Plak ... "Ampun, ibu!" rintih seorang gadis belia dengan tubuh ringkih yang kini tersungkur di kaki ibunya.
Bukan hanya penganiayaan fisik saja, Song Ya Ran juga kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari sang ibu.
"Kau ini anak tidak berbakti, sia-sia aku melahirkanmu di dunia ini," Wanita dengan pakaian lusuh menendang serta memukuli Ya Ran yang ia anggap membangkang karena menolak dijodohkan dengan anak seorang rentenir.
Tidak hanya ibunya saja yang sering menyiksa Ya Ran. ayah Ya Ran bahkan lebih keterlaluan sekali. Pria tua itu sengaja menjadikan Ya Ran sebagai penebus hutang yang ia timbun akibat kalah bermain judi. Selain itu, Song Yi Bo ayah Ya Ra juga melarang Ya Ran untuk melanjutkan sekolah lagi dengan dalih tidak ada biaya.
Pada jaman susah seperti sekarang ini, para gadis memang tidak harus memiliki pendidikan tinggi karena pada akhirnya mereka akan jatuh pada kaki suami mereka masing-masing.
"Tidak, Ayah! Ya Ran tidak membangkang lagi." Gadis itu menggigil ketakutan karena ayahnya datang dengan membawa sabuk yang akan ia gunakan sebagai pecut untuk menyiksa dirinya seperti hari-hari yang lampau.
"Bagus kalau kau tahu, segera kau singkirkan wajah menyeduh itu. Karena keluarga Lin akan datang sebentar lagi." Ayah Song menyuruh Ya Ran untuk segera mempersiapkan diri sebelum kedatangan keluarga Lin tiba di rumah kecil mereka.
**
Pertemuan kedua keluarga pun tidak bisa terhindar keluarga Song yang telah berutang banyak pada keluarga Lin tak bisa mengelak ketika Tuan serta Nyonya Lin meminta Ya Ran sebagai alat penjamin hutang bagi ayah Song.
Ya Ran yang malam itu mengenakan busana paling layak yang selama ini ia punya hanya bisa duduk dengan pasrah ketika ayah serta Tuan Lin mengatasi jika acara pernikahannya akan dilaksanakan pekan depan.
Kedua orangtua Ya Ran telah memperingatkan gadis muda itu untuk tidak menjatuhkan air matanya di depan keluarga calon suaminya. Pasalnya jika sampai keluarga Song tidak memenuhi permintaan Tuan Lin, maka Tuan Lin tidak segan-segan untuk menghancurkan nama Song dari desa ini.
**
Penderitaan Ya Ran tak sampai di situ saja. Sebelum menikah, bisanya para gadis akan disibukan dengan mempercantik diri. Tetapi tidak dengan Ya Ran. Putri tunggal keluarga Song itu harus melakukan tugasnya sebagaimana mestinya seperti mencuci pakaian keluarga serta mengambil kayu bakar di hutan yang letaknya cukup jauh dari pemukiman.
Menjelang sore hari, dalam perjalanan pulang dari mencari kayu bakar. Ya Ran dikejutkan oleh seorang kakek tua yang meminta sedikit air minum pada Ya Ran.
Ya Ran mengulurkan air minum yang tinggal setengah botol dari atas tumpukan kayu yang ia bawa. "Ini, Kek! puaskan dahaga kakek dengan air ini."
Sang kakek tersenyum melihat ketulusan Ya Ran dan mengucap banyak terimakasih pada gadis baik itu.
"Kini aku tahu, kenapa Dewa memilihmu! sifat baik dan ketulusanmu itulah yang nantinya akan menyelamatkan hidupmu, Nak,"
Song Ya Ran tidak paham dengan perkataan kakek. Ia hanya menganggap kakek sebagai orang tua renta yang memerlukan bantuan darinya.
"Rumah kakek mana? Aku bisa mengantar kakek!"
Namun, kakek tua itu menolak kebaikan dari Ya Ran. Dan si kakek menyuruh Ya Ran agar lekas pulang sebelum malam tiba. Karena tidak baik jika anak gadis pulang terlalu malam.
**
Hari demi hari dilalui oleh Ra Yan dengan perasaan hancur. Bagaimana tidak, selain harus segera melepas masa lajangnya, Ya Ran juga harus menebus hutang ayah Song dari keluarga Lin.
Pagi sebelum Ya Ran melakukan tugasnya seperti biasa, Ibu Ya Ran datang dari luar rumah dan menjerit-jerit tanpa Song Ya Ran ketahui.
Ayah Song yang masih terlelap di dalam rumah emosi karena istrinya sudah keterlaluan. "Kau ini berisik sekali, tidakkah kau tahu aku sedang tidur?"
"Hei, pria tak tahu diri, masih saja kau menyalahkan aku. Calon suami anakmu mati mendadak." jelas Nyonya Song dengan napas masih ngos-ngosan dan ketakutan.
Ayah Song terperanjat, jika putra Tuan Lin meninggal lalu bagaimana dengan nasib seluruh hutang-hutangnya? Ayah Song segera bergegas menuju rumah keluarga Lin guna menemui Tuan Lin Pei.
