NovelToon NovelToon

Outdoor Activity

Chapter 01 : "Sebuah Tanda"

Pemandangan begitu gelap, Dia tidak bisa melihat apa yang ada disekitarnya. Wanita itu mencoba bangkit berdiri dan meraba-raba disekelilingnya. Namun tidak ada satupun yang bisa diraihnya.

Dari kejauahan terdapat sebuah siluet seperti ayahnya yang sedang melangkah kearahnya. Dirinya pun merasa senang, lalu ingin datang menyambutnya.

"Jangan kesana!"

Seketika itu juga langkahnya terhenti, dan menanyakan suara siapa itu. Orang yang berwujud seperti ayahnya kini semakin mendekat dan bermaksud ingin memeluk dirinya.

Ia pun ingin membalas sambutan itu, akan tetapi tubuhnya tidak bergerak.

Dia kebingungan, lalu berkata pada ayahnya yang sedikit lagi akan memeluknya.

"Ayah, aku ga bisa bergerak...aku ga bisa kesitu" ucapnya gelisah.

"Tidak apa-apa, tunggu biar ayah yang kesitu"

Disaat ayahnya ingin memeluk dirinya, wujudnya seketika berubah menjadi sesosok tinggi besar bermata merah dan bertaring. Sontak ia menjerit ketakutan dan langsung bisa berlari.

Dia berlari dalam kegelapan, perasaannya tercampur aduk dan tidak tahu harus meminta pertolongan pada siapa. Sementara sosok itu terus mengejarnya dibelakang. Wanita itu kemudian terjatuh dan mencoba bangun, bayangan hitam itu lalu hendak mendekapnya dari belakang.

"Ibuu, Ayahhh tolong!" teriaknya sambil menangis ketakutan.

Tiba-tiba cahaya putih datang melesat dari kejauhan, dan menabrak bayangan hitam tersebut.

BAAM!!

"!?"

Cahaya itu begitu terang sampai wanita itu harus menutup mata dengan kedua lengannya.

Cahaya putih perlahan mulai memudar dan mulai terlihat Orbs-orbs kecil yang mulai menyatu dan membentuk wujud samar-samar seperti orang.

Orang berbaju putih itu mengangkat lengan kanannya ke arah bayangan hitam dan secara spontan bayangan itu terpental.

“Grhh!! Siapa kau beraninya sudah mengangguku!? “

"Jangan ganggu kakak ini, dia adalah saudaraku!"

“Grhh!! Tidak bisa, aku sangat menyukainya!! Jawab Makluk Hitam.

Sementara Wanita itu hanya terdiam tanpa kata.

"Kakak cepat pergi, ikutilah garis putih itu nanti kau akan menemukan pintu menuju keluar".

Tanpa banyak tanya Wanita itu bangkit dan berlari dan terus berlari, sesaat ia berpaling kebelakang dan terlihat orang itu mengangguk memberikan senyuman.

Setelah lama berlari mengikuti garis putih tersebut, Wanita itu akhirnya melihat pintu dan dia langsung membukanya.

Gwaahh!!

Seorang Wanita terlihat bangun tersentak dari mimpi buruknya.

"Mimpi!? Ternyata yang barusan itu hanya mimpi? Kenapa aku mimpi seram begitu?"

KRIIING

Plap! (Suara Alarm yang dimatikan)

"Sudah jam setengah delapan, bisa kesiangan ini"

Karina bersiap-siap siap untuk berangkat, dan ia memesan ojek online seperti biasanya untuk berangkat kerja.

[Intro]

“Namaku adalah Karina Suci keluarga dan teman-temanku terkadang terkadangku Rin atau juga Karin. Umur 21 tahun single dan saat ini aku tinggal di kos-kosan, karena sekarang ini aku bekerja dirumah sakit Palam Sejahtera.”

“Kedua orang tuaku masih ada dan mereka sekarang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.”

“Hari ini aku kesiangan karena mimpi itu, ini pertama kalinya aku bermimpi buruk seperti itu, apa mungkin karena aku kelelahan? Entahlah,tapi aku tidak mau larut dalam hal itu dan aku berharap tidak akan pernah terjadi lagi.”

......................

[Didepan Rumah sakit Palam Sejahtera]

"Mas, aku bayarnya pakai saldo aja."

"Oke, Siap Mba!"

"Yak Sudah ya,"

"Siap, makasih Mba"

NGEENG! Bang ojek pegi!

Karina mulai berjalan dan masuk ke Rumah Sakit, kemudian dia absen lalu bertegur sapa dengan pegawai yang lain.

[Ruang Resepsionis]

"Tumben lo kesiangan Rin?" ucap pria yang sedang bersender dimeja Resepsionis.

"Iya nih, habis mimpi ga enak tadi malam"

[Intro]

Namanya adalah Danu dia lumayan lama kerja dirumah sakit ini, kurang lebih dua tahunan. cukup perhatian, suka membantu, tapi kurasa dia sedikit kocak.

"Emang mimpi apa lo, makanya sebelum tidur baca doa dulu rin"

"Iya kali ya, belakangan ini aku sering merasa kecapean, pulang kerja ngantuk bet langsung teler"

"Wkwkwkw! Kek habis kerja berat aja lu!"

Kemudian dari lorong datang seorang perawat membawa pasien Bapak-bapak paruh baya yang duduk di kursi roda.

"Eh karin, kebetulan nih tolong antar bapak ini ke lantai 4 ya, Mba mau ambil infus dan perlengkapan lainnya."

"Oh iya, baik Mba!"

"Kamarnya AIII-7 ya?"

"Oke!"

[Intro]

Mba ini namanya Safira, dia juga sudah lama kerja disini, orangnya baik dan juga perhatian, aku cukup akrab dengannya.

Karina mendatangi Bapak berkursi roda dan siap mengantarkannya. Ia kemudian berjalan dan memasuki lift.

"Ehmm, lantai 4 ya?"

Pip!

Didalam lift Bapak yang duduk di kursi roda itu mulai bergumam dan Karina mendengarnya seperti berisik-bisik.

"Gak! Aku ga mau pulang! Aku belum mau pulang!!"

"Kita ga sedang ngantar Bapak pulang kok, Bapak kan mau dirawat inap dulu ya?"

"Gak mau pulang! Pokoknya aku ga mau pulang!!"

"Iya, ga ada yang nganterin Bapak pulang kok, Bapak rilex aja ya?"

"Itu orang dibelakangnya Mba, nyuruh saya terus untuk ikut dia pulang!"

Karina sedikit lalu mencoba menoleh kebelakang untuk memastikan.

