NovelToon NovelToon

Greatest Assassin

Bab 1

Seorang remaja laki-laki 17 tahun berambut hitam dengan iris matanya berwarna biru bernama Aiken Takamura tampak sedang berjalan santai dengan earphone di telinganya menuju halte bus untuk menunggu bus datang. Jarak apartemennya dengan sekolahnya cukup jauh, karena itu Aiken harus menunggu bus terlebih dulu jika dia tak ingin terlambat ke sekolah.

Sesaat setelah bus datang, Aiken pun berjalan menaiki bus sembari dia mengkalungkan earphone nya pada lehernya. Sepanjang perjalanan, Aiken hanya menikmati perjalanan dengan membaca buku-buku novel yang dia bawa sambil mendengarkan musik. Aiken mempunyai hobi bermain game, membaca buku-buku novel juga komik dan mendengarkan musik. Itu adalah hobi yang bisa membuatnya tenang dan santai saat dia tidak sedang dalam menjalankan misi sebagai pembunuh bayaran.

Tapi selang beberapa waktu tiba-tiba saja bus terhenti mendadak dan membuat para penumpang terkejut. Aiken sampai kembali mengkalungkan earphone nya di lehernya. Salah satu penumpang bertanya pada sopir bus. Tapi sopir bus itu hanya terdiam mematung. Sampai akhirnya salah satu penumpang turun dari bus untuk memeriksa.

Dan penumpang itu terkejut saat ternyata ada sekelompok begal berada depan bus menghalangi bus untuk jalan. Karena ketakutan, penumpang itu langsung berlari kembali masuk ke dalam bus. Tapi saat penumpang itu akan memasuki bus, tiba-tiba saja begal itu mengeluarkan senjata tajamnya berupa sebuah pisau tajam lalu begal itu menyerang tangan si penumpang sampai membuat si penumpang terjatuh tidak berdaya. Dan Aiken yang sedari tadi melihat kejadian itu hanya duduk diam saja fokus kembali dengan buku-buku novelnya.

Sampai dia sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, dan itu artinya dia hampir terlambat pergi ke sekolah.

Aiken menghela nafas panjang. "Hah... mereka benar-benar pengganggu," suaranya dengan nada malas mulai keluar. Lalu Aiken beranjak dari tempat dia duduk dan berjalan keluar dari bus.

Saat Aiken akan keluar dari bus, salah satu penumpang menghentikannya. "Anak muda, jangan keluar! Berbahaya!"

Aiken hanya menatap wajah penumpang yang tampak khawatir itu sekilas lalu dia tetap pergi keluar bus.

"Oi, Oi. Apa kau juga ingin sama seperti dia?" ucap salah satu begal menunjuk arah orang yang terkena serangan dari begal itu.

"Tidak juga. Aku akan terlambat ke sekolah jika kalian terus berada di sini. Jadi lebih baik kalian pergi saja, atau... "

"Atau apa! Kau hanyalah bocah ingusan yang masih meminum susu, hahaha!" begal itu tertawa kencang meledek Aiken.

"Yah... aku sudah memperingatkan kalian lho," ucapnya.

"Bacot! Cepat habisi saja dia!" perintah begal itu pada anak buahnya.

Lalu anak buah dari begal itu mengeluarkan senjata tajamnya dan menyerang Aiken. Tapi Aiken dengan santai tapi cepat menghindari seragan dari mereka. Dengan cepat juga Aiken langsung mengambil pisau dari tangan salah satu begal lalu Aiken menyerang balas mereka dan membuat mereka terjatuh dengan kaki dan tangan mereka terluka. Aiken juga pintar dalam hal bela diri, itu dia latih untuk jaga-jaga jika dia harus benar-benar turun tangan dengan tugas membunuhnya. Karena biasanya Aiken membunuh hanya menggunakan senjata pistol saja.

Bos dari begal itu terkejut dan mengeluarkan keringat dingin saat melihat semua anak buahnya tergeletak tidak berdaya.

"Sudah selesai? Bisakah kau minggir dan biarkan bus ini jalan?" tanya Aiken dengan begitu santainya.

