NovelToon NovelToon

Forced To Marry

Bab 1 part 1

Suasana Perusahaan keramik ANDRO yang terlihat semua staf dan pegawainya sedang bergegas ke ruang meeting. Semua staf yang melaksanakan meeting yang dipimpin langsung oleh Rey Andro berjalan mulus tanpa kendala. " Sudah mengerti kan kalian?" Rey Andro yang baru saja menjelaskan apa saja gagasan untuk meningkatkan produksi dan penjualan barang-barang yang berbahan dasar keramik supaya bisa mencapai ekspor ke luar negeri.

Sudah Pak. Seru karyawan yang mengikuti meeting pagi itu.

" Meeting selesai." Rey Andro yang langsung menaruh pantatnya di kursi kebesarannya. Sorot mata tajamnya tidak terlepas dari laptop yang ada di atas mejanya. Siapa lagi yang menjadi pusat perhatiannya saat itu kalau bukan satu nama. Jessica Anindita. Wanita spesial yang sudah lama mengisi hatinya namun begitu saja dihempaskan oleh wanita tersebut, karena Jessica memilih pria yang lebih kaya saat Rey Andro masih berjuang merintis Perusahaan milik ayahnya yang gulung tikar akibat ayahnya terlalu mempercayakan penuh kepada orang kepercayaannya. Namun keadaan sekarang berbeda, Rey Andro yang sekarang menggantikan ayahnya memimpin Perusahaan ANDRO berkembang sangat pesat bahkan Perusahaan ANDRO baru-baru ini mendapat sebuah penghargaan bergengsi sebagai Perusahaan yang memuaskan customer dari kualitas bahan yang di gunakan.

Tok...Tok...Suara ketukan dari balik pintu meja kerjanya.

" Masuk!"

Seorang laki-laki paruh baya yaitu Tuan Di Andro adalah ayah dari Rey Andro. Ayah adalah satu-satunya yang dimiliki oleh Rey Andro semenjak ibunya meninggal. Ayahnya adalah segalanya yang telah memberikan kasih sayang kepadanya. Memiliki ayah seperti ayahnya yaitu Tuan Di Andro adalah hal yang terindah dan tak akan Rey lupakan dalam hidupnya. Ayahnya bisa memberikan kasih sayang layaknya kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah Rey dapatkan.

" Anak lelaki ayah yang paling tampan dan gagah." Tuan Di Andro yang berjalan menghampiri meja kerja dimana anaknya duduk di kursi kebesarannya dan memeluknya.

Begitu Juga dengan Rey Andro yang langsung berdiri bergegas menyambut pelukan ayahnya.

" Tumben ayah kesini." Rey yang mengangkat jam mewah keluaran terbaru yang melingkar di pergelangan tangannya.

Tuan Andro menggaruk berulang kali pelipisnya. Mengernyitkan dahinya. Memikirkan bagaimana cara menyampaikan kata dengan pas supaya anak lelakinya tidak berontak. " Bagaimana kalau ayah duduk dulu? dan kamu telepon OB untuk membuatkan ayah secangkir kopi Rey."

Rey tersenyum, baiklah ayah. Rey membalikkan badannya dan mengambil gagang telepon dan menghubungi OB untuk membawakan dua cangkir kopi ke dalam ruangannya.

" Berapa Usia kamu Rey?" Ayahnya yang masih berdiri dan berjalan-jalan mengitari meja kerja Rey dan sesekali melihat lukisan yang berada dalam ruangan kerja Rey. Kemudian Tuan Di Andro menyandarkan pantatnya di sebuah sudut meja kerja Rey.

" 27 ayah."

" Apa kamu..." Perkataan Tuan Di Andro terhenti karena ada sebuah ketukan dari balik pintu yang sepertinya OB yang sedang mengantarkan kopi pesanan Rey.

" Masuk. Letakkan di meja!"

Seorang OB kemudian meletakkan dua cangkir kopi lantas pergi meninggalkan ruangan Rey. " Saya permisi Tuan Di dan Tuan Rey." Dengan menundukkan kepala sang OB bergegas keluar dan menutup pintu.

" Ini yah kopinya." Rey yang mengarahkan kopi kepada ayahnya yang masih berdiri di sudut meja kerja Rey.

