POV. Fatimah Humaira.
Siang ini cuacanya sebegitu terik.membuat moodku semakin buruk,bagaimana tidak, aku baru saja menghadapi sedikit masalah. Yaitu ada beberapa muridku yang begitu degil sehingga membuat aku kewalahan.
Dengan langkah gontai aku melenggok masuk ke dalam rumah, aku mencium aroma masakan ibu yang membuat cacing di perutku minta di kenyangkan.
"Kak minta uang jajan dong."
Suara itu menghentikan langkahku untuk masuk kedalam kamar. Aku menoleh mencari asal suara yang setiap hari menjadi tukang palak di rumah ini.
Aku merogoh kantong seragam guruku, karena aku masih ingat ada uang kembalian dari aku naik angkot tadi.
"Nih, jangan minta lagi, Kakak nggak punya uang susulan." Aku memberikan pecahan uang kertas yang berwarna abu-abu itu
"Hehe.. Terimakasih Kakak cantik yang Sholeha." ucapnya sembari mencium tanganku.
Aku tersenyum melihat tingkah adik bungsuku itu. dia memang sangat manja tetapi juga sangat pengertian. lain lagi dengan adikku yang nomor dua. dia adalah anak laki satu-satunya. sangat irit bicara tetapi begitu penyayang.
"Kamu sudah pulang Fa?" Tanya ibu dari dapur
"Iya, baru saja sampai,Bu."
"Yasudah, kamu ganti baju, habis itu makan. setelah makan ibu minta tolong kamu antarkan makan siang untuk ayah ke rumah tuan Malik."
"Kok ayah diantarkan makan siang Bu? bukanya ayah dapat jatah uang makan sama tuan Malik?" tanyaku pada ibu
"Iya, tapi kamu tahu sendiri, bahwa ayah kamu tidak mau makan diluar selain masakan ibu."
"Iya aku lupa. ternyata ayah sangat mencintai ibu. hingga makan saja ayah tidak ingin berpaling. Heheh..."
"Udah sana masuk. ibu tunggu kamu di meja makan. itu bekal ayahmu sudah ibu siapkan."
"Baiklah Ibu Kartini." aku segera masuk dan menukar pakaianku yang biasa aku gunakan sehari-hari, yaitu baju kaos panjang dan celana longgar kulot, dan tak lupa hijab instanku.
Ya, aku sedari kecil memang sudah di ajarkan ibu untuk menutup aurat, agar aku tidak memberatkan hisab ayahku di akhirat kelak.
***
Kini aku sudah sampai dirumah yang ibu beri alamat tadi. aku melihat bahwa rumah itu begitu mewah walau dipandang dari luar.
"Benar nggak ya ini alamatnya? tapi benar kok. ah lebih baik aku tanya sequrity saja." aku bicara sendiri seperti orang rada-rada mereng dikit.
"Permisi Pak," ucapku pada pak satpam yang sedang duduk di pos jaganya itu
"Ya, Adek mau cari siapa?" tanya pak satpam
"Mau ketemu sama ayah saya Pak. namanya Pak Eko."
"Oh, anaknya Pak Eko. silahkan masuk dek. pak Eko ada didalam."
"Ah, ya. terimakasih Pak." aku segera masuk kedalam
Sesampainya di depan rumah mewah itu. aku mengedarkan pandanganku untuk mencari sosok Pria yang sangat aku sayangi itu. dia adalah ayahku, yaitu cinta pertamaku. dialah yang selalu melindungi aku dari segala keburukan yang mengintai.
Halaman itu begitu luas, tetapi aku tidak menemukan sosok yang aku cari. kira2 ayah sembunyi dimana ya? tapi tunggu dulu! itu ada Ibu cantik, dari penampilannya Sederhana tapi mahal.
Kira-kira beliau siapa ya? ah daripada aku disini mati penasaran lebih baik aku tanya, mungkin saja beliau tahu dimana keberadaan ayahku.
"Assalamualaikum.... permisi Nyonya," ucapku
"Wa'alaikumsalam... mau cari siapa,Nak?"
"Saya Fatimah, anaknya Pak Eko. apakah nyonya tahu dimana ayah saya?"
"Ooo... jadi kamu anaknya Pak Eko. ternyata pak Eko mempunyai anak gadis yang cantik. maklum ayah kamu tidak terlalu suka bicara tentang keluarganya," jelas nyonya baik dan cantik itu.