...****...
Kedatangan Ayah Song yang merasa harus menyelesaikan permasalah hutangnya semakin membuat Tuan serta Nyonya Lin semakin murka. pasalnya ayah Song tidak memiliki empati dengan datang menanyakan perihal hutang di depan peti mati mendiang anaknya.
"Kau pikir aku menginginkan ini semua, ha?" Lin Pei murka pada Ayah Song dan menendang pria tua itu dengan seluruh tenaganya.
Kematian yang mendadak dari Lin Bai Qin memukul semua perasan keluarga konglomerat Lin. Bahkan nyonya Lin juga tak kuasa menahan tangis dan perih hatinya.
"Kita harus tetap melangsungkan pernikahan Lin Bai Qin dan anakmu, agar arwah Bai Qin di alam baka tidak sendirian," ujar Nyonya Lin dengan nada culasnya.
Pasalnya ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan, keluarga mereka secara turun-temurun harus menikah dengan gadis murni sebelum berumur 30 tahun agar kutukan keluarga Lin tidak terjadi. Dulu ketika Tuan Lin miskin, Tuan Lin pernah bersekutu dengan arwah yang bisa memberinya banyak harta seperti sekarang ini.
"Ta-tapi, anak Anda sudah mati?"
"Anakmu akan tetap menikahi Bai Qin,"
Pernikahan arwah umumnya melibatkan pasangan mempelai di mana salah satu atau keduanya sudah meninggal dunia. Tujuannya adalah untuk melepaskan status lajang pria atau wanita yang meninggal sebelum naik ke pelaminan. Pasalnya, warga China percaya seseorang yang meninggal sebelum menjadi pengantin bisa mendatangkan kesialan bagi mereka yang masih hidup.
**
Betapa hancur hati Ya Ran. Gadis itu harus tetap melangsungkan pernikahan tanpa rasa cinta. Dan sialnya mempelainya adalah sebujur jasad yang telah tiada.
Tepat sebelum prosesi tutup peti, Ya Ran dan jenazah Bai Qin kelangsungan pernikahan. Bai Lin juga didandani layaknya pengantin pria dengan busana merah serasi dengan Song Ya Ran.
Awan hitam menyelimuti hari pernikahan Ya Ran. Tak hanya langit saja yang menangis menyaksikannya pernikahan beda dunia ini. Beberapa sanak keluarga juga tersedu menyaksikan pernikahan antara gadis dengan mayat tersebut.
Ya Ran terus saja menangis', ia meratapi nasib buruk ini. Begitu prosesi pernikahan berakhir. Ayah serta ibu Ya Ran langsung pulang ke rumah mereka kembali tanpa pernah memikirkan perasaan Ya Ran yang mereka jadikan penebus hutang.
Kini, di kamar serba merah inilah Ya Ran duduk seorang diri. Berbatas sebuah dinding dengan tubuh suaminya di sebelah, Ya Ran akan mulai tinggal di kamar Bai Qin.
Tiba-tiba, angin yang tadinya sepoi-sepoi dari lubang jendela kini berubah lebih kencang. Ya Ran tidak sama sekali memikirkan perubahan cuaca tersebut karena pikirannya masih berada di tempat lain.
Barulah ketika angin mulai meniup lilin merah serta membawa wewangian dupa, Ya Ran baru tampak terperanjat. Bulu kuduknya berdiri sesaat setelah tiupan angin membelai belakang tubuhnya.
Ya Ran menoleh ke samping tubuhnya, dan tidak menemukan seseorang yang bersamanya. Namun, perasaan takut terus saja memenuhi pikirannya.
Ya Ran tidak menyangka pada malam pengantinnya akan didatangi oleh arwah Bai Qin. Meski begitu, Ya Ran masih menguatnya hatinya jika tidak arwah orang yang telah meninggal sejatinya telah berada di alam yang berbeda dan tidak akan mengganggunya.
Semakin malam, suasana semakin hening. Dan Ya Ran sama sekali tak bisa menutup kedua matanya.
Di tempat lain, Nyonya Lin tak pernah absen menemani sang putra yang terbaring tak bernyawa di ruang persemayaman. Selain membakar dupa l, Nyonya Lin juga tak lupa membakar beberaa uang untuk putranya Bai Qin.
"Anakku yang malang, semoga kau di sana tidak kesepian. Setelah kita nikahkan, kini kau sudah bukan lagi pria lajang."Nyonya Lin masih terus saja tersedu di depan peti mati Bai Qin.
Keesokan paginya, Ya Ran mendapati dirinya tengah berada di atas ranjang pengantin dengan selimut yang menutupi sebagian besar tubuhnya.
Pada kenyataannya, semalam Ya Ran duduk termangu di samping tempat tidur.
"Siapa yang memindahkan tubuhku?" gumam Song Ya Ran tak karuan. Ya Ran ingat sekali jika ia telah menutup pintu serta mengunci rapat pintu kamarnya.
