontak terkejut. Mereka ternganga dan terpaku. Sebagian kebanyakan dari mereka langsung berlari ketakutan keluar perpustakaan. Terkecuali sahabatnya, Caesy, yang sudah terlebih dahulu mengetahui. Dan kurang dari lima jam setelahnya seisih sekolah langsung mengetahuinya.

Mereka mulai terus membicarakan dirinya.

Bahkan sampai sekarang. Sepertinya mereka sedang mempertimbangkan keberadaan Hailey di sekolah Leawood Middle, Kansas. Dan mungkin pangkat ketua osisnya juga akan segera dicabut tidak lama lagi setelah para guru sudah membuat keputusan mutlaknya_ di meja pengadilan sebelum waktu eksekusi tiba.

Sudahlah! yang berlalu biarlah berlalu! Biarlah mereka akan memutuskan apa nantinya. Mulai titik ini Hailey hanya fokus terlebih dahulu untuk mengasah kemampuannya. Agar dapat lebih baik lagi.

..." And Maybe... More Deadly ! "...

Walaupun sekarang sudah jauh lebih bisa mengendalikan sihirnya, Hailey masih mempertanyakan kekuatannya sendiri. Jujur saja, kemampuan sihirnya sekarang terasa jauh lebih payah dibandingkan waktu dirinya yang masih belum bisa mengendalikannya.

Hailey sama sekali tidak bisa membuat semacam hempasan itu lagi. Tidak mengetahui paham bagaimana caranya. Sebelumnya terjadi dengan tidak disengaja. Dan jujur saja baginya itu berbahaya, tapi ketika diingat-ingat lagi menurutnya juga cukup keren.

Sisi baiknya Hailey mulai terbiasa dengan apa yang terjadi dengannya. Lebih bisa menerimanya, bersyukur dan jalani saja. Lagipula apa yang terjadi padanya, juga terjadi pada beberapa orang lainnya diluar sana_ yang entah siapa saja, dan seberapa banyak.

Jadi dia tidak sendiri. Jika yang lain bisa membiasakan_ itu berarti dirinya juga seharusnya mampu.

Siapapun sudah merasa tidak asing lagi dengan keberadaan orang-orang yang memiliki kemampuan sihir seperti Hailey. Dalam kurung waktu satu bulan mereka cepat untuk membiasakan diri. Berbaur.

Para penyihir yang berbaur diantara penduduk kota?! Hmm... menarik! Terdengar seperti cerita invasi makhluk fantasy yang keluar melalui buku dongeng. Tapi jika ada kehadiran dari salah satu penyihir anggota pahlawan super yang mampu membuat portal cincin mungkin suasana akan jauh lebih menarik lagi. Yap!

...----------------...

Samar menggeleng, "Ibuku hanya tahu sebatas yang dia tahu. Tidak ada hal lain yang pernah Ibuku ceritakan tentang sihir selain menyebut satu nama itu lagi , lagi dan lagi," ungkap Hailey sedikit curhat.

"Ibuku benar-benar mempercayainya. Tapi bagiku tidak. Pasti ada penjelasan lainnya. Dan aku harus mencarinya."

"Mungkin... ," Caesy berpikir. "Semacam mantra segel yang terlepas?!"

"Entahlah. Jika itu benar, aku juga tidak tahu harus mulai mencarinya dari mana," pikir Hailey. Bingung, harus dari mana dirinya akan memulai.

"Kenapa tidak saling bicara kepada sesamamu?!" Menghentikan langkahnya, Caesy menyarankan. "Sebagian dari mereka mungkin bisa membantu!"

"Apa?!" Hailey juga sontak memberhentikan langkahnya_ menoleh, sambil menurunkan alisnya. Mendengar maksud saran Caesy yang menurut baginya tidak mungkin untuk dilakukannya. "Maksudmu dengan para penyihir lainnya?!"

Caesy mengangguk yakin.

"Tidak! Dengar!" Lebih mendekatkan wajahnya dihadapan Caesy...

"Aku tidak bisa melakukannya. Sudah terpikirkan dan kupertimbangkan itu sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku sampai berkoneksi dengan orang yang salah," Hailey memelankan suaranya. Beberapa kali matanya mengerling mengawasi sekitar mereka berdua.

Dekat di hadapan Caesy, Hailey berusaha memberitahu kepadanya kalau yang disarankannya itu cukup beresiko. Juga kawatir jikalau yang dibicarakan Ibunya selama ini adalah "benar!" Itu berarti dirinya sendiri yang mungkin akan terancam.

Mengingat satu kalimat terus terngiang dibenaknya_ yang pernah diberitahukan oleh Ibunya.

"Darah keturunan, dari salah satu penyihir terhebat dari masa lampau"

Kata "Hebat" -nya itu yang harus dikhawatirkannya. Jika salah satu, atau bahkan mereka juga mengetahui apa yang pernah diceritakan Ibunya... mereka mungkin akan mengincar kekuatannya.

