Sore pun telah tiba, sebuah mobil telah sampai di depan sebuah rumah mewah yang berlokasi di Kawasan Perumahan Bunga Indah. Seorang pemuda membuka kaca mobil lalu menoleh ke depan. Dia terkagum-kagum, melihat rumah yang akan dia tempati.
Halaman depan rumah cukup luas, pagar dan tembok terlihat mewah dan nyaman untuk ditinggali. Tidak berselang lama, sebuah mobil pengangkut barang pun berdatangan. Gerbang rumah pun mulai terbuka, dua mobil perlahan masuk ke dalam halaman rumah.
Mereka semua satu-persatu turun dari mobil. Pemuda itu serta Ayahnya masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, dia melihat barang-barang begitu tertata rapih.
Ketika melihat sebuah kamar, ia teringat kenangan bersama Nenek. Dulu, sewaktu kecil ia selalu dibacakan buku cerita bergambar hingga tertidur. Namun ia pun tau, bahwa semua tinggal kenangan.
Puas meliht-lihat, pemuda itu yang bernama lengkap Alexander Wirawan berserta Ayahnya keluar dari rumah. Ayahnya bernama Erwin, menyuruh para petugas pindah rumah membawakan barang pribadi milik Alex.
Mereka berdua keluar dari rumah lalu dua orang telah membersihkan rumah melintas membawa barang pribadi Alex. Alex tersenyum melihat gitar miliknya dibawa dengan hati-hati. Setelah itu, dua orang pengangkut barang pun pamit.
"Kalau begitu, kami berdua izin pamit," ujar seorang lelaki mengenakan topi terbalik dan mengenakan kaos legging hitam.
"Terima kasih, titip salam untuk Pak Lurah," balas Erwin tidak lain adalah Ayah Alex.
"Siap pak!"
Tidak berselang, sebuah mobil pengangkut motor pun tiba. Di atas bak mobil, terdapat sebuah motor Kawasaki W800 berwarna hitam.
Alexander terharu hingga berlinang air mata. Erwin tersenyum sambil menepuk pundak putranya.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Sang Ayah.
Alexander mengusap air matanya lalu berkata, "Alex merasa tidak pantas menerima semua ini, Ayah."
"Jangan berkata seperti itu Alex, kamu adalah anak Ayah. Sudah sewajarnya bagi seorang ayah, memberikan yang terbaik untuk anaknya. Ayah hanya ingin, kamu menikmati masa mudamu dengan bahagia. Kamu harus buktikan, bahwa keberadaanmu dis ini bisa mencapai kesuksesan. Jangan mau kalah dari Kakakmu yang sedang pendidikan di Universitas."
Alexander tersenyum lalu berkata, "Baik Ayah."
Sang Ayah menepuk pundak putranya lalu berkata, "Sudahlah hapus air matamu, ayo kita coba motor baru milikmu!"
Alex menghapus air matanya, dia sangat senang melihat motor baru miliknya. Satu persatu, mereka berdua menaiki motor. Sang Ayah duduk dibelakang, sedangkan Alex duduk di kursi depan.
Dia mulai mengendarai motornya secara perlahan mengelilingi Kawasan Perumahan Bunga Indah.
Angin sejuk mulai berhembus, Ayah dan anak terlihat sangat menikmati perjalanan mengelilingi Kawasan Perumahan Bunga Indah dengan motor baru. Apalagi, motor itu memiliki surat-surat lengkap dan plat nomer termasuk SIM (Surat Izin Mengemudi).
Puas berkeliling mereka berdua kembali ke rumah. Alex dan Sang Ayah duduk di bangku kayu teras depan. Mereka berdua tersenyum, menikmati hari kebersamaan mereka.
"Ayah tidak menyangka, cara membawa motormu sangat baik. Ayah yakin, awal tahun kamu bersekolah kamu bisa memikat seorang gadis," puji Sang Ayah kepada putra ke duanya.
"Tidak ayah. Anak rumahan seperti Alex, mana bisa punya pacar. Nilai akademik bawah standar, teman pun Alex tidak punya."
"Jangan rendahkan dirimu sendiri, Alex. Siapa tau, kamu bertemu dengan jodohmu dan langsung menikah di saat itu juga. Lagi pula, untuk apa nilai Akademik selama ada uang dan orang dalam? Hahaha!"
