Tahun 2012 yang sangat mengharukan, Laura dan keluarganya terpaksa harus pindah rumah. Meninggalkan kota kelahiran, yaitu Medan. Mereka harus mencari lokasi atau kota yang bagus dan nyaman untuk Ayah Laura membuka usaha. Mereka sekeluarga memutuskan pindah ke Bandung.
Disana pun mereka memiliki saudara dari Ibu nya, yaitu Paman Mahendra. Paman Mahendra menawarkan sebuah rumah yang tidak jauh dari rumah miliknya, mereka pun akan berdekatan, tidak jauh seperti dulu lagi.
Alasan Pak Hasan harus pindah tempat atau pindah rumah, karena di Medan kurang strategis untuk pak Hasan membuka usaha.
Pak Hasan memiliki restoran yang banyak sekali menu-menunya yang ciri khas dari Medan. Pak Hasan sempat bangkrut berjualan di Medan karena banyak sekali saingannya.
Pak Hasan juga merasa tidak akan bisa mendapatkan penghasilan seperti biasanya jika akan seperti ini terus. Sedangkan biaya Sekolah Laura butuh dana yang cukup banyak setiap bulannya.
...****************...
Sampailah di Bandung, mereka langsung beristirahat dan kami semua sudah memilih tempat yang strategis untuk Pak Hasan bekerja. Laura pun akan melanjutkan sekolah di Bandung, karena ia masih duduk di bangku kelas tiga SMA di SMAN 01 BANDUNG.
Dia adalah Laura Putri Hasan, dia lahir di Medan dan dia adalah anak ketiga dari 3 saudara. Kakak nya yang pertama ada di Jakarta, ia adalah Kak Aldi Lendra Hasan.
Kakak pertamanya memiliki Istri, di Jakarta dan ia memilih untuk tinggal di sana sembari mengajar karena ia adalah seorang dosen. Sedangkan Kakak Laura yang kedua ia adalah Kak Rido Lendra Hasan.
Dia sudah pergi duluan meninggalkan mereka semua. Waktu itu dia meninggal mengalami serangan jantung. Kak Rido adalah atlet Karate yang sangat baik, karir nya di usia 25 tahun itu berhenti sudah dengan ajal yang menjemput nya.
Hari itu mereka semua sedang membereskan barang-barang yang akan diisi untuk dirumah baru mereka. Seketika kak Aldi yang ada di Jakarta menelpon kami yang sedang sibuk.
Kriiiiing....kriiiiing....kriiiiing
"Laura, ada telpon!" Kata ibu ku memanggil ku.
Laura segera bergegas mengangkat telpon ternyata yang menelpon adalah Kak Aldi.
"Hallo, Assalamualaikum" ucap Aldi (dalam telepon)
"Waalaikumsalam kak? Alhamdulillah ahirnya Kaka ada kabar juga, kami semua kangen sekali. Apalagi ibu" Jawab Laura, sangat girang sekali.
Ibu langsung merebut telpon dari tanganku ditarik lah telpon tersebut dan ibu langsung berbicara kepada anak sulung nya itu.
"Hallo, Aldi... Ya ampun nak, kamu kemana saja sudah 1 bulan kamu tidak mengabari ibu. Ibu, Ayah dan Laura kangen sekali sama kamu" ucap ibu sambil nada terharu.
"Bu, Aldi baik-baik saja, Ibu tidak usah khawatir. Maafkan Aldi ya, bu. Aldi kemarin kemarin sibuk sekali Bu, sampai Aldi lupa tidak mengabari bagaimana kabar ibu. Disini Aldi pun terkena musibah Bu, Anak Aldi jatuh sakit sampai harus dirawat" Jawab Aldi dengan terharu. Rasanya Aldi pun sangat merindukan sang Ibu.
"Ya Allah, nak. Sesibuk apapun kamu masa kamu tidak bisa mengabari ibu dan yang lain? ibu harap kamu bisa jaga diri disana, segeralah main kesini bawa istrimu, Dewi dan anakmu juga. Ibu rindu sekali" Kata Ibu.
"Kami pun baru saja pindahan ke Bandung, ibu rasa lebih baik pindah. Karena ayahmu sudah tidak merasa cocok lagi tinggal di Medan" Ibu pun menjelaskan keberadaan nya.
