Alina Kanaya Putri
Putri pertama dari pasangan suami istri Abimayu dan Kinanti.
Berparas cantik, berkulit putih, dengan postur tubuh yang proposional. Tapi sayang nya, Alina bukan gadis yang terbilang jago dalam urusan penampilan. Bisa di lihat dari penampilan nya yang selalu menguncir rambut nya, tidak pernah menggunakan make up, dan selalu mengenakan kacamata. Jika anak-anak gadis di usia nya berlomba-lomba untuk terlihat cantik, Alina tidak peduli akan hal itu dan tetap percaya diri dengan penampilan nya.
Bagi Alina, belajar adalah hal utama yang harus di perhatikan oleh nya. Tidak heran, jika selama sekolah Alina selalu mendapatkan juara, bahkan sekarang Alina lulus cum laude di salah satu universitas bergengsi di kota nya.
Anisa Kamila Putri
Putri kedua dari pasangan Abimayu dan Kinanti. Adik satu-satu nya Alina. Berbeda dengan Alina, Anisa justru sangat memperhatikan penampilan nya. Di usia nya yang terpaut 3 tahun dari Alina, artinya saat ini Anisa masih duduk di bangku kuliah, Anisa sudah terlihat sangat dewasa. Dengan paras cantiknya, tidak sedikit pria yang menaruh perhatian padanya.
Meski demikian, Anisa juga termasuk anak yang pintar karena dari masih di bangku sekolah, selalu di ajak belajar oleh sang kakak Alina.
Abimayu dan Kinanti adalah sosok orang tua yang mungkin di dambakan semua anak di dunia. Dari kecil, mereka berdua mendidik dan membesarkan kedua putri mereka dengan cinta dan penuh kasih sayang. Tidak ada yang di beda-bedakan. Kinanti yang di minta sang suami untuk berhenti bekerja saat mengandung Alina, sampai saat ini masih setia menjalankan tugas nya sebagai ibu rumah tangga.
Sedangkan Abimayu merupakan pengusaha properti yang saat ini sedang menikmati hasil kerja keras nya selama ini.
Dimulai dari menjadi agen sales, kini Abimayu sudah memiliki perusahaan sendiri dan bisa memberikan semua kebutuhan istri dan anak-anak nya. Bukan hanya kebutuhan, tapi bahkan Abimayu selalu memberikan kemewahan kepada keluarga nya.
"Tidak terasa ya Pa, anak-anak kini sudah tumbuh dewasa. Mereka menjadi putri-putri yang sangat cantik." Ucap Kinanti saat mereka berdua sedang menikmati udara malam di taman rumah.
"Iya, cantik seperti mama mereka." Jawab sang suami yang seperti biasa selalu menggoda nya.
"Oh iya Ma, bagaimana Alina? Apa dia sudah punya pacar sekarang?"
"Tanya langsung lah ke anak nya, Pa. Kok malah tanya mama."
"Ya kan mama yang paling dekat sama anak-anak."
Kinanti diam.
"Atau, apa Alina pernah ajak teman cowok nya ke rumah?" Tanya Abi lagi.
"Teman cowok?" Kinanti tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan suami nya.
"Kemarin sih ada, Pa." Ucap Kinanti mengundang rasa penasaran sang suami.
"Siapa Ma?" Abi begitu antusias.
"Adam!" Jawab Kinanti singkat.
"Adam kan sahabat Alina dari kecil, Ma."
"Ya habis nya, yang selalu bareng Alina itu ya sih Adam, Pa."
Abimayu berpikir sejenak.
"Ma, apa jangan-jangan sebenarnya Alina sama Adam pacaran?" Abimayu mengutarakan kecurigaan nya.
"Papa ini ngawur. Alina sama Adam sudah berteman sejak mereka kecil. Lagipula Alina sama sekali tidak cerita apa-apa sama mama kalau dia punya hubungan sama Adam."
"Bisa jadi kan Alina sengaja tidak cerita sama kita." Bantah Abi lagi.