" Apa kamu, tidak berniat memberi tambahan pigura foto yang kamu pajang di meja kamu ini. Selain foto ayah." Tuan Di yang menunjukkan foto Rey dan dirinya dalam satu pigura. Dengan memainkan bibirnya seolah memberi isyarat kepada Rey atas pembicaraannya yang mengarah kemana.

" Hehm." Sesaat Rey mengernyitkan dahinya dan mulai berpikir apa maksud yang dikatakan ayahnya. " Maksud ayah?"

" Usia kamu sudah 27, apa tidak terbesit untuk segera menikah? Mana, tidak ada satu wanita pun yang kamu perkenalkan kepada ayah?" Dengan telapak tangan keduanya yang Tuan Di coba ekspresikan kepada putranya.

Rey menggaruk kepalanya dengan ujung jari telunjuknya. Memalingkan wajahnya dari tatapan ayahnya. Dia tidak bisa menjawab apapun untuk kali ini.

" Kamu itu tampan dan seorang pimpinan Perusahaan ANDRO. Masak kamu tidak ada kekasih?" Tuan Di yang melangkahkan kakinya dua langkah dan menepuk pundak putranya.

Huft Hembusan nafas sesak terdengar di telinga Tuan Di.

" Kita duduk dan bicara." Tuan Di yang menuju kursi dan berusaha mengambil cangkir kopinya dan menyeruputnya.

Begitu juga dengan Rey yang baru saja akan menyeruputnya.

" Kamu akan ayah jodohkan dengan anak Mang Siswanto supir pribadi ayah."

Huk...huk...huk...Suara batuk yang keluar dari mulut Rey. Kopi yang baru saja akan mendarat masuk ke dalam mulutnya pun membuatnya tersedak setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Rey bergegas meletakkan secangkir kopinya kembali ke atas meja. Saking terkejutnya Rey menoleh ke arah ayahnya yang terkekeh melihat tingkahnya dan masih menyeruput secangkir kopinya dengan santainya.

" Ayah sedang bercanda bukan?"

Tuan Di meletakkan kembali cangkir kopinya. " Ayah tidak bercanda, ini adalah janji ayah ketika hanya pak Siswanto yang peduli terhadapmu ketika kamu masih SD hingga SMP saat ayah harus menanggung hukuman dari penjara karena ulah orang kepercayaan ayah saat itu. Perusahaan gulung tikar, Tidak beralih nama menjadi nama orang lain, itu saja sudah sangat bersyukur. Meskipun ayah yang harus menanggung hukuman dari orang kepercayaan ayah yang telah melakukan penipuan dan masalah ketenaga kerjaan. Jangan kau lupakan jasanya nak!" Tuan Di menghentakkan kedua telapak tangannya ke pundak putranya dengan sangat harap.

Rey yang melihat sorot mata ayahnya, tidak kuasa menolak. Rey diam tanpa kata.

Perlahan Tuan Di melepaskan kedua tangannya dari kedua pundak putranya. " Jangan kau lihat sekarang! tanpa dia, ayah tidak tahu apa jadinya kamu saat itu. Hanya pak Siswanto yang merawat mu dan menyekolahkan kamu dengan keringatnya. Disitu ayah berjanji akan membalas budinya dengan menikahkan anak perempuannya pak Siswanto dengan kamu kelak jika sudah besar."

" Iya yah." Jawab pasrah Rey kepada ayahnya.

" Persiapkan dirimu, siang ini kita akan pergi ke rumah pak Siswanto. Ayah akan berkeliling Perusahaan dan melihat semua karyawan yang bekerja. Ayah bangga dengan cara kamu memimpin Perusahaan ini, nak. Perusahaan ini berkembang pesat bahkan diakui mancanegara akan kualitas bahan bakunya. Kamu hebat." Tuan Di yang menepuk pundak anaknya dua kali dan berjalan menuju keluar pintu dan akan mengelilingi Perusahaan.

Hah! Rey yang tampak stress berat langsung membanting tubuhnya ke kursi kebesarannya. Kepalanya dia sandarkan dengan sangat lemas nya dan pasrah akan keputusan ayahnya. Isi kepalanya tidak karuan karena membayangkan seperti apa wanita yang akan ayahnya nikahkan dengannya.