"Apa ? ibu pindah lagi?" Tanya Aldi kaget "Kenapa ibu ke Bandung, tidak ke Jakarta saja, kita akan lebih dekat dong, Bu. Kenapa ibu pun tidak mengabari Aldi? Kenapa ibu selalu percaya kepada paman ? Ibu terlalu baik, Ibu tidak memikirkan bagaimana dulu Paman Mahendra memperlakukan Ibu" Emosi Aldi kepada ibunya dengan cukup kasar dan emosi. Membuat hati sang ibu sedih.
...****************...
Usai berdebat ibu sempat lemas badannya ia hanya bisa duduk di kursi dan selalu memikirkan anaknya saja, Aldi. Aldi yang tidak setuju jika ibunya masih saja mendekati keluarga pamannya yang ada dibandung.
Karena dulunya memang keluarga mereka pernah saling berkhianat. Aldi pun merasa tidak ingin menemui ibunya jika masih berada di Bandung.
"Bu, kak Aldi mungkin sedang lelah dengan pekerjaannya. Ibu yang sabar ya. Kak Aldi emosi mungkin kak Aldi sayang sama ibu. Ibu juga tau kan, dulu ibu dan paman Mahendra pernah saling bertengkar karena soal kematian Nenek. Laura tau, ibu memang tidak akan pernah melupakan sakit hatinya, tapi ibu pun tidak akan pernah melupakan sang adik satu-satunya ibu, paman Mahendra" Ujar Laura. Laura menenangkan sang ibu yang sedang menangis.
...****************...
Esok hari tiba ...
Tepat Pukul 07:00 WIB Laura bergegas menuju sekolah barunya, alangkah bahagianya Laura yang kini sudah masuk lagi sekolah.
Dia akan kembali lagi belajar bersama teman baru, suasana barunya itu. Laura adalah anak yang paling rajin, semua guru menyukainya karena ia pintar dan rajin. Laura sangat tekun belajar, harapan dan cita-cita nya ia ingin menjadi pengusaha besar kelak nanti ia sudah dewasa.
Karena baginya, menjadi pengusaha besar pun butuh kepintaran yang luar biasa, sekolah adalah jalannya. Laura yakin, ia akan mencapai puncak kesuksesan jika ia akan terus berusaha.
Seketika ada seorang laki-laki menghampiri Laura di perpustakaan, saat itu memang Laura sedang mencari buku yang ia butuhkan.
" Permisi, ada yang bisa dibantu?" Tanya laki-laki itu mendekati Laura.
Laura menengok ke arahnya "Ya, terimakasih. Aku sedang mencari buku biologi tapi belum ketemu-ketemu" jawab Laura kebingungan.
Laki-laki tersebut langsung mencarikan buku yang Laura cari. Seketika langsung ketemu lah buku yang Laura cari.
"Ini ya?" Ujar laki-laki itu.
"Wah, ketemu juga ya. Makasih ya" Kata Laura tersenyum.
"Anak baru ya?" Tanya laki-laki itu.
Laura menganggukkan kepalanya.
"Oh gitu, asli Bandung?" Tanya laki-laki itu.
"Aku asli Medan, pindah kebandung." jawab Laura
Seketika bunyi bel pun berdering, menandakan bahwa masuk kelas pun sudah tiba.
Kriiiiing..... Kriiiiing..... Kriiiiing
Laki-laki itu menarik tangan Laura sebelum Laura pergi "Hei, nama mu siapa?" tanya laki-laki tersebut.
"Laura" jawab singkat Laura
"Namaku Alif, semoga kita bisa bertemu lagi ya" ucap Alif lalu melepaskan tangan Laura, Laura pun langsung pergi ke kelasnya.
Sepertinya Laura saking buru-buru nya ia tidak mendengar atau menyimak ucapan yang Ali ucapkan itu, ketika ia bilang nama nya tersebut.
"Cantik sekali itu cewek, kayanya orangnya baik" ucap Alif dalam hati sembari senyum-senyum sendiri di luar perpustakaan. Alif pun bergegas untuk langsung pergi ke kelasnya juga.
Alif adalah murid di sekolahan tersebut, namun Alif dan Laura beda kelas. Laura duduk di kelas IPA A, sedangkan Alif duduk di kelas IPS B. Kelas ruangan mereka cukup jauh.