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan nyonya Malik, eh bener nggak sih ibu ini istrinya tuan Malik? jangan sampai aku salah kaprah, tenang. aku akan cari tahu sendiri
"Maaf nyonya, apakah saya bisa bertemu dengan ayah saya?"
"Oh iya. ayah kamu ada di halaman belakang di doorsmeer, sedang mencuci mobil. kamu masuk dari sini saja, lurus kebelakang nanti ada pintu sebelah kanan nanti tembus ke garasi mobil."
Nyonya cantik nan ramah itu menjelaskan secara rinci. aku segera masuk namun otakku yang mempunyai internal yang kurang dari setengah GB.
Saat melihat isi rumah itu, seakan petunjuk nyonya itu hilang secara spontan. aku hanya fokus melihat isi dalam ruangan itu.mulutku sedikit ternganga melihat kemewahan benda2 yang terpajang di setiap ruangan.
Aku juga melihat ada foto keluarga mereka. dan akhirnya aku tidak salah menebak bahwa wanita cantik yang sedang menyiram tanaman itu adalah nyonya Malik.
Tanpa sadar mataku terbentur oleh foto yang ada di tengah2 mereka, seorang Pria tampan yang masih menggunakan jas dokternya. aku mengamati foto itu sedetik, dua detik, tiga detik, sambil meneruskan jalanku tetapi mataku tidak terlepas dari gambar pria tampan itu. hingga akhirnya aku merasakan.
Bruuggh!
Aku sedikit oleng karena terbentur oleh tubuh seseorang, sehingga bekal yang aku bawa jatuh berserakan dilantai granit yang putih bersih itu.
Aku benar-benar merutuki kebodohanku. aku juga melihat ada beberapa berkas yang juga ikut berserakan bersamaan dengan bekal makan untuk ayah.
Ya Allah, tamatlah sudah riwayatku
Tanpa berani menatap wajah orang yang aku tabrak. aku segera memunguti berkas itu. aku berpikir bagaimana caranya bisa membersihkan berkas yang sudah terkena minyak sayur dari bekal ayah. saat aku berusaha membersihkannya, aku mengendus aroma parfum yang begitu mengena di Indra penciumanku.
Wangi parfum itu begitu dekat. dan aku melihat sebuah tangan putih bersih dan halus ikut membantu memunguti berkas-berkas itu. ingin sekali aku menatap wajah orang itu
, tapi rasa takutku membuat nyaliku ciut
"Maafkan saya Tuan," hanya itu yang keluar dari bibirku yang mungil ini.
"Ah, tidak apa-apa. apakah kamu ART baru di rumah ini?"
Hah! ART? apakah penampilanku memang seperti art ya?
Ah sudahlah tidak penting dia mau melihatku seperti art. setidaknya aku masih bisa bernafas lega. dia tidak marah padaku. aku segera menatap wajah pria yang mengatakan aku art itu
MasyaAllah... tampan sekali makhluk ciptaan engkau ya Allah.
Aku sedikit ternganga,namun aku segera mengembalikan ekspresi wajahku se normal mungkin, agar tak ketahuan bagaimana aku mengagumi ketampanan raut wajah Pria yang ada di hadapanku saat ini.
"Ada apa ini?"
Suara itu mengagetkan aku, sehingga aku semakin gelagapan. aku takut nyonya yang tadi begitu ramah, dia akan marah dengan kecerobohanku
"Ya ampun Yan! kenapa kamu menumpahkan makanan itu. apa kamu tidak tahu bahwa itu adalah bekal makan siang untuk pak Eko."
Hah? apakah aku tidak salah dengar. kenapa si tampan ini yang dimarahi? padahal ini adalah kesalahan aku!
Bersambung...
NB: yang ingin kisah mereka berlanjut tolong dukungannya ya 🤗 jangan lupa tekan vav dan juga dukungannya yang lain. Terimakasih 🙏🥰
Happy reading 🥰
"Loh, Pak Eko kenapa diantarkan bekal untuk makan siang Ma? apakah mama tidak memberinya uang makan?"
"Ya Mama kasih lah. hanya pak Eko itu dari dulu tidak mau makan diluar selain makan masakan istrinya," ucap ibu cantik itu yang sudah tau tentang ayahku
"Oh, yaudah aku pamit dulu ya Ma." Pria itu menyalami tangan wanita yang dia panggil mama itu.
"Yan, tunggu dulu! sekalian kamu antarkan Fatimah pulang mengambil bekal makan siang untuk ayahnya Kembali."
"Tidak usah Nyonya. saya bisa pulang sendiri," tolakku secepat kilat menyambar. aku benar-benar tidak ingin merepotkan Pria itu.
