NovelToon NovelToon

KUTINGGALKAN CINTA

HARI PERTAMA KULIAH

Sebagai mahasiswa baru, pagi ini Via dengan sangat antusias bersiap untuk segera berangkat ke kampus. Ini pertama kalinya dalam hidup Via tinggal sendiri jauh dari orang tua.

Selama ini Via sekolah tidak jauh dari rumahnya. Tapi untuk kuliah tentu saja Via tidak lagi bisa di kotanya sendiri. Kali ini Via memutuskan kuliah di kota Solo, salah satu perguruan tinggi swasta. Via memutuskan untuk mangambil jurusan S1 Farmasi lantara ingin menjadi seorang Apoteker.

Via yang sudah bersiap mengenakan baju hem putih dan celana hitam dengan rambut pendeknya di kuncir dua, dengan pita warna merah.

Ya, hari ini adalah hari di mana mahasiswa baru menjalani ospek.

Tidak ingin terlambat. Via berlari menuju kampus yang terletak  tidak jauh dari kosnya.

Sesampai di kampus, Via tersenyum karena dirinya termasuk masasiswa yang datang lebih awal dibanding yang lain.

Terlihat seorang laki-laki, dengan penampilan agak lain dari teman-temannya. Sosok laki-laki yang mengenakan pakain putih tapi warnanya sudah mulai berubah kekuningan dengan celana hitam yang agak kedodoran, seperti bukan untuk ukurannya. Dia lah Rian.

Kakak senior memberi arahan kepada mahasiwa baru, menyuruh kita untuk membawa berbagai macam merek kebutuhan sehari-hari. Namun nampaknya merek yang di inginkan agak langka. Sebagai contoh kakak senior menyuruh kami membawa pasta gigi dengan merek putihku, air mineral dengan merek hausku dan masih banyak merek-merek lainya yang tidak masuk akal sehatku.

Setelah pengarahan dari kakak senior, mahasiswa yang lain memutuskan istirahat ke kantin. Hanya ada satu siswa yang hanya berdiam di dalam kelas dan entah kenapa sosok ini menarik perhatian Via.

"Kenapa di dalam kelas terus? Tidak pergi ke kantin?" tanya Via.

"Tidak," jawab Rian singkat.

"Oiya, nama kamu siapa?" tanya Via.

"Rian," jawabnya.

"Aku Via, kamu ambil fakultas apa?" tanya Via. Lantaran saat ospek seperti ini semua fakultas masih jadi satu.

"Farmasi," kembali Rian menjawab dengan singkat.

"Wah kita satu fakultas dong. Aku juga sama fakultas Farmasi. Senang berkenalan dengan kamu.n" Via mengulurkan tangannya dan dengan ragu Rian membalasnya keduanya bersalaman.

Rian sebenarnya bukan laki-laki yang pendiam, tapi saat dikampus dirinya menjadi pendiam karena kurangnya percaya diri. Apa lagi hampir semua mahasiwa yang ada disitu rata-rata anak orang kaya. Mungkin hanya dirinya sendiri disini yang berasal dari kelurga kurang mampu.

Meski begitu tidak menyurutkan niatnya untuk bisa belajar dengan baik. Sebenarnya bisa di terima kuliah di sini bisa dikatakan faktor beruntung, ada paman Rian yang bekerja disani sehingga Rian bisa kuliah di sini.

"Oiya, untuk tugas yang diberikan kakak senior tadi gimana? Kamu mau nyari di mana barang-barang dengan merek gak jelas seperti itu," gerutu Via.

"Nanti mau beli dekat rumah paman saja," jawab Rian.

"Paman? Kamu tinggal sama paman kamu?" tanya Via.

"Iya, aku tinggal sama paman disini,"

"Kamu sebenarnya orang mana sih?"tanya Via lagi.

"Aku berasal dari kota P. Tapi desaku lumyan jauh dari kota,"

"Wah kita searah dong, kalau pulang. Aku dari kota C. Kapan-kapan kalau pulang kampung kita bareng ya," tetlihat Via antusias.

"Iya," jawab Rian singkat.

"Kamu kenapa terlihat gugup sekali? Kita kan berteman, aku harap kamu mau jadi teman baikku." ucap Via yang lebih berani ketimbang Rian yang pemalu.

