NovelToon NovelToon

Having An Affair

pengenalan karakter

Namanya Laras Pertiwi, Umurnya baru 22 tahun ketika bertemu dengan Rendra dan memutuskan menikah. Rendra Mahendra yang saat itu berumur 29 tahun bekerja sebagai seorang pengusaha bidang properti melamarnya setelah empat bulan perkenalan mereka. Pernikahan berlangsung meriah mengundang keluarga besar dan para sahabat. Dan kini pernikahan tersebut berjalan di tahun ke delapan.

Mereka kini memiliki dua anak laki laki dan satu anak perempuan. Si sulung, Alfin baru genap enam tahun, kemudian sang adik Aldo dan Naya, empat dan dua tahun. Laras yang dulu bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan memilih resign demi merawat sendiri buah hatinya. Mereka hanya memiliki seorang asisten rumah tangga tanpa baby sitter.

Tahun tahun pertama sudah pasti berat.Menyatukan dua kepala dalam berbagai hal dalam pernikahan tidak semudah ucapan bahagia selamanya seperti dalam dongeng. Sikap Rendra yang kaku dan prinsipil karena la besar sebagai anak tunggal yang tidak punya saudara, membuat Laras hampir ingin menyerah. Karena kalau harus membayangkan adegan romantis seperti di film sungguh itu tak akan pernah terjadi apalagi ucapan gombal dari seorang Rendra. Hanya saja, Laras tau Rendra tipe pria penyayang, dia tidak pernah mengabaikan istri dan anak anaknya, memastikan kebutuhan mereka tercukupi dan mau ikut andil membantu merawat anak anak.

Pernah satu waktu Laras sakit, kakinya patah. Hampir satu minggu Rendra standby di rumah mengambil alih tugas Laras untuk mengurus anak anak. Mulai dari memandikan, menyuapi makan, Menganti pakaian mereka dan juga menidurkan tiga anak anaknya. Meski di batu bi Eneng tetap saja Rendra lebih banyak andil. kadang Laras dan bi Eneng sampai tersenyum dan tertawa kecil melihat kelakuan anaknya yang membuat ayahnya kewalahan.

Laras seorang istri yang nyaris sempurna. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yan tinggi juga ramping membuat siapa saja berpaling kepadanya. Dulunya dia adalah primadona di kantornya dan sekarang dia hampir tidak pernah menggunakan riasan di wajahnya bakan sekedar lipstik. Menjadi ibu rumah tangga yang hampir 24 jam di rumah nyaris membuat pesona pudar. Namun semua tergantikan dengan keuletannya mengurus rumah tangga. Masakan yang Lezat, pakaian yang bersih dan wangi, anak anak yang sehat dan lucu, adalah mahakaryanya, hanya saja tidak mungkin baginya memastikan rumah selalu rapi karena ada tiga bocah yang seakan tak berhenti bermain, bahkan meski di bantu bi eneng sekalipun.

Akhir pekan adalah hari yang paling di nanti laras dan anak anaknya, dimana mereka bisa pergi keluar rumah bersama Rendra intuk jalan jalan dan berbelanja. Bi Eneng juga acap kali di ajak untuk membantu mengawasi anak anak. Rendra selalu memenuhi segala permintaan anak istrinya juga membelikan beberapa hadiah sebagai balasan hari sibuknya. Senyum keluarganya adalah kepuasan tersendiri bagi Rendra. Tak lupa hadiah untuk bi eneng yang selalu siap sedia membantu istrinya di rumah.

Rendra sendiri adalah tipe pria idealis. Kadang terkesan Introver sebab la jarang bicara. Hanya sahabatnya saja yang tahu bagaimana hatinya.Namun demikian Sepak terjangnya sebagai pengusaha patut di acungi jempol. Sebagai pengusaha properti ia sudah banyak membangun dan menjual berbagai properti. Dan penghasilannya membuatnya selalu digoda wanita cantik, mulai dari rekan kerja bahkan kliennya, namun saat ini ia merasa sudah di zona nyamannya. Keluarganya adalah yang utama.

pertemuan pertama

Alunan musik jazz membuat suasana terasa hangat. Rendra baru saja tiba di pesta. Karyawannya menyambutnya dengan ramah namun segera kembali larut dalam keriuhan pesta. Rendra duduk di salah satu pojok bersama Erik manager pemasaran di perusahaannya.