"Cih. Aku belum selesai denganmu!" lalu pria itu mengeluarkan pistol dari saku celananya dan dia dengan cepat menembaki Aiken.

Aiken berjalan perlahan mendekati bos begal itu sembari dia menghindari tembakannya. Lalu Aiken menendang tangan pria itu sampai membuat pistolnya terlepas dari tangannya. Pistol itu Aiken tangkap lalu dia menodongkan pistol itu tepat pada wajah pria itu dan membuat si bos begal ketakutan.

"Skakmat!" ucap Aiken dengan wajah tenang dan santainya.

Setelah itu polisi pun datang, mungkin salah satu penumpang bus menghubungi polisi. Sesaat setelah polisi itu menangkap semua begal dan orang yang terluka itu dibawa ke rumah sakit, bus pun kembali berjalan. Para penumpang itu mengucapkan terimakasih pada Aiken. Tapi Aiken menanggapi mereka dengan biasa saja dan dia langsung kembali duduk dengan earphone di telinganya.

Dan akhirnya Aiken pun tiba di sekolahnya. Tapi terlambat, pintu gerbang sudah ditutup karena waktu sudah menunjukkan pukul 08.00. Melihat pintu gerbang yang sudah ditutup, Aiken kembali menghela nafas panjang.

"Pak, apa aku tidak bisa masuk?" tanya Aiken pada seorang satpam penjaga pintu gerbang sekolah.

"Kenapa kamu terlambat?"

"Tadi ada kecelakaan kecil menimpa," jawab Aiken singkat.

"Maaf tapi sampai jam istirahat nanti pintu gerbang tidak akan terbuka," ucap satpam itu.

"Cih. Ini hanya sia-sia saja," ucap Aiken.

Lalu Aiken pun berjalan mundur, dan membuat satpam itu bingung dengan tingkah laku Aiken. Aiken seperti sedang mengambil ancang-ancang. Lalu dengan cepat Aiken berlari dan melompati pintu gerbang. Aiken berhasil memasuki pintu gerbang, dan membuat satpam itu terkejut tidak bisa berkata-kata. Karena pintu gerbang itu cukup tinggi. Tapi Aiken mampu melompatinya dengan begitu mudahnya.

"Pak, hati-hati. Jangan sampai jantungan," ucap Aiken dengan mengedipkan satu matanya pada pak satpam dan membuat pak satpam kembali terdiam mematung.

Setibanya Aiken di kelas, seorang wanita berambut hitam dikuncir dengan iris matanya berwarna hijau tampak sedang memberikan materi pelajaran. Wanita itu adalah wali kelas XI-C, bernama Hana Makaira. Bu Hana tampak menatap kedatangan Aiken dengan tatapan tajam. Tapi Aiken tetap terlihat tenang dan santai.

"Maaf... saya terlambat," ucapnya singkat.

Bu Hana menghela nafas panjang. "Saat jam istirahat bersihkan kamar mandi!" ucapnya sembari dia kembali fokus memberikan materi pelajaran pada anak muridnya.

"Lagi-lagi begini," gerutu Aiken. Bukan hanya sekali ini dia terlambat ke sekolah. Tapi sudah beberapa kali. Dan hukuman yang sama terjadi lagi padanya.

Dan setelah hampir membutuhkan waktu satu jam, akhirnya Aiken pun selesai membersihkan seluruh kamar mandi khusus untuk kelas XI.

"Huh, selesai. Aku akan pergi ke kantin," ucapnya sembari meletakkan alat pel pada tempatnya kembali.

Tapi saat Aiken akan pergi ke kantin, bel masuk sudah berbunyi. Aiken kembali menghela nafas panjang, "Ini benar-benar mengejutkan. Tadi pagi aku belum sarapan, dan sekarang pun aku tidak bisa makan," gerutu Aiken lalu dia pun gagal pergi ke kantin dan berjalan pergi menuju kelasnya.

Alvin merasa bingung dengan Aiken yang tampak terlihat murung itu. "Aiken, kau kenapa?" tanya Alvin.

"Aku lapar. Hei, kau pergilah ke kantin dan belikan aku apapun untuk aku makan," perintah Aiken.

"Tapi bagaimana jika gurunya datang?"

"Tidak. Tenang saja."