"I-iya" jawab Rian singkat.

"Tu kan, masih gugup lagi jawabnya. Oya nanti pulang dari sini kita bareng ya! Aku mau belanja sekalian. Katamu kan, di toko dekat rumah paman kamu ada yang jual dengan merek aneh itu," ucap Via.

"I-iya" jawab Rian yang belum bisa menghilangkan kegugupan nya.

Sepulang dari kampus, benar saja Via mengikuti Rian untuk pulang bersama.

"Rian..!Rian..!" panggil Via dan panggilan itu menghentikan langkah Rian.

"Katanya mau pulang bareng? Kok aku malah di tinggal?" ucap Via yang merasa sudah dekat dengan Rian. lain halnya dengan Rian yang masih merasa canggung.

"Di mana rumah paman kamu?" tanya Via lagi.

"Dekat kok, itu rumah yang atapnya warna hijau," Rian menunjuk rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar tapi cukup lah untuk keluraga kecil paman ditambah dirinya.

"Terus kita beli barang-barang nya dimana?" tanya Via.

"Di sini," Rian berhenti di sebuah toko kelontong tak jauh dari rumah pamannya.

"Di sini? Emang beneran ada disini?" Via merasa tak percaya dan Rian hanya mengangguk.

Di toko kelontong, Rian membeli air mineral dengan merek yang familiar begitu juga dengan minyak goreng dan barang lainnya.

"Rian, kamu tidak salah ya? Ini kan bukan merek yang diminta kakak senior kita?"

"Iya benar, percaya saja sama aku," ucap Rian.

"Wah tidak agh, Rian. Aku takut salah! kakak senior kita itu galak," ucap Via.

"Bener kok. Kamu percaya saja! Kakak senior, sengaja menyuruh kita membawa merek-merek itu untuk menguji kita saja. Karena merek yang mereka minta memang tidak ada," ucap Rian.

"Terus boleh kita ganti merek asal seperti itu," tanya Via belum mengerti.

"Tentu saja tidak! Jadi kita tempel merek ini, dengan kertas yang sudah kita tulis dengan merek-merek yang di minta kakak senior kita tadi," jelas Rian.

"Oow..begitu. Untung saja aku ketemu kamu. Kalau tidak, siang ini mungkin aku akan muter-muter solo nyari merek-merek gak jelas itu! hihihi..." Via terkekeh.

Setelah belanja, keduanya berpisah. Rian pulang kerumah pamannya dan Via kembali ke kosnya.

Tubuhnya merasa sangat lelah, setelah seharian di kerjain habis-habisan sama kakak senior.

Via merebahkan tubuh mungilnya di kasur, matanya melihat langit-langit kamar kosnya. Tiba-tiba bayangan Rian muncul dan tanpa di sadari bibir mungilnya tersenyum, membayangkan tingkah polosnya Rian.

"Rian," gumam Via tanpa sadar.

Dret..dret...

Panggilan masuk dari mama di ponsel Via.

"Assalamu'alaikum Ma,"

"Walaikumsalam," jawab Bu Rini.

"Bagaimana, hari pertama masuk kuliah?" tanya Bu Rini.

"Baik Ma, teman-teman di sini baik, Via sudah banyak teman disini," ucap Via bohong karena satu-satunya yang dianggap teman cuma Rian.

"Syukurlah, minggu depan kalau mau pulang biar di jemput Pak Tono ya (sopir keluarga pak Handoko dan bu Rini).

"Tidak usah ma, Via ingin mandiri. Semisal nanti jadi pulang, Via akan naik kendaraan umum saja," jawab Via.

"Kendaraan umum? Kamu yakin bisa? Biasanya kan kamu selalu di antar jemput Pak Tono" ucap Bu Rini.

"Iya bisa, Ma. Mama tidak usah kawatir, Via udah mahasiswa sekarang. Bukan anak kecil lagi," jawab Via.

"Ya sudah, kamu istirahat saja dulu! Jangan lupa di perhatikan makannya. Kalau ada apa-apa ingat! Segera telphon Mama atau Papa," ucap Bu Rini kawatir. Lantaran ini pertama kalinya Via hidup sendiri.

"Iya, Ma. Via mengerti." ucap Via memutus sambungan telphonnya.

CH 2

Kring..! Kring..!