"Apa Bapak tidak mengajak Istri bapak? Kami jarang sekali bertemu Ibu. Hanya saat peresmian kantor baru dan launching Apartemen saja."

"Oh, Dia sibuk mengurus putri kami, dia ibu yang luar biasa.

"Pasti Istri yang luar biasa juga ya pak?" tanya pria itu.

"Hem? Iya, Istri yang luar biasa pastinya..." jawab Rendra ragu.

Rendra kemudian termenung sejenak. Mengurai kembali kalimat yang baru saja dia ucapkan.

"Istri yang luar biasa?"

la bahkan tak ingat kapan terakhir kali Laras menemaninya makan. Atau kapan terakhir kali Laras menyambutnya pulang. Memang segala kebutuhan Rendra di persiapkan Laras dari baju yang akan di pakai,sepatu yang mengkilat. Sarapan yang sehat atau makan malam yang lezat. Tapi Jarang sekali mereka menghabiskan waktu bersama. Setiap Rendra pulang kantor atau Akan makan, Laras selalu larut dalam kesibukannya bersama anak anak.

Rendra permisi pada Cristian untuk ke toilet. la pun berjalan menuju toilet di antara orang orang yang sibuk menari hingga tiba tiba Bukk !!

Seorang wanita menabraknya dan menumpahkan sedikit minuman di-lengan kemejanya.

"Astaga! maaf Pak saya sungguh tidak sengaja, tadi.." ucap wanita itu

"Sudah tidak apa apa, menyingkir lah," Rendra menuju toilet. Tiba di sana la menyalakan kran di wastafel dan mencuci lengan bajunya. la sedikit kesal.

Di luar toilet, wanita yang menabrak tadi menunggu Rendra sambil berharap cemas. Tiba tiba Rendra keluar.

"Pak sekali lagi maafkan saya, kemeja bapak rusak karena saya, saya tidak hati hati, maafkan saya pak," katanya lagi.

"Sudahlah, Apa kamu karyawan magang? Aku tak pernah melihatmu di kantor," tanya Rendra.

"Bukan pak, saya sepupu salah seorang karyawan bapak, namanya Clara," jawab Laura.

Dan yang di maksud datang.

"Laura Mengapa kamu membuat masalah, tolong maafkan saya pak, karena ulah sepupu saya pakaian bapak jadi kotor," Clara meminta maaf dengan perasaan takut.

"Iya.." Jawab Rendra seraya meninggalkan keduanya. la pun kembali bersama Erik menikmati sisa pesta.

Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Rendra mulai bosan dan pamit pulang. Rendra sendiri sebenarnya tidak terlalu suka di tengah keramaian karena la bukan orang yang suka basa basi. Namun karena menghargai kerja keras karyawannya, la pun berusaha menikmati pesta itu.

Rendra keluar dari Loby menuju parkiran. Ia melepas kancing paling atas kemejanya. Mengambil kunci mobil dan menekan tombolnya. Bip bip ! Lampu mobil menyala dua kali. Rendra membuka pintu mobil, duduk di belakang kemudi dan menyalakan mesin. Tiba tiba pintu sebelah penumpang terbuka, seorang wanita masuk, mengunci pintu dan menekuk badan dan kepalanya seperti bersembunyi dari seseorang.

"Hey! Siapa kamu! Kenapa masuk ke mobil saya!" hardik Rendra.

Yang di teriaki mendongak kan wajahnya sedikit. Rendra terperanjat! ternyata wanita yang menabraknya di pesta tadi.

"Kamu lagi? keluar dari mobil saya!" pintanya tidak suka

Setengah berbisik Laura menjawab."Pak tolong saya! mereka mengejar saya, itu yang di luar," Laura menunjuk ke luar jendela mobil.

Terlihat di sana beberapa orang berpakaian hitam mondar mandir seperti mencari seseorang. Alis Rendra mengernyit.

"Siapa mereka?" tanya Rendra

"Debt colector!" jawab Laura

"Hah? Jadi sebab itu kamu lari dari mereka dan masuk ke mobil saya? cepat keluar!" perintahnya dengan sedikit meninggi kan suaranya.

"Saya mohon pak, Ijinkan saya menumpang sampai di persimpangan, saya akan turun di sana," Laura dengan nada memohon.

"Dimana Clara? kenapa tidak pulang dengan Clara

saja," kata Rendra.

