NovelToon NovelToon

Terpaksa Melepas Mu

Bab 1

Hari yang cerah di pagi hari yang indah, di sebuah rumah terlihat seorang wanita memasak sambil bersenandung. Tapi senandung terhenti karena seorang pria turun dari atas.

"Kamu udah bangun mas? makan dulu mas baru kekantor!" ucap wanita yang bernama Tiara Aulia sambil tersenyum manis.

"Iya." Mereka berdua makan dengan keadaan hening.

"Aku udah selesai aku berangkat dulu." ucap si pria yang tak lain bernama Bara Adrian.

"Tunggu bentar mas, dasi kamu gak rapi biar aku benerin!" Bara menghindar saat tangan Tiara akan menyentuh dasinya.

"Nanti aku benerin." ucap bara sambil

berlalu meninggalkan Tiara.

Tiara yang ditinggalkan hanya bisa tersenyum pahit

kita udah nikah dua tahun mas tapi kamu selalu bersikap dingin, kamu juga gak pernah menyentuh aku.

Tiara sudah menikah dengan Bara dua tahun, tapi pernikahan mereka sangat dingin. Bara tidak pernah menunjukkan senyum hangat ke Tiara, tapi karena terlanjur cinta Tiara hanya bisa bertahan sampai Bara membalas perasaan nya.

"Sudahlah. lebih baik aku membereskan piring ini."

Setelah beres Tiara bersiap dan pergi menuju butik kecil miliknya dari keringat nya sendiri.

"Selamat pagi kak." ucap pegawai di butik.

"Iya selamat pagi intan, selamat pagi Sarah." Mereka berdua adalah pegawai di butik ini, mereka sangat dekat dengan Tiara dan sudah seperti saudara sendiri.

Mereka berdua beda 3 tahun dengan Tiara yang sudah berusia 25 tahun. Mereka datang dari kampung dan mengadu nasib ke kota.

"Kak, kakak udah makan?" tanya Sarah

"Iya, kalian berdua udah makan?"

"Iya kak." jawab mereka berdua serempak.

Setelah percakapan ringan mereka kerja mengurus butik.

"Aduh capeknya." ucap Sarah sambil meregangkan badannya.

"kita makan siang yuk!" ajak Tiara.

"Ayo kak."

Mereka makan di kafe terdekat sambil berbincang-bincang ringan.

"Kak, kakak kan udah nikah 2 tahun kakak gak pengen punya anak?" ucap Intan, Sarah yang mendengarnya langsung menyenggol Intan.

Intan yang sadar dengan omongan nya gelagapan.

"Gak gitu kak, maksud aku ..." Tiara langsung memotong perkataan intan.

"Gak papa, kakak gak papa kok." ucap Tiara yang semakin membuat intan makin merasa bersalah, tapi tidak berani berkata apapun lagi.

Mereka makan dengan hening.

Intan dan Sarah memandang Tiara dengan pandangan sedih, semenjak makan siang tadi Tiara hanya diam saja.

"Kakak pulang aja ini kan udah malem."

"Iya kak biar kami yang tutup toko" tambah sarah.

"Ya udah kakak pulang dulu kalian cepet pulang ya"

"Iya kak, hati-hati ya kak."

..

Sesampainya di rumah lampu sudah gelap yang menandakan suaminya sudah tidur. Tiara mandi dan berganti baju.

Dia memandang wajah suaminya.

Aku harap kita bisa bahagia seperti orang lain pada umumnya, apakah sangat sulit bagimu untuk membuka hatimu. Tiara menghela nafas lalu tidur.

Keesokan paginya Tiara bangun, mandi lalu masak. Lalu seperti biasa suaminya turun lalu mereka makan bersama.

"Mas aku mau bicara sama kamu!"

ucap Tiara sambil memandang Bara.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" ucap Bara tanpa memandang Tiara

"Aku pengen punya anak." suapan di mulut bara terhenti.

"Bukankah aku sudah bilang untuk jangan pernah membahasnya!" Suara Bara terdengar agak kesal.

Memang dulu Bara pernah memarahi Tiara dan mengatakan untuk jangan mengungkitnya lagi, saat itu Tiara paham bahwa Bara masih belum siap punya anak, tapi ini sudah dua tahun. Bagaimana mungkin dia diam saja.

"kenapa mas?" ucap Tiara dengan air mata yang berlinang.

"Aku belum siap." ucap Bara sambil memalingkan wajahnya.

"Kita sudah menikah dua tahun, Kenapa kamu masih belum siap?"