"Tidak apa-apa,Nak. lebih baik kamu diantarkan oleh Yandra. biar cepat, lagipula ayah kamu pasti sudah lapar,"
"Tapi Ma?"
Suara Pria itu sepertinya keberatan. dia menatap mamanya dengan air muka datar dan kurang berkenan.
"Sudah tidak ada tapi-tapian. sekarang antarkan Fatimah, sekalian kamu juga mau ke RS,kan?"
Akhirnya Pria itu mengikuti perintah mamanya. "Baiklah." dia segera berlalu
Sementara aku masih sibuk membersihkan lantai itu. aku jadi tidak enak karena sudah membuat lantai yang begitu licin dan bersih ini terkena noda lauk dan sayur.
"Sudah tinggalkan saja,Nak. nanti biar bibik yang membersihkan. sekarang ayo kamu segera pulang untuk mengganti bekal ayahmu. sebenarnya ibu bisa memberikan ayahmu makan siang. tetapi dia selalu menolak," ucap nyonya Malik itu yang menurutku dia adalah majikan yang begitu baik
"Sekali lagi saya minta maaf Bu. saya sudah membuat lantai ini menjadi kotor. terimakasih juga, ibu sudah begitu baik," ucapku tulus
"Iya, sama-sama. yasudah sana kamu segera pergi, Yandra sudah menunggumu."
Aku segera melangkah keluar. aku melihat dia sudah menungguku.keringat dinginku tiba2 saja keluar. tanpa sengaja netraku bertemu dengan mata hitam kecoklatan itu. tetapi aku segera mengalihkan pandanganku,dan menukar ekspresi wajah sedikit datar.
Dia hanya diam. aku jadi bingung harus duduk dimana. tetapi aku mengambil jalan aman saja, yaitu aku duduk di kursi belakang kemudi. sepertinya itu cukup baik untuk menjaga detak jantungku agar tetap normal.
Setelah aku duduk. dia segera menjalankan mobilnya. sementara aku juga fokus menatap keluar jendela mobil itu. ah ternyata mobil mewah ini empuk banget, tidak seperti tempat duduk angkot yang setiap hari aku naiki. hehe.. aku ini mikir apa sih!
Di tengah perjalanan tidak ada satu katapun yang keluar dari bibir Pria yang sedang mengemudi itu. kenapa dia mendadak jadi bisu? apa sebegitu memuakkan wajahku ini? tau ah. nikmati saja mobil mewah ini. kapan lagi aku bisa naik mobil orang kaya.
Aku tersenyum sambil menikmati empuknya jok mobil mewah itu. sehingga tanpa aku sadari dia menatapku dari kaca kecil yang menghadapku kebelakang.
Ya ampun kenapa aku bisa lupa diri begini. Fatimah, Fatimah. kamu benar2 memalukan. ketahuan sekali jika kamu tidak pernah menaiki mobil mewah
aku merutuki kekonyolan dan ke udikkan diriku.segera aku memasang wajah sok biasa, padahal memang aku ini wanita yang luar biasa. ya, luar biasa memalukan.
Tidak terasa mobil yang aku tumpangi itu sudah berhenti di depan rumahku. sepertinya dia sudah tahu alamat rumah ini, mungkin ayah yang memberikan alamat rumah kepada keluarga Malik.
"Terimakasih Tuan," ucapku yang segera membuka pintu mobil itu
"Ya,ini untuk ongkos kamu naik taksi." dia menyerahkan uang kertas yang berwarna merah.
"Tidak usah Tuan. saya bisa naik ojol saja," tolak ku kembali
"Ambilah. lebih baik kamu naik taksi biar aman!"
Akhirnya aku menerima uang itu. aku merasa benar-benar malu. ya, tapi harus bagaimana lagi,habisnya dia maksa. lagian kata ibu rezeki tidak boleh ditolak, selagi rezeki itu halal tanpa pamrih dan juga embel-embel dibelakangnya, kenapa tidak.
***
"Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumsalam... kamu sudah pulang? loh kok tempatnya kamu bawa kembali. apakah kamu tunggu ayahmu selesai makan?" tanya ibu
"Makanannya tumpah Bu."
"Kok bisa tumpah? kamu gimana sih, Fatimah!" kesal ibu kepadaku
"Maaf Bu. tadi aku tidak sengaja nabrak seseorang."
"Nabrak?! apakah kamu terluka, Nak? kamu di tabrak siapa, dan dimana kejadiannya?"