Bab 2

Saat Alvin akan beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke kantin, seorang siswi berambut hitam panjang dengan iris matanya berwarna ungu datang sembari membawa kotak makan. Wajah gadis itu memerah saat dia berjalan mendekati Aiken.

Lalu gadis itu memberikan kotak makannya pada Aiken. "Apa ini?" tanya Aiken.

"Anu... aku tahu jika kau belum makan. Ini aku buat khusus untukmu," ucap gadis bernama Erica itu.

Aiken menerima kotak makan dari Erica lalu Aiken membuka kotak makan itu. Ada dua roti lapis berada dalam kotak makan itu.

"Ini yang kubutuhkan. Terimakasih cantik," ucap Aiken dengan nada tenang. Tatapan mautnya yang elegan dan cool membuat Erica langsung mengalihkan pandangannya dari Aiken, lalu Erica dengan wajahnya memerah berjalan pergi kembali ke tempat duduknya.

"Kawan, kau tidak sungguh-sungguh memujinya cantik kan?" tanya Alvin yang sepertinya sudah hafal dengan sikap Aiken.

"Tidak. Itu tidak penting untukku. Yang penting untukku adalah, dia akan terus membawakan aku makanan dan aku tidak perlu mengeluarkan uangku untuk makan," ucap Aiken sambil dia menikmati roti lapis itu sebelum guru datang.

"Kau memang begitu sih. Playboy, tapi banyak gadis yang masih aja suka sama kau walau kau itu playboy," ucap Alvin.

Saat pulang sekolah, Aiken berjalan keluar kelas bersama Alvin. Jika saat berangkat sekolah Aiken dan Alvin tidak akan berangkat bersama karena kebiasaan Aiken yang berangkat siang. Tapi jika pulang sekolah Aiken dan Alvin akan pulang bersama.

"Alvin, lebih baik kau panggil taxi aja. Aku akan tunggu di sini," ucap Aiken sembari duduk santai di tempat yang teduh, sementara Alvin menunggu taxi datang di pinggir jalan yang cuaca saat ini sedang panas.

"Ngomong-ngomong apakah hari ini aku tidak ada misi? Hah... bagus sih tidak ada misi," batin Aiken.

"Tapi jika tidak ada misi aku akan menghabiskan uangku untuk hal yang tidak perlu," ucap Aiken.

Saat tidak ada misi atau sedang ada waktu luang, Aiken akan menjalankan hobinya. Tapi yang dimaksud dengan menghabiskan uang, adalah saat Aiken membaca buku novel dan komiknya, atau bahkan bermain game, dia tidak bisa jika melakukan hal itu tanpa adanya camilan. Hal itulah yang membuat Aiken terus mengeluarkan uang untuk beli camilan. Usaha sebesar apapun untuk Aiken menghemat uangnya, tetap saja akan sulit baginya jika dia sedang tidak menjalankan misi.

Untuk saat ini Aiken masih menjalankan tugas membunuhnya untuk orang yang sama. Agen 'Reco', adalah sebuah cabang agensi yang beroperasi di bawah naungan sebuah organisasi rahasia bernama organisasi 'Cleton'. Masih belum diketahui apa tujuan agen Reco membunuh banyak target. Dan bahkan Aiken pun juga tidak tahu apa tujuan mereka. Itu karena Aiken memang sengaja tidak bertanya pada mereka, Aiken bukan tipe orang yang mudah merasa penasaran dengan hal apapun. Dia memiliki rasa ketidakpedulian tinggi. Dan sampai saat ini Aiken masih menjalin kontrak dan bekerja untuk agen Reco. Karena mereka menawarkan bayaran tinggi untuk Aiken, dan hal itulah yang membuat Aiken masih mau bekerja untuk mereka.

Setibanya di apartemen Aiken, tiba-tiba saja ponsel Aiken berdering. Dan ternyata salah satu dari agen Reco menelfon Aiken.

"Apa ada tugas baru untukku?" tanya Aiken.

"Tenang dulu. Kita bisa bicarakan hal ini. Kita akan bertemu di kafe Breast nanti pukul 15.00 sore."

"Oke," jawab Aiken lalu dia pun menutup telfonnya.