Apa-apa an ini? Mengapa aku tidak bisa menolak keputusan ayah. Apa iya aku akan menikah tanpa dasar cinta? Lalu rumah tangga apa yang akan aku ciptakan nanti?

Rey yang masih stres berat dengan wajah penuh amarah dengan memegang kedua sisi kepalanya, sesekali dia cemas dan berdiri, kemudian kembali duduk dan menghentakkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

BERSAMBUNG

Bab 1 part 2

Jam makan siang sebentar lagi. Tuan Di sepertinya sudah mengelilingi Perusahaan ANDRO dan berbincang dengan beberapa staf dan karyawannya.

" Ayah akan segera datang." Rey yang melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. " Hah." Kekuatan dalam diri lewat ekspresi harus dia tunjukkan supaya tidak ada raut wajah seperti orang tertekan. " kamu akan bisa hadapi ini Rey. Kamu itu kuat, jangan hancurkan harapan ayah kamu! Dia adalah segalanya yang aku punya saat ini." Gelengan kecil dari kepalanya. Lidah yang dia mainkan dengan sangat elegannya.

" Apa kamu sudah siap Rey." Ayahnya yang membuka pintu ruangan kerja anaknya.

" Sudah yah." Rey bergegas dan menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Keduanya pergi berjalan beriringan menuju lift dan akan turun ke loby Perusahaan. Laptop Rey masih berada di atas meja dengan layar yang menampilkan wajah Jessica Anindita.

Supir yang tepat berada di depan loby yang tengah siap berjalan menembus jalanan kota Surabaya menuju pinggiran kota yang memakan waktu kurang lebih dua jam yaitu desa Pacet.

" Apa kamu lupa Rey, rumahnya mang Siswanto, supir pribadi ayah dulu."

" Aku sama sekali tidak ingin mengingat masa sulit aku ketika berpisah dengan ayah waktu itu. Sengaja memory itu aku tutup dalam flashdisk otakku yah.

" Hahaha." Tuan Di yang terkekeh mendengar bahasa putranya.

" Apa kita sudah sampai yah?"

" Ya sepertinya begitu." Tuan Di yang menganggukkan kepalanya dan membuka pintu mobilnya. Kaki kirinya dia keluarkan dari mobil. Sepatu hitam mengkilapnya mulai menginjak rerumputan hijau. Tuan Di berdiri memandangi rumah Pak Siswanto dan memastikan bahwa benar ini adalah rumahnya pak Siswanto supir pribadinya. Pak Siswanto memilih berhenti bekerja menjadi supir pribadi keluarga ANDRO karena memilih menjadi peternak di desanya.

Rey yang menyusul ayahnya dan berdiri di samping ayahnya mengedarkan pandangannya ke semua arah. Desa ini terlihat asri dengan Padang rumput hijau dan suasana pegunungan yang sejuk. Terlihat di depannya tempat dimana Rey berdiri, rumah sederhana yang memiliki halaman luas dan juga tak kalah asri menyejukkan. Bahkan banyak bunga mawar yang menghiasi kebun halaman rumah tersebut.

Ayahnya memberi isyarat dengan menoleh ke arah putranya dan berjalan masuk ke dalam halaman rumah tersebut.

" Tuan Di Andro, Tuan Rey." wajah terkejut sumringah ditunjukkan pria yang hampir sama usianya dengan Tuan Di Andro. Hanya saja penampilan pak Siswanto sangatlah sederhana karena dia hanyalah seorang petani dan peternak, tidak butuh jas untuk kesehariannya, hanya kaos oblong dengan kain adem sudah sangat nyaman dikenakannya.

" Pak Sis, apa kabarnya." Tuan Di menjabat dan memeluk erat pak Siswanto.

" Alhamdulillah Tuan Di, sudi mengunjungi gubug kami. Silahkan! Silahkan duduk!" Dengan telapak tangan terbuka menunjukkan kuris dan meja yang berada di halaman teras rumahnya. " Tuan Rey sudah dewasa." Pak Sis tidak lupa menyentuh lengan dan mengusap lengan Rey dua kali.

" Nduk, ada tamu, ayo buatkan minum! Teriak pak Sis dari pintu utama rumah kepada anak perempuan semata wayangnya, Elea Noor Maina.