Akhirnya aku terlepas dari amukan ibu Kartini. ada rasa bersalah karena merasa salah mengucapkan kata-kata.
"Aku yang nabrak Bu. kejadiannya di rumah tuan Malik. kejadiannya begini. tadi aku saat jalan menuju dimana ayah berada, tetapi mataku tidak melihat jalan, karena fokus melihat sesuatu yang membuat aku kagum. dan pada akhirnya aku menabrak tubuh seseorang, dan dia adalah anaknya Tuan Malik. sehingga bekal ayah tumpah."
Aku menjelaskan kejadian itu. berharap ibu mengerti dengan insiden kecil yang aku alami. tetapi nyatanya aku mendapatkan cecaran amunisi yang membuat telingaku panas'
"Kamu tuh ya, Fatimah. kebiasaan kalau jalan nggak pake mata."
"Jalan menang nggak pake mata Bu. yang biasanya jalan pake kaki. Hehehe.."
Ibu menatapku dengan tatapan yang menakutkan. aku segera mengeluarkan jurus terakhirku, yaitu minta maaf. ya, itulah yang di ajarkan oleh ayah dan ibu. jika merasa salah maka segera minta maaf.
"Iya Bu. aku salah... aku minta maaf ya, Bu," ucapku dengan tulus
"Yasudah. sini tempatnya ibu isi kembali.kamu antar lagi bekal ayahmu. jangan sampai tumpah lagi."
"Siap laksanakan...!" aku mengekori ibu dari belakang. "Bu, apakah ibu pernah main kerumah majikan ayah?" tanyaku penasaran
"Pernah. emang kenapa kamu tanya Begitu?"
"Tapi kapan? kok aku nggak pernah lihat ibu pergi ke rumah mereka?"
"Fa, kamu kan belum beberapa bulan disini. selama ini kamu kuliah kan ngekos, jadi ya nggak pernah lihat ibu kesana. ibu sering kok kerumah mereka. apalagi saat mereka ada acara ibu selalu ngebantuin."
"Sepertinya mereka orang baik ya, Bu," ucapku dengan serius
"Baik banget. makanya ibu dan ayah merasa hutang Budi dengan keluarga tuan Malik.kamu tahu? biaya kuliah dan juga wisuda kamu, mereka banyak membantu."
Ibu menjelaskan kebaikan keluarga tuan Malik selama ini kepada kami. ternyata mereka banyak membantu dalam kuliahku.
"Nih, sekarang kamu antarkan makan ayahmu. jangan sampai tumpah lagi ya. dan ini ongkos buat naik ojek."
"Tidak usah, Bu. aku punya uang untuk ongkos naik taksi," aku tersenyum dan menunjukkan uang kertas yang diberikan oleh si Tampan Itu
Ibu mengerutkan keningnya. "Tumben, pegang duit merah tanggal segini. dapat bonus di sekolah ya," ucap ibu
"Bukan Bu. ini duit dikasih siganteng, alias si tampan anaknya tuan Malik."
"Fatimah! kamu minta uang dengan Tuan Yandra? atau kamu...?"
"Astaghfirullah... ibuku sayang. jangan mikir yang aneh-aneh deh. istighfar Bu, nyebut."
"Astaghfirullah... iya, ibu minta maaf. coba kamu jelaskan bagaimana kamu bisa diberi uang dengan Tuan Yandra?" tanya ibu penasaran
Akhirnya aku menceritakan semuanya, agar ibu kita Kartini tidak berburuk sangka dengan anaknya. dan beliau baru merasa lega setelah mendengar penjelasanku.
Bersambung....
Happy reading 🥰
Siang ini aku baru saja menyelesaikan jam ajaran. aku segera keluar, karena ayah sudah menungguku diluar gerbang. ya, hari ini ayah yang menjemputku pulang, ayah tidak terlalu sibuk karena majikannya sedang di luar kota.
Saat aku sudah naik kedalam mobil. ayah mendapat telepon dari majikannya bahwa mereka sudah menunggu di bandara. jadi ayah terpaksa membawaku ikut menjemput majikannya
Tidak begitu lama, mobil yang dikendarai ayah sudah masuk ke pekarangan bandara. jantungku Kembali berdegup kencang saat melihat disana juga ada Dokter tampan itu.
Aku berusaha untuk bersikap tenang dan memasang wajah sok biasa padahal hatiku sudah jingkrak tak menentu.