"Tidak ada siapa-siapa kok Pak, mungkin Bapak hanya kecapean jadi bisa berhalusinasi. Nanti Bapak istirahat yang banyak ya biar cepat sembuh!"

Bapak itu terus menggumam Dia tidak mau pulang! Hingga beberapa saat pintu lift akan terbuka karina terkejut, ia melihat bayangan siluet hitam yang buram dari pantulan pintu Lift yang mulai terbuka.

"Apa ya itu barusan? Kok hari ini aku banyak mengalami keanehan?" ucap Karina didalam hati.

Karina berjalan menelusuri lorong koridor mencari Ruangan AIII. Dan akhirnya ia sampai dikamar lalu mengantarkan Bapak kursi roda itu kemudian menopangnya untuk berbaring di atas tempat tidur. Tak lama kemudian seseorang datang.

"Kariiiin!! Kamu dari mana aja tadi kucariin diruang absen! Kirain hari ini ga masuk?"

"Ya ampun Win, ga usah teriak-teriak ga enak sama bapaknya yang mau istirahat"

"Ups, maaf ya Pak!"

si bapak balas dengan senyuman.

[Intro]

Namanya adalah Alisyana Winda! Gadis yang ceria, energik, dan sangat rasionalis. Dia sahabat aku dari SMA. Masuk kuliah bareng, sampe kerjapun juga barengan! Emang ini anak dah kayak adekku aja ngikut terus.

"Pak saya tinggal dulu ya, nanti Mba Safira datang lagi kok"

"Tunggu, jangan tinggalin bapak dulu dek. Bapak masih takut, temani bapak sebentar ya?" ucap bapak memelas.

"Ya udah, saya nungggunya diluar ruangan aja ya, pintunya dibuka kok" lirih Karina.

Karina dan Winda kemudian duduk bersama didepan koridor.

"Kenapa Rin bapak itu?"

"Gapapa, biasalah kalau orang lagi sakit banyak pikiran jadi mungkin dia kelelahan"

"Owh, eh iya aku nyariin kamu tuh mau bilangin itu, apa namanya, kamu dicariin sama Ibu Ridwan, eh kita?"

"Ibu Ridwan, emang ada apa ya kira-kira?"

"Ga tau deh, nanti abis ini kita coba kesana"

Beberapa menit kemudian, Mba Safira datang.

"Karin, makasih ya dah bantu"

"Iya mba, ya udah saya mau ke ruangan ibu Ridwan dulu kami dipanggil berdua"

"Kebetulan tadi baru berpapasan sama ibu Ridwan, beliau menuju ruangannya"

"Oke, yuk Win"

"Dah Mba Safira, selamat bertugas"

Safira masuk kedalam ruangan, sementara Karina dan Winda menuju ke arah lift dan masuk. Selama didalam lift Winda mencoba mengisi suasana dengan mengajak ngobrol dengan Karina.

"Rin, akhir-akhir ini banyak banget ya orang-orang bikin konten jadi youtube horror, tuh podcast horror juga rame, ini bener apa enggak ya" ucap Winda sambil scroll smartphonenya.

"Bener apanya?"

"Ya maksudku, real apa enggak atau cuman sekedar buat konten aja?" jawab Winda sambil mengelap hidungnya dengan tisu.

"Real kayaknya deh!"

"Huh? Emang kamu percaya sama kayak gituan, dah 2023 loh ini!?"

"Ya ampun, emang tahun ada pengaruhnya ya!" gumam karina dalam hati.

"Yaa, percaya ga percaya sih! Tapi orang tuaku pernah bilang kalau mereka itu ada dan kita selalu hidup berdampingan" jelas Karina.

"Ogah gua, amit-amit!" jawab Winda dengan nada naik.

Selang waktu itu Karina tiba-tiba kembali melihat sebuah siluet abstrak muncul didepan pantulan bayangan pintu lift. Namun kali ini berbeda, ia melihat sesosok seperti wanita berambut panjang dan bergaun dress putih.

Dan ketika saat itu juga, Karina mencoba memastikan apakah dia sedang berhalusinasi atau tidak dengan cara menggunakan jokes tipuan untuk memancing Winda.

"Win, coba lihat dipintu lift yang ini, masa besi bisa karatan gini, padahal gak kena air kan ya" Karina menunjuk pintu lift yang sebelah kiri.

"Haahh? Kenapa Rin kok ga jelas banget dah, ga mungkin berkaratlah!?"

"Iya ya, hahahaha!" ucap Karina tertawa kecil sambil gemetaran.

"Haish" timpal Winda yang terlihat sibuk main Smartphonenya.

Karina kembali melihat siluet itu tetapi sudah mulai pudar dan menghilang.

TING! Pintu lift terbuka.

Setelah mereka keluar dari pintu lift, Karina ingin menanyakan sesuatu dengan Winda prihal tentang keanehan pada dirinya.

"Win, coba lihat aku ada yang aneh ga?" Karina berdiri tegak dihadapan Winda.

"Enggak ada yang aneh, biasa aja, emang kenapa?"

"Ya udah kalau ga ada apa-apa!?" ucap karina dengan ekspresi cuek.

"Seriusan kenapa?"

"Gapapa!"

...

Tok! Tok! Tok!

"Permisi buk, ini saya Karina dan Winda."

"Ya silahkan masuk!" terdengar suara jawaban dari dalam ruangan.

Karina dan Winda masuk ke dalam ruangan, disana ada Ibu Ridwan yang sedang duduk dan kelihatan sedang sibuk menyusun berkas-berkas.

"Silahkan duduk!"

...

"Jadi gini, ibu mau nawarin kalian tugas Dinas Pelayanan kesehatan ke luar kota, daerahnya tempat desa terpencil lumayan jauh dari perkotaan, jalan menuju lokasinya harus berjalan kaki kurang lebih empat kilometer, tapi kalau sudah sampai didesa rame kok, teman kita juga ada yang tugas disana, gimana apa kalian sanggup?"

"Emangnya disana ada masalah penyakit apa buk?" "buset jalan kaki empat kilo?" tanya Winda sambil bergumam dalam hati.

"Kalau menurut teman kalian yang disana, warganya kena penyakit DBD dan sebagian banyak yang stres teriak-teriak, seperti orang kesurupan gitu?"

"Serem amat Buk!?" Winda.

"Ya bagaimana lagi, saat ini tenaga yang free cuman kalian berdua di rumah sakit ini, yang lain bisa tapi harus nunggu beberapa minggu lagi" ucap Ibu Ridwan.

"Nah jadi bagaimana? Kalian ssnggup tidak?" Ibu Ridwan mencoba meyakinkan.