"Ayah bisa saja, tapi jika seandainya benar itu terjadi. Pacar bolehlah. Tapi menikah Alex belum siap, soalnya uang saja masih minta sama Ayah. Lagi pula, cinta tidak selamanya indah," balasnya kepada Sang Ayah.
"Kamu benar Alex, Ayah bangga sama pola pikiran kamu. Tapi pesan Ayah, kamu harus menikmati masa muda. Jangan terlalu naif dan jangan paksakan dirimu, nak. Kamu mengerti maksud ayah?"
"Iya, Ayah."
"Baguslah kalau begitu. Oh iya, kamu tunggu di sini," ujarnya lalu beranjak dari tempat duduk menuju mobil.
Pintu mobil terbuka, beliau mengambil map coklat dan buku kecil di atas kursi mobil. Beliau berjalan mendekati Alex dan duduk tepat di sampingnya.
"Alex, ini surat tanah serta kepemilikan rumah. Dan ini, buku kecil milikmu berada di atas meja belajar," ujarnya memberikannya kepada Alex.
"Terima kasih ayah," balas Alex menerima pemberian Ayahnya.
"Ngomong-ngomong, itu buku apa?" tanya Sang Ayah pada sebuah buku berwarna hitam.
"Oh, ini buku panduan."
"Buku panduan?" tanya Sang Ayah.
"Buku ini berisi rangkuman di internet, mengenai tata cara bersosialisasi dengan masyarakat. Alex sengaja menulisnya, supaya Alex bisa berbaur dan tidak dianggap aneh sekaligus menghindari pembullyan," jawab Alex.
"Hahaha! Kamu tidak perlu buku seperti itu. Kamu cukup jalani dan ikuti arusnya. Sudah waktunya Ayah untuk pulang, kamu semangat belajarnya dan selalu ingat keluargamu di rumah. Ayah percaya, kamu bisa lebih sukses dari kakakmu dengan caramu sendiri."
"Pasti Ayah! Alex tidak akan pernah mengecewakan ayah!" balas Alex membuat Sang Ayah terharu.
Sang Ayah, memberikan sebuah amplop berisi uang lima juta. Setelah itu, beliau pamit kepada putranya untuk kembali pulang. Ketika Sang Ayah melangkah masuk ke dalam mobil, hati Alex terasa berat. Rasanya, dia tidak rela bila harus ditinggal jauh oleh Sang Ayah. Apalagi, tidak ada seorang pun yang menemani dirinya.
Pintu gerbang mulai terbuka, mobil Avanza hitam yang dikendarai oleh Sang Ayah melintas keluar. Dia melihat senyuman kepercayaan Sang Ayah untuk terakhir kalinya. Seketika tubuhnya terasa seperti tertarik, ketika mobil itu mulai melaju menjauhi rumah. Tanpa sadar, dia melangkah mengikuti mobil itu hingga tidak terlihat.
Setelah itu, dia berjalan kembali sembari merasakan kehilangan dan kesepian begitu mendalam. Meskipun begitu, Alex berusaha untuk tegar dan beradaptasi agar menjadi lebih baik, walau dirinya sendiri tidak yakin.
Alex berbaring di atas sebuah sofa sambil memandang langit-langit rumahnya. Saat ia tersadar dirinya tinggal sendiri sudah wajar dirinya merasa kesepian. Demi menghilangkan rasa sunyi, ia pun meraih ponselnya tergeletak di atas meja.
Beragam ekspresi orang-orang yang tertera pada situs sosial media. Tidak ada rasa malu selain mencari ketenaran.
Mayoritas penghuni situs sosial media adalah masa SMP. Tidak ada satupun dari mereka yang dekat dengannya. Alexander melihat sebuah brosur taman hiburan.
Taman Hiburan itu selalu terbuka setiap saat. Dia terdiam memandangi brosur dari layar ponsel miliknya. Alexander meraih buku kecil berwarna hitam miliknya yang tergeletak di atas meja.
Selembar kertas dia balikkan lalu dia baca isinya. Alexander membaca isi buku tersebut.
"Berjalan diantara kerumunan, merupakan metode yang bagus dalam melatih mental bersosialisasi."
Setelah membaca hal itu, dia memutuskan untuk pergi ke Taman Hiburan. Kaos putih dibalik kemeja biru muda tanpa dikancing telah dia kenakan. Celana jins hitam dan sepatu putih sudah Alex kenakan.