Ayah segera memasukkan semua barang bawaan majikannya itu kedalam bagasi. sementara Tuan Malik sudah menempati posisi duduk di depan, samping kemudi, dan siganteng duduk dikursi belakang kemudi.
"Silahkan masuk nyonya..," ucapku mempersilahkan nyonya Anggi untuk masuk terlebih dahulu. aku tahu dari tatapan Pria tampan itu dia tidak nyaman berdekatan denganku, itu dapat aku rasakan saat pertama dia mengantarkan aku pulang seminggu yang lalu.
"Kamu saja yang masuk duluan,Nak. soalnya ibu tidak bisa duduk di tengah. ibu suka mabuk perjalanan." ucap nyonya Anggi.
Ser... darahku berdesir. dan jantungku Kembali Berdetak dengan tidak normal. aku tidak tahu kenapa aku seperti ini. padahal tak ada sikap manis sedikitpun dari dokter itu, tapi kenapa perasaanku tidak tahu diri begini?
Aku terpaksa mengikuti kemauan nyonya Anggi. sebenarnya jika boleh request maka aku lebih baik duduk di bangku paling belakang saja. tapi aku tidak bisa menolak keinginan nyonya yang baik ini. bisa-bisa mereka mengira aku ini wanita yang sok mahal, karena tidak ingin duduk berdekatan dengan mereka.
Aku duduk agak sedikit berjarak dengan si tampan yang jual mahal itu. tetapi hal tak terduga kembali membuat mulutku sedikit ternganga
"Bisa geser sedikit, Nak. soalnya masih sempit." ucap nyonya Anggi
Aku segera menatap raut wajah Pria yang ada disampingku, dan ingin melihat reaksinya akan seperti apa.pasti dia ingin segera kabur atau mencari taksi untuk mengantarkannya pulang atau bisa jadi dia akan lompat ke bangku belakang.
Hahaha... benar saja. dia segera ingin pindah ke bangku belakang, tetapi sang nyonya baik tidak mengizinkannya sehingga jarakku dan dia sudah tak ada pembatas lagi.
Ah terkadang aku merasa lucu sendiri melihat tingkah pria jual mahal ini. mentang-mentang tampan, kaya, seorang dokter. begitu takutnya di dekati olehku hanya seorang guru honorer
Tapi aku sedikit heran melihat sikapnya. kenapa dia bertolak belakang dengan orangtuanya. seharusnya jika tidak suka pada seseorang, maka tetaplah bersikap ramah dan memberi batasan agar orang tak menaruh perasaan lebih.
Kalau seperti ini jadinya adrenalinku semakin terpacu untuk menguber dirinya.baiklah, ayo duduk dengan tenang Fatimah. anggap saja dia sedang tidak ada disampingmu abaikan saja dengan ketidak sukaanya.
Aku mengabaikannya, sesekali skinsip terjadi diantara aku dan dia. walau tidak secara langsung, karena aku mengenakan seragam guru yang lengan panjang. namun tetap saja hatiku selalu berdebar, aku tahu ini adalah perasaan cinta.
Untuk menghilangkan rasa gugup maka aku mencoba menjawab semua pertanyaan Nyonya Anggi. ini cukup baik untuk mengalihkan konsentrasi ku terhadap Pria yang ada disampingku ini.
"Fa, kamu sudah lama mengajar di SD?" tanya nyonya Anggi padaku
"Baru tiga bulan Bu." aku merubah panggilan terhadap nyonya Anggi karena permintaan beliau untuk memanggilnya ibu
"Kamu kemaren kuliah dimana. oh jadi Fatimah ini yang wisuda kemaren ya, Pak Eko?" nyonya Anggi mengalihkan pertanyaan kepada ayah yang sedang fokus mengemudi
"Iya, nyonya, karena dia anak pertama, jadi saya usahakan agar menjadi sarjana. dan itu tak terlepas dari bantuan yang begitu banyak Tuan dan Nyonya berikan kepada keluarga saya. saya benar-benar berterima kasih atas segala kebaikan Tuan dan Nyonya." jawab ayah sembari fokus dengan kemudinya.
"Sama-sama Pak Eko. kami juga merasa senang karena apa yang kami berikan bisa bermanfaat untuk keluarga pak Eko. semoga apa yang di cita-citakan oleh Fatimah tercapai dan bisa membanggakan ke-dua orangtuanya." ucap tuan Malik
"Aamiin..."
Kami semua mengaminkan ucapan tuan Malik. tapi lain halnya dengan beruang kutub yang ada di sampingku ini. dia sepertinya pura2 mati. eh maksudku pura2 tidur.