"Mencurinya!"

Lagipula bahayanya kekuatan, tergantung dengan siapa penggunanya. Jika yang memilikinya adalah seseorang yang mempunyai sifat seperti tokoh antagonis dalam setiap film pahlawan super, itu akan menjadi malapetaka yang berimbas pada orang-orang lain disekitarnya.

Kekacauan! Kehancuran! Korban disana-sini!

Itu berarti disebut dengan penyalahgunaan kekuatan.

Walaupun Hailey sudah menjelaskan, tapi disana Caesy tetap bersikeras. Dia ingin Hailey untuk bisa berpikir lebih positif. Jangan dulu menduga. Dan mendorong Hailey untuk mencoba mencari satu saja yang seperti dirinya.

Siapa tahu sebagian dari mereka sebenarnya sudah ada yang mengetahui jawaban yang belum terungkap selama ini. Pikir Caesy. Hanya saja selama ini mereka merahasiakannya dari publik_ yang hanya akan menambah banyak lagi deretan komentar tidak berguna baru di berbagai media sosial.

Walapun Hailey lagi-lagi menolak, si Caesy kembali bersikeras.

Caesy mendesaknya_ mengajaknya melangkah lebih jauh lagi. Membawannya keentah kemana. Bertujuan ingin menunjukan sesuatu kepada Hailey.

Sampai tibalah mereka pada suatu tempat di taman sana_ dengan terlihat lebih banyaknya para pengunjung. "Lihat disana!" Caesy menunjuk kerumunan yang berada di kejauhan.

Hailey melihatnya. Terlihat ada semacam pertunjukan disana.

..." Performance "...

Entah pertunjukan apa itu, tapi para kerumunan terdengar ramai menepuk-nepuk tangan mereka. Para pengunjung disana terlihat benar-benar menikmatinya.

Caesy mengajak Hailey lebih mendekat lagi, dan menyelip diantara kerumunan penonton yang tak lelah berdiri menikmati pertunjukan.

Yang dilihat pengunjung di sana ternyata adalah pertunjukan sulap.

Seluruh mata para penonton tertuju paku pada seorang gadis remaja kurang lebih seumuran Hailey dan Caesy di atas panggung.

Entah karena dia terlihat sangat cantik menggoda dengan pakaian ala penyihir bertopinya, atau mungkin karena trik sulapnyalah yang membuat mata pengunjung seakan terlihat terhipnotis.

Hailey yakin kalau itu bukanlah trik sulap biasa. Tapi sihir. Begitu juga dengan Caesy. Itulah alasan mengapa Caesy begitu mendesaknya membawa Hailey ke sana. Berusaha menunjukan seorang yang berada di atas panggung kepada Hailey_ yang mungkin orang itu juga bisa turut membantu Hailey. Harapnya.

Apalagi gadis itu terlihat begitu mahir menggunakan sihirnya. Tidak banyak yang sepertinya_ yang dapat dengan begitu mudahnya terbiasa dengan sihir yang didapatkannya.

Gadis berambut hitam panjang sepinggang dan berponi menutupi sebelah matanya itu memiliki aura warna sihir yang tampak berbeda dengan Hailey.

Aura-aura sihirnya berwarna "Ungu Gelap."

Dengan cekatan_ juga gemulainya... Jari-jemari dan kedua tangannya bergerak kesana kemari. Membuat pertunjukan cahaya menganggumkan di seluruh langit-langit sekitar panggung_ tempat dimana dirinya sedang memamerkan kemampuannya.

Saat sepanjang Hailey terus melihatnya... bukan pertunjukannya, tapi diri gadis yang membuatnya di atas panggung sana, Hailey, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Semakin lama jantungnya berdebar semakin kencang. Terasa sesuatu yang bertentangan di dalam dirinya. Rasa itu seakan mengisyaratkan dirinya untuk segera menjauh dari sana.

Juga merasa kegelisahan. Rintik hujan yang mulai turun membasahi taman pun menambah kesan suasana tidak nyaman.

"Ayo pergi dari sini," gegasnya pelan. Langsung menarik tangan Caesy dan membawanya menjauh sejauh mungkin dari sana.

"Apa yang kamu lakukan?! Dia mungkin bisa membantumu!" Selip Caesy ditengah-tengah tarikan Hailey.

Menatapnya benar-benar lurus, "Atau mungkin menjebak!" balas Hailey menurutnya. Berusaha tidak mempercayai siapapun yang belum dikenalnya.

Jadi Hailey terus mengambil langkah demi langkah cepatnya. Menghiraukan saran Caesy. Sampai terdengar suara tepuk-tepuk tangan yang begitu meriahnya dari arah punggung mereka. Dan Hailey terpancing menoleh tanpa memberhentikan langkahnya. Hanya melambat.