Setelah bersiap, dia pergi ke Taman Hiburan dengan menaiki motor Kawasaki W800 miliknya.
Sepasang Roda menyentuh aspal, melaju melawan hembusan angin dan kejamnya polusi. Arus lalulintas cukup padat, dia melewati kendaraan roda empat dengan lincahnya. Sekian lama di perjalanan, akhirnya Alex sampai di Taman Hiburan.
Motor yang dia kendarai, perlahan memasuki kawasan parkir.
Seorang penjaga parkir, sibuk menata dan memandu para pengunjung agar motor terparkir rapih. Setelah memarkirkan motornya, Alexander berjalan meninggalkan Kawasan Parkir. Para pengunjung, berlalu-lalang dalam setiap tujuan.
Pengunjung yang berjalan, terlihat seperti boneka hidup berjalan menggunakan baterai. Sebuah komedi putar menjadi pusat perhatiannya. Dia membeli sebuah tiket lalu menaiki sebuah patung kuda.
Patung kuda itu mulai berputar bersama para pengunjung menaikinya. Terlihat, suasana hangat keluarga yang harmonis membuat Alex tanpa sadar tersenyum. Sejak dulu dia jarang sekali menikmati liburan bersama keluarga.
Puas bermain komedi putar, dia berjalan mengunjungi wahana kincir angin. Perlahan kincir angin mulai berputar, indahnya langit senja dan suasana Kota terlihat jelas dari ketinggian.
Senyumannya terlihat, ketika sadar akan luasnya dunia yang tak berujung. Selesai menikmati suasana senjata, dia pun turun dari wahana lalu berjalan seorang diri diantara keramaian.
Alexander duduk pada sebuah bangku panjang dekat lampu jalan. Melihat para pengunjung, membuatnya merasa seperti melihat boneka yang dikendalikan.
Lama duduk memperhatikan orang-orang, membuatnya merasa hampa. Alexander beranjak pergi mencari kuliner untuk dia nikmati.
Dia melihat, beberapa Stan Penjual Kuliner Nusantara. Alexander membeli Kerak telor pada salah satu Stan.
Setelah mendapatkan pesanan, dia duduk pada sebuah bangku pinggir jalan lalu menikmati Kerak Telor miliknya. Citra rasa kuliner khas Betawi, menari-nari di atas lidahnya.
Setiap gigitannya membuat Alex tidak berhenti untuk mengunyah. Sembari menikmati kuliner, dia mengamati orang-orang disekitarnya.
Mereka semua terlihat bahagia berjalan bersama orang yang mereka cintai. Di antara mereka semua, pandangan Alex fokus pada dua pasangan berjalan bergandengan tangan.
Semasa SMP, setiap pulang sekolah dia sering melihat sepasang kekasih bermesraan membuatnya merasa iri.
Suara lonceng mulai terdengar, dia melihat wanita cantik di dalam sebuah Stan menggoyangkan lonceng kecil di tangannya. Wanita itu mengenakan kostum khas wanita Yunani berwarna merah jambu. Sepasang mata biru dan berambut pink, membuatnya terlihat anggun.
Di dalam stan, terdapat sebuah permainan jarum putar. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri stan tersebut. Pada sebuah papan stan tertulis "Gacha Jodoh".
Wanita mengenakkan kostum ala wanita Yunani zaman dulu, mempromosikan permainan yang ada di dalam Stan miliknya. "Ayo! Silahkan! Bagi yang ingin mencari jodoh hanya lima ribu rupiah!"
Seorang lelaki tampan berpenampilan anak preman datang mendekat Stan lalu ia berkata, "Lima ribu?! Jangan bercanda! Mana gadisnya?"
"Saya serius tuan, mengenai gadis pilihan ada di sana!" jawabnya menunjuk pada dua roda putar.
Pria itu tertawa lalu dia menggerutu, "Penipu."
Mendengar hal itu, raut wajah wanita tersebut menjadi kesal. Kedua tangannya menepuk wajahnya sendiri lalu dia pun kembali ceria. Dia kembali mempromosikan permainan jarum putar miliknya.
"Ayo! Ayo! Ayo! Silahkan bermain Gacha Jodoh! Sekali putar cukup lima ribu rupiah! Hadiahnya, anda akan mendapatkan pasangan diluar imajinasi anda!"