"Saya ikut karina aja, Rin gimana Rin?"

"Rinn!!" ucap Winda sedikit menaikkan nada.

Saat Winda dan Ibu Ridwan berbicara sebenarnya karina tidak begitu menyimaknya, ia masih memikirkan keanehan yang terjadi pada dirinya hari ini.

"Eh, iya kalau memang keadaannya seperti itu saya siap membantu!" ucap Karina yang baru tersadar dari lamunannya.

"Syukurlah kalau kalian mengerti, kalau begitu silahkan kalian isi dulu formulirnya." Ibu Ridwan lau mengambil kan Kertas Formulir, lalu memberikannya pada mereka berdua.

"Yakin kamu Rin? Kita cuman berdua loh!" ucap Winda berbisik.

"Iya mau gimana lagi, tugas kita memang melayani masyarakat, jangan diambil pusing anggap aja liburan buat healing!" jawab Karina dengan senyumannya.

"Huh, healing? Ada-ada aja kamu Rin!" ucap Winda dengan ekspresi kecewa.

Pada saat Karina fokus mengisi formulirnya, tiba-tiba telinga kirinya mendengung sampai ke telinga yang kanan sehingga membuat seluruh ruangan seakan hening dan tak mendengar suara apapun untuk beberapa saat.

Seketika itu juga terdengar suara bisikan yang mengisi semua ruangan yang mengatakan untuk Jangan pergi. Sontak Karina yang sedang menulis terhenti sejenak dan merasa kebingungan lalu melirik keadaan sekitar.

Karina memperhatikan Winda dan Ibu Ridwan mereka seperti tidak mendengarkan apa-apa. Dari sini Karina menyimpulkan keadaan yang ada, bahwa hanya dirinyalah yang mendengar suara yang ada diruangan tersebut.

...

Setelah mereka berdua selesai mengisi formulirnya, Ibu Ridwan berpesan untuk tidak tidur terlalu malam dan istirahat yang cukup karena besok mereka harus berangkat pagi-pagi. Karina dan Winda lalu pamit dengan Ibu Ridwan, lalu mereka berdua pergi meninggalkan ruangan.

Diluar ruangan Karina dan Winda mulai berpisah dan kembali pada tugasnya masing-masing. Karina mulai berjalan sambil memegangi keningnya dengan tangan kanannya. Ia merasakan hari ini penuh dengan keanehan pertama kali dalam hidupnya.

Koridor demi Koridor ia lewati sampai disuatu koridor yang dilewati karina, ia melihat sosok anak kecil berambut panjang dan bergaun warna putih dari ujung ekor mata kirinya. Ia lalu terhenti dan berdiri terdiam! Mencoba menganalisa apa yang sedang dilihatnya.

Meski terlihat samar samar Karina sangat yakin apa yang sedang dilihatnya, ia mencoba mematahkan keraguannya untuk langsung menoleh melihat ke arah kiri. yang ternyata tidak ada apa-apa.

Ia kembali fokus kedepan dan sosok anak kecil itu terlihat lagi diekor mata kirinya. Karina mulai keringat dingin dan mulai merasakan merinding.

Sosok itu semakin lama terasa semakin mendekat. Merasakan hal itu Karina memaksakan kakinya untuk maju melangkah akan tetapi rasanya begitu sangat berat sekali.

Karina mulai panik dan sangat cemas ketakutan. Ia terus berusaha memaksa dirinya untuk bergerak namun seluruh tubuhnya seperti terkunci. Ditengah kepanikannya saat itu, seorang perawat laki-laki menyapanya dari kejauhan.

"Oiii karina!! Ngapain kamu diam disitu? Ayo bantu kesini kita perlu tenaga!" ucap Perawat Lelaki.

Karina tersadar dan mulai terasa darah kembali mengalir ke dalam sekujur tubuhnya. Rasa cemas sudah mulai menghilang, ia melihat kembali ke kiri dan ke kanan untuk memastikan keberadaan sosok tersebut.

"Ya~ baik! Aku kesana" jawab Karina dengan senyum bahagia.

Kemudian Karina berlari pelan mendatangi Perawat Lelaki itu, mereka melangkah pergi bersama dan hanya meninggalkan koridor yang sepi bersama sesosok gadis kecil yang berdiri disebelah kanan tempat Karina berada sebelumnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari sudah menjelang sore, waktu sangat cepat berlalu jika dibawa dengan beraktivitas. Disana Karina dan Winda bertemu mereka memutuskan untuk pergi ke ruang absen sebelum pulang.

Setelah absen, karina dan Winda berjalan keluar rumah sakit dan menuju parkiran. Winda berkata hari ini dia membawa mobil sendiri dan menawarkan tumpangan kepada Karina.

Dengan senang hati Karina menerima tumpangan itu!

Bonus Picture!

Chapter 02 : "Nuansa Kegelapan"

Sesampainya Karina dikos ia segera mandi lalu berbaring ditempat tidurnya, mengambil Hape dimeja kirinya dan membuka media sosial. Karina mengingat perkataan winda tentang orang-orang yang bergelut dibidang horor. Dia mencoba mencari dan menontonnya sejenak.

Setelah menonton beberapa saat, Karina berpikiran bahwa tidak ada bedanya mana yang asli dan mana yang palsu, kalau tidak melihatnya secara langsung.

Waktu terus berlarut Karina terus memainkan hapenya dengan mata yang sayup-sayup, hingga mata ngantuk tak tertahankan, tanpa sadar ia jatuh dalam tidurnya.

....

Tik! Tok!

Suara jam dinding yang memecah keheningan malam dalam ruangan Karina tertidur. Dia terlihat tertidur begitu pulas.

SLUURR

Sebuah asap hitam masuk dari ventilasi udara, dan turun ke sudut ruangan tepat diujung kaki tempat tidur Karina. Sosok itu berdiri masih dalam gumpalan asap hitam dan berdiam ditempat.

Perlahan dalam setiap langkahnya mendekati Karina yang tertidur, wujud makhluk itu sedikit demi sedikit mulai nampak menjadi solid.

Dimulai dari kaki sampai ke atas kepalanya. Sosok itu berbentuk hitam besar, berbulu lebat, mulutnya bertaring panjang, dan memiliki mata merah yang menyarak.

Makluk itu berdiri disamping Karina sambil menggerakan jari-jarinya. Kemudian ia mengarahkan tangannya kearah wajah karina. tangan kanannya berusaha menggapai leher karina tetapi tidak bisa tersentuh sedikitpun.