"Dia pulang lebih dulu dengan Andre pak,katanya akan kembali tapi..." ucapan Laura dipotong oleh Rendra

"Ya sudah, sampai persimpangan..." Rendra pun menyetujui.

Mobil pun melaju meninggalkan beberapa orang tadi yang tidak tahu kalau yang di carinya ada didalam mobil itu. Rendra menoleh melihat wanita itu masih berjongkok di sana.

"Mengapa jongkok di situ, duduklah, mereka sudah jauh.

"Ba.. baik." Jawab Laura.

Laura pun duduk di kursi penumpang. Sesekali dia menoleh ke arah Rendra. Dalam hati la tertegun. Pria yang merupakan bos sepupunya ini sungguh tampan, Tubuhnya tegap, rahang yang tegas dan ternyata dia juga baik.

"Kenapa kamu melihat saya begitu?" tanya Rendra heran

"Tidak pak." ucap Laura gelagapan.

"Sudah di persimpangan, turunlah!." ujar Rendra

Mobil menepi dan berhenti.

"Katakan pada Clara untuk menjemputmu, tidak baik perempuan sendirian di jalan saat gelap seperti ini." Laura menganggukkan kepalanya lalu turun dari mobil. Tiba tiba ada lampu mobil lain menyilaukan matanya. Mobil itu berhenti. Ternyata itu Clara. Laura memandangi Rendra.

"Terima kasih Pak, maaf merepotkan." katanya sambil membungkuk,Rendra tidak menjawab.

Laura menutup pintunya. Seketika mobil melaju meninggalkan dua wanita itu.

Rendra sedang memanaskan mesin mobilnya. hari ini sabtu, dia merasa lelah karena pesta semalam, tapi dia tak ingin mengecewakan anak anaknya yang menunggu weekend. Mereka akan ke kebun binatang hari ini. Tapi Laras belum bisa ikut karena pasti repot membawa naya, jadi Rendra akan pergi dengan Alfin dan Aldo.

Rendra menyalakan mesin mobilnya. tiba tiba matanya tertuju ke arah kursi penumpang. di bawah dasbor tergeletak sebuah dompet.

"Dompet siapa itu?" kata Rendra dalam hati.

kamu lagi ?

Senin pagi, Rendra dalam perjalanan ke kantornya.la Singgah di pom BBM untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Antrian cukup panjang, Rendra lalu menyetel musik di mobilnya.

Tiba tiba la teringat pada dompet yang tertinggal di mobilnya. la mengambil nya dalam dasbor kemudian membukanya. Terlihat 3 lembar uang di sana berwarna biru dan satunya lagi hijau.

"Cih, ternyata dia memang punya masalah keuangan," Rendra tersenyum miring.

Kemudian ia mengambil kartu tanda pengenal. Terlihat foto wanita itu di sana. Tertera namanya Laura Audi Usianya mungkin 27, 2 tahun lebih muda dari laras istrinya. Di sana juga tertera alamat dan golongan darah. Tidak ada niat untuk mengantar dompet itu pada pemiliknya. Akan dititip kan ke Clara saja pikir Rendra.

Rendra tiba di kantornya. la memarkir kendaraan di basemen. Tiba tiba ada suara wanita memanggilnya.

"Pak.. pak..." Rendra yang baru saja turun dari mobil menoleh ke arah belakang. Wanita itu menghampirinya.

"Pak.. maaf mengganggu lagi, sebenarnya saya juga malu harus bertemu bapak terus.

" Kenapa?" tanyanya dengan dengan nada dingin

"Mm.. Anu. apa dompet saya tertinggal di mobil bapak?

"Dompet?" ucap Rendra mengangkat sebelah alisnya.

"Iyah dompet! Apa tertinggal?" tanya Laura

"Bukannya kamu bilang kamu pailit dan di kejar debt kolektor? untuk apa mencari lagi? apa ada isinya?" tanya Rendra dengan nada meledek

Laura tersenyum masam.

"Ya setidaknya ada KTP dan kartu penting lainnya di sana. Yasudah kalo tidak ada, saya permisi pak." Laura membalikan badannya.

"Ada." Kata Rendra datar.

Laura berbalik kemudian tersenyum.

"Syukurlah, kalo ada bisa saya minta kembalikan

dompet saya pak?" ucap Laura tersenyum

"Ya bisa lah, 170 ribu mu pasti sangat berharga ya Rendra tersenyum miring. Laura memekik. la merasa malu juga sedikit kesal. Rendra mengambil dompet itu dan memberikannya pada laura. Laura meraihnya dan memeriksa dompetnya.