"Ada tugas baru, pasti akan ada bayaran baru," ucap Aiken sembari dia membaringkan tubuhnya di kasur empuknya.

Jam yang dijanjikan pun tiba. Aiken bergegas ganti baju, sedari dia pulang sekolah tadi dia masih belum mengganti seragam sekolahnya yang masih dia pakai. Lalu Aiken pun pergi menuju kafe Breast. Di sana seorang wanita berambut hijau tua panjang dengan iris matanya berwarna merah memakai topi duduk santai sembari menikmati segelas kopi.

"Apa kau sudah menunggu lama?"

Wanita bernama Alyssa itu mendongak dan melihat ke arah Aiken. "Belum terlalu lama. Duduklah," ucapnya tersenyum tipis pada Aiken.

"Baiklah langsung saja. Apa tugasku?"

Lalu Alyssa memberikan sebuah foto seorang pria yang berumur sekitar 30 tahun. "Apa ini targetku?" tanya Aiken sembari dia mengambil foto itu.

"Benar. Bernard Woordward, itu namanya. Dia adalah seorang pemimpin di sebuah perusahaan legal di Amerika. Saat ini dia berada di Tokyo. Kapten ingin kau membunuhnya," ucap Alyssa.

"Hmm... pria ini tidak terlihat hebat. Aku pasti akan dengan cepat membunuhnya tanpa dia sadari," ucap Aiken.

"Bagus. Jika tugas ini berhasil kau akan mendapat bayaran lebih besar dari bayaranmu sebelumnya," ucap Alyssa.

"Pintar. Agen Reco memang selalu pengertian jika soal uang," ucap Aiken lalu dia berjalan pergi meninggalkan kafe.

Setelah tugas yang diberikan oleh Alyssa, malam harinya Aiken akan langsung menjalankan misinya. Bukan karena Aiken menghormati agen Reco atau menganggap tugasnya itu penting. Tapi Aiken tergiur dengan bayaran yang sudah Alyssa janjikan. Saat pukul 20.00 malam, Aiken mulai beraksi. Saat ini target Aiken, Bernard Woordward tinggal di sebuah hotel bintang lima tepatnya di lokasi jalan Kaido. Hotel itu adalah hotel kelas elit yang hanya tinggal satu malam saja sudah harus membayar beberapa puluh juta. Benar-benar khusus untuk kelas elit.

Aiken bukan akan menemui langsung targetnya. Tapi Aiken akan menbunuh targetnya itu dari jarak jauh tanpa target itu sendiri sadari.

Aiken berada di sebuah atap gedung dekat dengan lokasi hotel bintang lima itu. Dia akan mengawasi targetnya itu dengan menggunakan teropong jarak jauh. Tapi tampaknya membunuh targetnya itu tidak semudah yang dia bayangkan.

"Cih. Ternyata tidak semudah itu, ya," ucap Aiken saat dia melihat ada banyak sekali bodyguard yang juga mengawasi semua tempat dengan teropong jarak jauh. Dan yang lebih sulit lagi ada beberapa drone yang juga menjaga kamar hotel Bernard Woordward.

"Wah, wah. Benar-benar gila, dia benar-benar sultan. Tapi ini masih terlihat mudah untukku," ucap Aiken sembari dia mengeluarkan pistolnya.

Aiken mengambil tempat yang sesuai untuk menembak. Dia mengunci target yang akan dia tembak. Aiken akan menembak Bernard saat drone dan para bodyguard itu mengalihkan perhatian mereka dari arah Aiken berdiri saat itu.

Saat drone dan bodyguard berpindah lokasi, saat itulah Aiken mulai menyiapkan pelurunya. Dengan tenang tapi gesit Aiken langsung menembakkan peluru itu menuju arah Bernard Woordward yang saat ini tampak sedang duduk santai di sebuah sofa sembari membaca buku.

"Berhasil!" ucap Aiken berbangga diri. Tapi memang benar, satu peluru maut yang dia tembak tepat sasaran. Dan peluru itu meluncur tepat pada bagian jantung Bernard Woordward. Para bodyguard nya yang menyadari bos mereka sudah tidak bernyawa pun langsung waspada, mata mereka mulai tertuju pada banyak tempat.