" Enggeh Bapak." Teriak Elea dari belakang yang sepertinya dari dapur rumah suara itu berasal. Hanya Elea dan Pak Siswanto yang tinggal di rumah itu semenjak meninggalnya ibu Elea saat Elea masih kecil.

Entah mengapa jantung Rey berdegup kencang. Rey seperti tidak bisa menyembunyikan rasa stresnya. Rey seperti orang yang belum siap untuk bertemu dengan calon istri yang sama sekali tidak dikenalnya. Duduk Rey tidak tenang, gerak-gerik gelisah tidak bisa dia sembunyikan dari ayahnya meskipun dia sudah mengusahakan untuk tetap tenang dan terlihat gentleman. " Ayah, a-ku, a-ku..." Nada bicaranya saja sudah tidak karuan keluar dari mulutnya karena saking gugupnya. " Aku akan keliling-keliling sebentar, permisi." Rey yang meninggalkan dan menundukkan kepalanya ke pak Siswanto. Sementara ayahnya tidak bisa mencegahnya karena Rey memang terlihat gugup.

Tidak lama saat Rey sudah membelakangi rumah pak Siswanto. Seorang perempuan terlihat polos dan lugu yang memakai setelan baju sederhana dengan rambut di kepang dan memakai kacamata layaknya seorang gadis kutu buku yang gemar membaca. Meletakkan beberapa cangkir dan Teh yang berada dalam teko blirik warna hijau yang khas sekali dengan nuansa desa. Elea yang memberikan senyum sopan ke arah Tuan Di, sedikit menundukkan wajahnya karena sifat pemalu nya. Lalu dia bergegas masuk ke dalam rumah.

" Sepertinya aku bisa gila." wajah kesal umpat Rey yang terus berjalan menyusuri kebun sayuran yang sengaja Rey tendang dengan sepatu kerjanya.

" Sepertinya memang kamu sudah gila." Suara seorang wanita yang menunjukkan amarahnya dengan kedua tangan yang memegang kedua pinggangnya.

Rey yang mendengar suara itu langsung membalikkan badannya. Menggeleng-geleng kan kepalanya, memandang rendah wanita cupu yang ada di depannya lengkap dengan kacamata tebalnya. " Kamu jin ya? tiba-tiba datang di belakang saya, terus maki-maki saya. Hi." Ekspresi jijik dan geli melihat Elea yang ada di depan Rey.

" Dasar orang kota banyak gaya, hehm, kamu pikir kamu siapa? berani-beraninya kamu injak-injak tomat dan sayuran terong di kebun bapak saya."

Rey langsung menelan ludah. Melihat sepatunya yang sudah sembarangan menginjak-injak sayuran. Namun bukan Rey Andro namanya jika tidak bisa mengatasi masalah. " Hahm..." Rey berlalu dan meninggalkan begitu saja Elea yang sudah memasang wajah kesalnya.

" Kamu tuli ya."

Langkah Rey terhenti seketika. Tetap pandangannya lurus ke depan tanpa menoleh ke arah Elea. " Kamu pergi atau aku teriak!"

Elea yang bingung dengan sikap lelaki yang ada di depannya. Mengernyitkan dahinya dan memandang aneh Rey yang ada di depannya. " Dasar pria aneh, dasar gila."

Rey yang mendengar umpatan lirih wanita itu langsung menarik lengannya. " Apa kamu bilang."

" Aw, sakit." Lengan Elea yang dicengkeram oleh Rey.

Tiba-tiba teriakan suara datang dari ayah mereka masing-masing yang tampak dari kejauhan. " Rey." Tuan Di yang melambaikan tangan ke arah Rey. Begitu juga dengan pak Siswanto yang memanggil nama putrinya. " Elea!"

Rey dan Elea yang menoleh dari kejauhan mendengar nama mereka dipanggil oleh ayahnya masing-masing. Di situ Rey langsung melepaskan cengkeramannya pada gadis cupu yang ada di sampingnya. Hembusan nafas Rey semakin memuncak. Mata Rey terpejam untuk sesaat. Antara pasrah atau harus berontak karena merasa perempuan itu sangat tidak cocok untuknya. Elea yang lebih dulu berjalan menuju ke bapaknya. Sementara Rey masih berjalan agak jauh di belakang Elea yang masuk menuju rumah supir pribadi ayahnya. Jalannya Rey lemas karena sebentar lagi hidupnya akan berubah seperti neraka.