"Tenang saja. Aku tidak akan mengambil 170 ribu mu itu. Laura meruncingkan bibirnya.

"Apa bapak senang merendahkan orang lain?" kesal Laura

"Tidak, saya senang merendahkan kamu," kata Rendra

"Kenapa?" Laura mengerutkan keningnya dengan bingung

"Karena kamu terus menerus membuat saya kesal.Menabrak saya, minta tumpangan dan sekarang kamu membuang waktu saya yg berharga." katanya dengan nada dingin.

"Ka.. kalau begitu saya akan traktir bapak kopi." tawarnya.

"Dengan 170 ribu mu itu? simpan saja untuk bayar taksi," Rendra mulai berjalan.

"Ta.. tapi pak." ucapan Laura terhenti.

"Saya bisa beli sendiri." Rendra menyela ucapan Laura.

"Saya akan belikan bapak kopi! Saya tunggu di kantin kantor ya pak! setelah makan siang!" Laura berteriak karena Rendra berlalu meninggalkannya.

Rendra tersenyum kecil.

Siang hari di cafe kantor Rendra sedang mengobrol dengan Robi. Bukan obrolan serius, Rendra lebih banyak jadi pendengar. Rendra menyeruput kopinya untuk kesekian kali. Tiba tiba Matanya tertuju pada sebuah meja di dekat pintu masuk. Seorang wanita yang duduk di sana melambai lambaikan kedua tangan ke arahnya.

"Cih, Niat sekali wanita itu." ucap Rendra dalam hati. Rendra tidak menggubrisnya. la melanjutkan bincang bincang dengan robi.

Sore hari Rendra hendak pulang. la memasukkan beberapa berkas ke tasnya. Terdengar suara ketukan pintu. "Masuk." sahut Rendra setengah berteriak. Pintu terbuka dan seorang wanita berdiri mematung di sana.

"Astaga! kamu lagi... kamu lagi ? sudah seperti hantu saja. Apa kamu penguntit? hah?" kesal pria itu

"Ti.. tidak pak, saya cuma mau berterima kasih. Ini saya bawakan kopi dan beberapa roti." katanya gugup

"Saya kan sudah bilang tidak perlu!" kesalnya

Laura terdiam menunduk. Rendra jadi tidak enak hati. la jadi terkenang masa masa kuliahnya. Selalu aja ada gadis merepotkan seperti Laura ini. Juga saat la masih bekerja sebagai karyawan perusahaan papanya, la merasa semua wanita menguntitnya. Kado dari orang tidak di kenal, aneka makanan,selalu tergeletak di meja kerja Rendra setiap harinya.Sekarang semenjak la memiliki perusahaan sendiri baru tidak ada lagi hal hal seperti itu. Terlebih karena la sudah menikah. Dan melihat Laura benar benar membuat Rendra kesal.

"Letakkan saja di situ. Pergilah!" Laura maju beberapa langkah dan meletakkan kopi dan rotinya di meja.

"Apa bapak akan memakannya?"

Rendra menatap Laura tajam.

"Apa kamu menaruh racun di dalamnya? Hingga harus memastikan saya memakannya?" Rendra mulai kesal.la melangkah maju. Laura sedikit gentar.

"Tidak pak. Hanya saja saya membelinya dengan sisa uang saya.

Rendra melirik ke arah jam. Pukul 4 sore lewat 9 menit

"Duduklah!" ucap Rendra

"Ba.. baik." jawab Laura

Laura maju beberapa langkah dan meletakkan roti dan kopinya di-atas meja.

Mereka duduk di sofa di depan meja kerja Rendra.

Rendra mengambil roti, menggigitnya dan bersandar di-sofa. Laura menunduk sesekali melirik ke arah Rendra .

"Apa kamu tidak punya pekerjaan? Sepanjang hari kamu mengikuti ku di basemen, di cafe, sekarang di ruangan ku," katanya sedikit kesal.

"Saya baru di pecat pak." kata Laura terdengar sendu

"Ternyata kamu memang tidak ada pekerjaan," Rendra tersenyum sinis, sambil mengunyah lagi rotinya.

"Mengapa kamu di pecat? karena menguntit bos

mu?

