NovelToon NovelToon

Dia Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Rutinitas

"Sayang, tolong cepat ambilkan kemejaku ya." pinta Surya sambil berteriak.

"Baik mas, tunggu sebentar." ujar Novi dengan lembut.

Perkenalkan, namaku adalah Novi Heemeka. Aku adalah istri dari Surya Rizanda, putra tertua keluarg ini. Usiaku dua puluh dua tahun saat ini, semenjak menikah aku diminta oleh suamiku untuk menjadi ibu rumah tangga. Tapi, bukan berarti aku hanya wanita yang berpangku tangan kepada suami. Aku juga memiliki usaha online yang bisa dibilang lumayan berkembang.

Suamiku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dan adiknya bernama Arjuna, panggil saja dia Juna. Surya dan Juna sama-sama memilih untuk menikah muda saat itu. Usia mereka yang hanya terpaut satu tahun, tidak membuat mereka terlihat seperti kakak adik. Mereka berdua terlihat seperti layaknya seorang teman.

Saat kami berdua memutuskan untuk menikah muda, Bukan perkara yang mudah bagi kami untuk saling menyatukan pikiran kala itu.

Perdebatan diantara kita sering terjadi diawal-awal pernikahan. Tapi dengan tekad yang kuat, aku mampu melalui masa-masa sulit itu. Sampai saat ini, kami belum dikaruniai seorang anak yang mengisi hari-hari kami. Meski begitu, kami selalu optimis untuk segera memiliki momongan. Segala cara kami tempuh, agar mimpi kecil kami segera terwujud.

Meski saat ini belum ada malaikat kecil ditengah-tengah meraka. Kini kami menjalani hari demi hari dengan begitu baik.

"Mbok tolong piringnya siapkan dimeja makan ya. Biar lauk dan sayurnya aku yang bawa nanti mbok." pinta Novi dengan santun.

Mbok adalah pekerja rumah tangga yang sudah mengabdi sangat lama dikeluarga Surya. Dia sudah bekerja semenjak Surya masih kecil sampai sekarang Surya sudah menikah. Panggil saja mbok Siti.

"Mas, ayo cepet turun dulu. Nanti keburu dingin sarapannya." ujar Novi dengan lembut.

"Mbok, nanti kalau mas Surya sudah turun dan cari saya tolong bilangin saya ke kamar mama ya antar bubur buat mama." jelas Novi dengan senyuman.

"Baik mbak." ucap si mbok.

"Eh si mbok, sudah sarapan belum. Ayo kita sarapan bareng sini mbok. Mama sama mba Novi kemana mbok, sepi banget ini meja makan." ucap Surya.

Bagi keluarga Surya, mbok Siti sudah dianggap sebagai bagian keluarga sendiri. Makan pun, mbok Siti selalu diajak makan bersama. Tidak pernah ada pembedaan bagi mbok Siti, dirumah itu.

"Mas, sudah sarapannya?." tanya Novi sambil menuruni anak tangga.

"Kamu gak bawa mama turun sayang?." tanya Surya sambil menengok ke arah Novi.

"Pagi ini mama mau sarapan dikamar aja katanya mas. Gak papa, biar mama istirahat dulu diatas. Sudah aku siapin obat juga tadi buat mama." jelas Novi disamping Surya.

"Kalau begitu, ayo duduk sini. Kita makan sama-sama." ajak Surya.

"Iya mas." sahut Novi.

Mereka yang tengah sarapan pagi bersama, tampak menikmati hidangan pagi hari itu. Ikan nila goreng dan sayur bayam adalah makanan kesukaan Surya sejak kecil. Dengan lahap dia menikmati makanannya itu. Setelah semua selesai, Surya yang segera pergi ke kantor berpamitan pada mamanya yang tengah dikamar atas.

Tokk ... Tokk ...

"Ma, ini Surya." ujar Surya pelan.

"Oh kamu, masuk sini." ucap mama dengan pelan. Mama Sinta adalah orang tua Surya, beliau sekarang sedang mengalami sakit hernia.

"Kenapa gak turun hari ini ma?, pusing lagi ya kepalanya. Mau Surya antar ke rumah sakit lagi, biar bisa dipastikan lagi untuk sakit kepalanya mama." cecar Surya pada mamanya.