Jadi gadis culun itu anak pak Siswanto. Oh God, apa dia tidak memiliki cermin di rumahnya? hingga dia berpenampilan culun seperti itu. Rey yang menggaruk kepalanya kesal dan masih berjalan menyusuri kebun.

BERSAMBUNG

Bab 1 Part 3

Setelah semua berkumpul di teras rumah pak Siswanto. Suasana yang tadinya santai menjadi hening. " Ya...ya...kalau mengingat zaman dulu rasanya tidak ingin hidup jika tidak memiliki seorang anak." Tuan Di yang bernostalgia dengan pak Siswanto.

Pak Siswanto pun terkekeh menanggapi Tuan Di yang bernostalgia saat masa-masa buruk yang terjadi saat belasan tahun lalu.

" Makanya saya ingin menepati janji dalam diri saya untuk menikahkan Rey Andro dan Anak perempuan Pak Siswanto."

Pak Siswanto menoleh terkejut begitu juga dengan Elea. " E, Tuan, apa Tuan tidak salah, Tuan ini kan orang terpandang di Surabaya. Saya hanya petani dan peternak biasa, orang kampung, begitu juga dengan Elea, Apa ini tidak terlalu berlebihan Tuan?"

" Tidak, tidak pak Sis, janji dalam diri harus ditepati. Seperti apapun Elea, aku akan menganggapnya seperti anakku sendiri, setelah Rey dan Elea menikah."

Rey dan Elea sama-sama melongo, keduanya saling pandang dengan menyimpan kekesalan masing-masing.

" Kalau itu sudah menjadi keputusan Tuan Di, saya bisa apa."

" Terimakasih pak Sis, Elea, om tahu kamu gadis yang sangat baik." Tuan Di kemudian meraih tangan Elea dan juga tangan Rey untuk dipersatukan dan saling bersentuhan. Karena saking deg-degan, punggung tangan Elea pun mengeluarkan keringat dingin. Untuk pertama kalinya Elea merasakan detak jantung yang sangat kuat. Seperti mau pingsan mendengar kenyataan bahwa dia akan dijodohkan dengan anak dari mantan Tuannya.

Setelah Rey dan Tuan Di pamit dari rumah pak Siswanto. " Apa ayah tidak bisa menolak perjodohan ini lebih keras?"

" Kamu dengar sendiri apa alasan Tuan Di kan nduk?"

" Mana bisa aku menikah dengan orang yang sama sekali aku tidak mengenalnya bapak?"

" Bapak yakin Tuan Rey baik, seperti ayahnya."

" Kalau sebaliknya, kalau dia menyiksaku, apa yang Bapak bisa lakukan?"

" Ssssst. Apa kamu lupa Rey? Waktu SD yang kamu anggap seperti kakakmu, dan kamu menangis ketika dia harus hidup kembali bersama Tuan Di, saat Tuan Di keluar dari penjara."

" Itu kan perasaan saat aku kanak-kanak. Sudah lah, Bapak tidak pernah tahu apa maksud ku."

****

Apa-apaan sih ini? hidupku mengapa diatur-atur mereka sedemikian rupa. Main suruh-suruh saja, mengikuti titah mereka. Umpat Elea yang merapikan beberapa pasang baju untuk dia masukkan ke dalam koper dan mobil pribadi dari Tuan Di, sedang menunggu di luar pagar rumah nya untuk membawanya ke Surabaya.

Mobil yang membawa Pak Siswanto dan Elea akhirnya sampai setelah memakan waktu sekitar dua jam lebih menembus jalanan desa menuju kota.

Tampak Rey dan Tuan Di menyambut kehadiran pak Sis dan Elea. Rumah berpagar tinggi dan kokoh itu bisa di bilang seperti rumah milik para Crazy Rich Surabaya. Bagaimana tidak, rumah itu sangat megah dan besar. Elea yang keluar dari mobil dan berjalan bergandengan dengan bapaknya di sebelah kanannya masih tidak berhenti mengedarkan pandangan ke seluruh sisi depan yang di sajikan di rumah itu.