Sebulan sudah kami dibandung, rasanya banyak sekali hal-hal yang kami rasakan disini. Laura yang semakin aktif sekolahnya, dan ibu ayahnya semakin laris berjualannya. Restoran semakin ramai, dan semakin banyak pengunjungnya juga.
"Ibu aku hari ini libur sekolah, aku bantu berjualan di restoran ya. Kita bisa bergilir untuk melayani pembeli" sahut Laura kepada ibunya yang sedang membersihkan tempat duduk
"Terimakasih ya, Nak" Jawab ibu tersenyum.
...****************...
Beberapa jam kemudian saat pembeli ramai di restoran seketika ada sebuah mobil datang ke restoran dan keluar membawa Pak Hasan, Ayah Laura.
Ternyata Pak Hasan kecelakaan sehabis belanja ke pasar, Pak Hasan ditolong oleh seorang pemuda yang usianya masih sekitaran 18 tahun. Semuanya panik, terutama istrinya
Saat itu Laura sedang berada di kamar mandi tidak tahu bahwa Ayahnya sedang terkena musibah..
"Astaghfirullah, mas!!!" Ibu Anis berlari ke depan restoran menghampiri sang suami nya.
"Maaf Bu, saya ketemu bapak ini di jalan bawah tol. Pas saya melintas dan sayan melihat dia sudah pingsan, dan saya langsung bawa kesini. Saya tahu Alamat nya lihat di KTP nya" kata pemuda tersebut menjelaskan kronologi nya.
Bu Anis pun langsung membawa Pak Hasan kedalam rumahnya yang bersebelahan dengan restoran mereka.
Tiba-tiba Laura keluar kamar mandi, mencari sang ibu. Laura menanyakan keberadaan sang ibu kepada kasir di restorannya.
"Jal, kamu lihat ibu ku?" Tanya Laura kepada Rijal seorang kasir di restoran milik Ayahnya.
"Tadi Bapak pulang diantar orang dengan keadaan pingsan, lalu ibu langsung membawa bapak kerumah, Mbak" Jawab Rijal menjelaskan.
Laura kaget sekali mendengar penjelasan dari Rijal. Laura langsung bergegas pergi berlari ke rumahnya.
"Ayaaaaah? Ayaaaaah?" teriakan Laura dirumahnya Mecari ayahnya. Laura langsung pergi ke kamar Ayahnya. Laura melihat Ayahnya berbaring di kasur dengan keadaan belum sadar. Laura langsung memeluk sang ayahandanya sembari menangis pilu.
"Ayah.... bangun ayah.... Maafkan Laura" ucap Laura langsung memeluk ayahnya.
"Sudah nak, Ayahmu tidak kenapa-kenapa. Ayah mungkin panik, ia hanya pingsan. Ayah tidak ada yang luka" Ucap sang ibu menenangkan anaknya, Laura.
"Saya pulang dulu ya, Bu" Kata seorang pemuda yang menolong Pak Hasan pamit untuk pulang. Laura langsung menengok kebelakang.
Laura kaget, ternyata seseorang pemuda tersebut adalah orang yang ia temui di perpustakaan sebulan yang lalu, teman sekolahnya itu. Laura lupa dengan nama pria tersebut.
"Kamu? kamu yang diperpustakaan waktu itu kan?" Tanya Laura terkejut.
"Kalian saling kenal?" Tanya sang ibu.
"Tidak Bu, kami bahkan hanya ketemu selewat saja. Tidak senghaja waktu diperpustakaan sekolah. Tapi Laura lupa namanya siapa" Jawab Laura kepada ibunya.
"Nama say Alif. Kamu Laura kan, waktu itu saya sudah memperkenalkan diri tapi kamu langsung pergi masuk kelas" Kata Alif.
"Oalah.... iya. Nama kamu Alif. Aku baru ingat" Kata Laura cengengesan.
Mereka langsung melanjutkan percakapannya sambil makan siang dirumah Laura. Hari itu mereka sudah seperti orang yang sudah akrab sekali padahal baru saja mereka perkenalan.
Alif adalah orang yang selalu ceria dan humoris hingga membuat Laura selalu tertawa.
...****************...
Esok hari tepat hari Senin, saat nya Laura mulai berakifvitas lagi untuk sekolah seperti biasanya. Laura sebelum berangkat sekolah, ia pergi dulu ke kamar sang ayah untuk melihat kondisi nya.