Lalu ia mencoba dibagian tubuh yang lain, tetapi tetap saja tidak bisa tersentuh olehnya. Makluk itu berdiam sebentar, ia terlihat seperti meditasi untuk mengisi energi.

Setelah ia merasa yakin akan kekuatannya, ia pun langsung mencoba menerkam Karina, namun terpental dan kembali lagi menjadi wujud asapnya.

Disana sosok hitam tersebut mengapung diudara dengan wujud asapnya, ia melihat diluar jendela ada sesosok gadis kecil yang berambut panjang, bergaun putih tersenyum padanya.

Mengetahui siapa yang sudah menghalangi tujuannya, sosok hitam itu pergi mengejarnya keluar dan mereka berdua pergi menghilang.

...

Tik! Tok!

Jam dinding sudah menunjukan pukul tiga pagi, karina masih tidur dan mulai jatuh ke alam bawah sadarnya. Dia bermimpi, berada didepan sebuah rumah bekas kontrakan keluarganya dulu saat Karina masih berusia lima tahun.

Disana ada dua anak-anak yang sedang bermain, berlari di depan pekarangan rumah. Karina mencoba memerhatikan mereka berdua dari luar pagar, ia menyadari anak itu adalah dirinya yang masih kecil tetapi dia tidak tahu anak yang satunya lagi dikarenakan wajahnya terlihat kabur.

Karina melangkah pelan didepan pagar rumahnya, ia berhenti tepat arah pintu masuk. Disana ia melihat ibunya yang sedang sibuk memasak didapur, ia tersenyum dan tanpa sadar meneteskan air mata.

Tapi kesedihan Karina dibalas dengan senyuman jahat oleh makhluk hitam yang berdiri diluar pintu dapur.

Karina terkejut, ia panik ketakutan dan melangkah mundur. Ibu karina kemudian kedepan pintu dan memanggil anak-anaknya. Disitu Karina kebingungan, kenapa anak yang satunya tidak masuk kedalam rumah.

Makluk itu masuk dari pintu belakang dan menuju ke arah depan, dan disaat yang sama ibu Karina menutup pintu. Sehingga makluk itu terjebak didalam dan berusaha keluar dengan memukul-mukul pintu berulang kali dengan keras.

"Ibu awass! Ada makluk jahat didalam rumah, ibuu!!" teriak Karina menangis.

Sementara anak kecil yang diluar hanya terdiam dan bersedih. Karina juga yang sedang menangis mencoba memanggilnya.

"Dek sini dek, sama kakak, dekk..." teriak Karina.

Tapi anak itu seakan tak mendengar apa-apa. Sementara makluk itu terus memberontak mencoba keluar dari dalam rumah.

Karina terduduk dan menangis sejadi-jadinya, ia mengusap air matanya beberapa kali. Kemudian Sesorang menepuk pundak Karina dari belakang dan berkata.

"Bangun, ini bukan duniamu, cepat pergi dari sini...berdiri dan ikutilah cahaya garis putih itu"

ucap sosok misterius yang ada dibelakang Karina.

Karina yang merasa lemah mengusap air matanya dan mencoba bangkit, seakan tak mendengar apapun hanya terasa sebuah energi hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya.

Dia akhirnya berdiri dan melangkah pelan meninggalkan rumah itu, dari kejauhan ia melihat anak itu masih disana terdiam dan bersedih.

Karina terus melangkah mengikuti cahaya garis putih tersebut, sampai akhirnya ia melihat pintu. Didepan pintu karina terdiam, ia merasa tidak asing dengan visual yang ada. Akan tetapi karina yang penuh tekad dan keyakinan akhirnya membuka pintu tersebut.

...

Jam dinding menunjukan pukul 05:00 pagi

Suara nada dering hape

Mendengar suara hape yang berdering, Karina mulai tersadar dari tidurnya. Dengan mata yang masih ngantuk ia meraba-raba dimana hapenya berada. Hape sudah di genggamannya, terlihat dilayar ada panggilan telepon dari Winda.

"Ya, apa Win?"

"Pagii Karina, sudah bangun belum?"

"Ini sudah"

"Oke, Rin aku tunggu didepan rumah sakit ya, dari sana nanti kita naik bus angkutan kota soalnya kalau aku bawa mobil ke lokasi, kan percuma! Kita ga bisa masuk sampe ke lokasi"

"Iya, ya udah aku mau siap-siap dulu"

"Okay, ingat jangan sampe ada barang yang ketinggalan"

"Iyaahh"

"Powerbank bawa, power bank!!"

"Uhmm"

Pip!

Karina duduk sejenak diatas kasurnya masih mencoba mengingat mimpinya tadi malam, tapi ingatannya samar-samar.

Dia beranjak dari tempat tidur lalu melakukan segala persiapan sebelum berangkat. Setelah selesai berbenah, Karina menelpon kedua orang tuanya untuk meminta izin bahwa ia akan pergi keluar kota untuk tugas Dinas.

Kemudian Karina mencari taksi kota untuk mengantarnya ke rumah sakit. Taksi datang dan ia duduk dikursi belakang. Di dalam taksi Karina hanya terdiam sambil memandangi orang-orang luar dari dalam pintu kaca taksi.

Saat melawati disuatu jalan, tanpa sengaja Karina melihat seorang perempuan lompat dari gedung berlantai enam. Dan anehnya scene itu berulang beberapa kali saat itu juga.

Karina antara terkejut, bingung, dan bertanya-tanya dalam benak pikirannya. Namun ia berusaha tetap fokus, dan berpikiran positif.

Supir taksi melihat Karina yang sedikit gelisah dari kaca spion depan dan ia bertanya.

"Kenapa neng?"

"Owh,gapapa" jawab Karina dengan senyuman.

"Neng dengar juga ya berita itu"

"Berita apa pak?" tanya karina.

"Loh Kirain Neng tahu, digedung itu lima hari yang lalu ada cewek yang lompat bunuh diri. Kata orang-orang sih dia frustasi karena ditinggal pacarnya"

"Owhh, kasihan ya" ucap karina iba.

"Iyaa, anak muda sekarang emang mau enaknya aja, ga mau tanggung jawab, anak orang jadi korban, rusak-rusak" ucap sih Bapak Supir.

"Neng juga hati-hati ya, jangan sampe dapet laki-laki yang ga bertanggung jawab"

"Iya, makasih pak" ucap Karina dengan senyuman.

***

Dibahu jalan terlihat Winda sedang menunggu kedatangannya. Tak lama kemudian Karina datang dan turun dari taksi kota.

"Waw keren banget Rin outfitnya hari ini, sudah lengkap semuakan"

"Sudah dong"

"Ya udah yuk kita jalan ke halte" ucap Winda yang sudah siap.