Tu kan, dia gadis udik, mana pernah dia melihat rumah mewah di desanya. Yang ada hanya ayam dan kambing-kambingnya. Umpat Rey dalam hati yang sedari awal memperhatikan Elea semenjak Elea keluar dari mobilnya. Mata Elea tidak pernah fokus tertuju kemana dia berjalan. Dia menoleh kanan kiri belakang samping melihat semua sisi rumah megah itu.

" Mari kita masuk pak Sis." Tuan Di yang begitu ramahnya dan memberi tahu kamar tamu untuk Elea dan juga pak Sis, selama beberapa hari menjelang pernikahan Rey dan Elea.

" Ini kamar pak Sis dan sebelah sini kamar Elea."

" Terimakasih Tuan Di."

" Elea, sebaiknya kamu dan Rey keluar, berbincang sambil mencari hawa segar dan memilih dress yang akan dikenakan pas malam resepsi. Meskipun itu sudah di atur oleh perancang, siapa tahu kamu ada pilihan lain sayang." Tuan Di begitu baiknya terhadap Elea. Tuan Di memberi kode pada Rey supaya mengajak Elea pergi memilih gaun pernikahan yang dia inginkan.

Rey tidak ada pilihan lain. Selain mengikuti titah ayahnya. " Ayo Elea!" Rey yang menarik tangan Elea.

Setelah tak terlihat oleh kedua ayah yang sedang berdiri di depan kamar tamu. Rey membuang tangan Elea dengan kasar. Elea yang merasakan itu, langsung merespon dengan menoleh ke arah Rey dengan tatapan yang sama kesalnya.

Keduanya memasuki mobil. Rey dengan wajah juteknya. " Pakai seat belt nya."

Elea yang tidak mengerti apa maksud Rey tampak kebingungan tapi gengsi untuk bertanya. Dia bersikap masa bodoh dan tetap saja duduk tanpa perasaan bersalah.

" Pakai seat belt nya." Nada keras Rey untuk kedua kalinya dengan tatapan kesal dan mencontohkan seat belt yang di kenakannya.

Elea yang reflek ketika Rey menyuruhnya memakai seat belt dengan jutek. Masih terlihat acuh kemudian menarik seat beltnya dan dia pasang.

Rey geleng-geleng. Kakinya menginjak pedal gas. Mobil berjalan menembus jalanan kota Surabaya menuju ke sebuah salon di dalam pusat perbelanjaan.

Aku tidak mungkin, bawa perempuan udik ini ke perancang butik. Bisa tersiar sampai ke telinga Jessica, kalau perempuan yang aku nikahi adalah perempuan udik anak supir pribadi ayahku. Tidak-tidak.

" Kamu boleh batalkan pernikahan ini kok. Jangan kamu kira aku berharap ya menikah dengan kamu."

Ciiiiiiiiiiiiit. Suara berdecit ban mobil dengan pengereman mendadak yang di lakukan Rey.

" Andaikan aku bisa gadis udik, aku juga tidak sudi menikah dengan kamu." Ketus Rey. " Lihat di cermin! seperti apa dirimu itu, Aku ini pimpinan Perusahaan ANDRO dan akan menikah dengan wanita...." Rey yang menggelengkan kepalanya kecil dengan memainkan wajahnya yang seperti merendahkan Elea.

Tanpa sadar bulir-bulir bening dari pelupuk mata Elea jatuh. Setetes. Beberapa detik kemudian bertambah dua tetes dan tiga tetes.

" Sudah aku duga, kalau aku akan diperlakukan seperti ini. Sebelum terlambat. Aku akan mengumpulkan seluruh kekuatanku , untuk bicara kepada ayah kamu, Tuan Di, dan membatalkan semua rangkaian pernikahan ini."

Rey yang terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Elea. Duh, sial...jadi panjang nanti urusannya. " Please! lupakan apa yang aku katakan tadi. Okay."

Pedal gas kemudian diinjak kembali oleh Rey. Elea masih bingung dengan sikap Rey, dia tahu Rey juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun mengapa dia tidak berusaha memberontak kepada ayahnya untuk membatalkan pernikahan ini.

Mungkin dia sudah bicara melawan ayahnya. Namun lagi-lagi ini adalah sebuah janji dalam diri yang harus ditepati oleh Tuan Di kepada semesta. Sebuah janji memang harus ditepati. Tapi apa harus memaksa kami dalam sebuah ikatan pernikahan yang tidak ada dasar cinta.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!