"Baiklah. Saatnya uang besar," ucap Aiken berjalan pergi meninggalkan atap gedung sambil dia melempar tangkap pistolnya.

Bab 3

Aiken tidak akan langsung pulang. Tapi dia akan langsung ke tempat markas agen Reco. Jika soal uang Aiken tidak akan bisa bersabar lebih lama lagi

Dengan jalan santai dan tenang, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, Aiken berjalan untuk menemui Alyssa di ruangannya.

"Alyssa, aku sudah mengerjakan tugasnya. Sekarang tinggal bayarannya," ucap Aiken sembari duduk di sebuah sofa dengan santainya tanpa mengenal jika Alyssa adalah salah satu agen pangkat tinggi di Reco.

"Luar biasa! Benar-benar sesuai ekspektasi. Aku juga sudah melihat kematian Bernard lewat drone yang aku luncurkan," ucap Alyssa.

"Tentu saja. Sangat mudah bagiku," ucap Aiken dengan wajah tenangnya.

"Sesuai yang dijanjikan," Alyssa memberikan sebuah koper yang berisi uang jutaan rupiah.

Aiken menerima koper itu. "Bagus. Jika bayaran yang kalian berikan seperti ini terus, aku akan tetap bekerja untuk kalian," ucap Aiken lalu dia berjalan pergi meninggalkan markas.

Saat di pertengahan jalan, Aiken dihadang oleh beberapa penjahat. Dan Aiken masih dengan santai dan tenang saat dia sadar sudah terkepung oleh beberapa penjahat itu.

"Hei kawan. Sepertinya yang kau bawa itu berat. Kami bisa membantu lho," ucap salah satu penjahat tersenyum licik.

"Itu bagus sih. Tapi sepertinya kalian tidak pantas memegang koper ini," ucap Aiken dengan nada merendah.

"Cih. Habisi dia!" perintah bos mereka.

Penjahat-penjahat itu menyerang Aiken. Aiken melempar kopernya ke arah para penjahat itu dan membuat mereka terjatuh karena koper itu meluncur tepat pada tubuh mereka. Lalu dengan cepat Aiken menghajar mereka sampai babak belur. Saat koper Aiken berada di tangan bos penjahat itu...

"Aku sudah mendapatkannya. Walau kau sudah menghajar habis anak buahku, tapi aku dapat apa yang aku mau," ucap bos penjahat itu tersenyum jahat.

Lalu Aiken mengeluarkan pistolnya dan menembak kaki bos penjahat itu dan membuat bos penjahat itu terjatuh. Aiken mengambil koper dari tangan pria itu lalu dia menodongkan pistolnya pada wajah pria itu.

"Kau ingin membawa koper ini? Tidak semudah itu," ucap Aiken dengan tatapan dingin dan wajah tenangnya.

Anak buah dari pria itu hanya diam saja melihat bos mereka terpojok. Lalu Aiken menghubungi polisi, dan setelah itu polisi itu pun datang dan menangkap para penjahat dan bos mereka. Aiken tidak menbunuh mereka karena itu akan mempengaruhi identitasnya sebagai pembunuh bayaran.

"Hah, benar-benar hari yang cukup menantang," ucap Aiken sembari perlahan dia mulai memejamkan matanya dan pergi tidur.

Pagi itu lagi-lagi Aiken masih belum sempat sarapan. Kali ini agar Aiken tidak terlambat lagi, dia memesan taxi. Walau itu akan mengeluarkan uang lebih banyak dari dia menaiki bus, tapi itu dia lakukan agar dia tidak terkena hukuman lagi.

Setibanya di sekolah masih aman. Satpam bahkan sampai terkejut melihat Aiken tidak terlambat kali ini. Satpam sudah terbiasa dengan keterlambatan Aiken dari saat Aiken berada di kelas X.

"Tumben sekali kamu tidak terlambat hari ini?" tanya pak satpam tersenyum meledek.

"Hukuman dari Bu Hana lebih berat bagiku ketimbang mengeluarkan uang lebih untuk naik taxi," jawab Aiken lalu dia berjalan pergi menuju kelasnya.