"Aku malas ngomong sama kamu." ucap Bara meninggalkan Tiara yang menangis sesenggukan.

Setelah merasa tenang Tiara membereskan meja makan lalu bersiap untuk pergi ke butiknya.

Bab 2

drrrt

hp Tiara bergetar, dia mengangkat telponnya dan nama ibu mertua nya tertera dilayar hp.

"Halo Bu." ucap Tiara lembut

"Halo sayang kamu dateng ke rumah ya!" suara Ani yang begitu lembut membuat Tiara merinding, pasalnya mertuanya biasanya bicara kasar.

"Tapi Bu, aku mau berangkat kerja." ucap Tiara dengan suara selembut mungkin.

"Pokoknya ibu mau kamu datang ke rumah!" ucap Ani sambil memutuskan panggilan telepon sepihak.

"Haah, kalau aku tidak datang aku pasti akan di marahi habis-habisan"

Tiara memutar balik mobilnya dan menuju rumah mertua nya. Tiara tiba di rumah mertuanya, di dalam sepertinya banyak orang, terbukti dari suara tawa mereka yang sampai keluar.

Tiara membuka pintu

"Bu, aku datang." Ani yang mendengar suara Tiara datang menghampiri nya dengan senyum manis.

Pantesan ibu tadi ngomong nya lembut, ternyata karena teman ibu ada disini.

"Menantu ku sudah datang. Ayo sini duduk, ini menantuku yang ku ceritakan itu." Tiara duduk di samping ibu mertuanya.

" Halo nak." ucap seorang wanita yang sudah berumur tapi tetap cantik dan anggun. Sinta namanya.

"Halo bu, perkenalkan saya Tiara." Tiara memandangi teman-teman mertuanya. Ada 3 orang, tapi pandangan takjub Tiara pada seorang wanita yang sudah berumur tapi tetap anggun dan cantik tidak bisa ditutupi.

Mereka berlima berbincang, Tiara hanya menjawab ala kadarnya.

"Tapi kok Tiara belum hamil?" ucap Hana yang membuat suasana menjadi sunyi.

"Iya, kalian kan sudah lama menikah kenapa masih belum punya anak?" tambah layla.

Tiara hanya terdiam tidak tau menjawab apa. Dia memandang mertuanya yang wajahnya sudah memerah.

"Memang nya kenapa? Apa yang salah dengan itu? Saya ingat Bu layla 3 tahun baru punya anak." ucap Sinta wanita yang cantik dan elegan dimata Tiara tadi yang membuat mereka terdiam.

Bu Layla sangat marah, tapi dia menahannya karena perbedaan sosial yang tinggi, dia tidak berani menyinggung Sinta Atmaja.

Istri dari Antonio Atmaja mantan Presdir Atmaja group. Siapa yang tidak tau Atmaja group? Perusahaan paling besar di negeri ini. Sebenarnya mereka heran kenapa wanita terhormat ini mau bergaul dengan mereka? yah walaupun status mereka cukup tinggi dikalangan masyarakat, tapi di depan Sinta ini mereka bukan apa-apa.

"Maaf saya gak bermaksud begitu." ucap Bu Layla dan Bu Hana.

"Gak papa kok Bu." ucap Tiara sambil senyum. Dia memandang Sinta yang juga menatapnya dengan senyum manis. Entahlah dia heran kenapa Sinta memandang nya seperti itu.

Mereka kembali berbincang seperti biasa yang tentu saja pembicaraan yang didominasi Ani, Hana dan Layla. Sedangkan Sinta hanya bicara jika diperlukan.

"Eh udah siang ya? gak terasa karena terlalu asik ngobrol." ucap Layla

"Iya ya, kita pulang yuk!" ajak Layla

"kami pamit dulu ya Bu Ani." ucap Hana yang diikuti Layla dan Sinta untuk pulang.

Sebelum naik ke dalam mobil Sinta memandang Tiara dan tersenyum, sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Tiara dan Ani. Senyum Sinta tadi membuat kepala Tiara dipenuhi tanda tanya.

Setelah memastikan semua orang pergi Ani menarik tangan Tiara kedalam.

"Sakit Bu, tangan aku sakit." ucap Tiara yang tangan nya ditarik secara kasar

" Kamu dengar itu, kenapa kamu belum hamil? Ibu malu sama teman-teman ibu."

Tiara yang mendengarnya hanya bisa menahan tangis.

Gimana bisa hamil mas bara aja gak pernah nyentuh aku

tapi Tiara hanya memendamnya.

"Maaf Bu."