"Mama sudah tua begini masih aja kamu manjain, uda gak perlu khawatir mama baik-baik saja kok. Lagian Novi sudah merawat mama dengan baik setiap hari. Melihat rumah tangga kalian bahagia aja, uda menjadi obat yang ampuh buat mama. Cuman tinggal satu nih, obat yang paling mujarabnya belum juga dateng. Cucu mama mana?." ujar mama Sinta panjang lebar pada Surya.

"Sabar ya ma, lagi diusahain setiap hari. Tolong do'anya juga dari mama, biar prosesnya disegerakan." ucap Surya sambil mengecup tangan mamanya.

Sambil meninggalkan mamanya dikamar, dia lalu segera turun untuk mencari istrinya. Matanya seakan mencari-cari keberadaan sang istri saat itu. Dia tersenyum lebar, saat mengetahui istrinya tengah mempersiapkan sepatu yang akan dia kenakan pagi ini.

Bagi Surya, Novi adalah istri idaman pria manapun. Tanpa meminta ataupun disuruh, dia selalu tau apa yang harus dilakukan. Sambil merengkuh badan Novi dan mengecup keningnya, Surya berbisik lirih ditelinga Novi untuk mengucapkan terimakasih.

Balasan senyum manis yang terpancar diwajah Novi, membuat Surya sangat bahagia pagi itu. Senyuman

lesung pipit khas milik Novi, selalu bisa membuat hati Surya lebih damai.

"Aku titip mama ya, kalau ada apa-apa dengan mama cepat kabarin aku." pinta Surya sambil berjalan menuju mobilnya.

"Iya mas." sahut Novi dengan senyumnya.

Samar terdengar suara mama Sinta dari lantai atas memanggil Novi. Lalu dengan segera ia menaiki anak tangga dan membuka kamar mama Sinta saat itu. Mama yang meringis kesakitan sambil memegang kepalanya, ingin mengambil obat didekatnya saat itu.

Novi yang duduk disebelah mama Sinta saat itu, segera membantu mama untuk membuka semua obat milik mama. Dengan sabar dia membantu mama untuk meminum satu demi persatu obat itu dengan baik. Ketelatenan Novi saat merawat mama, membuat mama yakin bahwa pilihan sang anak mencari pendamping hidup tidak pernah salah.

Sambil membantu mama berbaring diatas tempat tidur, dia juga memakaikan selimut untuk menutupi tubuh mama Sinta saat itu. Mama yang saat itu belum mau untuk tidur, menarik tangan Novi dan meminta Novi untuk duduk menemani dirinya.

"Nov, mama bangga sama kamu. Mama beruntung sekali punya menantu seperti kamu. Pandai memasak, pandai merawat mama dan anak mama." ucap mama Sinta pada Novi.

Novi hanya mengangguk dan tersenyum manis mendengar ucapan mama mertuanya itu.

"Mama harap, kamu bisa menjadi contoh bagi Citra kelak. Dia kan adik ipar kamu, jadi sudah seharusnya kamu bisa membimbing Citra dengan baik." pinta mama Sinta pada Novi.

Citra adalah menantu ke dua mama Sinta, dia adalah istri dari adik Surya yakni Arjuna. Sama saja dengan mereka, Arjuna dan Citra juga memiliki usia yang masih muda saat ini.

"Ma, Citra itu gadis yang tangguh. Jadi gak perlu belajar ke aku juga sudah bisa mandiri ma." jelas Novi sambil tersenyum pada mama.

"Iya mama tau, tapi Citra itu masih banyak kurangnya. Kalau kamu sih, jelas banyak lebihnya udahan. Jadi bimbing dia supaya jadi seperti kamu." ujar Mama sambil memegang tangan Novi.

"Baiklah kalau memang itu yang mama inginkan, tapi mama harus ingat ya. Novi gak bisa merubah Citra menjadi seperti diri Novi. Dia punya karakter tersendiri ma, jadi Novi mungkin akan lebih mengarahkan saja."

...----------------...

**Happy reading Guys❤️

ini adalah karya ke dua ku, semoga kalian suka ya.

daaaan terus ikutin kelanjutan kisahnya.

terus dukung karya" ku

🌟 vote dan kirim hadiah sebanyak banyaknya yah.