"Keadaan ayah sudah membaik?" Tanya Laura kepada sang ayah sambil membawa bubur untuk sarapan sang ayah, dan obat resep dokter.
"Ayah baik-baik saja, nak. Kamu hari ini sekolah ya?" Tanya balik sang ayah kepada Laura.
"ya ayah" Jawab Laura sembari menyuapi ayahnya. Seketika sang ibu masuk kedalam kamarnya. Untuk menggantikan Laura yang sedang menyuapi Ayahnya.
"Kamu segera berangkat, nak. Biar Ibu yang menggantikan menyuapi ayah, sini" Sahut sang ibu kepada Laura. Laura segeralah bergegas pergi untuk berangkat sekolah.
Laura berangkat menaiki gojek. Laura harap ia bisa tepat waktu sampai ke sekolah.
Sesampai Laura di sekolahan, ia langsung masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran. Laura hampir saja telat masuk kelas, karena pas ia sampai bunyi bel berdering.
~kriiiiing...kriiiiing~
Beberapa jam setelah pelajaran masuk bunyi bel istirahat sudah berdering saatnya semua murid istirahat.
Tiba-Tiba ada seorang geng yang menghampiri Laura, Laura sangat kaget sekali ketika ia sedang santai didalam kelas ia dihampiri oleh seorang wanita yang cantik sekali.
"Hei, Laura ya ?" Tanya wanita itu sambil memperhatikan penampilan Laura yang sederhana. Laura sangat salah tingkah, malu sekali.
"Iya, saya Laura" jawab Laura mengangguk.
"Sedekat apa lo dengan pacar gue? Alif" Tanya wanita tersebut mulai nyolot.
Tentu saja Laura kaget, dia hanya kenal biasa dengan Alif tidak akrab sekali tapi dia mendapatkan teguran dari wanita yang mengakui pacar dari Alif.
"Alif?" Terkejutnya Laura.
"Iya, Lo deket kan sama Alif?" Ucap wanita tersebut.
"Gue tau Lo suka kan? Lo cari perhatian sama Alif karena Alif sudah menolong bapak Lo."
Ucapan dari wanita itu membuat geram hati Laura. Laura langsung berkaca-kaca, Laura merasa tak terima dengan ucapan wanita itu.
"Maaf, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Alif. Bahkan saat itu aku baru saja bertemu dan berkenalan. Itupun aku hanya merasa berterimakasih kepada Alif sudah menolong ayah" Jawab Laura menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba Alif datang menghampiri Laura dan kekasihnya itu yaitu Tasya. Alif sangat malu sekali dengan perlakuan Tasya sudah melabrak Laura.
"Apa apaan sih, Tasya. Kamu bisa ada di kelas Laura? Malu tau, marah-marah lagi" Ucap Alif langsung memegang tangan Tasya untuk menarik Tasya agar menghindar dari Laura.
"Ini cewek yang udah gagalkan acara kita kan? Kemarin gue nunggu Lo, Lif. Nunggu Lo untuk datang ke acara ulang tahun gue, tapi Lo malah ada dirumah ini cewek" Kata Tasya emosi kepada Alif.
"Apaan sih, Lo salah paham!!! Gue cuma nolongin ayahnya Laura. Dan kita sempat berkenalan, bukan cuma Laura saja yang ada di sana tapi Ibunya juga ada, jadi kami berdua tidak berduaan" Jawab Alif ikut emosi karena merasa capek melihat sikap Tasya kekasihnya itu yang super posesif.
"Sudah... sudah... Kenapa jadi ribut gini? Aku minta maaf ya Tasya, aku sudah buat kamu sakit hati dan kesal terhadap Alif. Harusnya kemarin kamu merayakan ulang tahun mu dengan bahagia bersama Alif, gara-gara aku kalian jadi harus berantem begini. Padahal aku tidak tahu apapun, aku dan Alif pun hanya baru kenal" Ucap Laura meminta maaf kepada Tasya agar tidak ada kesalahpahaman. Dari situ Laura langsung pergi keluar meninggalkan keributan tersebut.
Hati Laura sebenarnya sangat sedih dengan ucapan Tasya. Tasya mengira bahwa Laura sudah menghancurkan acaranya. Laura hanya bisa terdiam dan merasa menyesal sudah kenal dengan Alif. Baru saja dia mendapatkan teman baru di sekolahan nya.