Alex terdiam, memandang wanita itu sedang mempromosikan stan miliknya. Dalam lubuk hatinya dia sangat ingin mencoba. Lalu dia mengambil sebuah buku kecil dalam saku celananya.
Wanita itu melirik ke arah Alex, "Hei, tuan!" panggil wanita itu.
Alexander menunjuk dirinya sendiri, "Saya?"
"Iya!" balas wanita itu.
Dia berjalan mendekat, kedua matanya tak berkedip memandang parasnya yang anggun. Jika diperhatikan lebih mendalam, kecantikan wanita itu setara dengan artis papan atas.
Kemudian dia menoleh ke dalam Stan miliknya. Tidak ada apapun, selain tumpukan buku hijau dan merah serta dua papan kayu berbentuk bundar.
"Tuan, apakah anda tertarik dengan permainan roda putar?" tawar wanita itu.
"Roda putar?"
"Iya, tuan. Permainan ini bukanlah jarum putar biasa. Sekali putar, tuan langsung mendapatkan jodoh. Apakah tuan tertarik?"
Alex terdiam, dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Tetapi, rasa penasaran dalam dirinya menggebu-gebu sejak tadi. Kemudian dia memandang wanita itu lalu dia pun tersenyum.
Alexander mengacungkan jarinya, "Tolong satu putaran."
"Akhirnya!" ujarnya sangat senang lalu memperkenalkan diri, "Perkenalkan, aku adalah Dewi Lena. Aku adalah Dewi Cinta yang mengurus jodoh dan kesuburan. Pada papan pertama, terdapat tujuh kandidat yang akan menjadi jodoh anda."
"Kalau boleh tau, kandidat yang aka aku dapatkan?"
"Pertama siswi SMP, siswi SMA, Mahasiswi, wanita karir, Janda, wanita lajang, hantu, siluman dan terakhir bidadari."
"Siswi SMP? Ha.ha.ha, anda pasti bercanda! Seandainya aku dapat, para polisi pasti langsung mengepung rumahku," balas Alex.
"Tuan, pernahkah anda mendengar istilah cinta tidak memandang umur? Dan pernahkah anda mendengar ketulusan seorang wanita dalam mencintai serta merawat seseorang? Lalu, pernahkan anda mendengar bahwa buah yang tumbuh bisa dipetik ketika sudah matang?"
"Iya, iya! Aku pernah mendengar semuanya," jawab Alex agar secepat mungkin memutar jarum.
"Baguslah, kalau tuan sudah tau."
Alex melihat papan di sebelahnya terdapat tulisan biasa, menengah dan spesial. Dia penasaran mengenai maksud dari tulisan tersebut. Lalu, dia pun bertanya kepada wanita mengaku sebagai seorang Dewi.
Alex sambil menunjuk sebuah papan di sampingnya, "Hei, papan itu. Biasa, menengah dan spesial. Apa maksudnya?"
"Oh, itu kelas atau kualitas pasangan yang akan anda dapatkan. Jadi, anda akan memutar dua jarum sekaligus."
"Begitu rupanya."
Dewi Lena menjulurkan tangannya kepada pintu masuk, "Silahkan masuk."
Kedua kakinya, mulai melangkah masuk ke dalam stan. Jantungnya mulai berdegup kencang, kedua tangannya mulai gemetar ketika menyentuh dua jarum. Rasanya, dia seperti berhadapan dengan suatu takdir yang akan segera dia hadapi.
Padahal dia tau, bahwa ini hanyalah sebuah permainan biasa. Kemudian, Alex memutar kedua jarum itu secara bersamaan. Jarum berputar begitu kencang, dia terdiam memandangi arah jarum berputar.
Melihat jarum berputar membuat Alex semakin tegang. Perlahan kecepatan kedua jarum itu berputar mulai berkurang. Wanita itu tersenyum tipis. sedangkan Alex terdiam tegang memandang jarum mulai berhenti berputar. Sekarang, kedua jarum itu telah berhenti berputar.
Melihat hasilnya, Dewi Lena sangat senang, "Selamat! Selamat!Anda, mendapatkan jodoh bidadari kelas spesial!"
Alexander melirik ke sana dan kemari, "Di mana bidadari?"