Suara alarm di ponsel Via sontak membangunkan gadis mungil ini.

Dengan mata yang masih berat dan rasa kantuk yang masih mendera Via berusaha membuka matanya.

"Hoam.." Via menggeliat dan segera bangun untuk mencuci muka sekaligus mengambil air wudhu.

Setelah melakukan sholat wajib dua raka'at, Via menyiapkan segala keperluan untuk ospeknya di hari kedua. Tidak ingin terlambat Via segera bersiap dan melangkahkan kakinya ke kampus.

"Rian," teriak Via saat melihat Rian sedang berjalan menuju kampus.

"Via," gumam Rian.

"Rian..! Tunggu..! Boleh aku berangkat bareng kamu?" goda Via berjalan di depan Rian dan menghadap ke Rian.

"Jalan yang benar! Kalau kamu jalan mundur seperti itu, nanti jatuh," ucap Rian mengingatkan.

"Kenapa? kamu malu ya aku lihatin?" goda Via tersenyum.

Via ini memang senang menggoda Rian yang pemalu, sifat Rian ini berbanding terbalik dengan sifat Via yang ceria dan humoris.

"Aaww... " Teriak Via hampir jatuh karena ada batu kerikil di tengah jalan dan karena Via jalannya mundur tidak tau kalau ada batu kerikil di sana, beruntung Rian dengan sigap segera menangkapnya.

"Benarkan mau jatuh? Bukankah tadi Rian sudah bilang," ucap Rian.

"Hehehe.. iya maaf, tapi kan gak jadi jatuh. Karena aku tau, kamu pasti akan menangkapku kalau aku jatuh." ucap Via tersenyum dengan pedenya.

"Ck..Kamu ini," ucap Rian tersenyum dan melepaskan tubuh Via yang tadi dipegang karena hampir terjatuh.

"Gitu dong senyum! Padahal kamu itu kalau senyum manis lho. Tapi sayangnya, tidak pernah senyum dan selalu saja diam," ucap Valen sambil berjalan disamping Rian.

Keduanya sampai kampus dan berbaris di halaman kampus untuk melakukan ospek hari kedua mereka.

"Selamat siang, adik-adik. sekarang yang namanya kakak panggil maju ke depan untuk mengumpulkan barang-barang yang kemarin kakak minta," ucap kakak senior.

Setelah beberapa nama siswa baru disebutkan kini giliran Via yang mengumpulkan barang-barangnya.

"Hai..! Kamu," panggil kakak senior.

"Saya kak?" tanya Via.

"Iya, kamu. Siapa lagi memangnya? ini kenapa ada yang tidak kamu bawa? barang yang kami minta?" tanya kakak senior.

"Tidak ada? memangnya apa yang tidak ada kak?" tanya Via memicingkan matanya.

"Biskuit mana? coba kamu cari ada gak biskuit yang kami minta kemarin?"

"Mampus, aku lupa lagi kalau ada biskuit juga kemarin," batin Via.

"Maaf kak, sepertinya biskuit Via jatuh. Ini biskuitnya ada disini," ucap Rian memperlihatkan biskuit sesuai permintaan kakak senior.

"Hah bagaimana bisa? aku kan kemarin tidak beli itu," batin Via.

"Benar itu punya kamu?" tanya kakak senior.

"I-Iya kak" Jawab Via bohong dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Setelah selesai ospek Via ke kantin bersama dengan beberapa teman-temannya. Via melihat sekeliling tapi dirinya tidak menemukan laki-laki yang dicarinya.

"Aku balik ke kelas dulu ya!" ucap Via berdiri.

"Mau ngapain ke kelas sekarang? Ini kan masih waktunya istirahat," tanya Jeni.

"Tidak apa-apa, aku pengen makan di kelas saja! Kalian lanjut aja dulu makannya," ucap Via.

"Bu, Roti sama es nya 1 ya," ucap Via menunjukkan Roti dan Es yang baru saja diambil dari etalase.

Setelah membayar makanan dan minumannya. Via kembali ke kelas dan benar saja laki-laki yang sedari tadi di carinya ternyata ada di dalam kelas sedang membaca.

"Ini buat kamu," ucap Via menyodorkan Roti dan minuman.

"Apa ini?" tanya Rian melihat kearah Via.