Restoran Pak Hasan yang semakin ramai membuat Laura dan keluarganya merasa bersyukur sekali. Dimana sekarang ayah Laura / Pak Hasan sudah tidak lagi bisa mencari nafkah, ada saja rejeki yang selalu mengalir.
Pak Hasan tidak lagi bisa berjalan semenjak kejadian kecelakaan 1bulan yang lalu itu. Pak Hasan mengalami Stroke, sehingga membuat kaki pak Hasan dan tangannya sudah tidak bisa di gerakkan lagi.
Tetapi Laura tetap semangat sekali untuk terus berjuang menjadi penyemangat sang ibu, Laura pun ketika hari libur sekolah ia selalu membantu pekerjaan sang ibu atau bergilir menjaga ayahnya dengan ibunya.
Laura sudah menginjak kelas 3 SMK dimana ia harus benar-benar serius, setelah itu ia harus berkuliah untuk mewujudkan mimpinya.
Ketika itu Laura sedang ujian nasional, ia mendapatkan kabar tidak baik dari keluarganya.
Tiba-tiba ia mendapatkan telpon dari keluarganya bahwa Ayahnya sedang mengalami kritis dan sudah dilarikan ke rumah sakit.
Laura sangat panik, ia bingung harus bagaimana posisi ia sedang ujian dan posisi itu pun ia sednag dalam musibah. Laura panik sekali langsung pergi keluar meminta izin kepada gurunya, akhirnya ia mendapatkan izin untuk pulang.
Lalu Laura merasa kebingungan sekali untuk pulang secara cepat harus bagaimana, kalau di angkot ia akan terlambat dan pasti macet sekali.
Ternyata dari tadi sudah ada yang memperhatikan kepanikan Laura, yaitu Alif. Sampai-sampai Alif sama meminta izin kepada sang guru untuk menolong Laura. Alif pun langsung menghampiri Laura dengan membawa sepeda motor pesva.
"Ayo naik!" Sahur Alif ikut merasa panik.
Laura kaget bahwa yang menghampirinya adalah Alif. Laura sangat cuek sekali kepada Alif.
"Ayo! Ayah kamu sedang dalam darurat!" kata Alif nada kencang.
"Pacarmu marah, Lif. Jangan ada perkelahian lagi!" kata Laura sambil berjalan kaki. Alif pun tetap merayu Laura agar Laura mau naik bersama Alif.
"Bodi amat. Sekarang kamu harus ikut aku, aku antarkan kamu ke rumah sakit. Aku juga mendengar apa yang kamu katakan kepada guru tadi pas kamu izin. Bahwa ayah kamu kritis! apa kamu tidak khawatir?" Ucapan Alif ternyata membuat luluh hati Laura.
Laura merasa jika dirinya tidak ikut dengan Alif, dia akan telat sampai ke rumah sakit. Laura pun langsung naik ke motor Alif.
Ternyata mengendarai motor pun masih saja macet.
Laura sangat jengkel sekali melihat situasi tersebut. Posisi Laura sedang ada dalam masalah besar karena ia harus menerima semua kenyataan ini, ayahnya sedang berada diujung kematian. Laura menangis dimotor, Laura harap ayahnya akan baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian...
Laura sampai ke rumah sakit Medika, Laura dan Alif langsung pergi ke dalam rumah sakit mencari ruangan yang ayah tempati.
Seketika sebelum sampai di pintu kamar rumah sakit yang ayahnya tempati tersebut, Laura melihat Kak Aldi dan istrinya, Ibu, Rahma dan Aulia sahabat Laura menangis semuanya. Laura melihat jeritan sang ibu sambil memeluk seseorang yang wajahnya sudah ditutupi selimut.
Entah, apakah itu ayah Laura? Laura terasa lemas sekali, Laura langsung menangis dan menghampiri mereka.
"Bu? Ini ayah?" Tanya Laura panik sekali sambil menangis.
Ibu nya hanya terdiam, dan Kak Aldi pun menjawab "Iya, itu Ayah. Ayah sudah tidak bisa diselamatkan lagi, Laura" Jawab Aldi sambil menangis juga.
"Gak mungkin!!!! Gak mungkiiiiiiin Aaaaaaaaaa..." Laura teriak dan menangis kencang tidak bisa menerima keadaan tersebut.