"Oiiii, Karina, Windaa!!" sapa seseorang dari kejauhan.

...

"Wah tumben lu Dan datang pagi-pagi?" sapa Karina.

"Iya nih ada apa mas Danu? Pasti mau lihat Karina ya" Winda.

"Ahh enggak kan aku dah biasa datang pagi-pagi! Anu, aku cuman mau melihat kalian sebelum pergi" ucap Danu dengan expresi wajah khawatir.

Bus datang dan berhenti dihalte tempat mereka bertiga berada, jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit hanya berkisar lima puluh meter.

"Hoo? Makasih atas perhatiannya, yuk Win!"

"Bye mas Danu, sampai ketemu lagi!" ucap Winda sambil melambaikan tangan.

Danu membalas lambaian tangan Winda. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam bus, lalu mereka mencari tempat duduk yang berada dibarisan tengah.

Perjalanan kurang lebih memakan waktu 8 jam untuk sampai ke tujuan. Dan hanya akan berhenti diterminal bus kota. Sedangkan untuk mencapai desanya Karina dan Winda harus menaiki mini bus agar sampai ke persimpangan desa yang memakan waktu dua jam dan total perjalanan mereka hari ini adalah sepuluh jam.

[Dalam Perjalanan 4 jam pertama]

Karina mulai ngantuk setelah lama memainkan hapenya, sedangkan Winda asik ngemil dan nonton drama kesukaannya.

Winda mencoba mengajak Karina mengobrol, tetapi perlahan-lahan suara Winda mulai kedengaran semakin kecil ditelinga Karina dan pada akhirnya ia jatuh dalam tidurnya.

Karina terbangun tetapi berada ditempat yang berbeda, ia bangkit berdiri dan melihat sekelilingnya yang ternyata sebuah pedesaan.

Didesa tersebut orang-orang beraktivitas seperti biasanya. Karina mulai melangkah dan memperhatikan sekitarnya, orang-orang disana menyapa Karina, lantas Karina membalas mereka dengan anggukan senyuman.

Karina bukan tidak percaya hal ghaib, tetapi ia hanya tidak yakin tentang hal itu semua hingga sampai nyata terjadi pada dirinya saat ini.

Langkah demi langkah ia pijakan, Karina memperhatikan Desa yang disana hanya ada beberapa pemukiman kumuh dan kehidupan yang memperhatinkan.

Karina masih melanjutkan langkahnya hingga ia terhenti dan terpana pada suatu pemandangan Pohon yang berukuran besar sekali yang diperkirakan ukurannya lima kali pria

Karina terdiam ditempat, lalu seseorang kakek tua bungkuk beruban dan berjanggut panjang datang menghampirinya.

"Adek kelihatannya bukan penduduk dari sini?" ucap si kakek tua sambil mengelus-elus jenggotnya.

Karina menoleh ke arah kakek itu, ia menjawab bahwa dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa berada disini. Karina menjelaskan, apakah dia sedang bermimpi atau sedang dalam perjalanan kematian.

"Tentu saja bukan, kakek tidak tahu pasti, tapi kalau adek bisa sampai disini dan mampu berinteraksi dengan yang lain termasuk saya. Itu artinya adek bukan orang sembarangan".

Karina membalas pernyataan kakek itu dengan mengatakan bahwa ia hanya gadis biasa, tidak ada satupun keturunan dari keluarganya yang memiliki kemampuan supranatural.

"Kalau begitu takdirlah membawa adek kesini karena suatu alasan" ucap si Kakek sambil maju beberapa langkah kedepan.

"Saya tidak mengerti apa maksud kakek. Sampai sekarangpun saya masih tidak paham apa yang sudah terjadi pada diri saya sendiri" ucap Karina tampak gelisah.

Kakek itu melangkah lagi kearah depan dan berkata, "mungkin kelak waktu yang akan menjawab" sambil memandangi pohon yang besar didepannya.

"Sepertinya waktumu sudah habis, lihat temanmu sedang memanggilmu diluar sana" ucap Kakek yang menunjuk ke belakang Karina.

Karina berpaling ia melihat Winda yang berada diluar pagar batas pedesaan sedang melambaikan tangan memanggilnya.

"Makasih ya ke-" ucap Karina sembari berpaling kearah si Kakek.

Karina terdiam dan heran kebingungan! Kakek itu tiba-tiba menghilang. Ditambah lagi daerah sekitar yang tadinya sebuah pedesaaan kumuh dan banyak orang beraktivitas, kini sudah berubah menjadi batang pohon pisang, pohon karet, dan semak belukar.

Karina semakin panik setelah melihat ada banyak makluk hitam merangkak keluar entah dari mana lalu mencoba menghampirinya. Dia teriak dan berlari ke arah Winda sementara makluk-makluk itu terus mengejar berusaha menangkapnya.

Makluk itu semakin dekat, Karina berlari dan berusaha menggapai tangan Winda. Makluk itu melompat mencoba menerkam dan disaat yang bersamaan itu juga, Winda mengulurkan tangan dan meraih tangan Karina.

Cahaya putih menyilaukan menyinari mereka berdua!

......................

"Rin, rin, banguun!" ucap Winda yang memegang tangan Karina.

Karina mulai terbangun dari tidur lelapnya! Ia kemudian membenarkan posisi duduknya.

"Kamu ga papa? Kok kayaknya keringatan banget, abis mimpi buruk ya?" ucap Winda yang terlihat khawatir.

"Eng? Ahh enggak! Aku cuman merasa kepanasan!" ucap Karina berusaha meyakinkan sambil mengelap keringat dinginnya.

"Ini pake blowerku!" ucap Winda yang kemudian mengambil blower dan memberikannya kepada Karina.

"Yah, makasih Win! Ini kita masih jauh ya, sudah sampai mana?" ucap Karina yang bertanya pada Winda.

Kemudian Winda mengambil Smartphonenya lalu menunjukan sebuah gambaran GPS Map kepada Karina, Winda mengatakan bahwa mereka baru sampai separuh perjalanan yang masih menyisakan empat jam lagi.

"Kenapa, kamu capek ya? nih dari pada ngantuk lagi aku masih banyak jajan" ucap Winda lalu memberikan beberapa cemilannya untuk Karina.

Satu jam kemudian Bus berhenti dirumah makan. Semua orang yang didalam Bus turun termasuk Karina dan Winda. Orang-orang berjalan masuk ke Rumah Makan dan mengantri mengambil hidangan prasmanan.