"Tunggu sebentar,"timbalnya lalu mengambil buku merah. "Ambilah," ujarnya sembari memberikan buku kecil berwarna merah.
Alexander menerima buku itu lalu melihat-lihat, "Apa ini?"
"Buku nikah. Jika anda penasaran mengenai pasangan anda, silahkan dibuka."
Alexander membuka buku tersebut. Betapa terkejutnya Alex, ketika melihat foto dirinya bersama seorang gadis cantik. Sepasang mata ungu, berambut pirang, berkulit putih dan tubuhnya yang aduhai. Kedua mata Alex tak berkedip, memandangi foto gadis itu.
Tiara Lestari, nama gadis yang akan menjadi pasangannya. Kemudian, Alex ditanya apakah dia tertarik atau tidak. Tanpa pikir panjang, dia pun menjawab bahwa dirinya tertarik. Wanita itu, meminta Alexander untuk tanda tangan sebagai tanda persetujuan bahwa Alexander setuju pada perjodohan tersebut. Kemudian, Alexander tanda tangan pada bagian yang tertera pada lembar pertama bagian pojok bawah kanan.
"Sekarang sudah jam lima sore. Persiapkan dirimu untuk bertemu Tiara. Kalian berdua akan bertemu di sebuah taman dekat aliran sungai, pada pukul tepat enam sore. Dia mengenakan baju dayang abu dan samping batik coklat."
"Hanya itu?"
"Iya hanya itu. Alex, Tiara gadis yang baik. Tolong jaga dia untukku. Jika suatu hari nanti, kau ingin bertemu denganku. Silahkan temui aku di Stan milikku. Di mana ada taman hiburan, di situlah aku berada. selalu terbuka, setiap ada Karnaval di mana pun tempatnya."
Alex berjalan meninggalkan stan, milik wanita itu. Kemudian, dia membeli es krim pada sebuah stan sekitar Taman Hiburan.
Hari semakin gelap, lampu-lampu jalanan mulai menyala.
Ada juga beberapa kios masih terbuka. Alexander melihat sebuah bangku.
Waktu menunjukkan jam enam sore.
Alexander mempercepat langkah kakinya menuju taman dekat sungai. Jalanan taman membentang lurus, lampu taman mulai menyala seiring langkah kakinya.
Alexander bergidik ngeri, ketika melihat sedikit sekali pengunjung taman yang melintas. Sosok gadis cantik dihadapannya, membuat waktu seketika terhenti. Sepasang mata ungu, berambut pirang dan berkulit cerah.
Kecantikan diluar nalar, membuat Alexander tidak berkedip. Ribuan gadis cantik pernah ia lihat, gadis itulah paling cantik.
Gadis itu mengenakan baju dayang berwarna abu, selendang pink dan samping batik putih.
Kulitnya putih bersinar, membuatnya terpancar di dalam kegelapan.
Tangan kanannya memegang sebuah buku kecil berwarna hijau. Jantung Alex berdegup kencang, wajahnya memerah ketika lama memandang gadis itu.
Baru pertama kali dalam hidupnya, dia terpesona pada seorang gadis. Sekilas dia teringat oleh sebuah situs di internet. Pada situs tersebut, terdapat puluhan vidio prank sering dia tonton ketika berada di dalam kamar.
Salah satu vidio sempat dia tonton, terlihat gadis cantik menggoda seorang lelaki. Parasnya yang cantik, membuat lelaki itu salah tingkah. Setelah jatuh begitu dalam akan perasaan, gadis itu dengan santainya menunjukkan letak kamera dan cameraman berada.
"Selamat, anda masuk acara prank!" seru gadis itu membuat korbannya tertawa.
Alexander melipat kedua tangannya, dia memandang gadis itu lalu tersenyum.
"Pasti ini prank," gumamnya menatap curiga.
Perlahan dia tersenyum, seiring kembalinya rasa percaya diri memandang gadis itu. Kemudian, dia mengambil sebuah buku kecil dari dalam kantong baju kemejanya. Alex mulai membuka lembar demi lembar dalam buku tersebut.
Pada poin pertama, saat mengetahui adanya sebuah rekayasa rekaman tertulis agar tidak bersikap bodoh di depan kamera, demi menghindari pembullyan di masa depan.
Oleh karena itu, cobalah bersikap keren dan bertingkah seolah tidak tau. Meskipun begitu, parasnya begitu manis dan anggun tidak bisa menyembunyikan rasa gugup serta malu sedang dirinya alami.