🌟 tap ❤️ fav dari kalian amat aku tunggu.

🌟 kritik dan saran yang membangun juga aku nantikan**.

...----------------...

...Hai-Haii kali ini othor akan membagikan visualisasi dari seorang Novi Heemeka yah 🥰🥰🥰...

...Dan berikut adalah visualisasi dari seorang Surya Rizanda 🥰🥰🥰...

Mereka pulang

Pagi hari ini, adalah hari kepulangan Arjuna dan Citra selepas mereka berdua berbulan madu dari Bali. Mama Sinta memang ingin ke dua anak dan ke dua menantunya tinggal satu atap. Beliau hanya ingin dihari tuanya tidak jauh dari salah satu anaknya.

Bel pintu pun berbunyi, dengan segera Novi dan si mbok menyambut kedatangan mereka. Surya yang segera membawa mama untuk turun, dengan perlahan menggandeng tangan mama untuk menuruni anak tangga.

"Hai kakak ipar tersayang." sambut Citra dengan manja pada Novi.

"Hai ...udah kangen kita disini." ujar Novi pada Citra.

"Kak, gimana sehat?." tanya Juna pada Novi.

"Ma ... gimana keadaannya, sudah baikan." sahut Citra pada mama Sinta.

Semua tampak gembira dan senang menyambut kedatangan mereka berdua, baik Novi ataupun Citra hubungan keduanya sangat baik. Tidak pernah ada perdebatan di antara mereka.

Di meja makan, sudah tertata rapi dan penuh dengan makanan. Semu sudah disiapkan dengan Novi dan si mbok dari dini hari tadi. Dirumah itu, yang paling sering memasak adalah Novi dibandingkan Citra. Tapi hal itu, tidak lantas membuat mereka untuk berlomba-lomba mendapatkan pujian. Semua dilakukan dengan tulus.

"Ayo duduk semua, mama kangen ni pengen makan bareng kalian semua." pinta mama Sinta pada semua anak dan menantunya.

Semua orang segera mengambil tempat duduknya masing-masing. Dan menyiapkan piring makan diatas meja, seperti biasa Novi selalu mengambilkan nasi untuk semua orang saat mau makan. Lauk dan sayur, Novi juga yang akan menyiapkan.

Mereka terlihat berdo'a bersama sebelum menyantap makanan tersebut. Sepeninggal papa, memang momen makan bersama seperti ini dijaga betul oleh mama. Karena mama ingin selalu ada cerita diatas meja makan ini, itu sudah terjadi semenjak anak-anaknya kecil.

Dengan hati yang bahagia, mereka semua menikmati makanan itu sampai habis tak tersisa.

"Ini si gak salah lagi, pasti masakan kak Novi kan." ujar Citra.

"Iya, seakan sudah hafal dengan menu kesukaan setiap orang dirumah ini. Hari ini berjejer panjang menu kesukaan setiap orang." ucap Juna yang menyampaikan perasaan kagumnya.

"Hari ini memang khusus untuk kalian. Jadi kakak tadi siapin ini semua sama si mbok. Iya kan mbok?." sahut Novi sambil menatap mbok yang menuangkan air minum untuk mama.

"Sudah ngobrolnya, mama ikut nimbrung ya. Gimana perjalanan kalian disana, asyik gak?. Mana oleh-oleh buat kami?." pinta mama dengan wajah yang memelas.

"Eh, jangan salah ma. Citra uda bawa oleh-oleh satu koper penuh buat kalian semua. Dari baju, tas , aksesoris dan kue khas bali semua ada." jelas Citra penuh semangat.

Mama Sinta waktu itu sebenarnya hanya ingin menguji menantunya itu, seboros apakah menantunya ini. Berbeda dengan Novi, jika ia berpergian hanya membawakan secukupnya saja untuk anggota keluarga dirumah.

Meski mama Sinta sering menguji para menantunya itu, tapi tidak pernah terucap dari bibir mama untuk melarang para menantunya itu untuk berbelanja.

Dengan senyuman mama menanggapi segala celoteh Citra.

"Nanti setelah aku beresin barang dikoper, dan bersihin badan aku bakal ke kamar mama ya. Semua dapet oleh-oleh kok." celetuk Citra.