Kemudian Karina dan Winda duduk dimeja dan menyantap hidangan mereka. Dari arah yang bersebelahan seorang pria berjaket merah dan celana jeans biru memperhatikan mereka berdua. Yang tak lama kemudian pria itu memberanikan diri untuk menghampiri Karina dan Winda.

"Ahh, maaf boleh ga saya ikut gabung makan disini?" ucapnya dengan sopan.

"Owh ya silahkan!" jawab Karina dengan senyuman.

Sementara Winda hanya melirik Karina sambil tersenyum.

"Maaf boleh kenalan ga? Namaku Mandala salam kenal". 🤓

"Aku Karina, dan ini sahabatku Winda" senyum mereka berdua.

"Kalau boleh tahu Karina dan Winda kalian berdua dari mana?"

"Owh, kami berdua ini seorang Perawat lagi mau pergi Dinas?" ucap Karina.

"Langsung panggil nama dong?!" ucap Winda dalam hati.

"Owh Perawat yah, tugas yang mulia ya!" 😁

"Iya, makasih! Kalau masnya, mau ngapain? liburan ya? " Karina.

"Owh enggak, aku youtuber horror lagi mau ketempat yang katanya lokasi angker disebuah desa" ucap Mandala.

"Hee~hh, youtuber horror itu beneran ada toh?" lirih Winda meragukan.

"Iya beneran, nama channelku Mandala Ghost Hunter, coba silahkan dicek kalau ga percaya" ucapnya berusaha meyakinkan.

Kemudian Winda mengambil smartphonenya dan mengecek channel orang tersebut yang memiliki jumlah subscriber 240k.

"Wow, banyak juga ya subscribernya. Itu asli semua mas kontennya? tanya Winda.

"Eish! ga boleh gitu Win" Karina.

"Ahh gapapa," 😌

...

"Ayo! Waktu kita lima menit lagi berangkat ya?" ucap Supir Bus yang menunggu berdiri didepan pintu Rumah Makan.

Karina dan Winda selesai dengan hidangnya dan ingin beranjak dari meja makan.

"Aahh, anu, bo-boleh minta no hapenya ga?" ucap Mandala sungkan.

"Apa kubilang, endingnya dah ketebak" gumam Winda dalam hati.

Karena Karina orang yang selalu berpikir positif, ia memberikan nomor hapenya begitu saja kepada laki-laki yang bernama Mandala.

Sebelum mereka berpamitan satu sama lain, Mandala mengatakan jika ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubunginya. Dia siap datang untuk membantu!

Kemudian mereka berpisah, Karina dan Winda masuk kembali ke dalam Bus untuk melanjutkan tujuan.

Didalam Bus, Winda masih membahas tentang laki-laki bernama Mandala, dia menceramahi Karina tentang berbagai macam modus laki-laki. Sementara Karina hanya menyimaknya yang terkadang tertawa mendengarnya.

......................

1 jam berlalu.... 2 jam berlalu....

Dalam waktu sisa perjalanan yang panjang, Karina kembali mengantuk dan jatuh dalam tidurnya, Winda yang disebelahnya berusaha menyadarkan Karina, namun ia lagi-lagi jatuh dalam tidurnya.

[Dalam 1 jam perjalanan yang terisa]

Chapter 03 : "Selamat Datang"

Karina terbangun dalam tidurnya, untuk memastikan apakah dia mengalami mimpi buruk atau tidak, ketika ia membuka matanya yang di lihatnya pertama kali adalah kedua kakinya. Dia melihat kakinya sedang menginjak dilantai bus.

"Oh oke, aman kayaknya nih" ucap Karina yang merasa yakin bahwa ia sedang tidak ada didalam mimpi.

Lalu yang kedua ia lihat adalah sahabatnya Winda, ia melirik dari kaki sampai keatas kepala, baju dan pakaiannya juga sama seperti yang ia lihat sebelumnya. Dengan ini Karina bertambah sangat yakin kalau dia sedang tidak bermimpi.

Namun ketika ia berniat untuk melihat kedepan, ada suara gadis kecil yang membisikkan ke telinga kanannya dan berkata, "jangan lihat kedepan apapun yang terjadi".

Mendengar bisikan itu, Karina kaget dan diam tertunduk fokus melihat ke arah kakinya.

Selang beberapa menit kemudian, mulai dari suara menangis, ketawa anak kecil , hingga suara keluhan orang kesakitan terdengar didalam bus tersebut.

Karina yang tertunduk lesu ketakutan hanya bisa terdiam. Tak lama suara orang seperti diseret datang dari arah kursi belakang, yang perlahan mulai mendekati ke arah kedepan.

Mengetahui suara itu, Karina menutup mata sampai suara tersebut melewatinya dan hilang ke arah depan.

Karena sudah merasa hening, Karina perlahan mencoba membuka mata dan melihat fokus kebawah yang ternyata tidak ada apa-apa. ia pun merasa sedikit lega dan coba membenarkan posisi duduknya.

Disaat itu juga sebuah angin kecil tertiup ditelinga kirinya, sontak hal itu membuat Karina kaget secara spontan dan menoleh ke arah kiri.

Ternyata yang dilihat Karina disana adalah sesosok Wanita dengan rambut berantakan, wajah yang rusak separuh penuh dengan berlumuran darah dengan posisi mata yang gelantungan seperti hendak mau lepas.

Mereka berdua saling bertatap muka cukup lama, Karina terbujur kaku, diam ketakutan dan mengeluarkan kedua air mata. Sosok itu kemudian tersenyum dihadapan wajah Karina lalu ia pergi begitu saja.

Karina menunduk dan menutup mulutnya sambil menangis ketakutan. Suara bisikan kembali terdengar, kali ini ia mengatakan "Ketakutan hanya akan jadi pemicu hawa keberadaanmu untuk mereka, berpikir tenang adalah kunci keselamatan".

Setelah hati dan pikirannya tenang dari ketakutan, Karina mencoba tegar kembali dan membenarkan posisi duduknya.

Kali ini ia kedatangan dua sosok anak kecil yang berlari melewatinya. Akan tetapi Karina mencoba pura-pura untuk tidak melihatnya.

Beberapa menit kemudian suasana menjadi tenang, namun mulai tercium bau busuk yang amat kuat dari arah belakang pojok kursi.

Hal itu memicu tubuh Karina merasakan mula-mual, ia menutup mulut dan hidungnya bersamaan sambil menahan rasa ingin muntah yang semakin kuat.

Bau busuk semakin datang mendekat. Tak kuat menahan, Karina muntah ditempat dan membuat semua makluk yang berada didalam Bus menyadari kehadiran Karina.