Laura merasa kecewa karena ia tidak bisa menemani ayahnya disaat menghembuskan nafas terakhirnya.
"Sudah, Laura. Kamu yang sabar ya" Ucap Rahma menenangkan Laura.
"Aku minta maaf, ayah. Aku tidak bisa menemani ayah, aku tadi kesini pun macet sekali dijalan Ayaaaaah" Laura menangis semakin kencang sekali. Tak tersadar Laura bersandar di pelukan Alif.
Jenazah Ayah Laura Pak Hasan, akan segera di utuskan dan pemakaman ayahnya Laura pun akan segera di proses.
...****************...
"Kamu yang sabar ya" Tiba-tiba kak Dewi istri dari Kak Aldi menghampiri Laura yang masih merenungkan kejadian tersebut. Laura masih merasa sedih.
"Maafkan kakak, dan kak Aldi ya. Kami berdua pun tidak pernah menengok ayah, Kakak dan Kak Aldi sibuk terus. Kakak kira ayah pun baik-baik saja, karena kamu dan ibu pun tidak mengabari kami dijakarta bahwa kondisi ayah selama ini tidak baik-baik saja" Ucap kak Dewi menangis.
"Sudah,kak. Semuanya sudah terlanjur, ayah sudah pergi selama-lamanya. Aku dan ibu tidak ingin banyak bicara soal ini, tinggal bagaimana Kaka saja untuk memperbaikinya bersama Kak Aldi. Kenapa kita tidak pernah mengasih kabar!" Jawab Laura sangat pilu sekali.
Tiba-tiba Kak Aldi menghampiri Laura karena ia mendengar percakapan mereka.
"Kakak minta maaf, Laura. Kakak merasa bersalah, Kakak tau ibu pasti sakit hati kepada ucapan kakak saat itu. Kakak tadi kesini pun ibu menelpon saat ayah kritis, kakak langsung bersiap-siap kebandung. Karena ibu bilang tidak ada yang menemaninya, kamu sedang ujian" Sahut kak Aldi menjelaskan semuanya.
"Cukup kak, aku rasa kakak dan kak Dewi sama saja, sama-sama sibuk dengan dunia kalian. Apa susahnya ketika ayah masih hidup dan masih sehat waktu tiu, kalian tidak pernah menengoki kami semua disini. Yang kakak fikirkan adalah keegoisan. Kakak hanya bisa menyalahkan ibu, tentang persoalan nya dengan Paman Mahendra. Kakak fikir dong kak, semua itu masalalu, ibu pun sudah jauh dengan paman"
Laura terus menangis menjelaskan semuanya. Laura merasa kecewa karena kakak nya Aldi hanya mementingkan dirinya sendiri dan kesibukannya. Setelah ayah meninggal dia baru menyesal dan merasa kehilangan sang Ayah.
...****************...
Seminggu sudah Pak Hasan pergi. Laura dan ibunya masih tetap berjuang bersama untuk mengembangkan restoran peninggalan pak Hasan.
Laura rasa ini bisa dijadikan sebuah kehidupan yang baru yang harus ia perbaiki lagi, yang harus ia bangun kembali untuk semakin lebih maju dan membesar.
Laura harap ia bisa melanjutkan usaha sang ayah yang dari tahun ke tahun semakin maju dan semakin berkembang.
Saat itu Laura sedang melihat-lihat situasi restoran nya, dengan sedang mencatat apa saja kekurangan yang ada di Restoran.
Tiba-tiba sahabatnya datang Rahma dan Aulia, mereka sedang libur sekolah makanya mereka mampir ke restoran Laura.
"Hai, Laura" Sahut Aulia....
"Aduh.. ngagetin aja kalian" Ucap Laura
"Alhamdulillah ya, walaupun ayah kamu ga ada pun restoran bisa berkembang dengan baik ya. Semangat ya" Kata Rahma memberi support kepada laura.
"Bakal jadi pengusaha termuda nih, baru aja mau lulus SMK udah punya usaha yang banget lagi. Assssiiiiik" Kata Aulia sambil bertepuk tangan.
"Alhamdulillah ini berkat doa-doa kalian juga, doa ibu, doa semuanya" jawab Laura dengan penuh rasa syukur. Laura merasa semuanya adalah titipan yang harus ia jaga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!