"Jangan bawel, ayo kita beresin ini dulu." ucap Juna mengajak Citra yang sudah terlalu lama berbicara dibawah.

"Iya beb, tungguin yah aku naik." seru Citra dengan panggilan sayang mereka semenjak duduk dibangku perkuliahan.

Satu jam lebih berlalu, adzan maghrib juga sudah berkumandang. Novi yang saat itu sudah mengambil air wudhu terlebih dahulu, dengan mengenakan mukenah serta merapikan sajadah milik mereka berdua ia pun duduk sambil menunggu datangnya Surya. Lalu mereka berdua menunaikan sholat maghrib berjamaah berdua.

Suasana yang terlihat begitu syahdu antara mereka berdua, disaksikan oleh mama Sinta waktu itu. Mama yang segera pergi dari balik pintu kamar mereka, lalu pergi menuju kamar Citra dan Juna saat itu. Tampak berbeda pemandangan kali ini, lain dengan Surya dan Novi yang sibuk menjalankan ibadah bersama. Mereka berdua nampak sibuk memainkan ponsel miliknya masing-masing.

Sesampainya mama di ambang pintu kamar mereka berdua, mama terlihat hanya diam dan mengamati mereka sekilas. Tak pernah ada kata marah dari mama Sinta untuk masing-masing anak dan menantunya itu.

"Loh ma, sejak kapan berdiri disana. Ini Citra mau ke kamar mama bawain oleh-oleh punya mama." ucap Citra yang kaget saat melihat mama Sinta berdiri didepan pintu kamarnya.

"Maaf ya, mama tadi kesini mau manggil Juna. Mau minta tolong sebentar. Tapi gak jadi, mama takut ganggu kalian lagi sholat." tegas mama Sinta yang juga sedikit menyindir menantunya itu.

"Hehe maaf ya ma, kita lagi gak sholat hari ini." jelas Citra tengah mencari alasan.

"Iya si, pasti capek ya habis perjalanan jauh juga." timpal mama sambil tersenyum tipis.

"Yuk ma, kita ke kamar mama sekarang." ujar Citra yang mencoba mengalihkan topik dan membawa oleh-oleh satu kantong penuh untuk mama.

"Boleh, ayo kita ke kamar mama." ucap mama singkat.

Ditengah perjalanan menuju kamar mama Sinta, mereka berdua menjumpai Novi dan Surya keluar dari kamar mereka. Dengan senyum manis, Novi hanya melihat ke arah mama dan Citra saat itu.

"Eh kak Novi, ikut ke kamar mama yuk. Aku mau ngasihin oleh-oleh buat mama ni. Kita sambil cerita juga disana." ajak Citra.

"Maaf ya dek, aku mau turun dulu. Mau siapin makan malam sama si mbok, nanti ya kalau sudah senggang aku naik ke kamar." ujar Novi sambil tersenyum ramah.

"Tuh mas, lihat deh kak Novi. Pagi siang malam kerjanya didapur terus, apa gak bosen gitu." celetuk Citra manja.

Surya yang hanya membalas senyum saat mendengar ocehan Citra lalu bergegas untuk turun. Dan sebaliknya dengan mama sinta dan Citra yang melanjutkan perjalanannya menuju kamar mama.

Tampak asyik Surya dan Novi didapur saat itu, mereka saling melempar tawa dan saling membantu. Tak pernah sedikitpun Surya merasa risih dengan aktivitas Novi yang selalu didapur. Lain dengan wanita lainnya yang sibuk mempercantik diri saja.

Bagi Surya, Novi adalah istri paket komplit untuknya. Tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk membandingkan Novi dengan wanita lain. Sementara dikamar atas, Citra yang tengah asyik bercerita ini dan itu pada mama Sinta terlihat sudah kehabisan topik pembicaraan. Mama yang melihat itu, lalu membuka topik pembicaraan lainnya untuk Citra.

"Cit, kapan kamu mulai fokus buat urusin Juna?." tanya mama Sinta.

"Hah, gimana maksudnya ma. Selama ini Citra uda perhatikan Juna dengan baik." ujar Citra.

"Terkadang baik menurut kita, belum tentu baik bagi orang lain. Mungkin juga sebaliknya begitu dengan Juna ke kamu." tutur mama lembut.

...----------------...