"Kamu tidak mencoba ikut tes CPNS,Nak?" kembali ibu Anggi memberi pertanyaan
"Sudah Bu. saya sudah lulus seleksi CPNS."
"Alhamdulillah... jadi berapa lama untuk menjadi ASN, Nak?"
"Tergantung Bu, ada yang bilang satu tahun hingga dua tahun. tapi jalani sajalah Bu, jika rezeki tak akan kemana. dengan di terimanya menjadi CPNS saya sangat bersyukur sekali Bu."
"Ya, kamu benar, Nak. karena ibu lihat banyak orang yang sudah tahunan tapi belum lulus seleksi, bahkan ada yang sudah puluhan tahun masih menjadi guru honorer. waduh pokoknya profesi sebagai guru menurut ibu adalah sangat mulia. dialah pahlawan tanpa jasa. semoga Allah memberikan para guru kesehatan dan umur yang panjang."
"Aamiin..."
Aku mengaminkan Do'a baik Bu Anggi. tanpa terasa mobil yang dikendarai ayah sudah sampai di kediaman keluarga tuan Malik.
Aku melihat pria yang duduk disampingku itu bergegas turun dan melenggok masuk kedalam rumahnya. mungkin dia sedang ada masalah, karena dari raut wajahnya sedang menyimpan beban. tapi itu menurut pandanganku, sih.
"Ayo turun dulu Nak, kita makan siang bareng diruamah," ajak Bu Anggi
"Tidak usah Bu, saya mau langsung pulang. karena jam dua ada private. jadi saya pulang dan makan diruamah saja."
"Oh, jadi kamu guru les juga?"
"Iya Bu. soalnya suntuk dirumah jika tak ada kegiatan."
"Baiklah, kalau begitu ibu masuk dulu. nanti kamu biar diantarkan oleh Yandra pulangnya, soalnya ibu ingin minta tolong sama ayah kamu untuk memperbaiki pipa air di kamar atas yang bocor."
Aku melihat Bu Anggi menghampiri ayah yang sedang memasukkan kopernya kedalam rumah. dan ayah mengangguk lalu menghampiri aku.
"Fa, kamu pulang dulu ya, Nak. bilang sama ibumu. siang ini ayah makan diruamah tuan Malik. jangan tunggu ayah, kalian makan saja," jelas ayah
"Baik Yah. kalau begitu aku pulang dulu ya, Yah." aku menyalami tangan ayah. dan beliau segera masuk kedalam
Aku masih berdiri sambil mengamati perkarangan rumah keluarga Malik yang begitu mewah. terakhir mataku menabrak sosok yang sedang melenggang malas,keluar dari rumah itu. aku segera masuk kedalam mobil dan menempati posisi dudukku tadi.
Dia segera masuk dan duduk di kursi kemudi. aku memasang wajah biasa saja, untuk menormalkan debaran jantungku. maka aku mengeluarkan benda pipih yang ada dalam kantong depanku. aku memainkan benda itu. sambil berlagak cuek. tetapi rasanya sudah cukup lama aku memainkan ponsel pintarku itu namun mobil yang aku tumpangi ini tak kunjung bergerak.
Ku angkat wajahku untuk melihat Pria yang duduk di depan kemudi itu. kenapa dia hanya diam saja, apakah dia tertidur atau pingsan. ku alihkan tatapanku mengarah kaca kecil yang melintang dan mengarah kepadaku.
Tatapanku di sambut oleh bola mata hitam kecoklatan itu. dia sedang menatapku dengan raut wajah sedikit kesal. aku sedikit terkejut, apakah aku melakukan kesalahan atau dia ingin aku keluar dari mobil ini.
Kuberanikan untuk menatapnya Kembali. aku juga ingin tahu apa sebenarnya yang diinginkan oleh beruang kutub ini. kenapa dia tidak bicara apakah mulutnya itu tidak bisa dia pergunakan untuk bicara dengan wanita sepertiku?
"Mau sampai kapan kamu duduk disana?"
Terdengar suara dingin nan kaku menyapa,sedikit membuat aku terlonjak. "Maksud Tuan?" tanyaku kembali
"Pindah kedepan. kamu kira aku ini supir!"
Ya Allah... nih orang benar-benar menyebalkan. apakah dia tidak bisa bersikap lembut sedikit saja. kenapa aku bisa menyukai Pria seperti dia. dasar hatiku tak punya mata dan telinga.
Bersambung...
Jangan lupa dukungannya ya 🙏🥰🤗
happy reading 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!