"Tentu saja tidak!" selanya dengan cepat, ia tak terima dituduh seperti itu.

"So?" tanya Rendra dengan mengangkat sebelah alisnya

"Istri Atasan saya menuduh saya simpanan suaminya, dia datang ke kantor sambil marah marah dan memaki saya, Akhirnya Atasan saya terpaksa memecat saya," katanya menjelaskan

"Saya tidak heran," Rendra memiringkan bibirnya.

Laura merasa terhina sekali dengan tatapan Rendra.

"Saya Pegawai terbaik yang dia punya, dia juga mengakuinya. Dia hanya tidak Ingin suasana kantor jadi tidak kondusif. Dan saya sama sekali bukan

simpanannya," jelasnya dengan penuh penekanan

Rendra mengambil kopinya dan menyeruputnya.

"Dimana kamu bekerja?" tanya Rendra dengan melirik ke arah Laura sekilas

"L Company," jawab Laura

Huk!...

Rendra hampir tersedak. Perusahaan yang di sebut Laura adalah perusahaan properti juga dan salah satu pesaing perusahaannya.

"Jadi kamu simpanannya Arya?" Rendra tersenyum

tiba tiba sambil menyeruput kopinya.

Wajah Laura terlihat cemberut.

"Saya kan sudah bilang," ucap Laura.

"Di bagian apa kamu bekerja," potong Rendra.

"Saya manager pemasaran pak," senyum Laura bangga, seakan menantikan pertanyaan itu.

"Saya pikir sekretarisnya.."

Dalam hati Rendra tertegun. Berarti Laura bukan wanita sembarangan, perusahaan itu maju cukup pesat juga pasti karena andil Laura sebagai manager pemasaran.Dia menatap Laura tajam.

"L Company itu salah satu perusahaan pesaing

saya," kata Rendra.

"Saya tahu, bahkan saya dan Clara selalu bersaing tentang perusahaan siapa yang paling hebat. Tapi saat Ini Rend Company memang sedang di atas, Penjualan meningkat hampir 90 persen itu sungguh

luar biasa, Bapak pasti bekerja keras."kata Laura

Deg!

Rendra tertegun. Entah kenapa tiba tiba bagian yang

hampa itu terisi.

"Sudah pasti, memangnya saya pesulap?" Rendra

menyeruput lagi kopinya.

"Bisa di bilang begitu. Di tengah rendahnya permintaan pasar, Rend company memulai pengembangan properti yang kompleks dengan membangun Pertokoan dan Apartemen yang terakses ke fasilitas publik. pasti pengadaan lahannya rumit, saya sampai bertanya tanya tentang hal itu," ucap Laura panjang lebar.

Entah kenapa Rendra menikmati percakapan itu.Untuk pertama kalinya dia merasa berbicara dengan orang yang tepat tentang bisnisnya. la merasa di hargai atas kerja kerasnya.

Laura terus berbicara tentang betapa penasarannya dengan angka 90 persen itu dan membuat Rendra semakin bangga.

Di satu titik, Rendra memotong Laura.

"Jadi kamu sudah melamar pekerjaan?" tanya Rendra

"Belum, saya harus membereskan tunggakan saya dulu, baru mulai berpikir langkah berikutnya." Dan Rendra tiba tiba tertarik menawarinya pekerjaan.

"Tinggalkan Nomer telepon mu!, agar bisa di hubungi

jika ada lowongan," kata Rendra.

Laura mematung.

"Bapak mau mempekerjakan Saya? Bapak baik sekali," ujar Laura tak menyangka dengan kedua Matanya berkaca kaca.

"Sudahlah jangan berlebihan. Saya hanya tidak ingin menyianyiakan orang yang punya bakat. Kamu salah satu andalannya beny, kamu pasti punya sesuatu untuk saya kan?"

"Iya pak, saya akan berusaha!" Ucap Laura

bersemangat.

"Iyah Pak, saya akan berusaha!" Ucap Laura bersemangat.

Rendra memberi pena dan kertas. Laura pun menulis nomer handphonenya.

"Yasudah pulanglah, saya juga mau pulang," kata Rendra.

"Baik pak. Sekali lagi terima kasih," laura membungkukkan badannya kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja Rendra.

Rendra tersenyum melihat kertas itu lalu menyimpannya di saku jas.

Rendra keluar dari kantor. Pulang menuju rumahnya, ketempat orang orang yang menantinya dengan penuh cinta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!