Sosok berbau busuk berhenti disebelah Karina, dan saking tak tertahankan lagi dari bau busuk tersebut Karina tersungkur kebawah dan muntah sejadi-jadinya. semua makluk yang ada didalam Bus datang mengelilingi Karina yang tersungkur.

Karina mencoba memanggil Winda untuk meminta tolong dengan suara yang tak berdaya, Winda kemudian merangkul Karina yang tersungkur dan mendudukanya ke kursi tempat ia duduk sebelumnya.

"Kamu gapapa Rin?" ucap Winda sambil mengusap keningnya Karina.

Disaat Karina menoleh melihat Winda, ia langsung jatuh pingsan ditempat. Dikarenakan sosok Winda yang ia lihat, tidak memiliki mata dan hidung. Hanya senyuman lebar sampai kedua telinga.

Suasana yang menyeramkan hanya meninggalkan Karina yang sedang jatuh pingsan seorang diri dalam Bus itu.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali. Suara itu membangunkan Karina dari tidurnya, ia mencoba bangkit lalu melihat di sekelilingnya yang gelap dan hanya kelihatan sebuah pintu dari kejauhan.

Dari balik pintu terdengar suara Winda yang terus memanggil namanya sambil terus mengetuk pintu. Karina bangkit berdiri dan menjawab suara panggilan dari balik pintu itu.

"Win, Windaaa!" dengan ekspresi cemas ia berteriak sambil melangkah ke arah pintu.

Namun ingatan kejadian sebelumnya muncul membayangi pikiran Karina, ia berhenti melangkah dan mulai mundur penuh dengan keraguan.

"Enggak, enggak..cukup!! Hentikan!! Aku capek!!" ucapnya yang mulai frustasi.

Keraguan didalam hati Karina menimbulkan pintu-pintu yang lain, dan dibalik pintu itu terdengar suara panggilan dari Winda dengan nada-nada yang berbeda. Karina semakin frustasi dan berteriak ketakutan, lalu ia berpaling dan lari tanpa arah dalam kegelapan.

"Ibuu, ayaahh tolongin Karina" ucapnya sambil berlari menangis ketakutan.

Tak lama setelah ia lama berlari, cahaya garis putih Truth Path melesat dari kejauhan dan melewati langkah kakinya. Karina terhenti dan melihat kemana arah tujuan cahaya garis putih tersebut.

Dia terdiam dan terus memperhatikan cahaya garis putih itu menuju ke sebuah pintu dari beberapa pintu yang lain.

Karina mulai berjalan mengikutinya sampai ia berdiri dihadapan lima pintu yang berbaris. Sedangkan cahaya garis putih itu mengarah ke pintu yang berada dipojok kanan.

Karina terdiam lagi mencoba meyakinkan dirinya, sementara suara Winda tak kunjung berhenti terus memanggil namanya.

"Karinaa, Karina ayo kesini" terdengar suara Winda dari pintu satu.

"Karina Sucii, ini aku Winda" terdengar suara Winda dari pintu dua.

"Rinnn, Kariiin, cepat buka pintunya, ini aku Winda" terdengar suara dari pintu tiga.

"Rinn, Rinnn, kamu gapapa?" terdengar suara Winda dari pintu empat.

"Rinnn, Rinn, ayo banguun, Rinn" terdengar dari suara pintu lima.

Karina menganalisa keraguan dari semua suara Winda yang sudah didengarnya, ia memutuskan untuk melangkah mengikuti pintu urutan ke lima yang bergariskan cahaya putih.

Setelah berdiri didepan pintu yang dituju, ia mencoba meraih gagang pintu tersebut dengan tangan kanannya.

Akan tetapi suara Winda yang lain tetap terus memanggil namanya. Mereka saling meyakinkan satu sama lain bahwa pintu inilah yang benar. Karina sempat terdiam dan ragu kembali, ia mulai kebingungan untuk memilih.

Tiba-tiba sebuah tangan dengan jemari kecil menggenggam tangan kanan Karina ke arah gagang pintu dan memaksa membukanya secara bersamaan. Karina menoleh kearah kanan dan terlihat sosok anak kecil yang pernah ia lihat waktu berada dirumah sakit. dibalik cahaya terang menyinari pintu yang terbuka, anak itu terlihat senyum pada Karina.

...----------------...

"Rinn, Rinnn, bangun, kita sudah sampai" ucap Winda sambil menepuk bahu kanan Karina.

Karina yang tersadar dari mimpi buruknya, langsung memeluk Winda sambil menangis tersedu-tersedu. Winda memeluknya dengan erat sambil mengusap bahu belakangnya.

...

[Sampai di Kota pukul 19:05 malam]

Hari sudah malam, mereka pun akhirnya sampai diterminal Bus kota. Masih tersisa dua jam lagi untuk sampai ke persimpangan desa. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menginap di penginapan murah yang tidak jauh dari terminal tersebut.

...

Didalam penginapan Winda menanyakan apa sebenarnya yang sudah terjadi kepada Karina, tetapi Karina mencoba menepis dengan berbagai macam jawaban, karena ia tidak ingin Winda merasa cemas dan takut akan mengalami hal mengerikan seperti dirinya.

...

Setelah mereka selesai makan malam dilamongan, mereka berdua kembali ke penginapan lalu memutuskan untuk beristirahat. dari semua kejadian mengerikan yang Karina alami, akhirnya malam ini ia bisa tidur nyenyak tanpa terasa ada gangguan apapun.

...

Ayam milik Bapak penginapan mulai berkokok menandakan pagi sudah datang, dan seperti biasa Winda sudah bangun terlebih dahulu, ia membangunkan Karina untuk segera bangkit dan bersiap-siap.

Kemudian mereka berdua pamit kepada pemilik penginapan dan berangkat mencari Mini Bus. Sebuah angkutan untuk tujuan ke persimpangan desa.

Dalam dua jam perjalanan tidak ada kejadian apa-apa, hanya terbentang pemandangan sawah dan bukit, serta bau khas ciri daerah pedesaan.

Semua kejadian mengerikan yang dialami seakan terhapus dan membuat suasana didalam hati Karina kembali hangat.

Penumpang yang ada didalam Mini Bus menanyakan dari mana mereka berdua berasal, lalu mereka saling bercerita berbagai macam hal tentang kehidupan yang ada didesa.

Tak terasa dua jam berlalu, dari kejauhan palang tanda nama desa yang dituju telah terlihat. Mini Bus tersebut menepi ke kiri untuk berhenti menurunkan penumpang. Supir turun dan pergi kearah bagasi belakang untuk mengeluarkan barang-barang milik Karina dan Winda.