Sebelum kakinya melangkah, dia membuka buku merah berada di tangan kirinya sejak tadi. Dalam buku tersebut, terdapat seorang Kepala Pelayan Dewi Cinta bernama Tiara.
Kecantikannya, kepemimpinan, kepintaran dalam melayani Sang Dewi serta kesaktiannya menarik perhatian para penduduk langit. Ribuan pujian, membuat Tiara tidak besar kepala hanya saja dia merasa kesepian dalam hidupnya.
Suatu hari, Tiara tanpa sengaja melihat pantulan air di ruang pribadi milik Sang Dewi. Tiara begitu iri, melihat sepasang kekasih memamerkan kemesraan. Kemudian dia melihat beragam boneka berbentuk makhluk hidup lainnya yang terikat dengan benang merah satu sama lain.
Tiara melihat setiap boneka terikat dengan benang merah secara berpasangan,"Apa ini?"
"Itu benang jodoh, aku menjodohkan setiap pasangan makhluk di Bumi. Kamu mau aku jodohkan?"
Tiara terkejut mendengar tawaran dari Sang Dewi. Setelah itu, Alexander menutup buku nikah miliknya. Dia tersenyum, setelah membaca kisah yang tertulis pada buku tersebut.
Alexander berjalan mendekati gadis itu, "Cerita yang begitu totalitas untuk sebuah prank. Lemayan buat referensi." Gumamnya di dalam hati.
Jantung Alex berdegup kencang dan kedua matanya tak berkedip memandang parasnya yang cantik. Gadis itu melirik ke arahnya, mereka saling berpandangan satu sama lain tanpa berkedip.
Buku mereka mulai bercahaya, sebuah ikatan spesial terjalin tanpa mereka sadari. Perlahan, mereka berdua berjalan mendekat. Alex melihat, sebuah buku hijau berada di tangan kanannya.
Mereka saling berpandangan tanpa berkedip. Gadis itu, menunjuk buku nikah di kedua tangan Alex lalu ia bertanya, "Buku itu, apakah kamu jodohku?"
Alexander salah tingkah mendengar pertanyaannya. Wajahnya tersipu malu, dia tidak sanggup memandang parasnya yang cantik. Dia pun memalingkan wajah dengan tersipu malu. Begitu juga dengan gadis itu begitu melihat reaksinya. Dia teringat isi buku catatannya, perlahan Alex kembali memandangnya.
Alexander tersenyum lalu menjawab, "Iya."
Kedua mata gadis itu berbinar-binar, perlahan dia berjalan mendekatinya. Kedua mata Alex tak berkedip, ketika gadis itu tiba-tiba saja memeluknya.
Kehangatan tubuh mulai Alex rasakan, sensasi begitu nikmat mendapat pelukan gadis tercantik pernah Alex temui.
Gadis itu mempererat pelukannya lalu ia berkata, "Kanda, aku langsung jatuh cinta pertama kali melihatmu. Syukurlah! Aku tidak perlu repot-repot mencari mu."
Wajah Alex semakin memerah, dia memegang pundaknya lalu sedikit mendorongnya. Mereka berdua kembali berpandangan, jantung Alex berdebar-debar memandang parasnya begitu anggun.
Kedua matanya tak berkedip, seolah tidak rela melewatkan satu detik pun memandang parasnya. Alexander melirik kesana-kemari mencari di mana keberadaan kamera tersembunyi.
Namun, di mana pun dia mencari Alex belum menemukannya. Hari semakin gelap, terlihat beberapa orang terlihat berjalan menikmati indahnya taman.
"Ayo, kita cari tempat lain," ajak Alex.
"Baik, suamiku," balasnya membuat Alex salah tingkah.
Mereka berdua berjalan di bawah sinar lampu jalan sambil bergandengan tangan. Telapak tangan begitu halus dan lembut, membuat Alex tanpa sadar enggan melepaskannya.
Alexander melihat sebuah bunga putih tumbuh dipinggir jalan. Kemudian, dia memasangkannya pada telinga gadis itu.
"Kamu terlihat cantik dengan bunga itu," puji Alexander kepada gadis itu.
Gadis itu memeluk tangan Alexander. "Terima kasih suamiku, kamu begitu romantis."