Setibanya di kelas, seperti kemarin Erica kembali membawakan makanan untuk Aiken. Dan Aiken pun menerima kotak makan itu. Kali ini Erica tidak membuat roti lapis, tapi nasi goreng.

"Nasi goreng, ya. Erica, aku tidak perlu membayarmu dengan kau selalu membawakanku makanan kan?" tanya Aiken.

Erica menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Aku tulus memberikan makanan itu untukmu," jawab Erica.

"Bagus. Karena aku tidak akan mengeluarkan uang untuk makanan ini," ucap Aiken dengan begitu santainya. Temannya Alvin pun sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Aiken.

Sepulang sekolah, saat dia sedang santai jalan kaki menyebrang zebra cross dengan earphone berada di kedua telinganya, tiba-tiba saja muncul monster dengan ukuran yang cukup besar entah keluar darimana. Dan monster itu tampak terlihat ganas. Aiken sampai menghentikan langkah kakinya di pertengahan zebra cross. Orang-orang yang juga berada di sana pun juga langsung terhenti mematung karena melihat monster yang begitu besar dan ganasnya.

Tapi walau Aiken melihat monster itu dekat dengan pandangannya, dia masih terlihat tenang sembari dia mengkalungkan earphone nya di lehernya. Monster itu meraung dan mulai menghancurkan kendaraan yang berada di sana. Semua orang yang berada di sana ketakutan dan berhamburan menjauh dari monster itu.

"Apa itu makhluk gaib? Kenapa sampai ada makhluk gaib di Tokyo?" pikir Aiken yang masih berdiri di pertengahan zebra cross.

Dan monster itu sibuk dengan menginjak-injak kendaraan berupa mobil dan sepeda motor. Monster itu juga sampai melempar truk dari jalan itu. Aiken tidak akan peduli dengan semua kendaraan yang hancur itu selama itu tak akan merugikannya. Tapi tiba-tiba saja bus yang Aiken selalu tumpangi berada di jalan itu. Dan monster itu juga akan melempar bus itu. Aiken yang tidak ingin bus dengan bayaran murah dia tumpangi sampai hancur hanya karena perbuatan dari monster itu.

"Eits... jangan bus itu. Bus itu adalah satu-satunya bus dengan ongkos termurah di Tokyo. Kau tidak bisa menghancurkannya," ucap Aiken sembari dia berdiri di depan bus itu dan membuat monster itu terhenti.

Monster itu merasa marah, monster itu mulai mengayunkan tangannya dan mengarahkan ayunan tangannya itu pada Aiken. Aiken dengan tenang dan santai melompat untuk menghindari serangan monster itu dan berdiri di atas sebuah tiang.

"Lebih bagus kau hadapi aku. Aku tak akan membiarkan penghematan uangku sampai terhenti hanya karena kau," ucap Aiken sambil dia menunjuk monster itu.

Karena marah, tubuh monster itu tiba-tiba saja menyala dan mengeluarkan banyak duri tajam yang terbuat dari tubuh monster itu sendiri. Tapi Aiken masih menyikapi apa yang monster itu lakukan dengan sikap tenangnya.

Monster itu manatap marah pada Aiken. Dan Aiken menatap tenang monster itu. Lalu monster itu meraung dan dia mulai mengeluarkan semua duri-durinya ke arah Aiken. Karena ada banyak orang-orang berada di sana Sepertinya Aiken tak bisa menggunakan pistolnya. Jika dia menggunakan pistolnya, maka orang-orang itu akan merasa curiga dengan Aiken.

Aiken hanya melompat ke tiang satu dengn tiang lainnya. Lalu Aiken mengambil sebuah tongkat yang terbuat dari besi untuk menahan serangan duri-duri itu.

"Apa aku keluarkan saja ya pistolnya? Tapi pasti orang-orang itu akan mengira aku orang jahat," batin Aiken.

Lalu tidak lama kemudian datang polisi. Polisi itu menembak monster itu dengan pistol dan juga senapan. Tapi tubuh monster itu sangat keras, sampai tembakan senapan dan senjata api pun tidak bisa membuat monster itu lumpuh.

"Pasti ada kelemahan," ucap Aiken.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!