"Buat kamu, kenapa di kelas saja? aku tadi nyariin kamu di kantin tapi tidak ketemu. Tau nya ada di kelas," ucap Via.

"Tidak usah, aku sudah kenyang," tolak Rian.

"Terima saja, anggap aja ini sebagai ganti biskuit yang tadi," ucap Via.

"Biskuit yang tadi?" Rian memicingkan matanya.

"Iya biskuit yang tadi pagi, aku tau itu biskuit kamu kan? aku ingat kalau kemarin aku lupa tidak membeli biskuit. Jadi tidak mungkin kalau tiba-tiba ada biskuit begitu saja. Itu pasti punya kamu," ucap Via.

"Terima kasih. Rian," ucapnya lagi.

"Iya sama-sama," jawab Rian kembali melihat bukunya.

"Kalau bagitu, terima ini!" ucap Via kembali menyodorkan roti dan minuman.

"Baiklah, aku terima. Terima kasih ya," ucap Rian tersenyum.

Via segera duduk di depan Rian dan tersenyum menatap Rian yang sedang membaca buku.

Sadar ditatap Via, Rian segera meletakkan bukunya.

"Sudah selesai mandanginya?" tanya Rian.

"Hehehe.. katauan ya? Jadi malu" ucap Via menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Dan setelah beberapa saat mengobrol terdengar suara adzan dhuhur, Rian berdiri dan memasukkan bukunya dalam tas kembali.

"Kamu mau kemana?" tanya Via.

"Ke masjid," jawab Rian singkat.

"Oow.. iya sudah adzan dzuhur ya? Aku ikut ya?" tanya Via tersenyum dan berlari kecil menyusul Rian.

Rian hanya diam dan sedikit tersenyum.

Mereka sholat berjamaah di masjid kampus, Rian ada di shaf depan bersama dengan jamaah laki-laki lainnya dan Via ada di shaf belakang bersama dengan jamaah perempuan lainya.

Setelah sholat Via melepaskan mukena nya. Dari belakang Via melihat Rian yang masih khusuk berdoa di barisan depan.

Tanpa disadari Via tersenyum melihat Rian.

"Bukan hanya pendiam dan baik, tapi Rian juga laki-laki yang sholih, taat beribadah," batin Via.

"Hai..!" ucap Via duduk di samping Rian yang sedang memasang tali sepatu di teras masjid.

"Kamu setiap sholat selalu ke masjid?" tanya Via.

"Karena aku muslim, tentu saja aku melakukan ibadah sholat ku dimasjid," jawab Rian.

"Kalau itu aku juga tau yan. Maksud aku, apa setiap waktu sholat kamu selalu menyempatkan buat sholat ke masjid dulu?"

"Sholat itu tidak boleh ditunda nanti-nanti. Alloh saja tidak pernah menunda kebaikan untuk kita. Kenapa kita malah menunda-nunda sholat?" jawab Rian berdiri.

"Eh..Kamu mau kemana sekarang?" tanya Via kembali mengekori Rian.

"Kambali ke kelas lah, mau kamana lagi," jawab Rian.

"Igh.. kamu ini nyebelin Yan," gerutu Via.

"Kenapa?" tanya Rian sambil berjalan.

"Kamu itu, selalu saja pergi lebih dulu, kalau aku ajak bicara," garutu Via.

"Maaf," ucap Rian tersenyum.

"Gitu dong senyum, aku suka tau! Kalau lihat kamu senyum," ucap Via tetep berjalan mengekori Rian.

Kini keduanya masuk ke dalam kelas dan melanjutkan kegiatan pengenalan lingkungan kampus bersama kakak senior.

Selama kegiatan Via tampak berada di samping Rian, pemandangan ini terlihat oleh salah satu kakak senior di sana.

"Eh..Kalian, sini ke depan," ucap kakak senior kearah Rian dan Via.

"Kami kak?" tanya Via.

"Iya kalian, sini maju ke depan!" ucapnya.

"A-Ada apa kak?" tanya Via takut ke depan.

^Happy Reading ^

Jangan lupa like, coment dan vote ya sayang! dukungan kalian sangat berarti bagi author 🙏Terima kasih🙏

CH 3

Selama kegiatan Via tampak berada di samping Rian dan pemandangan ini dilihat oleh salah satu kakak senior di sana.