Sepertinya pertunjukan di sana baru saja usai. Terlihat dari seorang gadis tadi yang merundukan setengah badannya kedepan_ gerak badan yang biasa dijadikan sebagai penutupan ala pertunjukan sulap original pada umumnya.

Kembali menegakan tubuhnya, dari kejauhan gadis penyihir itu menatap seluruh penontonnya yang ada di sekitarnya dengan tatapan yang terlihat dingin. "Tatapan yang berani dan begitu percaya diri."

Dan tersenyum tipis.

Dia juga sempat memandang Hailey dan Caesy dari kejauhan_ atau mungkin hanya kepada Hailey. Sejenak memandangnya dari atas panggung sana dengan tanpa senyuman... sebelum kemudian dia dengan santainya berpaling dan melangkah turun ke belakang panggung.

"Cepat!" Gegas Hailey lagi. Melanjutkan langkah cepatnya bersama Caesy. Menjauh.

...----------------...

Hailey akui kalau yang barusan itu memanglah pertunjukan yang begitu memukau. Merasa iri. Untuk beberapa saat mata Hailey berkaca-kaca kagum melihatnya. Tapi sampul hanyalah sampul. Jangan samakan dengan kumpulan lembaran yang ada di dalamnya.

Jangan memandang dan menilai apapun itu hanya dari sampulnya. Hailey sadar semua itu bisa saja menipu dirinya.

Apalagi gadis penyihir yang memanfaatkan kemampuannya sebagai pertunjukan sulap itu terlalu menunjukan apa yang dipunyanya. Terlalu memamerkan, disaat kebanyakan yang lainnya berusaha membatasi agar tidak terlalu terlihat oleh publik.

Jadi baginya, sosok gadis yang ada di sana tadi cukup membuatnya curiga.

Dan menjauh dari hadapannya adalah keputusan yang tepat. Pikir Hailey.

Berharap saja si gadis barusan tidak memiliki keamampuan untuk merasakan sihir dari para pemilik sihir lainnya. Seperti Hailey.

"Apa yang...," Langkah Hailey terinterupsi. Melihat banyak kerumunan lagi di kejauhan_ yang kali ini berada di hadapannya. Caesy yang berada masih tepat disampingnya pun juga melihatnya.

Melihat saudaranya yang berlari mendekat dari arah kerumunan, "Mike!! Apa yang terjadi di sana?!" Tanya Caesy mengeraskan suaranya. Memastikan suasana yang terlihat gaduh.

Orang-orang berlari kearah kerumunan.

"Ada seseorang tak sadarkan diri di sana!" Jelas Mike, adik dari Caesy yang hanya berumur dua tahun lebih muda darinya.

"Sepertinya dia seorang fotografer! Aku melihat ada ka...," Jelas Mike lagi tapi terputus_ ketika Hailey tiba-tiba langsung melewati senggol bahunya. Berlari dengan begitu tergesah-gesah ke arah kerumunan. Dan Caesy juga menyusulnya dari belakang.

Wajah Hailey menunjukan ekspresi panik. Menduga apa yang baru saja terlintas dipikirannya.

"Permisi! Permisi!..., "Hailey menerobos kerumunan. Sampai dilihatnya disana_ sesuai apa yang diduganya, juga yang ditakutinya.

Ibunya sendiri yang berada disana. Terbaring tidak sadarkan diri. "Apa ini keluargamu?!" Tanya seorang pengunjung yang berprofesi sebagai dokter disana_ yang sedang mengecek keadaan Ibu Hailey.

"Ya Pak! dia Ibuku! Apa yang terjadi dengannya?!" Jelas Hailey membenarkan. Juga memastikan keadaan Ibunya dengan perasaannya yang begitu gelisah dan khawatir.

Disana dokter itu tidak mengatakan banyak. Menyarankan Hailey untuk langsung segera membawa Ibunya ke rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Hailey pun langsung tergerak. Dibantu seorang dokter tadi dan beberapa pengunjung lainnya disana... Hailey segera membawa Ibunya ke rumah sakit.

Hailey tahu taman tempat dirinya berpijak cukup jauh dari rumah sakit manapun. Tapi tidak ada pilihan lain.

"Caesy! Aku harus pergi!" Izin Hailey tergesah-gesah dan panik. Sepasang matanyapun semakin berkaca-kaca.

Bersama Mike tidak jauh darinya, Oke oke! Kabari aku nanti oke?! Jawab Caesy singkat cepat. Spontan mengangguk, Caesy kemudian segera menyusul orang-orang yang sedang membawa Ibunya_ yang dalam keadaan masih tidak sadarkan diri.

Berpaling dan melangkah terburu-buru, Hailey, mengusap matanya dengan lengannya.

Tapi sebelum Hailey berpaling, sesaat dirinya melihat seseorang yang sendirian berdiri menatapnya dari balik sekitar air mancur harapan yang berada di kejauhan.

Seseorang... yang terlihat masih mengenakan pakaian yang sama saat di atas panggung pertunjukan baru saja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!