"Papa seperti tidak mengenal anak-anak saja. Papa kan tau sendiri, Alina dan Anisa itu paling dekat sama mama. Semua nya mereka ceritakan sama mama. Tapi ya memang Alina selama ini tidak pernah bercerita tentang teman pria nya. Mungkin memang Alina tidak memiliki teman pria yang spesial." Jelas Kinanti panjang lebar.
"Bukan nya apa-apa ma, papa hanya khawatir saja dengan jodoh Alina. Karena sampai selesai kuliah pun, Alina tidak pernah sama sekali mengenalkan seseorang sebagai pacar nya." Ucap Abimayu mengutarakan isi hati nya.
"Iya sih pa, tapi ya sudahlah. Mungkin Alina masih mau berkarir dulu, belum ingin memikirkan jodoh. Biarkan saja dulu."
"Tapi Ma, apa mama mau Alina jadi perawan tua?"
"Papa!!! Doanya jelek amat sama anak sendiri." Sungut Kinanti tidak terima perkataan suami nya.
"Bukan mendoakan ma. Papa khawatir saja sama Alina. Anisa saja sudah punya pacar. Itu sih Raka. Bahkan sudah di kenalkan juga kan sama kita."
"Lalu papa mau nya gimana?"
"Bagaimana kalau kita jodohkan saja."
"Di jodohkan? Pa, sekarang sudah bukan jaman nya jodoh-jodohan. Kita juga harus memikirkan perasaan Alina dong, Pa. Belum tentu Alina setuju dengan ide papa itu." Kinanti tidak setuju dengan ide suami nya.
"Tapi ma.."
"Gak pa! Pokoknya mama gak setuju." Kinanti langsung memotong kata-kata suami nya dan langsung berlalu masuk ke dalam rumah.
Abimayu pun hanya bisa mengikuti istri nya masuk ke dalam rumah. Dia tau kalau sudah begini, istri nya pasti sedang marah. Maka dari itu, Abimayu memutuskan untuk tidak lagi membahas masalah ini dulu agar suasana rumah bisa kembali normal.
...*****...
Seperti biasa, pagi ini sarapan sudah tersedia di meja makan. Satu per satu anggota keluarga mulai duduk untuk sarapan bersama.
"Alina, kamu masih tetap mau mengajar?" Tanya Abimayu saat memasuki ruang makan dan melihat Alina sudah duduk di sana dengan berpakaian rapih seperti biasa.
Setelah selesai ujian skripsi, Alina memutuskan untuk melamar sebagai tenaga pengajar di salah satu pusat bimbingan anak pra sekolah.
"Ya masih dong, Pa." Jawab Alina masih menikmati sarapan nya.
"Kakak gimana sih? Buat apa juga kuliah dapat gelar dengan predikat cumlaude kalau ujung-ujung nya cuma jadi tenaga pengajar kayak sekarang." Sambung Anisa yang heran dengan kakak nya.
Alina pun dengan tenang menghentikan kegiatan makan nya, dan mulai menjelaskan.
"Ini hanya sementara kok, Nis. Karena kakak kan berencana untuk melanjutkan pendidikan kakak lagi. Jadi sementara ini, kakak kerja dulu hitung-hitung mengisi waktu luang. Gaji nya juga lumayan lah buat tambahan." Jelas Alina.
Mendengar ucapan Alina mengundang protes dari Abimayu.
"Alina, papa bisa kasih kamu lebih dari gaji yang kamu terima sekarang." Potong Abi.
"Iya pa, Alina tau. Sebenarnya bukan masalah seberapa besar upah yang Alina dapat sih pa, Tapi Alina lebih merasa bangga kalau Alina bisa menghasilkan uang dengan kemampuan Alina sendiri."
"Kamu bisa kan sambil kerja di perusahaan papa. Kenapa harus jadi tenaga pengajar?" Protes Abi.
Mereka masih saja mempermasalahkan pekerjaan Alina saat ini.
"Pa, Please... kita kan sudah pernah membahas masalah ini. Alina hanya ingin menyalurkan hobi Alina, sebentar saja pa, sebelum Alina benar-benar fokus lagi dengan pendidikan Alina dan kemudian fokus bekerja di perusahaan."