"Eh.. Kalian, sini ke depan!" ucap kakak senior kearah Rian dan Via.

"Kami kak?" tanya Via.

"Iya kalian, sini maju ke depan." ucapnya.

"A-Ada apa kak?" tanya Via takut ke depan.

"Kalian pacaran?" tanya kakak senior dan pertanyaan ini tentu saja membuat satu kelas menjadi heboh dan mentertawakan mereka.

"Ti-tidak kak," jawab Via menundukkan kepala.

"Hai..Kamu, apa kalian pacaran?" tanya kakak senior pada Rian.

"Tidak kak, kami tidak pacaran" jawab Rian.

"Kalau tidak pacaran kenapa saya perhatian kalian berduaan terus?"

"Maaf, bukan saya yang mau, tapi Via yang dekati saya terus," jawab Rian dengan polosnya dan sontak membuat semua tertawa dengan gaduhnya.

"Rian," Gumam Via lirih.

"Via kamu suka sama Rian?" tanya kakak senior.

"Em.. Rian teman saya kak" jawab Via.

"Kamu suka sama Rian?" kembali dengan pertanyaan yang sama.

"I-Iya kak," jawab Via jujur dan kembali menunduk.

Rian tercengang dan melihat kearah Via mengerutkan keningnya.

"Huuu...!" sorak teman-teman Via.

"Wah.. ! Cukup berani juga kamu, anak baru sudah berani mengakui suka sama cowok,"

"Sekarang saya tanya kamu Rian, apa kamu juga suka sama Via?"

"Tidak kak," jawab Rian singkat.

"Huuu.." kembali teman-temannya bersorak dan Via melirik kearah Rian.

"Tu Via dengar , kamu sudah ditolak, kamu itu anak baru jangan mikirin pacaran dulu, apa kamu tau kuliah farmasi itu bukan hal yang mudah. Jangan malah mikir pacaran terus," ucap kakak senior.

"Rian kenapa kamu nolak Via?"

"Saya kesini karena ingin kuliah bukan pacaran," jawab Rian.

"Via kamu dengar itu! Sekarang sebagai hukuman buat kamu yang genit, kamu harus minta kan 100 tanda tangan dari kakak senior cowok yang ada dikampus ini, bebas dari fakultas apa saja," perintah dari kakak senior yang membuat Via membulatkan matanya dan melirik tajam kearah Rian.

"Rian kamu tega banget sih," gumam Via lirih.

Via segera keluar dari barisan dan berjalan mencari tanda tangan kakak tingkat.

"Kak, bisa minta tanda tangannya tidak?" tanya Via menyodorkan lembaran kertas dan bolpoin.

"Kamu pikir aku artis, minta tanda tangan segala," ucap kakak tingkat.

"Hahaha.." Via ditertawakan sekelompok kakak tingkat.

"Maaf kak, tapi Via disuruh mencari tanda tangan dari kakak tingkat," ucap Via.

"Sini aku tanda tangani," sahut Rio kakak tingkat.

"Emang sok, sok an itu anak mapala, suka banget ngisengin anak baru. Kasihan kan anak baru di suruh minta tanda tangan kakak tingkat, cowok lagi. Di suruh minta tanda tangan berapa orang?" tanyanya seraya tanda tangan.

"100 kak," jawab Via lirih.

"Banyak juga ya, ya sudah semangat ya!" ucapnya.

"Ehem.. cie... ada yang mau jadi sok pahlawan kesiangan nih.." goda Yoga.

"Apaan sih, benar kan? coba kamu pikir, masak anak baru disuruh cari tanda tangan cowok sebanyak itu, kakak tingkat lagi, iya kalau kakak tingkatnya pengertian kayak aku. Kalau kayak kamu? di mintai tanda tangan aja gak mau, apa gak kasihan tu?" jawab Rio.

"Terima kasih ya kak!" ucap Via tersenyum.

Setelah mendapatkan 100 tanda tangan Via kembali ke barisan dan melanjutkan kegiatan ospek lainnya.

Hingga saatnya jam pulang, Via berusaha mengejar Rian yang pulang lebih dulu

"Rian..! Rian..! Tunggu" panggil Via.

"Ada apa?" tanya Rian menghentikan langkahnya.