Happy reading guys🤗

ini adalah karya ke dua aku yah, mampir kesini dan nantikan kelanjutan kisahnya ❤️❤️

Iri

"Jadi menurut mama, aku kurang ya buat Juna selama ini?." rengek Citra.

"Bukan seperti itu yang mama maksud, kalian kan sudah berumah tangga. Semua rumah tangga pasti punya yang namanya pondasi kan, kalian uda pikirkan itu?. Sekuat apa pondasi rumah tangga kalian, biar gak gampang hancur jika diterpa permasalahan." tutur mama.

"Pasti mama mau contohin aku kayak kak Novi deh." ucap Citra sambil menggerutu.

Meski dirinya dan Novi hanya menjadi menantu dirumah itu, Meraka sangat beruntung memiliki mama Sinta. Mama selalu menganggap mereka bagaikan putri kandungnya sendiri. Dirumah itu, selalu mama ciptakan suasana harmonis untuk keluarganya.

Tetapi karena mama memilih topik yang salah menurut Citra, ia pun menaruh prasangka buruk pada mama Sinta.

"Aku mohon sama mama, tolong jangan bandingin aku dengan kak Novi ya. Kita beda levelnya ma, aku wanita karir sedangkan kak Novi cuman ibu rumah tangga aja." omel Citra pada mama.

"Kamu pikirkan baik-baik ucapan mama yang tadi. Karena kalau kamu mikirnya dengan hati yang panas gak akan pernah ada ujungnya. Mama hanya ingin yang terbaik aja buat kalian semua. Kalau nasehat mama didengar alhamdulillah, jika memang gak cocok tidak apa-apa." tutur mama Sinta.

"Ma ... ayo kita turun, makanannya sudah siap. Ajak Juna turun sekalian ya dek." pinta Novi pada mama dan Citra.

Karena hatinya terlanjur sakit dengan ucapan mama Sinta, dia pun sedikit enggan untuk menjawab ajakan Novi. Saat mereka bertiga keluar dari kamar mama Sinta, hanya Citra yang memilih untuk berlalu menuju kamarnya.

Saat itu, Juna yang baru saja keluar dari kamarnya bingung menatap Citra. Mukanya masam, tak lagi gembira saat tadi berbincang dengan mama. Juna yang kebingungan lalu menghampiri dan mengajak Citra untuk turun dan makan malam bersama.

Novi dan mama yang saat itu memutuskan untuk segera turun, seperti tindak ingin ikut campur dengan masalah Juna dan Citra.

"Sayang turun yuk, kita makan malam. Sudah lapar perutku ini. Maklum banyak cacingnya." rayu Juna dengan bercanda.

"Turun sana, aku gak mau makan." jawabnya ketus.

"Kenapa si, perasaan tadi baik-baik aja. Terus sekarang moodnya berantakan gini." tanya Juna dengan lembut.

"Intinya aku gak mau makan, titik." pungkas Citra.

"Ok kalau begitu, aku turun dulu ya. Gak enak sama mama udah nungguin dibawah. Nanti aku bawain makanan ke kamar ya sayang." ujar Juna.

"Aku bilang gak perlu si, kenapa terus dipaksa." jawabnya jutek.

"Baiklah, aku gak bakal maksa lagi ya. Nanti kalau sudah enakan turun aja, makan bareng kita." ucapnya sambil menci*um kening istrinya.

Wajar jika di antara mereka amarahnya masih meledak-ledak, ke duanya yang memiliki sifat kekanakan terkadang tak dapat memecahkan masalah yang ada.

Citra yang menggerutu dikamar, tak henti-hentinya dia menyalahkan Novi. Nama Novi keluar bertubi-tubi dari mulutnya, dan tak lepas dengan makian Citra. Dia yang tengah bercermin kala itu, memperhatikan wajahnya sedemikian rupa.

Kurang apa diriku ini.

cantik iya.

Modis juga iya.

Pinter cari uang juga iya.

Kenapa harus dibandingkan dengan kak Novi si, dia mah gak ada apa-apanya dibandingkan denganku.

Apa selama ini, dia selalu cari perhatian ke mama?. Terus akhirnya aku yang kena getahnya, tapi kak Novi keliatannya pendiam, masak iya begitu.

Gumam Citra didepan cermin.