"Kamu pikir ibu mau denger permintaan maaf kamu, kamu jadi istri gak guna banget." ucap Ani meninggal kan Tiara yang menangis sesenggukan.

Bab 3

Setelah merasa cukup tenang Tiara pergi ke butik setelah berpamitan pada mertuanya yang tentu saja dibalas cuek oleh mertuanya.

"Apa hidupku benar-benar akan terus seperti ini? hidup dengan kesepian dan penghinaan" Tiara melamun dan tidak sadar telah menyenggol mobil seseorang.

"Waduh bagaimana ini? Seperti nya harga mobil ini sangat mahal." Mobil dihadapan Tiara adalah mobil yang sangat mahal, bahkan jika dia menjual organ tubuhnya sekalipun tidak akan mampu membeli nya.

"Dimana pemiliknya?" Tiara celingak-celinguk mencari pemilik mobil.

"Ya ampun apa yang ada lakukan nona?" ucap pria berjas dari belakang Tiara.

"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja" Tiara terus mengatakan maaf.

"Masalah nya ini juga bukan mobil saya nona, apa yang harus kulakukan?" nada putus asa terdengar dari pria tersebut yang membuat Tiara semakin merasa bersalah. Tiba-tiba terdengar suara berat dan seksi dari belakang.

"Apa yang terjadi Bian?" ucap seseorang dari belakang.

Tiara membalikkan badannya kebelakang. Dan dia terpesona pada ketampanan pria yang ada di depannya, Mata hitam jernih, bulu mata yang tebal, dan bibir merah alami serta tubuh nya yang kekar.

Siapa ya orang ini, kenapa dia terlihat familiar.

"Maaf kan saya tuan, saya tidak sengaja menabrak mobil anda." Tiara mengeluarkan nada selembut mungkin berharap si pria itu memaafkannya.

"Ck, kau pikir aku akan tertipu. Sudah banyak wanita yang melakukan trik yang sama padaku hanya untuk datang melayaniku, tapi kau cukup berani, biasanya wanita yang datang kepada ku berwajah cantik dan seksi. Sedangkan kau, benar-benar tidak tau malu"

Tiara terbengong sebentar mencerna kata-kata si pria yang ada di depannya.

Apa dia menganggap ku wanita yang tergila-gila padanya, wah benar-benar tidak tahu malu

Tiara mengepalkan tangannya, tapi melihat si pria tadi masuk kedalam mobil tanpa mempermasalahkan kerusakan mobil tersebut membuat nya hanya bisa menahan kekesalan nya.

Ah memalukan padahal aku sudah dihina serendah itu tapi aku tidak bisa melawan.

Tiara takut jika dia membela diri si pria tadi akan meminta ganti rugi, jika tidak mungkin si pria tadi akan memasukkannya ke penjara.

"Lagipula aku tidak bertemu dengan nya lagi." ucap Tiara percaya diri padahal takdir siapa yang tahu?

Tiara memarkirkan mobilnya dan masuk ke butik untuk bekerja.

Di kantor Atmaja group.

"Selamat datang tuan." ucap dua resepsionis dengan muka yang memerah.

Arsenio hanya melewati mereka tanpa menjawab.

"Apa kau lihat wajah tuan Arsenio? Dia benar-benar tampan." ucap si perempuan pertama.

"Kau benar, Aku Sangat iri pada gadis yang akan dinikahi tuan Arsenio. Dia pasti akan sangat beruntung, punya suami tampan dan juga kaya." si perempuan tadi berangan-angan agar dia lah pemilik hati Arsenio.

"Entahlah, melihat sikap dingin tuan Arsenio apakah mungkin dia jatuh cinta?"

"Iya dia sangat dingin, tapi walaupun begitu wanita yang mengantri hanya untuk melayani nya sudah tak terhitung." Dan begitulah pembicaraan dua resepsionis tadi berlanjut sampai entah kemana.

"Tuan, saya sudah menservice mobil yang ditabrak wanita tadi." ucap Bian sekretaris Arsenio.

"Tidak perlu, kau bisa membuangnya. Atau tidak berikan saja pada orang lain." jawaban Arsenio membuat Bian tercengang.

" Kenapa tuan? Apa anda takut pada bekas nya? Itu tidak akan terlihat tuan."

"Bukan itu, hanya saja mengingat kejadian tadi membuat ku jijik."

" Baik tuan" Bian menghela nafas, bosnya ini sangat membenci perempuan, dia tidak terlalu tau alasan pastinya, hanya yang dia dengar dari orang-orang, gadis yang dicintai bosnya meninggalkan nya, hal itu menjadi trauma yang mendalam bagi tuannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!