Abimayu hanya bisa menarik nafas.
"Baiklah. Papa hanya takut kamu terlalu nyaman dengan pekerjaan itu dan tidak mau lagi meneruskan perusahaan papa." Ungkap Abi mengutarakan kecemasan nya.
"Kan ada Anisa." Ucap Alina dengan senyum mengembang sambil melirik ke arah adik nya itu.
"Ih.. kok Nisa? Gak. Gak mau. Nisa gak mau pusing kayak papa mikirin perusahaan. Nisa kan punya cita-cita sendiri." Ucap Anisa ketus.
Melihat raut wajah Anisa, Alina terbahak. Memang sangat lucu bagi Alina jika melihat wajah adik nya yang sedang cemberut seperti itu.
"Kakak kok ketawa sih?" Ketus Anisa.
"Lucu aja lihat wajah kamu. Udah gede tapi kalau ngambek kayak anak TK." Alina tidak bisa menahan tawa.
" Lagian Kakak cuma bercanda, Nisa. Kakak kan sudah janji sama mama papa, akan meneruskan perusahaan. Gak mungkin dong kakak ingkar janji sama orang tua."
Mendengar pernyataan Alina, wajah Anisa baru kembali seperti semula.
"Oh iya kak, nanti selesai kakak mengajar kita jalan-jalan yuk ke mall. Udah lama kan kita gak jalan bareng. Sekalian Nisa mau kenalin kakak sama pacar Nisa."
"Selesai mengajar ya?" Alina tampak berpikir sejenak.
"Kayaknya gak bisa deh Nis. Kakak udah ada janji sama Adam mau cari buku buat persiapan kuliah Kakak lagi." Lanjut Alina.
"Ya.. kakak selalu aja gitu. Kenapa sih selalu bareng sama kak Adam? Kalian pacaran ya?" Tebak Anisa membuat Alina terbahak.
"Kakak? Pacaran sama kak Adam? Ngawur kamu Nis." Bantah Alina.
"Habisnya kakak kemana-mana selalu sama kak Adam. Padahal Anisa pengen banget kakak kenalan sama pacar Anisa. Mama sama papa aja, udah kenalan. Tinggal kakak aja yang belum." Protes Anisa.
"Iya, iya.. nanti kita cari waktu yang pas ya buat quality time berdua. Setelah itu baru kamu kenalin deh pacar kesayangan kamu itu sama kakak. Gimana? Kakak juga penasaran sih."
"Tunjukin foto nya dulu aja, dek. Biar kakak gak penasaran. Kasihan." Sambung sang mama yang dari tadi menyimak pembicaraan kedua putri nya.
"Gak ah, Ma. Nanti aja Nisa ajak pacar Nisa ketemu langsung sama kak Alina." Ucap Anisa tetap tidak mau menunjukkan foto pacar nya.
Sarapan pun berlangsung dengan banyak cerita dari Anisa. Begitu lah. Anisa memang sumber tawa dalam keluarga mereka.
...*****...
Suara ponsel Alina berbunyi, menandakan ada panggilan masuk.
"Mama? Tumben banget telepon jam begini. Ada apa ya?" Ucap Alina melihat layar handphone nya sebelum mengangkat telepon.
"Di angkat aja dulu, Lin." Sambung Adam di balik kemudi.
~Panggilan terhubung...
"Iya Ma.. Ada apa? Tumben banget telepon Alina jam segini." Suara Alina saat panggilan terhubung.
"Sayang, kamu masih kerja?" Tanya Kinanti di balik telepon.
"Alina sudah selesai sih Ma. Ini lagi di jalan sama Adam. Mama telepon ada apa?"
"Ini lho.. Mama cuma mau kasih tau, mama lagi di Jalan ke bandara sama papa." Ucap Kinanti.
"Ke bandara? Mama sama papa mau kemana?"
"Papa ada kerjaan di Bali selama satu minggu. Papa ajakin mama, katanya sekalian liburan." Jelas Kinanti sambil senyum-senyum.