Hatinya semakin berdebar tatkala mengingat kejadian seram semalam. "Ah mana mungkin arwah orang meninggal hidup kembali."
Buru-buru Ya Ran keluar dari kamar dan segera menuju rumah utama untuk melakukan semua tugas yang telah dijelaskan kemarin oleh Nyonya Lin.
Nyonya Lin meminta Ya Ran untuk mengerjakan tugas rumah tangga bersama para pembantunya. "Asal kau ingat, kau ini hanya budak keluarga Lin!"
Song Ya Ran tanpa ragu mulai membersihkan beberapa ruangan karena memang telah terbiasa melakukannya pekerjaan rumahan. Pekerjaan Ya Ran membawanya ke ruangan persemayaman Bai Qin. Peti mati dengan ukiran emas itu cukup indah untuk peti mati yang pernah Ya Ran lihat.
"Tuan, meski kita tidak saling mengenal, aku harap kau tenang di alam sana." Ya Ran mendoakan Mendiang Bai Qin sebelum dimulailah prosesi kremasi pada hari ini.
Jenazah Bai Qin rencananya akan dikremasi hari ini dan abunya akan diletakkan di kamarnya sesuai permintaan Nyonya Lin.
**
Proses kremasi jenazah Bai Qin telah selesai dan berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Kini, keluarga Lin hanya perlu menunggu abu tidak panas untuk dipindahkan ke dalam guci yang akan disimpan di kamar Bai Qin.
Ya Ran sendiri selalu menjalankan tugasnya dengan baik selayaknya pembantu di keluarga Lin. Meski hinaan serta cacian sering ia dapatkan dari Nyonya Lin. Namun, Ya Ran bisa menahan hinaan itu dengan hati yang lapang.
Dan malam ini adalah malam kedua setelah ia menikah dengan arwah Bai Qin. Malam ini, Ya Ran tidak merasa takut seperti malam sebelum. Mungkin karena jenazah Bai Qin telah dikremasi dan tidak berada di rumah ini lah yang membuat Ya Ran lebih tenang sedikit.
Apalagi, hari ini prosesi kremasi Bai Qin membuat semua pelayan serta Ya Ran banyak melakukan tugas rumah tangga, sehingga Ya Ran malah merasa mengantuk dan berniat untuk segera tidur.
Sebelum tidur, Ya Ran tak lupa mendoakan mendiang Bai Qin suaminya. Bagaimanapun juga Ya Ran kini adalah seorang istri. Dan sudah sepantasnya ia berbakti pada suami.
Menjelang tengah malam, suasana yang tadinya hening, kini berubah sedikit mencekam. Bunyi jangkrik yang bersautan saja tak terdengar seperti biasanya.
Seperti sebelumnya, jendela kamar Bai Qin yang kini dihuni oleh Ya Ran terbuka karena dipermainkan dan oleh angin.
Sebuah kilatan cahaya masuk ke dalam kamar itu. Sedangkan Ya Ran sendiri masih bergeming tanpa terbangun sama sekali.
Wajah Ya Ran yang sedang terlelap, kini berlangsung berubah hingga membuat gadis muda itu mengerutkan keningnya.
Ya Ran seperti berada di sebuah hunian megah dengan berbagai macam bunga yang tumbuh subur. Selain bunga, taman di bangunan tersedia juga dihuni oleh kupu-kupu.
Melihat keindahan itu, Ya Ran tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain di kebun tersebut.
Namun, belum sampai Ya Ran puas bermain. Ya Ran mendengar sekelompok wanita muda yang berniat dan dengan kasak-kusuk.
"Bisa-bisanya ya, gadis itu menikah dengan hantu?"
Ya Ran yang mendengar cemoohan itu, hanya bisa terdiam dan terdiam.
Tak berapa saat, sebuah tangan mengelus pundaknya. Tangan itu begitu kokoh dan hangat hingga membuat Ya Ran merasa nyaman.
Setalah merasa cukup aman, Ya Ran menoleh melihat siapa yang telah begitu perhatian dengannya. Ya Ran menoleh dan mendapati pria tinggi dan gagah tengah tersenyum padanya.
Hidungnya yang mancung dengan wajah pucat sedikit bersinar begitu sinar mentari menembus wajah tampannya. Baru kali ini Ya Ran melihat pria dengan paras setampan ini.
"Apa kau Dewa?" tanya Ya Ran dengan suara pelan nyaris tak terdengar.
"Anggap saja iya, aku adalah orang yang akan selalu ada di sampingmu untuk membantumu, Ya Ran. Karena kita telah terikat sebuah benang merah dari takdir." jawab Pria dengan baju zirah itu.
Ucapan pria itu terdengar penuh kelembutan hingga tanpa sadar, Ya Ran mampu mengulas senyumnya. "Ah andai itu benar, andai semua itu terjadi sebelum aku menikah dengan hantu." Ya Ran membuka kedua matanya dan menemukan ia kembali tertidur di atas ranjangnya. "Ternyata semua ini hanya mimpi!" imbuh Ya Ran lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!