Alexander terdiam, dia sangat malu berjalan dengan seorang gadis di sampingnya. Mereka berjalan serasi layaknya pasangan baru.
Berjalan di bawah sinar lampu terang Seolah-olah dunia milik mereka berdua. Alexander melihat gadis itu berjalan bertelanjang kaki.
"Berhenti," perintah Alex.
Gadis itu menoleh kepada Alex lalu bertanya, "Ada apa, suamiku?"
Alex berlutut membelakanginya, "Naiklah ke punggungku. Apa kamu tidak sakit berjalan bertelanjang kaki seperti itu?"
"Suamiku, kamu yakin?"
"Naiklah," perintah Alex kepada gadis itu.
Gadis itu tersenyum manis kepada Alex. Dia naik ke atas punggung sambil berkata, "Suamiku, kamu begitu baik."
Alex mulai berjalan sambil menggendongnya. Setiap langkah kakinya, kedua tangan Alex mulai gemetar dan wajahnya semakin memerah. Sensasi lembut yang dia rasakan pada punggungnya, membuat Alex gagal fokus.
Sepuluh meter Alex berjalan, dia mulai mencapai batasnya. Sementara itu, bidadari belakang punggungnya terlihat bahagia.
Gadis itu mempererat pelukannya, membuat Alexander semakin salah tingkah. Kemudian Alexander berjalan mendekati sebuah bangku taman dekat air mancur.
Alexander berhenti, "Cukup sampai di sini," katanya dengan nada terengah-engah.
Dia duduk bersandar pada bangku taman. Nafasnya ngos-ngosan, kedua matanya memandang indahnya langit malam. Sementara gadis itu terlihat cemas melihat Alex begitu kelelahan.
"Maaf suamiku, gara-gara menggendongku kamu begitu kelelahan. Aku merasa tidak enak dan tidak tega melihatnya," kata gadis itu dengan nada bersalah.
"Tidak masalah, justru aku merasa tidak tega melihatmu berjalan tanpa alas kaki. Jadi, lebih baik aku yang sakit," balasnya membuat gadis itu tersenyum manis kepada Alex.
"Suamiku begitu baik, hatimu lebih terang dibandingkan sinar bulan."
"Ha.ha.ha! Puitis sekali bahasamu itu. Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Tiara Lestari. Siapa namamu suamiku?"
"Aku, Alexander Wirawan."
"Namamu begitu indah, bahkan lebih indah dari Istana Kayangan suamiku," puji Tiara membuat Alex tersipu malu.
"Ha.ha.ha! Bisa saja kamu memujiku. Bilang ke pihak produser agar memberikanmu sandal atau alas kaki."
"Produser? Alas kaki? Apa maksudmu, suamiku?"
"Hah? Bukannya kamu sedang membuat vidio prank?"
"Apa maksudmu, suamiku? Aku sama sekali tidak mengerti perkataanmu."
Seketika Alex terdiam, sekali lagi dia memandang sekitar mencari kamera tersembunyi. Sampai sekarang, Alex belum menemukan di mana kamera itu berada.
Sekilas, dia teringat sebuah kisah misteri sempat dia baca kemarin malam. Dalam kisah tersebut, tertulis seorang pemuda bertemu dengan gadis cantik di sebuah taman tua yang sepi.
Kebetulan dia mencari suasana baru untuk inspirasinya membuat komik. Tiba-tiba, sosok gadis cantik mengenakan baju daster putih.
Pemuda itu terpikat olehnya lalu dia mulai mengajaknya berbincang. Perbincangan begitu hangat, membuat pemuda itu lupa daratan.
Kemudian gadis itu membawanya ke suatu tempat yang asing. Sampai sekarang, pemuda itu belum pernah ditemukan. Pihak polisi hanya menemukan tablet dan jam tangan miliknya. Perlahan raut wajahnya mulai pucat, dia memandangi gadi itu sembari menggeser tempat duduknya.
"Kenapa suamiku? Kamu begitu ketakutan," tanya Tiara begitu cemas.
Belum sempat menjawab, Alex berdiri dari tempat duduknya lalu dia membalikkan badan. Dia berlari sekencang mungkin dengan sangat ketakutan meninggalkan Tiara seorang diri.
"Suamiku tunggu, jangan lari!" teriaknya sambil berlari mengejar Alex semakin menjauh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!