"Jun, mana istrimu. Apa masih ngambek dikamar?." tanya mama Sinta.

"Em, lagi kurang enak badan mungkin ma. Jadi nafsu makannya hilang." ujar Juna menutupi istrinya.

"Lain kali, kamu harus bisa menenangkan istrimu dengan baik ya." ucap mama sembari menerima makanan dari tangan Novi.

"Iya ma." jawabnya patuh.

"Ayo kita mulai makan malamnya, keburu dingin nanti. Buat Citra, nanti kamu bawain aja ke kamar. Kalau gak makan nanti tambah sakit." jelas mama Sinta penuh kasih sayang.

Mereka semua nampak menikmati makan malam saat itu, semua piring terlihat sudah kosong diatas meja.

"Terimakasih ya kak, makan malam kali ini rasanya enak banget." seru Juna pada Novi.

"Syukurlah kalau cocok sama lidah kamu dek." ucap Novi pada Juna.

Berbeda dengan Arjuna adeknya, Surya jauh lebih pendiam. Jika tidak ada yang mengajaknya berinteraksi, dia sangat jarang untuk membuka topik pembicaraan.

Saat semua sudah menyelesaikan makan malam, mama lalu bertanya kepada ke dua anaknya. Yah, mama memang selalu memantau keadaan perusahaan setiap harinya. Dirinya sangat menginginkan, ke dua putranya sanggup menggantikan mendiang papanya dengan baik.

"Gimana kantor hari ini?." tanya mama dengan menatap ke dua putranya.

Seakan memberikan isyarat pada kakaknya saat itu, Juna lalu menganggukkan kepalanya pada Surya. Dan Surya pun mengerti apa yang di inginkan oleh adiknya itu.

"Dikantor cukup terkendali kok ma. Mama gak perlu khawatir ya." ujar Surya tanpa bertele-tele.

"Mama percaya pada kalian berdua." jelas mama.

Perusahaan mereka bergerak dibidang manufaktur, cukup besar perusahaan mereka tersebut. Sampai karyawan dikantor mereka selalu berpendapat bahwa tidak akan habis tujuh turunan.

Surya memiliki peran yang sangat penting pada perusahaan itu, bisa dibilang semua kegiatan perusahaan berjalan sesuai kehendak Surya. Tetapi, meski dirinya memiliki jabatan itu tidak membuatnya jadi semena-mena dengan Arjuna. Justru dia sangat menginginkan adiknya itu dapat menggantikan dirinya jika sesuatu terjadi padanya.

Saat mama sudah mulai lega dengan perbincangan mereka, dia pun segera pergi naik ke kamar atas. Tanpa banyak kata, mama lalu menutup pintu kamarnya. Terlihat dimeja makan, Novi yang masih cukup sibuk menyiapkan makan malam untuk Citra dan membuatkan susu almond kesukaan adik iparnya itu.

Ketika dirinya ingin membawa nampan makanan itu naik ke atas, degan segera Juna menghentikan langkah kaki kakak iparnya tersebut. Dan mengambil nampan itu, ke kamarnya.

Cekreeek

Suara pintu kamar Juna dibuka.

"Sayang, ayo makan dulu. Lihat ni aku bawa apa buat kamu. Semua ini kesukaan kamu loh." ujar Juna sambil meletakkan nampan makanan itu diatas tempat tidur.

"Pasti kakak kan yang nyiapin ini?." tanyanya dengan nada kesal.

"Iya, siapa lagi yang tau semua menu dan kesukaan orang satu rumah ini kalau bukan kak Novi." celetuk Juna.

Dia yang tidak sadar dengan ucapanya itu, lalu menyulut amarah Citra kembali. Sendok yang sudah dipegang oleh Citra, diletakkan kembali diatas piring. Juna yang semakin tidak mengerti ada apa dengan istrinya itu, hanya mampu menarik nafas sedalam mungkin. Jika tidak seperti itu, bisa jadi Juna akan tersulut emosi.

Hanya kata-kata dari mamanya tadi yang dapat menghentikan amarahnya itu. Dia saat itu lebih memilih diam, dan menghindar untuk tidak ikut larut pada masalah istrinya.

...----------------...

Happy reading guys🤗

ini adalah karya ke dua aku yah, mampir kesini dan nantikan kelanjutan kisahnya ❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!