Setelah memberikan barang itu kepada Karina dan Winda, supir menanyakan sesuatu pada mereka berdua.

"Kenapa turun disini Mba?" ucap si Supir.

"Iya, kita mau ke desa yang ada didalam karena kita lagi ada tugas Dinas kesehatan untuk menangani warga yang terkena sakit DBD" jawab Winda dengan wajah sumringah.

"Ah masa sih? inikan jalannya sepi Mba! tuh lihat jarang banget ada mobil yang lewat. Nanti Mba berdua kalau ada apa-apa begimana? Mikirkannya aja saya udah takut!" ucap pak supir dengan ekspresi wajah penuh khawatiran.

"Terimakasih atas perhatiannya, tapi didalam sana teman kami ada juga yang sedang bertugas kok pak, jadi Bapak tidak perlu khawatir." jawab Karina dengan senyuman.

"Oh gitu? ya udahlah. Hati-hati ya Mba, makasih!" ucap Pak Supir yang mulai meninggalkan mereka dan melanjutkan perjalanan.

"Ya, sama-sama" balas Karina dan Winda.

Saat mereka berdua hendak masuk ke jalan setapak yang rusak, Karina berhenti sejenak memperhatikan papan nama desa terbuat dari kayu yang mulai rusak seakan sudah berusia lama tak pernah terawat. Tidak ada rasa kecurigaan baik Karina dan Winda, malahan Winda terpintas ide untuk live streaming medsos.

"Halo, halo.. waw! dah banyak aja yang nonton" ucap Winda sambil melangkah masuk ke jalan setapak yang rusak.

"Ges, sekarang aku dan Karina sudah sampe dan akan menuju lokasi. Lihat, Rin-Rin lihat kesini dong" ucap Winda sambil mengarahkan Smartphonenya ke atas. Sementara Karina terlihat buang muka dari Kamera.

"Ow! Mas Danu ada komen tuh, "Semangat" Katanya" ucap Winda dengan ekspresi gembira.

Dibawah sinar matahari yang hangat, mereka berdua terus berjalan. sementara Winda asik dengan medsosnya. Dalam setiap langkah Karina ada kecemasan yang ia pikirkan. Sambil memperhatikan kanan kiri yang sejauh ini hanya terlihat hutan semak belukar.

Sesekali mereka melewati jembatan kecil dan beberapa petak persawahan, Winda berhenti dan memandangi aliran sungai kecil yang bersih dan ada ikan-ikan kecil yang berenang.

Mereka sudah berjalan kurang lebih 1,5 km, masih belum ada juga kelihatan atau berpapasan dengan penduduk yang ada dari dalam desa.

Kemudian mereka berdua memutuskan untuk singgah disebuah saung kecil untuk beristarahat.

"Istirahat dulu ges ya, capekk, panas lagii" ucap Winda pada viewer medsosnya.

Dari kejauhan tampak awan mendung seperti akan datang untuk menghantarkan hujan. Melihat itu, Karina berkata kepada Winda, bahwa sebaiknya mereka harus sudah sampai ke desa sebelum hujan datang.

Karina dan Winda melanjutkan langkah mereka, 15 menit, 25 menit, 45 menit kemudian akhirnya mereka bertemu dengan satu Bapak-bapak berbaju serba hitam dengan topi caping berbentuk kerucut yang sedang berada ditengah rawa.

"Mau kemana neng?," sapa bapak dari kejauhan.

"Mau ke desa yang ada didalam pakk!" jawab Winda dengan senang hati.

Sementara Karina hanya bengong terdiam karena sudah menyadari keadaan yang terjadi saat itu. Dari Smartphone Winda, tidak ada terlihat sosok bapak berbaju hitam yang berada ditengah rawa.

Karina mencoba tenang, ia teringat perkataan waktu bermimpi di dalam Bus berhantu jika ketakutan akan memicu hawa kehadiran mereka. Maka dari itu Karina berpura-pura juga ikut menyapanya.

"I-iyaaa, ha-haloo Pakk?" ucap Karina dengan ekspresi cemas dan senyuman terpaksa.

"Yuk Win, kita lanjut jalan!" ucap Karina berupaya mendesak.

"Kami lanjut jalan dulu ya Pak." ucap Winda sambil melambaikan tangan kirinya.

Si bapak membalas lambaian tangan Winda dengan pelan. tapi arah kepalanya tertuju kepada Karina. Terlihat karina mencoba membuang muka.

15 menit kemudian, gapura selamat datang mulai terlihat. Windapun lekas berlari tak sabar untuk segera beristirahat. Sementara Karina diam sejenak didepan gapura dan memperhatikan semuanya dari kejauhan.

Didalam desa terlihat beberapa perumahan yang kumuh, dan tenda-tenda darurat berwarna putih yang dipastikan milik dari Rumah Sakit.

Dia kemudian berjalan pelan mengitari pagar desa kesebelah kiri. Seakan familiar, namun Karina merasakan hal yang berbeda. Yaitu tidak adanya pohon besar yang ada dibelakang desa.

Kekhawatiran mulai timbul dalam benak karina, sehingga mengakibatkan visual mata Karina menjadi seperti Diplopia.

Ada dua pemandangan desa tervisualisasikan dihadapannya, pertama desa tanpa Pohon, yang kedua desa yang ada pohon besar namun dengan nuansa seperti bulan purnama ditengah malam.

(Diplopia adalah gangguan visual ganda pada mata.)

Mendapati keanehan itu Karina mulai ketakutan dan melangkah mundur yang membuatnya akan terjatuh, namun seorang lelaki perawat datang menangkap tangan kananannya.

TAP!!

"Kamu gapapa?" ucap Lelaki perawat yang menangkap tangan Karina.

"Ahh, maaf aku cuman sedikit pusing" jawab Karina sambil meraba keningnya.

Sementara Winda sudah ada didalam desa beristirahat dibangku depan tenda darurat bersama satu orang polisi, 3 perawat laki-laki, dan 1 perawat perempuan. Total pendatang dari luar ada 8 orang termasuk lelaki yang bersama Karina.

Kemudian bersama lelaki perawat itu Karina masuk kedalam desa dengan melewati gapura. Akan tetapi disaat pertengahan langkahnya, ia seperti tersentak masuk ke dua alam berbeda dengan rasa setruman kecil diseluruh badannya. Otomatis Karina terjatuh namun lelaki perawat itu dengan sigap merangkul kedua bahunya.

Semua orang yang duduk didepan bangku tenda melihat kejadian itu dan mendatangi Karina, lalu menuntunnya jalan bersama.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!