"Kamu kok tega sih?" gerutu Via memanyunkan bibirnya.

"Tega? tega kenapa?" Rian mengerutkan keningnya.

"Masih tanya tega kenapa? kamu kok tega tadi mempermalukan aku di depan teman-teman?" tanya Via.

"Siapa yang mempermalukan kamu? aku tidak mempermalukan kamu" jawab Rian santai.

"Tadi kamu nolak aku didepan teman-teman, apa namanya kalau tidak mempermalukan aku?" ujarnya.

"Aku hanya Jawab apa adanya," ucap Rian.

"Kamu gak suka sama aku?" tanya Via.

"Aku kesini buat kuliah bukan buat menyukai seseorang," jawab Rian.

"Rian, tapi aku suka sama kamu," ucap Via yang selalu apa adanya.

"Gampang banget kamu suka sama orang? kenal baru dua hari sudah bilang suka," ucap Rian sambil melangkahkan kakinya.

"Ya, mungkin ini yang dimaksud cinta pada pandangan pertama," jawab Via sambil ngos-ngosan mengimbangi jalannya Rian yang cepat.

"Kamu percaya cinta pada pandang pertama?" tanya Rian.

"Iya aku percaya, karena sebelumnya aku belum pernah merasakan perasaan ini, dan baru kali ini aku merasakannya perasaan yang tidak seperti biasanya," jawab Via menghentikan langkahnya.

"Rian, aku capek! bisa pelan dikit gak sih jalannya?" ucap Via ngos-ngosan.

"Gak bisa!" jawab Rian tetep berjalan, tanpa disadari bibirnya melengkung keatas karena tersenyum.

"Rian..!" teriak Via, tapi Rian tidak menghiraukan.

"Rian itu kenapa sih? selalu saja menghindari aku. memang salah kalau aku mengatakan yang sejujurnya?" gerutu Via menatap punggung Rian yang sudah semakin menjauh.

***

Di rumah paman Rian.

Setelah makan malam, Rian mencuci piring seluruh anggota keluarga pamannya dan Rian juga membersihkan rumah. Setelah rumah pamannya kembali rapi Rian ke kamarnya untuk belajar.

"Rian," ucap paman Surya di pintu kamar Rian.

"Iya paman," jawab Rian.

"Boleh paman masuk?"

"Boleh paman, ada apa?" Ucap Rian menutup buku.

"Bagaimana kegiatan ospek nya dikampus?"

"Baik paman, besok hari terakhir ospek" jawab Rian.

"Em.. kamu lagi belajar apa?" tanya paman melihat buku yang dibaca Rian.

"Ini hanya baca-baca buku Farmasi paman. Sebelum mulai pembelajaran, Rian ingin mencoba baca-baca dulu," jawab Rian.

"Bagus itu, jadi begini Rian. Kamu disini ini untuk kuliah. Dan kamu harus selalu ingat, bagaimana perjuangan kedua orang tuamu untuk bisa membiayai kuliah kamu disini. jadi paman berharap, Rian. kuliah dengan benar dan jangan pacaran dulu, paman tidak ingin, kamu sampai gagal jadi apoteker hanya karena kamu pacaran,"

"Iya paman, Rian mengerti," jawab Rian.

Sebenarnya apa yang menjadi kekhawatiran paman Surya bukan tanpa alasan, pasalnya tadi pagi paman Surya yang juga bekerja sebagai salah satu staf di sana tidak sengaja melihat Via secara terang-terangan menyatakan cintanya pada keponakannya.

Rian menolak Via bukan karena tidak suka, tapi karena Rian menyadari bukan mahasiswa yang pintar jadi tidak ingin sampai kuliahnya nanti akan terganggu jika pacaran dengan Via. Dan lagi Rian juga sebenarnya minder lantaran dirinya hanya mahasiswa miskin yang terlihat sangat berbeda dengan mahasiswa lainnnya. Itu sebabnya Rian lebih memilih untuk menyendiri saat dikampus.

Tapi ternyata semakin Rian menghindar, semakin Via terus saja mendekat.

"Hai.. Rian sedang baca buku apa?" tanya Via tapi Rian hanya diam tak menjawab.

"Oh, Farmakologi," gumam Via melihat sampul buku yang dibaca Rian.

^Happy Reading^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!