"Curang nih... Liburan nya berdua aja. Alina sama Anisa gak di ajak."
"Kamu kan ngajar sayang. Adik kamu juga kuliah. Nanti aja ya kita liburan keluarga nya. Kali ini mama sama papa mau berduaan dulu. Hehehee"
"Iya deh.. iya"
"Oh iya sayang, nanti kamu kasih tau Anisa ya. Dari tadi mama coba telepon tapi nomor nya gak aktif." Pinta Kinanti.
"Iya Ma.."
"Satu lagi. Jagain adik kamu selama mama papa gak ada ya. Pokoknya kamu harus jadi kakak yang baik. Jangan berantem. Mama percaya sama kamu."
"Iyaaa mama sayang... Udah ah, udah kayak mau pergi lama aja."
"Ya sudah, kalian hati-hati ya berdua. Jaga diri baik-baik. Mama tutup dulu telepon nya. Ini sudah sampai bandara soalnya."
"Selamat liburan mama. Mama sama papa juga hati-hati ya. Kabarin Alina nanti kalau sudah sampai."
"Iya sayang. Bye.."
"Bye Ma.."
tut..tut..tut
Panggilan pun terputus.
"Dam, kita batalin aja dulu ya cari buku nya." Ucap Alina sesaat setelah panggilan telepon tadi terputus.
"Kenapa Lin? Ada masalah?" Tanya Adam bingung.
"Gak sih. Cuma tiba-tiba aja perasaan jadi gak enak. Pengen cepat pulang aja."
"Kamu gak enak badan?" Adam spontan langsung meletakkan punggung tangan nya di dahi Alina.
"Kamu sakit?" Tanya Adam lagi.
Alina hanya menggeleng.
Alina sudah terbiasa dengan sikap Adam yang seperti itu. Bahkan Alina sudah menganggap Adam seperti kakak nya sendiri.
"Terus? Kenapa tiba-tiba pengen pulang?"
"Gak tau nih, Dam. Gak enak aja bawaan nya. Gak apa-apa ya? Kita batalin dulu hari ini."
"Ya sudah. Kalau kamu memang lagi gak mood sekarang, Aku antar kamu pulang. Aku putar balik yaa.."
Akhirnya Adam pun memutar arah mobil nya menuju ke rumah Alina.
Sekitar 15 menit, mobil Adam sampai di depan rumah Alina.
Pak Ujang yang sudah mengenal mobil Adam, langsung membuka pintu pagar begitu melihat mobil Adam.
"Makasih Pak.." Ucap Adam sopan dari balik kemudi.
"Sama-sama Mas."
Alina melihat-lihat sekitar rumah, tidak ada mobil Anisa terlihat di sana. Tandanya Anisa belum pulang.
"Makasih ya, Dam." Ucap Alina sebelum masuk ke dalam rumah.
"Udah, santai aja."
"Aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati pulang nya." Ucap Alina langsung berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Adam dengan kebingungan nya.
"Alina kenapa ya? Tumben banget dia gak ajakin aku mampir dulu." Batin Adam merasa ada yang aneh dengan Alina.
Ingin rasanya Adam tetap berada di samping Alina. Tapi bagaimana cara nya? Alina jelas-jelas sudah masuk ke dalam dan menyuruh Adam untuk pulang. Lagi pula, selama ini Alina hanya menganggap Adam sebagai sahabat. Mungkin akan aneh jika Adam terlalu mencampuri urusan Alina.
"Ya sudah lah. Mungkin Alina memang lagi gak enak badan dan ingin istirahat." Batin Adam lagi.
"Udah mau pulang, mas?" Sapa pak Ujang saat melihat Adam memasuki mobil.
"Iya pak. Alina seperti nya lagi butuh istirahat." Jawab Adam.
"Owalah.. pak ujang pikir lagi marahan." Ucap pak Ujang asal.
Adam pun hanya ikut tertawa dan akhirnya pergi meninggalkan rumah Alina.
...*****...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!